Yesus
Kristus – Christology
I. PENDAHULUAN.
Di dalam Injil disajikan dua
pertanyaan yang sangat penting berhubungan dengan Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan ini dinyatakan oleh Kristus sendiri kepada para pemimpin
agama pada masaNya, dan oleh Pilatus saat orang banyak mendesakkan penyaliban
Yesus.
– Matius 22:42 “Apakah pendapatmu
tentang Mesias? Anak Siapakah Dia?”
– Matius 27:22 “Apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?”
– Matius 27:22 “Apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?”
Rencana keselamatan, seperti yang
diungkapkan Allah di dalam Yesus Kristus bebas dari jawaban atas kedua
pertanyaan ini. Apa yang dipercayai seorang tentang Yesus akan menentukan
bagaimana ia berhubungan dengan Kristus. Pada gilirannya ini akan menentukan
nasib yang kekal dari manusia itu. Alkitab menyatakan bahwa Yesus Kristus
adalah Anak Allah yang kekal, yang oleh kelahiranNya dari perawan kemanusiaan
tanpa dosa, kematian pengganti penguburan dan kebangkitan, membuat korban yang
sempurna untuk dosa, dan oleh sebab itu menjadikan penebusan itu mungkin diterima
oleh manusia yang telah jatuh. Terpisah dari Siapa Dia dan apa yang telah Ia
lakukan, secara mutlak tidak ada jalan untuk mendekati Allah Bapa (Yohanes
14:16; Ibrani 7:25).
Doktrin tentang Kristus mempunyai dua bagian:
Doktrin tentang Kristus mempunyai dua bagian:
1. Oknum Kristus – siapa Ia.
2. Karya Kristus – apa yang telah Ia
lakukan.
Dalam bab ini, kita akan
mempertimbangkan mengenai oknum Kristus dan di dalam bab berikut mengenai karya
Kristus. Ada perbedaan yang amat besar di dalam pandangan-pandangan dan
bidat-bidat di seputar oknum dan karya Kristus. Semua agama dapat diuji di
dalam doktrin mereka dengan melihat pandangan mereka mengenai oknum dan karya
Kristus.
II. BIDAT-BIDAT MENGENAI OKNUM
KRISTUS
Semua bidat mendasar mengenai oknum
Kristus telah dimanifestasikan dalam bentuk benih selama masa Gereja mula-mula
dan telah ditangani didalam Injil-injil dan suratan-suratan para penulis
rasuli, sebenarnya tidak ada bidat baru sekarang ini tetapi yang ada hanya
kebangkitan kembali bidat-bidat kuno. Karena bidat-bidat inilah maka berbagai
konsili Gereja, Bapak-bapak Gereja yang berkumpul bersama-sama untuk merumuskan
pernyataan doktrin serta kredo untuk membela Kristologi Gereja. Yang berikut
adalah bidat-bidat yang paling terkenal mengenai oknum Kristus, yang diatasnya
beberapa ajaran palsu mendirikan ajaran-ajaran mereka.
A. Ebionit.
Ebionit adalah orang-orang percaya
Yahudi yang muncul di awal abad kedua. Nama mereka dari bahasa Ibrani asalnya:
“Ebion” yang berarti “miskin”, “rendah” dan “tertindas”. Karena kemiskinan
mereka, mereka menganggap diri mereka sebagai satu-satunya murid Kristus yang
benar. Kaum ebionit percaya bahwa upacara ajaran Musa dan Yahudi masih tetap
mengikat pada orang percaya Kristiani. Sementara mereka menegakkan ajaran
Petrus dan Yakobus, mereka tidak menyukai tulisan-tulisan Paulus (contoh:
Kolose 2:13-17) yang menolak upacara-upacara Yahudi karena telah dipakukan,
disalib dan tidak mengikat orang percaya di dalam Kristus). Sebelum pengaruh
mereka berangsur hilang tahun 135 M, mereka telah terbagi menjadi dua kelompok:
Ebionit Farisi yang merupakan kelanjutan dari Yudais dari zamannya Paulus dan
Ebionit Essenik yang lebih toleran dalam menangani para orang percaya kafir
yang tidak bersunat yang tidak memelihara Sabat dan kebiasaan-kebiasaan Yahudi
lainnya. Pandangan utama bidat Ebionit adalah mengenai oknum Kristus. Mereka
menolak bahwa Kristus mempunyai kodrat yang Illahi, dan mengabaikan konsepsiNya
yang supra natural. Di dalam penolakan ke-Tuhanan Kristus, mereka memandang Dia
hanya sebagai manusia. Mereka menolak ke-TuhananNya karena percaya bahwa hal
itu bertentangan dengan fakta mengenai keesaan Allah. Mereka mengajarkan bahwa
bila Yesus adalah Allah, hal ini akan bertentangan dengan monoteisme, yang
adalah kepercayaan bahwa hanya ada satu Allah. Ada juga bidat-bidat modern yang
menjadi rekan dari bidat ini menolak ke-Tuhanan Kristus.
B. Gnostik.
Gnostik muncul pada sekitar waktu
yang sama dengan Ebionit, namun mereka menempuh yang ekstrim lainnya, dengan
menolak kemanusiaan yang penuh dari Kristus, kaum Gnostik juga disebut Docetas
yang berarti “yang rupanya” atau “sepertinya”, karena pandangan mereka mengenai
oknum Kristus. Secara mendasar ada tiga kelompok Gnostik yang memegang
pandangan bidat yang sama mengenai kemanusiaan Kristus.
1. Docetas > kelompok ini menolak
realitas tubuh Kristus dengan mengatakan bahwa tubuhNya hanya sebagai
penampilan seperti hantu.
2. Gnostik > kelompok ini
mengajarkan bahwa Kristus mempunyai tubuh riil tetapi menolak fakta bahwa tubuh
itu adalah secara fisik atau materi. Mereka percaya bahwa karena daging
bersifat jahat, maka tubuh Kristus tidak mungkin sebagai manusia.
3. Cerintian > Gnostik dengan nama
Cerinthius yangmengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah berbeda, bahwa Yesus
hanya manusia biasa, putera Yusuf dan Maria, dan bahwa Kristus adalah roh dan
kuasa Allah yang turun ke atas Yesus pada saat pembaptisanNya di sungai Yordan,
mereka mengajarkan bahwa Kristus berpisah dari Yesus pada saat penyalibanNya
dan meninggalkan Dia menderita dan mati sendiri.
Bidat-bidat Gnostik ini disinggung dan
ditangani di surat Kolose, I Timotius, II Timotius, I Yohanes, Yudas dan Wahyu
(baca juga Yohanes 20:31, I Yohanes 5:20, I Yohanes 21, Ibrani 2:14, I Yohanes
4:1-4, I Timotius 3:16, Kolose 1:19, 29).
C. Arian.
Arius adalah seorang penatua di
Alexandria, Mesir. Ajaran Arius berhubungan lebih tepat dengan doktrin tentang
Allah bukan dengan oknum Kristus. Namun ajaran-ajarannya tidak semua dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Orang Arian mengajarkan bahwa Kristus tidak
hidup sebelum penciptaan, dan bahwa Ia mahluk yang diciptakan dan bahwa oleh
Dialah semua yang lain diciptakan. Dalam keadaanNya yang diciptakan, Ia disebut
sebagai Logos, Anak, satu-satunya yang dilahirkan dan permulaan dari Ciptaan
Allah (Yohanes 1:1-3, 14-18, Wahyu 3:14). Arius mengajarkan bahwa walaupun Anak
disebutkan sebagai Allah, Ia bukan Allah dalam pengertian yang penuh dari kata
itu, tetapi merupakan yang tertinggi dari semua mahluk ciptaan. Ia adalah
Illahi, tetapi bukan Allah, pertengahan yang setengah allah diantara manusia dan
Allah. Arianisme disalahkan diantara tahun 321-325 M oleh Alexander, Uskup
Alexandria dan Arius diberhentikan dari memegang suatu jabatan di Gereja dan
juga dari persekutuan, bidat ini menolak kekekalan dan bersama-sama dari oknum
Kristus dengan Bapa dan Roh Kudus, menjadikan Dia sebagai mahluk ciptaan saja.
D. Apollinarian.
Apollinarius adalah seorang Uskup
yang terkenal di Laodikia. Ia mengajarkan bahwa Kristus mempunyai tubuh yang
sebenarnya dan jiwa animal tetapi bukan roh yang rational atau akal budi. Karena
kesulitan dalam mengajarkan bahwa Anak yang kekal memberikan roh atau akal budi
Yesus Kristus. Jadi tubuh dan jiwa adalah bagian yang manusiawi dan Anak yang
kekal adalah Ilahi atau bagian yang roh dari Yesus. Pengajaran ini menolak
kesempurnaan kodrat manusia dari Kristus, dengan mengajarkan bahwa Ia hanya
mempunyai dua bagian dan bukan kemanusiaan yang total dan penuh ialah roh, jiwa
dan tubuh (I Tesalonika 5:23). Apollinarianisme disalahkan oleh Konsili dan
Konstantinopel tahun 318 M dan dicap bidat.
E. Nestorian.
Nestorius, Uskup di Konstantinopel,
mengajar mengenai oknum Kristus, bahwa ada dua kepribadian yang tersangkut. Ia
menolak persatuan yang sebenarnya dari kodrat yang Ilahi dan manusiawi di dalam
Kristus, dengan mengatakan bahwa Logos (kepribadian yang Ilahi) berdiam di
dalam Yesus Kristus (kepribadian yang manusiawi), menjadikan dua oknum yang
berhubungan. Ia mengajukan Kristus sebagai manusia yang dipenuhi Roh, manusia
yang dipenuhi Allah, tetapi bukan ke-Allahan yang sebenarnya dan manusia yang
sebenarnya di dalam satu oknum. Cyrilus dari Alexandria menentang ajaran
Nestorius dan Nestorius disalahkan dan dikucilkan oleh Sinode di Efesus tahun
431 M, bentuk Kenoticisme yang mengajarkan bahwa waktu Anak Allah menjadi
manusia, Ia mengosongkan diriNya dari sifat-sifat Ilahi sehingga adalah sebagai
manusia yang dapat melakukan kekeliruan intelektual dan kesalahan, sangat erat
hubungannya dengan Nestorianisme.
F. Eutyehian.
Dalam tahun 415 M bidat mengenai
oknum Kristus beralih ke aliran lain. Ekutyches mengambil posisi ekstrim yang
bertentangan dengan Nestorius. Ia berpegang bahwa Kristus hanya mempunyai satu
kodrat dan kehendak, bukan dua kodrat atau kehendak, Ia mengajarkan bahwa
kodrat yang Ilahi dan yang manusiawi itu demikian bercampur ke dalam yang satu
sehingga sebenarnya telah membentuk kodrat ketiga. Ajaran ini menjadikan
Kristus bukan Allah dan bukan manusia tetapi orang ketiga yang dihasilkan oleh
percampuran dari yang dua walaupun keduanya berbeda. Ini mengurangi Kristus
menjadi oknum yang bersifat “hebrida”. Eutyches berpegang bahwa segala sesuatu
mengenai Kristus adalah Ilahi, malahan juga tubuhNya dan sifat manusiaNya.
G. Monofisit.
Eutychianisme juga mengalir menjadi
beberapa aliran yang lebih kecil, yang disebut secara singkat disini.
1. Monofisit adalah nama lain suatu
cabang Eutychian karena mereka menekankan bahwa Kristus hanya mempunyai satu
kodrat atau kehendak.
Ini muncul dari kesulitan untuk
melihat keharmonisan dan hubungan dua kodrat dan kehendak dalam satu oknum
Kristus. Dalam tahun 680-681 M, Konsoli di Konstantinopel menyalahkan doktrin
mereka dan berpegang bahwa Kristus sesungguhnya mempunyai dua kodrat yang
berbeda, yang Ilahi dan yang manusia dan dengan demikian mengharuskan mempunyai
dua inteligensi dan dua kehendak. Keduanya dalam kesatuan yang harmonis dimana
kehendak yang manusia tunduk pada kehendak yang Ilahi.
2. Adopsionis sesungguhnya satu
cabang dari Eutychianisme, Apolinarianisme dan Nestorianisme.
Bidat ini mengajarkan bahwa
kemanusiaan dari Kristus hanya dengan adopsi. Ini menolak kemanusiaan Kristus
yang dilahirkan dan yang sekarang adalah kemanusiaan yang kekal. Sebelum
mendefinisikan dan menafsirkan pandangan ortodoks mengenai oknum Kristus kami
akan meringkaskan bidat-bidat penting yang telah dibicarakan.
Ebionit – menolak ke Allahan Kristus.
Gnostik – menolak kemanusiaan Kristus Arian – mengajarkan bahwa Kristus adalah
mahluk ciptaan. Apollinarian – menolak persatuan kedua kodrat didalam Kristus,
merendahkan Dia menjadi manusia yang dipenuhi dengan Allah. Eutychian – menolak
pembedaan kedua kodrat Kristus, jadi mengadakan kodrat ketiga atau hibrida dari
keduanya. Monofisit – menolak kedua kodrat dan kehendak di dalam satu oknum
Kristus.
III. PERNYATAAN ORTODOKS MENGENAI
OKNUM KRISTUS.
Karena bidat-bidat marah-marah
mengenai oknum Kristus, berbagai konsili Gereja berkumpul secara periodik untuk
menyiapkan kredo yang berlandaskan kebenaran didalam suatu usaha untuk
memelihara dan menjaga “iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus”
(Yudas 3) para rasul sendiri tidak pernah memformulasikan suatu kredo
sedemikian, namun kebenaran itu terserak dalam pernyataan-pernyataan
fragmentasi di seluruh tulisan-tulisan mereka. Ini semua perlu dibawa
bersama-sama dan dipelajari secara seksama untuk merumuskan kredo yang akan
mendefinisikan sebaik-baiknya kebenaran mengenai oknum Kristus. Kami mencatat
beberapa kredo yang menyatakan sebaik-baiknya posisi ortodoks mengenai oknum
Kristus yang mulia itu. Kredo berikut adalah yang dirumuskan di Konsili
Chalcedon tahun 441 M. Karena sehatnya secara teologis maka dikutip lengkap.
“Mengenai bapak-bapak suci kita semua
dengan bersetuju mengajarkan dan mengakui Anak yang satu dan yang sama, Tuhan
kita Yesus Kristus, sama sempurna dalam ke-Allahan, dan sama sempurna dalam kemanusiaan,
Allah yang sebenarnya, dan manusia sebenarnya yang sama, dari jiwa dan tubuh
yang layak, dari substansi yang sama dengan Bapa dalam hal ke-IlahianNya, dari
substansi yang sama dengan kita dalam kemanusianNya, dalam segala sesuatu sama
dengan kita, kecuali dosa, sebelum masa peranakkan Bapa dalam hal
ke-AllahanNya, namun pada hari kemudian, untuk kita dan untuk penebusan kita,
diperanakkan (sama) dari Perawan Maria, bunda Allah, untuk kemanusianNya,
Kristus yang satu dan yang sama, Anak, Tuhan, satu-satunya yang dilahirkan,
yang dimanifestasikan dalam dua kodrat tanpa kekacauan, tanpa pertukaran, tak
dapat dibagikan, tak dapat dipisahkan. Pembedaan kodrat tidak dihapuskan oleh
persatuan, namun milik masing-masing terpelihara dan dikombinasikan dalam satu
oknum dan satu gypostatis; bukan satu yang kuat atau yang terbagi ke dalam dua
oknum, tetapi anak yang satu dan yang sama dan yang dilahirkan satu-satunya,
yaitu Allah, Logos, dan Tuhan Yesus Kristus. (Robert Clarke, dalam “The Christ
of God” hal. 41-42).”
Henry Thiessen dalam “Lectures in
Systematic Theology” (hal. 286), dalam mengutip dari Strong, menulis: “Dalam
satu oknum Yesus Kristus, ada dua kodrat, kodrat yang manusia dan yang Ilahi,
masing-masing di dalam kesempurnaan dan integritasnya, dan kedua kodrat ini
bersatu secara organis dan tak dapat dilarutkan, namun sedemikian sehingga tak
ada kodrat ketiga yang terbentuk. Secara singkat (dengan menggunakan diktum
antik) doktrin ortodoks melarang kita untuk membagi oknum itu atau mengacaukan
kodrat-kodratnya”.
Selanjutnya: “Penebusan manusia dari
dosa seharusnya dihasilkan melalui seorang Perantara yang seharusnya menyatukan
di dalam DiriNya kodrat manusia dan yang Ilahi supaya Ia dapat mendamaikan
Allah dengan manusia, dan manusia dengan Allah”.
Dan akhirnya, pernyataan dari penulis
buku ini: “Tuhan Yesus Kristus adalah Anak yang kekal dari Allah, yang ada
sebelumnya, bersama Bapa, dan oleh inkarnasiNya dan kelahiranNya dari Perawan.
Mengenakan pada DiriNya bentuk Manusia dan diungkapkan sebagai Manusia Allah.
Di dalam satu oknum Kristus, ada dua kodrat, yang manusia dan yang Ilahi, yang
dapat dibedakan tetapi tidak dapat dibagi, mengklasifikasikan Dia untuk menjadi
satu-satunya perantara diantara Allah dan manusia. Yesus Kristus adalah tanpa
dosa, sempurna, disalibkan dikuburkan, bangkit, naik, dimuliakan dan Ia akan
datang kembali kali yang kedua dalam kemuliaan dan penghakiman”.
Posisi ortodoks mengenai oknum
Kristus adalah bahwa Kristus adalah Allah yang sebenarnya dan Manusia yang
sebenarnya, bahwa oleh karena persatuan dua kodrat di dalam Dia, maka Ia
menjadi perantara yang sempurna di antara Allah dan manusia.
IV. NUBUAT-NUBUAT PERJANJIAN LAMA
MENGENAI OKNUM KRISTUS
Penyelidikan atas nubuat-nubuat
Perjanjian Lama mengenai kedatangan Mesias mengungkapkan bahwa ada dua aliran
pemikiran. Aliran yang satu berbicara mengenai ke-Allahan Kristus, sementara
yang lain berbicara mengenai kemanusiaan dari Kristus. Para penafsir Yahudi
atas Perjanjian Lama tidak dapat mendamaikan aliran ini. Mereka tak dapat
memahami bagaimana Mesias itu Ilahi, namun juga manusia. Oleh karena itu mereka
salah memahami dan tidak bertemu dengan Mesias itu yang telah dinubuatkan oleh
Kitab Suci mereka bahwa Ia akan datang.
A. Ke-Allahan dari Kristus.
Ayat-ayat yang berikut menyatakan
ke-Allahan dari Kristus, menunjukkan bahwa Penebus itu adalah Allah yang
berinkarnasi.
1. “Seorang perempuan muda
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan
Dia Imanuel” (Yesaya 7:14).
2. “Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita … dan namaNya disebut
orang : “Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai”
(Yesaya 9:5-6). ” … Tuhan keadilan kita” (Yeremia 23:5-6).
3. Hai Betlehem … dari padamu
akan bangkit bagiKu, seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya
sudah sejak purbakala (sejak masa kekekalan)” (Mikha 5:1).
4. “Siapa namanya dan siapa nama
anaknya ? Engkau tentu tahu” (Amsal 30:4).
5. “AnakKu engkau. Engkau telah
Kuperanakkan hari ini” (Mazmur 2:7).
6. “Tahtamu kepunyaan Allah,
tetap untuk seterusnya dan selamanya (Mazmur 45:7).
B. Kemanusiaan Kristus.
Ayat-ayat ini menyarankan bahwa
Penebus itu seorang manusia, lahir dari seorang perempuan. Ayat itu menyatakan
kemanusiaan Mesias, sebagaimana ayat-ayat sebelumnya menyatakan ke-AllahanNya.
1. Penebus itu adalah “benih
perempuan itu” yang akan meremukkan kepala ular itu (Kejadian 3:15). Ini adalah
nubuat tentang Kelahiran dari Perawan dalam bentuknya yang mengandung
teka-teki.
2. Mesias juga akan datang dari
Kemah Sem (Kejadian 9:26).
3. Penebus adalah “benih Abraham”
(Kejadian 22:18).
4. Penebus itu adalah “benih
Ishak” (Kejadian 26:2-4).
5. Janji ini juga dikuatkan pada
“benih Yakub” (Kejadian 28:13-14).
6. Mesias akan datang dari bangsa
Israel (Bilangan 24:17-19).
7. Tuhan juga menubuatkan bahwa
seorang nabi “seperti Musa” yang mati akan dibangkitkan dari antara
saudara-saudaranya (Ulangan 18:15-18).
8. Mesias akan datang dari suku
Yehuda (Kejadian 49:10-12).
9. Mesias akan datang dari keluarga
Isai (Yesaya 11:1-2).
10. Mesias akan datang dari Rumah
Daud (II Samuel 7:12-14).
11. Janji Kitab Suci bawha
“seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan Ia akan menamakan Dia – Imanuel” (Yesaya 7:14).
12. Mesias ini adalah “seorang
laki-laki, yang namaNya “Sang Tunas” (Zakharia 3:8; 6:10-12; Yesaya 11:1-4).
Semua referensi ini menunjukkan
bagaimana Allah menyendirikan seorang laki-laki, kemudian suatu bangsa dari
laki-laki”, yang namaNya “Sang Tunas” (Zakharia 3:8; 6:10-12; Yesaya 11:1-4).
Para nabi Perjanjian Lama menubuatkan
Mesias sebagai Allah dan manusia, memiliki kodrat yang Ilahi dan manusiawi di
dalam seorang oknum. Bahwa sulit untuk mendamaikan kedua aliran nubuat Mesianik
itu tentu jelas, karena bagaimana dapat terjadi bahwa Penebus ini sebagai Allah
dan manusia pada waktu yang sama? Hanya didalam kesaksian Perjanjian Baru
mengenai penggenapan historis didalam Injil-injil dan kemudian adanya wahyu
doktrinal di suratan-suratan kita dapat menemukan penyelesaian teka-teki itu
dan dapat melihat bagaimana Allah mendamaikan kedua aliran nubuat ini. Mujizat
inkarnasi adalah jawaban Allah atas pertanyaan itu. Semasa manusia diturunkan
oleh seorang bapa secara manusiawi dan dilahirkan oleh seorang ibu sebagai manusia,
mulai dari penciptaan Adam dan Hawa, orang tua yang pertama ini bukan halnya
pada Mesias. Ia dilahirkan dari ibu manusia, seorang anak dara. Tetapi Ia tidak
diturunkan oleh seorang bapa manusia, karena Allah adalah BapaNya. Anak ini
adalah “benih perempuan itu” (Kejadian 3:15). Tetapi “Anak Allah” oleh anak
dara (Yesaya 7:14). Ini mendapatkan penggenapannya yang mulia di dalam
kelahiran oleh anak dara pada Yesus Kristus oleh kuasa dan naungan dari roh
Kudus (Matius 1:18-23 dengan Lukas 1:35).
Para modernis dapat saja menolak
kelahiran oleh anak dara, pengetahuan ilmiah mungkin saja tidak dapat
mengakuinya, dan kesombongan rohani dapat saja menyatakan bahwa konsekuensinya
tidak riil, namun pentingnya secara Alkitabiah dari hal ini bukan anggapan yang
terlalu berlebihan. Di atas fakta kelahiran dari anak dara inilah doktrin
Alkitab itu tergantung. Bila Yesus Kristus tidak lahir dari anak dara, Ia
bukannya tanpa dosa, dan bila Ia bukan tanpa dosa, maka Ia sendiri memerlukan
Juru Selamat. Bila Ia sendiri memerlukan keselamatan, maka Ia tak dapat menjadi
Juruselamat kita, Tuhan atau Raja kita, dan semua rencana penebusan jatuh
berkeping-keping ke tanah. Jadi kita perlu memahami dan mempercayai arti
mendasar dari inkarnasi.
V. INKARNASI KRISTUS
A. Fakta Inkarnasi.
Semua penulis Perjanjian Baru
membuktikan kebenaran dari Inkarnasi. Kelahiran Yesus Kristus adalah fakta
historis dan penulis-penulis Alkitab di bawah inspirasi Roh Kudus memberikan
kepada kita seluk-beluk dari peristiwa mujizat ini. Kata “inkarnasi” secara
sederhana berarti “Allah mengambil pada DiriNya daging manusia”. Allah
mengambil bentuk manusia atau menyaluti DiriNya dengan daging di dalam
kelahiran dari anak dara itu. Asal-usul dari Kristus, Anak itu, dalam hal
kemanusiaanNya, ditelusuri asalnya dari karya Roh Kudus. Allah menjadi manusia
di dalam Yesus, ke-Allahan memakaikan kepada DiriNya kemanusiaan. A.B. Bruce
mengatakan “Bukanlah kemanusiaan yang di Allahkan, tetapi turunnya Allah ke
dalam kemanusiaan. Bukannya manusia yang mengambil Allah kepada dirinya,
melainkan Allah yang mengambil kemanusiaan”.
1. Inkarnasi secara Historis.
a. Kepada Maria (Lukas 1:26-35,
Yeremia 31:22).
Malaikat Gabriel dikirim kepada
Maria, seorang dara muda Ibrani, untuk mengumumkan kelahiran Mesias. Perkataan
itu jelas, Anak itu bukan hasil benih laki-laki, tetapi bahwa Roh Kudus sendiri
yang menaungi perawan itu dan menempatkan di dalam kandungannya benih dari
Allah Bapa. Anak ini nanti adalah sebagai ciptaan tanpa dosa yang dihasilkan
oleh mujizat Allah dan respons dari anak dara yang suci ini. Tidak ada sesuatu
yang tidak suci dalam kelahiran Anak ini, Allah akan menghasilkan mahluk tanpa
dosa, yang sempurna, yang kekal dari mahluk berdosa, tidak sempurna dan yang
fana. Inilah mujizat kelahiran dari anak dara. Ini tak dapat diterangkan oleh
alat-alat yang murni manusiawi atau alamiah. Maria, dalam kepenuhan iman mau
menerima tanggung jawab dan tantangan untuk menjadi ibu dari Kristus – Anak itu
(Lukas 2:34-35).
b. Kepada Yusuf (Matius 1:18-25).
Matius, setelah mencatat silsilah
Yesus memecahkan pola keturunan biasa dengan memperkenalkan kelahiran mujizat
dari Yesus dengan “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: laporan ini
mengatakan bahwa Maria ternyata mengandung dari Roh Kudus. Silsilah Mesianik
adalah kelahiran dari manusia, tetapi Mesias lahir dari Maria. Yusuf yang
mengetahui bahwa isteri yang besertanya mengandung bermaksud untuk
menceraikannya, supaya ia tidak akan dirajam mati, sesuai hukum Musa. Tetapi,
malaikat dari Tuhan datang kepadanya dan secara khusus mengatakan kepadanya
bahwa anak itu akan menjadi Anak yang akan dinamakan Yesus, Anak ini hasil dari
naungan Roh Kudus dan menjadi Imanuel, yang berarti “Allah beserta kita”. Di
dalam iman, Yusuf bersedia untuk menjadi pemelihara resmi dari anak yang lahir
dari anak dara itu, menerima kesaksian dari malaikat mengenai kesucian dari
isteri yang besertanya, dan menerima fakta mujizat dari kelahiran anak dara
itu.
2. Inkarnasi secara Pribadi.
Yesus sendiri memberikan banyak
kesaksian tentang asal-usulNya sendiri termasuk kebenaran kelahiranNya secara
mujizat. Yesus mengatakan “Aku datang dari Allah, Aku datang dari Bapa …”
(Yohanes 16:27, 8:42). Yesus mengetahui bahwa Ia adalah Tuhan dari Daud (dalam
hal ke-AllahanNya) dan anak Daud (dalam hal kemanusiaanNya – Matius 22:42-46,
Wahyu 22:16, Mazmur 110:1). Dalam beberapa kesempatan Ia menyatakan bahwa Allah
adalah BapaNya dan tidak pernah mengatakan bahwa Yusuf adalah BapaNya (Yohanes
2:16, 5:17-47, 6:32-40, 8:42). Allah Bapa juga membuktikan atas kelahiran anak
secara mujizat. Tiga kali Ia bersabda dari Surga, dua kali dari padanya
membuktikan fakta itu. “Inilah anakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku
berkenan”. (Matius 3:16-19; 17:1-5; Yohanes 12:27-29). Inilah pengambilan
tanggung jawab oleh Bapa atas cara kelahiran anakNya. Ini adalah cara Bapa
mengakui kelahiran dari Anak, Yesus mengetahui mengenai keberadaanNya
sebelumnya bersama Bapa, ke-AllahanNya, dan bahwa Ia dilahirkan dari perawan
sebagai Manusia Allah. Menolak kelahiran dari perawan berarti menolak kesaksian
Kristus, dan juga menyaksikan Bapa.
3. Inkarnasi secara Teologia.
Sudah diperdebatkan oleh mereka yang
menolak kelahiran dari perawan bahwa para penulis suratan tidak pernah
berbicara mengenai hal itu. Tetapi hal ini tidak demikian, karena mereka secara
jelas berbicara tentang ke-Allahan Kristus dan kemanusianNya, namun lebih
banyak dalam bahasa teologia. Kutipan-kutipan singkat yang berikut serta
referensi-referensinya adalah cara rasul-rasul meneguhkan kebenaran dari
kelahiran oleh perawan.
a. Paulus.
Rasul Paulus mempunyai beberapa
ungkapan yang unik yang berbicara tentang inkarnasi. Ini membuktikan kebenaran
mendasar kelahiran dari perawan.
(1) Yesus Kristus Tuhan kita menurut daging diperanakkan dari
keturunan Daud” (Roma 1:3-4).
(2) Allah mengutus AnakNya, pada waktunya, “yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum “Taurat” (Galatian 4:4).
(3) Di dalam Kristus “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kolose 2:9; 1:19).
(4) Agunglah rahasia ibadah kita, “Allah telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia” (I Timotius 3:16).
(5) Perantara yang esa diantara Allah dan manusia, yaitu “manusia Kristus Yesus” (I Timotius 2:5).
(6) “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya, Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut” (Ibrani 2:14).
(7) Allah mengutus AnakNya “yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa” (Roma 8:3).
(8) Kristus datang dari bapa-bapa leluhur “dalam keadaanNya sebagai manusia” (Roma 9:5).
(9) Walaupun Kristus secara asli “dalam rupa Allah”, namun Ia telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil “rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:5-8).
(10) Waktu Yesus masuk ke dalam dunia dengan inkarnasi, Ia berkata, “Engkau telah menyediakan tubuh bagiKu” (Ibrani 19:5). Tubuh ini disediakan atau dilengkapi secara sempurna untuk melakukan kehendak Allah pada perawan Maria. Waktu Allah menjadikan Adam, Ia membuat tubuh dari debu tanah (Kejadian 2:7). Waktu Allah membuat Hawa, Ia membuat tubuh dari rusuk Adam (Kejadian 2:21-22). Semua mahluk manusia lainnya menerima tubuh melalui proses alamiah yang meliputi persatuan seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi di dalam hal tubuh Anak Allah tidak diciptakan secara demikian, namun disediakan di dalam kandungan perawan Maria dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 1:30-33).
(2) Allah mengutus AnakNya, pada waktunya, “yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum “Taurat” (Galatian 4:4).
(3) Di dalam Kristus “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kolose 2:9; 1:19).
(4) Agunglah rahasia ibadah kita, “Allah telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia” (I Timotius 3:16).
(5) Perantara yang esa diantara Allah dan manusia, yaitu “manusia Kristus Yesus” (I Timotius 2:5).
(6) “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya, Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut” (Ibrani 2:14).
(7) Allah mengutus AnakNya “yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa” (Roma 8:3).
(8) Kristus datang dari bapa-bapa leluhur “dalam keadaanNya sebagai manusia” (Roma 9:5).
(9) Walaupun Kristus secara asli “dalam rupa Allah”, namun Ia telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil “rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:5-8).
(10) Waktu Yesus masuk ke dalam dunia dengan inkarnasi, Ia berkata, “Engkau telah menyediakan tubuh bagiKu” (Ibrani 19:5). Tubuh ini disediakan atau dilengkapi secara sempurna untuk melakukan kehendak Allah pada perawan Maria. Waktu Allah menjadikan Adam, Ia membuat tubuh dari debu tanah (Kejadian 2:7). Waktu Allah membuat Hawa, Ia membuat tubuh dari rusuk Adam (Kejadian 2:21-22). Semua mahluk manusia lainnya menerima tubuh melalui proses alamiah yang meliputi persatuan seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi di dalam hal tubuh Anak Allah tidak diciptakan secara demikian, namun disediakan di dalam kandungan perawan Maria dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 1:30-33).
b. Petrus.
Rasul Petrus juga mengetahui dengan
wahyu kebenaran dari ke-Allahan Kristus dan kelahiran dari perawan.
(1) Petrus mengakui bahwa Yesus
Kristus adalah “Anak Allah yang hidup” (Matius 16:16). Ia bukan hanya sebagai
Anak Manusia, sebagaimana Yesus menyebutkan DiriNya, tetapi Anak Allah, Yesus
mengetahui bahwa Petrus telah menerima wahyu ini dari Allah Bapa. Ini adalah
acara lain untuk mengakui kelahiran dari perawan, dan keputeraan yang Ilahi
dari Kristus.
(2) Ia telah dipilih sebelum menjadi
Anak Domba Allah sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kita baru menyatakan
diriNya pada zaman akhir (I Petrus 1:18-20). Pra-eksistensi, inkarnasi dan
penebusan adalah kebenaran yang dinyatakan Petrus disini.
c. Yohanes.
Yohanes juga meneguhkan ke-Allahan
dan kemanusiaan Kristus.
(1) Pada mulanya adalah Firman,
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu
telah menjadi manusia, dan diam diantara kita (Yohanes 1:1-3, 14-18). Inilah
cara Yohanes berbicara mengenai kelahiran dari perawan.
(2) Nabi-nabi palsu menyangkal bahwa
“Yesus Kristus telah datang sebagai manusia” (I Yohanes 4:1-3).
(3) Penyesat dan anti Kristus tidak
mengakui bahwa “Yesus Kristus telah datang dan sebagai manusia” (2 Yohanes
7:10).
Setelah memperhatikan
referensi-referensi singkat ini bahwa semua menunjuk kepada kebenaran mendasar
dari inkarnasi, Yesus Kristus adalah Allah yang dimanifestasikan di dalam
daging. Ialah Manusia Allah. Para rasul itu menguatkan secara teologis di dalam
suratan-suratan mengenai kelahiran dari perawan sebagaimana telah dinyatakan
secara historis di dalam Injil-injil.
Di dalam Matius, Yesus disajikan
sebagai Anak Daud (Yesaya 11:1; Matius 1:1).
Di dalam Markus, Yesus disajikan
sebagai Anak Manusia (Zakharia 3:8; Markus 8:38). Di dalam Lukas, Yesus
disajikan sebagai Anak Adam (Zakharia 6:12-13; Lukas 3:38). Di dalam Yohanes,
Yesus disajikan sebagai Anak Allah (Yesaya 4:2; 7:14; Yohanes 3:16).
Di atas fakta inkarnasi atau kelahiran dari perawan itulah kebenaran tentang pra-eksistensi, ke-Allahan, Juruselamat, ke-Tuhanan, kebangkitan dan keseluruhan rencan penebusan itu terletak.
Di atas fakta inkarnasi atau kelahiran dari perawan itulah kebenaran tentang pra-eksistensi, ke-Allahan, Juruselamat, ke-Tuhanan, kebangkitan dan keseluruhan rencan penebusan itu terletak.
B. Pentingnya Inkarnasi.
Ada dua perkara utama yang
mengharuskan adanya inkarnasi. Kejatuhan dan keberdosaan manusia, serta Allah
yang mengadakan dan memelihara perjanjian. Waktu Allah menciptakan manusia, itu
adalah di atas dasar Perjanjian Eden. Fakta bahwa Allah adalah pembuat
perjanjian dan pemeliharaan perjanjian berarti bahwa sebagai Pencipta Ia
mewajibkan diri demi ciptaan itu (Kejadian 1:26-28). Waktu manusia berdosa
Allah tetap diwajibkan oleh kehendakNya sendiri, terutama dalam hal penebusan.
Ini harus digenapi oleh Perjanjian Baru (Yeremia 31:31-34) sesungguhnya semua
perjanjian Allah menyokong fakta ini. Untuk menyatakannya secara lebih khusus,
manusia berdosa dan oleh sebab itu berada dibawah hukuman maut (Kejadian
2:16-17). Jadi ia memerlukan seseorang untuk menebusnya dari maut. Tetapi semua
yang akan lahir dari Adam bagaimanapun tidak dapat menebus saudaranya (Mazmur
49:7-8; 51:5; 58:3). Bila seorang manusia harus ditebus, maka manusia harus
mati untuk manusia, dan bila tak seorangpun dari ras Adam yang dapat melakukan
hal ini maka hanya Allah saja yang dapat menebus manusia sebagai Allah, Ia
harus menjadi manusia. Kejatuhan manusia mengharuskan Allah yang memelihara
perjanjian itu untuk menjadi manusia supaya menebus manusia kembali kepada
hubungan dengan diriNya.
Dosalah yang mengharuskan inkarnasi.
Tetapi, bila Allah harus menjadi manusia maka manusia itu harus tanpa dosa atau
terpisah dari dosa. Bila tidak, maka Ia sendiri akan menjadi berdosa dan tidak
sanggup menebus yang lainnya. Jawaban Allah kelihatan di dalam mujizat
kelahiran dari perawan, dimana Allah memakaikan pada DiriNya dengan daging
manusia dan dilahirkan oleh Maria ke dalam ras manusia. Tetapi tidak mewarisi
sifat dasar manusi yang telah jatuh, yang berdsoa atau rusak. Ia mengambil
kodrat manusia yang tanpa dosa dan menyatukannya dengan kodrat yang Ilahi.
Waktu Allah menubuatkan sebelumnya malalui nabi Yeremia bahwa akan datang
hari-hari waktu Ia akan mengadakan suatu Perjanjian Baru dengan Rumah Israel
dan Rumah Yehuda, Ia mengharuskan DiriNya untuk mati. Ini juga mengharuskan
adanya inkarnasi, karena Allah tidak dapat mati sebagai Allah, tetapi hanya
sebagai manusia (Yeremia 31:31-34; Ibrani 8:8-13), mempunyai kekuatan sesudah
manusia mati. Jadi Perjanjian Baru belum dapat berjalan sampai kematian dari
yang mewasiatkan yaitu Yesus Kristus ringkasannya:
1. Manusia berdosa dan oleh sebab itu
harus mati (I Korintus 15:21; Roma 5:12-21; Kejadian 2:16-17).
2. Hanya manusia yang dapat mati
untuk manusia, tetapi tak seorangpun manusia yang lahir dari ras Adam yang
memenuhi syarat, karena semua lahir di dalam dosa, dibentuk didalam kesalahan.
Tak seorangpun yang lahir dari ras Adam yang bersih (Ayub 14:4; Mazmur 51:1-5;
58:3).
3. Hanya Allah yang dapat menebus
manusia. Namun Allah tidak dapat menebus sebagai Allah, tetapi hanya sebagai
manusia. Jadi Allah menjelma menjadi manusia yang tidak berdosa oleh inkarnasi
untuk menebus sebagai Allah, tetapi hanya sebagai manusia. Jadi Allah menjelma
menjadi manusia yang tidak berdosa oleh inkarnasi untuk menebus manusia kembali
kepada DiriNya (Galatia 4:4-5; 1 Petrus 2:22; 1 Yohanes 3:5; 2 Korintus 5:21).
Oleh kelahiran dari perawan, Allah menghasilkan mahluk ciptaan yang tanpa dosa
dari mahluk ciptaan yang berdsoa.
C. Sifat Dasar dari Inkarnasi.
Sifat dasar inkarnasi diberikan
kepada kita oleh Paulus di surat Filipi dalam penghinaan diri rangkap tujuh.
Tujuan langkah penghinaan diri oleh Kristus dituliskan di dalam ringkasan dari
Filipi 2:6-8 berikut:
1. Walaupun dalam rupa Allah.
2. Tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.
3. Melainkan telah mengosongkan
diriNya sendiri.
4. Mengambil rupa seorang hamba.
5. Menjadi sama dengan manusia.
6. Dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diriNya.
7. Taat sampai mati, bahkan mati
di kayu salib.
Perendahan diri rangkap tujuh ini
dapat diringkaskan menjadi tiga pokok teologis besar :
1) Ke-AllahanNya, klausa 1 dan 2;
2) KemanusiaanNya, klausa 3,4 dan
5
3) PenyalibanNya, klausa 6 dan 7.
Waktu Paulus menyatakan bahwa Kristus
“telah mengosongkan diriNya sendiri”, ia mengatakan bahwa Kristus mengosongkan
diriNya. Dengan adanya “dalam rupa Allah” lalu mengambil “rupa seorang manusia”
disana ada proses pengosongan diri ini dikatakan sebagai Teori Kenosis.
Ungkapan “mengosongkan diriNya” berasal dari kata Grika “Kenoo” yang berarti
“menjadikan kosong”. Para teolog umumnya menerima Teori Kenosis, bahwa Kristus
memang mengosongkan diriNya dalam inkarnasi, namun ada banyak kesalah-pahaman
mengenai teori ini. Pertanyaan yang biasa yaitu, “dengan cara bagaimana Kristus
mengosongkan diriNya? “terdiri dari apakah pengosongan diri itu?” dan “waktu
menjadi manusia apakah Ia berhenti menjadi Allah?”.
1. Konsep-konsep yang salah.
a. Teori ini berpegang bahwa Kristus
di dalam pengosongan diriNya, mengesampingkan ke-AllahanNya, melepaskan
atribut-atribut esensialNya waktu Ia mengambil kemanusiaan pada diriNya. Dapat
dibuktikan bahwa Yesus selalu sadar akan ke-AllahanNya. Ke-Allahan dapat
mengambil kemanusiaan dan menyatukan dengan diriNya namun tidak dapat berhenti
dari ke-Allahan, maka Yesus adalah Allah yang memanifestasikan di dalam daging.
b. Ia mengosongkan diriNya dari
pemilikan atribut-atribut Ilahi. Teori ini berpegang bahwa waktu menjadi
manusia, Kristus melepaskan dari atribut-atribut ke-Allahan esensial tertentu,
seperti kemaha-kuasaan, kemaha-hadiran, dan kemaha-tahuan. Dipihak lain, teori
ini berpegang bahwa Kristus waktu menjadi manusia tidak mengosongkan diriNya
dari atribut-atribut moralNya, seperti kasih, kebenaran, kekudusan dan
kehidupan atribut esensial lain seperti self eksistensi (keberadaan sendiri),
kekekalan dan kesatuan dengan Bapa tidak diserahkan. Tetapi, bila sekiranya
Kristus telah menyerahkan beberapa atribut Ilahi, dan rupanya ini tidak
mungkin, maka Ia sudah berhenti dari menjadi Allah sepenuhnya.
c. Ia mengosongkan diriNya dari
Pemilikan secara nyata akan atribut-atribut Ilahi. Teori ini berpegang bahwa
Kristus tidak membebaskan diriNya dari atribut-atribut esensial dan moral,
tetapi hanya bertindak seolah-olah Ia tidak memilikinya. Teori ini
memperkenalkan unsur penipuan yang sama sekali bukan sifat dari Allah yang
benar.
d. Ia mengosongkan diriNya dari
penggunaan atribut-atribut Ilahi. Konsep ini berpegang Kristus dalam
pengosongan diriNya, berhenti menggunakan atribut-atribut Ilahi. Ini berpegang
bahwa Ia tidak berhenti memiliki kodrat Ilahi dan atribut ilahi tetapi hanya
berhenti menggunakannya. Tetapi, Injil-injil seperti yang akan terlihat
menunjukkan bahwa Ia menggunakan atau mempraktekkan atribut-atribut Ilahi
sewaktu-waktu.
2. Konsep yang benar.
Waktu menjadi manusia Kristus tidak
berhenti menjadi Allah, dan Ia juga tidak melepaskan dari pemilikan atau
menggunakan atribut-atribut Illahi, baik yang esensial maupun yang moral. Nanti
akan dilihat bahwa Allah tidak berubah menjadi manusia, tetapi hanya mengambil
kodrat manusia tanpa berhenti menjadi Allah.
Jadi terdiri dari apakah pengosongan
diri ini ? Kristus menyerahkan penggunaan yang bebas dari atribut-atribut
Ilahi. Ia mengesampingkan prerogatifNya sebagai Allah untuk bertindak sebagai
Allah, dan menjadi tergantung pada kehendak Bapa untuk pelaksanaan, bekerjanya
atau manifestasi apapun dari atribut-atribut ini. A.H. Strong dalam “Systematic
Theology” mengatakan “Perendahan diri ini terdiri dari penyerahan yang terus
menerus di pihak Manusia-Allah sejauh yang dimaksudkan adalah kodrat
manusiaNya, di dalam menerapkan kuasa-kuasa Ilahi yang dengannya diberkati
berdasarkan persatuanNya dengan yang Ilahi, dan di dalam penerimaan sukarela,
yang mengikuti ini, yaitu pencobaan, penderitaan dan kematian.”
a. Kristus selalu adalah Allah.
Sebelum inkarnasiNya, Kristus adalah
dalam rupa Allah (Filipi 2:6-8). Waktu menjadi manusia Ia tidak berhenti
menjadi Allah. Kebenaran dari ke-AllahanNya yang esensial sebelum inkarnasiNya
menghindari bahwa Ia dapat berhenti menjadi Allah karena menjadi manusia. Yesus
adalah Allah sebelum dan selama inkarnasiNya. Tidak pernah Ia berhenti menjadi
Allah, Ia kekal sebagai Allah, tetapi mengambil kemanusiaan atas diriNya. Waktu
mengambil kemanusiaan, Ia tidak mengosongkan diriNya dari ke-Allahan. Menolak
hal ini berarti jatuh ke dalam bidat dari abad-abad permulaan dan bersekutu
dengan mereka yang menolak ke “Allahan Kristus”.
Herbert Lockyer dalam “All the
Doctrines of the Bible” mengatakan: “Pada inkarnasiNya Kristus menambahkan pada
kodrat IlahiNya yang sudah ada kondrat manusia dan menjadi Manusia-Allah. Di
masa generasi kita, ditambahkan pada kodrat manusia kita yang sudah ada, kodrat
Ilahi sehingga kita menambil bagian dalam kodrat Ilahi itu (2 Petrus 1:4).
Jadi, seperti Kristus, setiap orang Kristen yang benar adalah manusia-Ilahi”.
Dalam mengutip Dr. Lousis Berkhof,
Lockyer selanjutnya menulis “Kristus mempunyai kodrat manusia, tetapi Ia bukan
oknum manusia. Oknum perantara adalah Anak Allah yang tak dapat diubah. Dalam
inkarnasi Ia tidak berubah menjadi oknum manusia, dan juga Ia tidak mengambil
oknum manusia. Ia hanya mengambil, sebagai tambahan atas kondrat IlahiNya,
kodrat manusia yang tidak berkembang menjadi suatu kepribadian yang bebas,
tetapi menjadi pribadi di dalam oknum dari Anak Allah”.
b. Kristus selalu memiliki atribut
Ilahi.
Waktu menjadi Manusia, Kristus tidak
mengosongkan diriNya dari suatu atribut esensial atau moral apapun. Kita
mencatat ini dalam ayat-ayat Firman Tuhan berikut:
(1) Atribut-atribut Esensial.
(a) Kemaha-hadiran (Yohanes 3:13;
Matius 28:19-20; 18:20).
Yesus tahu, sebagai Anak Allah, bahwa
Ia ada di bumi dan juga ada di Sorga. Inilah kemaha-hadiran. Hanya dengan
atribut ini Ia dapat beserta dengan umatNya dimana saja pada setiap waktu.
(b) Kemaha-kuasaanNya (Yohanes 6:36;
14:11; 10:25, 37-38; 15:24).
Karya Kristus adalah karya Ilahi. Ada
pekerjaan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Yesus mengampuni
dosa, menyatakan nama Ilahi, AKU ADA, dan mempraktekkan kuasa-kuasa kreatif
yang hanya menjadi milik ke-Allahan Yesus adalah Maha Kuasa.
(c) Kemaha-tahuan (Yohanes 2:24-25;
18:4).Yesus mengetahui semua manusia. Ia juga mengetahui semua yang ada didalam
manusia. Dalam hal ke-AllahanNya, Ia mengetahui semuanya. Tak ada yang
tersembunyi dari pemandanganNya.
(d) Tak berubah (Ibrani 1:12; 13:8).
Yesus Kristus sama kemarin, sekarang
dan selama-lamanya. WatakNya, kasihNya dan kehidupanNya tidak pernah berubah.
(e) Self-eksistensi (Yohanes 8:58,
Yohanes 1:4; 5:26).
Yesus memberikan kepada manusia
kehidupan kekal dengan mengatakan bahwa hidup adalah di dalam diriNya. Ia yang
memiliki Anak Allah mempunyai kehidupan kekal. Ini adalah atribut ke-Allahan (1
Yohanes 5:26). Yesus adalah Anak Allah yang kekal, Ia memberikan kehidupan
kekal kepada semua yang akan percaya kepada Bapa melalui Dia.
(f) Kekal (Wahyu 1:8; Yohanes 3:16;
5:26).
Yesus adalah Anak Allah yang kekal.
Ia memberikan kehidupan kekal kepada semua yang akan percaya kepada Bapa
melalui Dia.
(2) Atribut-atribut Moral.
Atribut-atribut moral berikut juga
dimanifestasikan dalam Anak Allah. Waktu menjadi Manusia, Ia tidak mengosongkan
diriNya dari atribut-atribut moral ke-Allahan.
(a) Kekudusan (Markus 1:24, Wahyu
4:8, 1 Petrus 1:15-16).
(b) Kebenaran (1 Korintus 1:30,
Yeremia 23:4-5, 1 Yohanes 2:1-2).
(c) Kasih (Yohanes 3:16, Galatia
2:20, 1 Yohanes 4:16-19). Yesus Kristus dimanifestasikan sebagai kasih yang
sempurna. Ini meliputi kebaikan, kemurahan, kasih sayang dan kebaikan hati,
semua ini adalah kualitas dari kasih Allah (Efesus 2:4-7, Titus 3:4-7).
(d) Kesetiaan (Yohanes 14:6), 1
Yohanes 5:20, Ibrani 2:17. Yesus Kristus adalah kesetiaan yang
dipersonifikasikan.
Yesus dulu dan sekarang adalah Allah, memiliki atribut-atribut esensial dan moral ke-Allahan Ia memiliki atribut-atribut Allah karena Ia adalah Allah. Yesus sadar akan ke-Allahan dan ManusiaNya.
Yesus dulu dan sekarang adalah Allah, memiliki atribut-atribut esensial dan moral ke-Allahan Ia memiliki atribut-atribut Allah karena Ia adalah Allah. Yesus sadar akan ke-Allahan dan ManusiaNya.
c. Kristus sebagai Allah menjadi
Manusia yang tergantung.
Pengosongan diri Kristus sebagai
Allah adalah di dalam fakta bahwa Ia merendahkan diriNya, dan dari rupa Allah,
Ia memakaikan kepada diriNya rupa seorang hamba. Walaupun ia adalah Allah dan
tak pernah berhenti sebagai Allah karena inkarnasi, Ia menjadi manusia yang
tunduk,yang taat dan yang tergantung dari Bapa dalam melakukan atribut-atribut
esensialNya. Dari kehendak bebasNya Ia menundukkan diriNya sebagai Manusia
Allah kepada kehendak Allah di dalam ketergantungan sepenuhnya pada Roh Kudus.
Anak itu mengambil pada diriNya
keterbatasan dari kemanusiaan yang sempurna dan melaksanakan penyerahan yang
terus menerus dari kehendakNya. Ia tidak perlu menderita lapar, haus,
keletihan, susah, penderitaan atau kematian, dan tidak pernah menggunakan
prerogatifNya yang Ilahi untuk meringankan kelemah-lembutan kodrat manusia ini.
Perendahan diri ini tidak dipaksakan
kepadaNya atau bertentangan dengan kehendakNya, tetapi kasih ke-Allahan yang
kekal yang mengharuskan Dia untuk mengerjakan penebusan manusia yang telah
jatuh. Kristus dengan senang hati melakukan kehendak Bapa (Mazmur 40:6-7,
Ibrani 1:5-10). Sebagai Manusia-Allah yang tunduk dan tergantung Ia mengatakan
bahwa Ia tak dapat melakukan sesuatu apapun dari diriNya tetapi hanya yang
diarahkan Bapa (Yohanes 5:30). Jadi Ia tidak pernah bertindak yang bertentangan
dengan kehendak Bapa dan setiap pelaksanaan atau pengungkapan atribut esensial
atau moral selalu bersesuaian dengan kehendak Bapa sebagai Manusia Allah yang
sempurna, Ia sepenuhnya tergantung pada Roh Kudus atas semua yang Ia katakan
dan lakukan. Ringkasannya:
(1) Dalam pengosongan diriNya Ia
membuang kemuliaan, keagungan yang cemerlang pengungkapan luar dari ke-Allahan
yang dimilikiNya bersama Bapa (Yohanes 17:5).
(2) Dalam pengosongan diriNya Ia
membuang rupa Allah dan mengambil pada diriNya bentuk hamba, namun tak berhenti
sebagai Allah. Ini Ia lakukan dalam kelahiran dari perawan (Yohanes 1:14,
Filipi 2:6-8, 1 Petrus 1:16-18).
(3) Dalam pengosongan diriNya Ia
mengajarkan apa yang hanya dikatakan BapaNya untuk dikatakan (Yohanes 5:30,
8:28, 35, 12:44-50).
(4) Dalam pengsongan diriNya Ia
hanya melakukan apa yang ditunjukkan oleh BapaNya untuk dilakukan (Yohanes
5:36).
(5) Dalam pengosongan diriNya Ia
mempraktekkan hanya otoritas yang diberikan Bapa kepadaNya (Yohanes 10:18).
(6) Dalam pengosongan diriNya Ia
menjadi tergantung secara sukarela kepada urapan dan kuasa kemampuan dari Roh
Kudus (Kisah 10:38, Lukas 4:14-18, Matius 12:36, Ibrani 9:14, Kisah 1:2).
(7) Dalam pengosongan diriNya Ia
mengesampingkan pelaksanaan secara bebas atribut-atribut IlahiNya, dan hanya
melaksanakan apa yang dikehendaki Bapa. Ini adalah penempatan diri lebih rendah
untuk maksud penebusan. Ia tidak pernah menggunakan sesuatu prerogatif IlahiNya
untuk maksud kepentingan diri (Yohanes 14:28: 3:16; 10:18, 1 Korintus 11:3;
15:27-28).
D. Alasan untuk Inkarnasi.
Ada sembilan alasan akan inkarnasi
dan semua mendapat penggenapan secara penuh di dalam oknum dan karya Kristus.
1. Untuk mengukuhkan perjanjian
keselamatan yang diadakan pada nenek moyang.
Allah membuat janji perjanjian dengan
para patriarkh: Adam, Nuh, Abraham, Isak dan Yakub. Perjanjian-perjanjian ini
termasuk keselamatan Israel dan orang kafir melalui benih perempuan itu, yaitu
Tuhan Yesus Kristus. Kristus datang dalam inkarnasi untuk menggenapi
janji-janji yang diberikan kepada bapa-bapa ini (Roma 15:8-9, Matius 1:1, Yesaya
7:14; 9:69, Kejadian 3:15; 22:18, Mikha 5:1-2).
2. Untuk menggenapi hukum Taurat,
Mazmur dan Nabi-nabi.
a. Hukum Taurat. Menggenapi Hukum
Taurat secara Moral.
Yesus datang untuk menggenapi
tuntutan Hukum Taurat dan memuaskan tuntutan kekudusan Allah. Adalah perlu bagi
seorang untuk menggenapi hukum Taurat sebelum Ia dapat menebus yang
melanggarnya, manusia melanggar hukum Taurat dan berada di bawah penghukuman
maut. Yesus adalah satu-satunya manusia yang pernah memelihara secara sempurna
hukum Taurat Allah itu. Segi tipe dari hukum Taurat meliputi : pelayanan
korban, keimanan, persembahan dan masa raya. Hukum upacara ini adalah tipe dari
pelayanan keimanan dari Kristus Ia datang untuk menggenapi hukum Taurat di
dalam semua hal sampai yang terkecil di dalam oknum dan karyaNya sendiri.
b. Mazmur.
Banyak Mazmur adalah mesianik.
Mazmur-mazmur ini menubuatkan penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menyusul
(1 Petrus 1:10-12). Kristus datang untuk menggenapi hal-hal ini.
c. Nabi-nabi.
Hukum Taurat, Mazmur dan Nabi-nabi
menunjuk kepada Kristus yang akan datang, Penebus yang akan datang. Mereka
memberi tipe dan menubuatkan oknum dan karyaNya. Yesus secara khusus menyatakan
bahwa Ia datang untuk menggenapi semua yang ada dalamnya (Matius 5:17-18, Lukas
16:16, Roma 2:21, Ibrani 10:5-8, Lukas 24:27, 44:16, Galatia 4:4-5, Mazmur
16:8-10, 22:1-8, 41:9-11).
3. Untuk memberikan Wahyu yang
lengkap tentang Allah Bapa para orang suci,
Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama hanya
memberikan wahyu sebagian-sebagian tentang Allah dan tidak dapat memberikan
wahyu yang penuh dan sempurna. Hanya Anak Allah, yang adalah Allah yang
berinkarnasi yang dapat melakukan hal ini. Didalam Kristus Allah dipakaikan
dengan daging manusia. Wahyu khusus dalam Perjanjian Baru adalah mengenai Bapa,
Yesus Kristus adalah wahyu yang paling penuh dan jelas dari hubungan Bapa dan
Anak yang dikehendaki Allah untuk dimasuki oleh mereka yang lahir baru (Yohanes
1:14-18; 14:9; 16:27, Matius 6:8, 5:45, Mazmur 103:13, Yohanes 3:1-5, Matius
11:27, 1 Yohanes 3:1-2).
4. Untuk menghancurkan pekerjaan dari
iblis dan kerajaannya.
Kerajaan iblis adalah kerajaan gelap
dan semua pekerjaannya datang dari alam itu. Dosa, penyakit, kesakitan, maut
dan belenggu adalah karya dari iblis. Yesus datang untuk menghancurkan semuanya
dan membawa manusia keluar dari kerajaan gelap ke dalam kerajaan terang (1
Yohanes 3:5, 8; Roma 13:12, Efesus 5:11, Ibrani 2:14-15, Yohanes 12:31; 14:30,
Wahyu 20:10-15).
5. Untuk hidup dalam kehidupan
manusia tanpa dosa secara sempurna
Yesus datang supaya hidup dalam
kehidupan yang sempurna dan tanpa dosa sebagaimana yang Allah kehendaki manusia
ada di bumi ini, Adam jatuh dari kehidupan ini, tetapi Yesus hidup dalamnya.
Walaupun para penulis Alkitab memberikan ajaran yang tak mungkin salah dalam
inspirasi Roh, namun tak seorangpun dari mereka yang tidak salah di dalam
watak, hanya Yesus sendiri yang tidak berdosa, tak ada ketidak sempurnaan di
dalam watakNya. Ia tidak mempunyai kodrat manusia yang jatuh atau yang duniawi.
Oleh sebab itu Ialah satu-satunya manusia teladan kita yang sempurna (1 Yohanes
2:6, 1 Petrus 2:21, Matius 11:29).
6. Untuk menanggalkan dosa oleh
pengorbanan diriNya.
Upah dosa adalah maut dan
satu-satunya jalan untuk menanganinya adalah kematian korban. Waktu Adam jatuh,
Allah memperkenalkan sebagai Imam Raja Yesus menggabungkan di dalam diriNya apa
yang dinyatakan di dalam orde Melkisedek (2 Timotius 4:18, Yeremia 23:5-6,
Kejadian 14:18-19, Ibrani 7:1-29, Zakaria 6:12; 3:8, Ibrani 1:8, Lukas 1:30-33,
Kejadian 17:6, 16; 49:9-10, Yesaya 11:1, 9:6-9, Bilangan 24:17, Matius 2:2,
Yohanes 1:49, 1 Timotius 1:17; 6:5). Yesus Kristus menggabungkan di dalam
diriNya semua jabatan Perjanjian Lama sebagai Hakim, Kristus adalah Juru
Selamat bagi Allah dan Pelepas kita. Sebagai Nabi, Kristus adalah Firman Allah
bagi kita, sebagai Imam, Kristus adalah Mediator Pembela dan Perantara Allah
sebagai Raja, Kristus adalah pemerintah Allah dan Kekuasaan atas kita.
7. Untuk menjadikan Perjanjian Baru
berjalan.
Kristus datang untuk menggenapi di
dalam diriNya semua ucapan di Perjanjian Lama termasuk semua perjanjian. Ia
datang untuk menjadikan Perjanjian Baru sebagaimana yang dinubuatkan Yeremia
itu berlaku. Hanya berdasarkan kematian dari pewasiatlah janji-janji berkat
Perjanjian Baru dapat berjalan dan dapat diperoleh oleh seisi dunia (Yeremia
31:31-34; Ibrani 8; Matius 26:26-28). Perjanjian Baru adalah penggenapan dari
semua perjanjian sebelumnya dan membawa manusia yang ditebus kepada maksud dari
perjanjian yang diadakan dalam sidang ke-Allahan di kekekalan sebelum dosa
mulai (Ibrani 13:20).
8. Untuk menggenapi semua jabatan
Perjanjian Lama.
Ada empat jabatan utama Perjanjian
Lama yang membayangkan pelayanan Kristus yang untuk itu Ia datang untuk
menggenapinya.
a. Jabatan Hakim.
Hakim adalah pelepas dan penyelamat
umat Allah, Israel. Masing-masing dari mereka dalam jabatannya adalah tipe dan
membayangkan pada Kristus sebagai Hakim, Pelepas dan Juru Selamat. Fungsi utama
mereka adalah untuk melepaskan Israel dari belenggu perbudakan dan penindasan
dari musuh mereka dan membawa mereka kembali kepada hubungan mereka dengan
Tuhan Allah. Ini juga sebagai pelayanan Kristus kepada umatNya (Hakim 2:14,
Nehemia 9:27, Yohanes 5:19-20, Kisah 17:31, Yesaya 33:22, Wahyu 20:11-15, Kisah
5:31). Injil Yohanes secara khusus menyajikan Kristus sebagai Hakim dan Juru
Selamat.
b. Jabatan Nabi.
Musa secara khusus membayangkan
Kristus sebagai Nabi, Firman Allah kepada manusia. Nabi-nabi Israel adalah juru
bicara Allah untuk umatNya. Mereka datang dari Allah dan mewakili Allah pada
manusia. Dengan demikian mereka membayangkan sebelumnya Kristus yang datang
dari Allah, dan mewakili Allah pada manusia, menjadi Firman yang terakhir,
wahyu yang sempurna dari Allah kepada manusia (Yohanes 1:17-18, Lukas 10:16,
Ibrani 1:1-2, Kisah 2:22-23; 7:37, Lukas 13:33, Matius 13:57, Ibrani 12:25,
Yohanes 6:14, 7:40, Lukas 7:16, Keluaran 4:14-16, 17:1, Ulangan 18:15-18).
Kristus adalah Guru yang tidak dapat salah dan Nabi Allah. Injil Markus
terutama menyajikan Kristus sebagai Nabi.
c. Jabatan Imam.
Bila nabi mewakili Allah kepada
manusia, imam mewakili manusia kepada Allah. Harun Imam Besar dan semua imam
yang sesudahnya dalam jabaan mereka menjadi tipe dari Kristus dalam jabatan
ini. Kualifikasi, pengurapan dan pentahbisan imam pada jabatan mereka menjadi tipe
dari Kristus sebagai Imam Besar kita dalam fungsiNya. Ia imam bukan menurut
“orde Harun” tetapi menurut “orde Melkisedek” (Imamat 21:16-24, Keluaran 28-29,
Imamat 8:23-26, Ibrani 1:9, Zakharia 6:12-13, 1 Samuel 2:27-35). Gereja juga
disebut sebagai mengikuti orde Melkisedek (1 Petrus 2:5-8, Wahyu 1:6, 5:9-10).
Jabatan ini secara vital dihubungkan dengan sistim korban persembahan karena
dosa. Kristus sebagai Imam Besar, dengan mempersembahkan diriNya menggabungkan
yang mempersembahkan dan persembahan di dalam seorang oknum. Ialah pendamaian,
Pembela, Perantara, Imam Besar untuk dosa-dosa manusia (Ibrani 2:10, 17-18,
4:15-16, 5:1-5, 1 Timotius 2:5, Yesaya 53:10-13, Yohanes 1:29, 36; 1 Yohanes
2:1-2, Mazmur 110:4).
Kristus sebagai Imam di bumi
mempersembahkan di mezbah Kalvari tubuhNya dan darahNya sendiri sebagai korban
yang tertinggi untuk dosa. Kristus sebagai imam di Sorga mengadakan perantaraan
di mezbah sorgawi bagi umatNya sendiri. Ini adalah berdasar paa kebangkitan dan
kenaikanNya dan menggenapi yang ditipekan pada upacara Hari Pendamaian besar
sebagaimana diatur di Imamat 16 (Ibrani 7:26-27, Roma 3:25, Ibrani 8:1-2, 9:24,
Roma 8:34). Injil Lukas terutama menyajikan Kristus sebagai Imam kita.
d. Jabatan Raja.
Raja-raja Israel dan Yehuda, walaupun
tidak sempurna di dalam karakter dan perbuatan, membayangkan Tuhan Yesus
Kristus yang akan menjadi Raja segala raja dan Tuhan semua tuan, Anak Daud.
Inkarnasi juga untuk menggenapi Perjanjian Daud yang menjanjikan Mesias Raja
menjadi pemerintah yang tertinggi dari dunia (Mazmur 89, Mazmur 2, Mazmur 45,
Mazmur 72, Mazmur 110, Yohanes 18:26, 2 Samuel 7:8-17, Wahyu 15:3, 19:16).
Injil Matius terutama menyajikan Kristus sebagai Raja.
Sebagai Imam-Raja Yesus menggabungkan di dalam diriNya apa yang dinyatakan di dalam orde Melkisedek (2 Timotius 4:18, Yeremia 23:5-6, Kejadian 14:18-19, Ibrani 7:1-29, Zakharia 6:12, 3:8, Lukas 1:30-33, Kejadian 17:6, 16, 49:9-10, Yesaya 11:1, 9:6-9, Bilangan 24:14, Matius 2:2, Yohanes 1:49, 1 Timotius 1:17, 6:5).
Sebagai Imam-Raja Yesus menggabungkan di dalam diriNya apa yang dinyatakan di dalam orde Melkisedek (2 Timotius 4:18, Yeremia 23:5-6, Kejadian 14:18-19, Ibrani 7:1-29, Zakharia 6:12, 3:8, Lukas 1:30-33, Kejadian 17:6, 16, 49:9-10, Yesaya 11:1, 9:6-9, Bilangan 24:14, Matius 2:2, Yohanes 1:49, 1 Timotius 1:17, 6:5).
Yesus Kristus menggabungkan di dalam
diriNya semua jabatan Perjanjian Lama. Sebagai Hakim, Kristus adalah Juru
Selamat bagi Allah dan Pelepas bagi kita. Sebagai Nabi, Kristus adalah Firman
Allah bagi kita. Sebagai Imam Kristus adalah Mediator, Pembela dan Perantara
Allah. Sebagai Raja Kristus adalah Pemerintah Allah dan kekuasaan atas kita.
9. Untuk menyempurnakan rencana
Penebusan pada kedatanganNya kedua kali.
Kedatangan Pertama Kristus oleh
inkarnasi hanya merupakan persiapan untuk kedatangan kedua dari Kristus.
Kedatangan pertama dan semua yang tercakup dalam rencana penebusan membuat
jalan bagi yang kedua kali. Kedatangan yang pertama adalah pembukaan dari
rencana penebusan dan kedatangan yang kedua adalah penyempurnaan dari hal itu.
Dalam kedatangan pertama kita diselamatkan dari rasa salah dan hukuman dosa dan
dalam kedatangan kedua kita akan ditebus sepenuhnya dari kuasa dan kehadiran
dosa, kedatangan kedua menyelesaikan apa yang dimulaikan pada kedatangan
pertama, masing-masing tidak lengkap tanpa yang lainnya (Daniel 9:24-27, Roma
8:18-25, Ibrani 9:27-28, Filipi 3:21, 1 Korintus 15:25-28, 1 Tesalonika
4:15-18).
VI. KE-ALLAHAN KRISTUS.
Sebagaimana yang dicatat sebelumnya, bidat-bidat mengenai
ke-Allahan dan kemanusiaan Kristus muncul pada abad-abad permulaan dalam sejarah
Gereja Bandul bergoyang balik dan kembali dalam keestrimannya. Tetapi,
lebih banyak penolakan ke-AllahanNya dari pada atas kemanusiaanNya, ke-Allahan
dan kemanusiaan Kristus perlu dipertahankan dalam keseimbangan yang
sebaik-baiknya, sebagaimana yang disaksikan oleh para penulis Perjanjian Baru,
utnuk menghindari bidat.
Yang berikut adalah ayat-ayat Kitab Suci yang mengukuhkan
ke-Allahan Kristus bukti yang terkuat bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Allah
yaitu atribut-atribut Ilahi, nama-nama Ilahi, karya-karya Ilahi, penyembahan
Ilahi, hak-hak Ilahi dan hubungan Ilahi yang dianggap berasal dari Dia.
A. Atribut-atribut Ilahi yang dianggap dari Dia.
1. Atribut-atribut Esensial.
a. Kekekalan wujud.
Keputraan Kristus adalah keputraan yang kekal dalam ke-Allahan
yang kekal. NamaNya Aku ADA dan mengungkapkan kekekalan wujud.
Yesus tahu bahwa Ia ada sebelumnya bersama Bapa dan Ia datang dari Sorga
(Yohanes 1:1-3, Amsal 30:4, Roma 1:20, Yohanes 17:3-5, Matius 3:11, 16:16,
Ibrani 7:1-4, Yesaya 7:14, 9:6-9, Amsal 8:23-31, Wahyu 1:8,11, Yohanes
6:33,41,50,51,62, 8:56-58, Keluaran 3:14, Mikha 5:2).
b. Pra-eksistensi dari
wujud.
Yesus sendiri menyaksikan untuk
pra-eksistensiNya. Ia tahu bahwa Ia ada dipangkuan Bapa, kekekalan wujud
meliputi pra-eksistensi wujud. Yesus telah ada sebelum Ia lahir dari
perawan Maria (Yohanes 1:1-3, 27, 30, 16:26-28, 17:1-5, Lukas 12:49-51, Matius
10:40, Amsal 8:13-36, Yohanes 6:38-57, 8:28, 38, 58, Markus 1:38, Mikha 5:2).
c. Self-eksistensi.
Anak ada bersama Bapa dan Roh
Kudus, Anak adalah sumber kehidupan dan mempunyai kuasa untuk memberikan
kehidupan kekal kepada semua yang akan percaya. Ia hidup dalam kuasa dari
kehidupan tanpa akhir, bahasa sedemikian hanya dapat diaplikasikan kepada
ke-Allahan, kepada Allah yang self-eksten (berada sendiri) (Yohanes 1:4,
5:21-26, 14:16, Ibrani 7:16, 1 Yohanes 5:11-12).
d. Ke-Allahan.
Kesaksian Alkitab menyaksikan
ke-Allahan Kristus.
(1) Ia ada pada permulaan
sebagai Firman, sebagai Allah (Yohanes 1:1, Filipi 2:6, Wahyu 19:13).
(2) Ia bersama Allah, Bapa (Yohanes 1:1).
(3) Ialah Allah, Anak (Yohanes 1:1, Roma 9:5, Ibrani 1:8,10, 1 Yohanes 5:20, Titus 2:13).
(4) Ia adalah Allah yang dimanifestasikan di dalam daging (Yohanes 20:28, 1 Timotius 3:16, Kolose 2:9, 1:19, Kisah 20:28, Ibrani 1:8).
(5) Ialah Allah yang berkuasa (Yesaya 9:6, Mazmur 45:6).
(6) Ialah Imanuel, Allah beserta kita (Yesaya 7:14, Matius 1:23).
(7) Ialah Firman yang menjadi daging (Yohanes 1:14-18).
(8) Ialah Allah yang benar (1 Yohanes 5:20, Titus 2:13, Roma 9:5).
(9) Ialah Allah yang besar (Titus 2:13).
(10) Ialah Allah dan Juru Selamat kita (2 Petrus 1:1).
(11) Ia ada dalam rupa Allah sebelum inkarnasiNya dan sama dengan Allah Bapa (Filipi 2:5-7).
(12) Ialah satu-satunya Allah yang bijaksana (Yudas 25).
(2) Ia bersama Allah, Bapa (Yohanes 1:1).
(3) Ialah Allah, Anak (Yohanes 1:1, Roma 9:5, Ibrani 1:8,10, 1 Yohanes 5:20, Titus 2:13).
(4) Ia adalah Allah yang dimanifestasikan di dalam daging (Yohanes 20:28, 1 Timotius 3:16, Kolose 2:9, 1:19, Kisah 20:28, Ibrani 1:8).
(5) Ialah Allah yang berkuasa (Yesaya 9:6, Mazmur 45:6).
(6) Ialah Imanuel, Allah beserta kita (Yesaya 7:14, Matius 1:23).
(7) Ialah Firman yang menjadi daging (Yohanes 1:14-18).
(8) Ialah Allah yang benar (1 Yohanes 5:20, Titus 2:13, Roma 9:5).
(9) Ialah Allah yang besar (Titus 2:13).
(10) Ialah Allah dan Juru Selamat kita (2 Petrus 1:1).
(11) Ia ada dalam rupa Allah sebelum inkarnasiNya dan sama dengan Allah Bapa (Filipi 2:5-7).
(12) Ialah satu-satunya Allah yang bijaksana (Yudas 25).
e. Kemaha-kuasaan.
Anak adalah Maha Kuasa, Ia adalah
pencipta dan memelihara alam semesta (Kolose 1:17; Efesus 3:9; Ibrani 1:10;
Wahyu 3:14; Yohanes 1:3, 10; 1 Korintus 8:6).
(1) Ia mempunyai kuasa di
Sorga (Matius 28:18).
(2) Ia mempunyai semua kekuasaan di bumi (Yohanes 17:2).
(3) Ia mempunyai kuasa atas semua alam (Matius 8:23-27).
(4) Ia mempunyai kuasa atas semua pasukan iblis (Lukas 4:35-41).
(5) Ia mempunyai kuasa atas semua rombongan malaikat (1 Petrus 3:22; Efesus 1:20-22).
(6) Ia mempunyai kuasa atas segala sesuatu (Ibrani 1:3).
(2) Ia mempunyai semua kekuasaan di bumi (Yohanes 17:2).
(3) Ia mempunyai kuasa atas semua alam (Matius 8:23-27).
(4) Ia mempunyai kuasa atas semua pasukan iblis (Lukas 4:35-41).
(5) Ia mempunyai kuasa atas semua rombongan malaikat (1 Petrus 3:22; Efesus 1:20-22).
(6) Ia mempunyai kuasa atas segala sesuatu (Ibrani 1:3).
f. Kemaha-tahuan.
Anak serba mengetahui karena
ke-AllahanNya, tak ada yang tersembunyi dari pemandanganNya (Yohanes 16:30;
2:24-25; Kolose 2:3; Yohanes 14:16-19; 21:17; Ibrani 4:12-13; Wahyu 2:23).
g. Kemaha-hadiran.
Anak itu hadir dimana saja pada
setiap waktu. Karena atribut ini Ia sanggup berhimpun dengan umatNya
dimana saja mereka berhimpun dalam namaNya (Matius 18:20; Yohanes 3:13; Efesus
1:23; 1 Korintus 1:2; 54). Karena alasan ini Ia dapat berkata bahwa
Ia ada di Sorga dan juga di bumi.
h. Tak berubah.
Anak itu tak dapat berubah dan
sama kemarin, hari ini dan selama-lamanya dalam hal watakNya dan atributNya
(Ibrani 1:12; 13:8; Mazmur 102:26-32; Maleakhi 3:6).
i. Tak dapat salah.
Anak itu tak dapat salah, yaitu
tidak dapat keliru atau berbuat salah, hanya ke-Allahan yang tak dapat
salah. Semua manusia dapat berbuat salah. Ia tak pernah mengatakan
yang salah atau keliru, karena perkataanNya adalah perkataan Bapa (Yohanes
12:44-50; 14:6). Ialah kebenaran.
j. Kedaulatan.
Setiap lutut akan bertelut pada Anak Allah dan mengakui
ke-TuhananNya, yaitu mengakui ke-AllahanNya (Filipi 2:8-11, Yesaya 9:6; Wahyu
19:16; Matius 25:31-46). Ialah Raja segala raja dan Tuhan semua tuhan.
2. Atribut Moral.
a. Kekudusan yang sempurna.
Anak Allah adalah kekudusan yang dipersonifikasikan Ialah
satu-satunya oknum yang kudus yang pernah berjalan di bumi ini (Lukas 4:34;
Kisah 4:27-30; 1 Petrus 2:22). (Ini ditangani secara lebih penuh di
ketidak-berdosaan Kristus).
b. Kebenaran yang sempurna.
Anak Allah adalah Tuhan kebenaran kita Yehoyah
Tsidkenu. Ini hanya dapat diterapkan kepada ke-Allahan (Yeremia 23:5-6; 1
Korintus 1:30; Ibrani 1:9; 1 Petrus 2:22).
c. Kasih yang sempurna.
Anak Allah adalah kasih yang sempurna. Inilah kodrat
dan watak yang sesungguhnya dari ke-Allahan. Manusia dapat mempunyai
kasih, tetapi Allah adalah kasih (Yohanes 15:9-10, 1 Yohanes 3:16, 4:7-8,
15-16). Ini meliputi kualitas belas kasihan, kasih karunia, rasa kasihan
dan kebaikan.
d. Kesetiaan yang sempurna.
Anak Allah setia secara sempurna (Wahyu 1:5).
B. Nama-nama Ilahi yang diterapkan kepadaNya.
1. Ialah Bapa yang kekal atau Bapa kekekalan (Yesaya
9:6).
2. Ia dinamakan Tuhan (Yoel 2:32; Kisah 2:21; Roma 10:13; Kisah 9:17).
2. Ia dinamakan Tuhan (Yoel 2:32; Kisah 2:21; Roma 10:13; Kisah 9:17).
Adalah suatu penghujatan bila menyebut manusia “Tuhan”
menurut pemikiran Yunani, karena ini adalah nama ke Allahan.
a. Ialah Tuhan semesta alam (Yesaya 8:13-14; 1 Petrus
5:15, 1:7-8).
b. Ialah Tuhan kebenaran kita (Yeremia 23:5-6).
c. Ialah Tuhan (Matius 22:43-45; Mazmur 110:1; Lukas 2:11).
d. Ialah Tuhan Yesus Kristus (Kisah 2:34-37; Lukas 2:11).
b. Ialah Tuhan kebenaran kita (Yeremia 23:5-6).
c. Ialah Tuhan (Matius 22:43-45; Mazmur 110:1; Lukas 2:11).
d. Ialah Tuhan Yesus Kristus (Kisah 2:34-37; Lukas 2:11).
3. Ia dinamakan Yehovah (Kejadian 19:24; Hosea 1:7;
Zakharia 12:10; Mazmur 83:18; Yesaya 12:2).
4. Ialah Alfa dan Omega (Wahyu 1:7,8,11; 22:13, 16).
5. Ialah yang Awal dan yang Akhir (Yesaya 44:6; 41:4; 48:12; Wahyu 1:17-18).
6. Ialah Firman yang kekal (Yohanes 1:1,4; Wahyu 19:13; Ibrani 1:1-2).
4. Ialah Alfa dan Omega (Wahyu 1:7,8,11; 22:13, 16).
5. Ialah yang Awal dan yang Akhir (Yesaya 44:6; 41:4; 48:12; Wahyu 1:17-18).
6. Ialah Firman yang kekal (Yohanes 1:1,4; Wahyu 19:13; Ibrani 1:1-2).
7. Ialah AKU ADA (Keluaran 3:14-15; Yohanes 8:56-58;
Imamat 24:12-16). (Perhatikanlah semua AKU ADA dari Yesus di Injil
Yohanes). Adalah suatu penghujatan menggunakan nama ke Allahan ini kecuali bila
Yesus adalah Allah.
8. Ialah akar dan keturunan Daud. Ialah anak Daud
dan Tuhannya Daud, karena pra-eksistensi, ke Allahan dan inkarnasi. Ialah
akar dan Tuhan karena ke AllahanNya. Ialah keturunan dan Anak, karena
kemanusianNya (Wahyu 22:16; Matius 9:27; 22:41-46).
9. Ialah Malaikat Yehovah (menunjuk kepada Teofani
Perjanjian Lama atau Kristofani). (Kejadian 16:7-14; 22:11-18; 31:11-13;
Keluaran 3:1-5; 14:19; Hakim 6:11-23; 13:2-25; 1 Tawarikh 21:1-27; Bilangan
22:22-35; 1 Raja-raja 19:5-7; 2 Raja-raja 19:35; Zakharia 1:11; 6:12-15).
Orang Ibrani mengenai manifestasi ini sebagai manifestasi dari ke Allahan.
10. Ialah Anak Allah, keputraan ini adalah keputraan
yang kekal, dan diakui oleh semua kalangan.
a. Oleh Allah Bapa (Kisah 13:33, Ibrani 1:5; Matius 17:5).
b. Oleh roh-roh iblis (Matius 8:29).
c. Oleh malaikat Gabriel (Lukas 1:35).
d. Oleh rasul-rasul (Matius 16:16-17, Roma 1:1-3).
e. Oleh Tuhan sendiri (Markus 1:61-62, 17; Lukas 22:70; Yohanes 5:25; 11;4; Mazmur 2:7; Amsal 30:4; Yesaya 7:14; 9:6-9).
b. Oleh roh-roh iblis (Matius 8:29).
c. Oleh malaikat Gabriel (Lukas 1:35).
d. Oleh rasul-rasul (Matius 16:16-17, Roma 1:1-3).
e. Oleh Tuhan sendiri (Markus 1:61-62, 17; Lukas 22:70; Yohanes 5:25; 11;4; Mazmur 2:7; Amsal 30:4; Yesaya 7:14; 9:6-9).
11. Ialah yang Kudus Allah (Markus 1:24).
12. Ialah kebenaran (Yohanes 14:6). Ia berbicara kebenaran, Ia adalah kebenaran (lampau dan kini). Ialah kebenaran yang dipersonifikasikan.
12. Ialah kebenaran (Yohanes 14:6). Ia berbicara kebenaran, Ia adalah kebenaran (lampau dan kini). Ialah kebenaran yang dipersonifikasikan.
C. Karya-karya Ilahi yang dipertalikan kepadaNya.
Karya-karya Ilahi yang dilakukan oleh Anak Allah (Yohanes
14:11; 10:37; 5:36).
1. Ialah pencipta alam semesta (Ibrani 1:3; Kejadian
1:1-5; Yohanes 1:1-4,10; Ibrani 1:10; Kolose 1:16-17).
2. Ialah pencipta malaikat dan manusia (Kejadian 1:26;
Amsal 8:30; Kolose 1:16-17).
3. Ia mengampuni dosa (Kisah 5:31; Lukas 5:21-24; Matius
9:6; Markus 2:5-7; Kolose 3:13). Adalah hak prerogatif Allah,
pengampunan dosa, karena semua dosa, terutama melawan Allah sendiri (Mazmur
51:4).
4. Ia membangkitkan orang mati dan akan mengubah tubuh
yang buruk orang percaya waktu kedatanganNya karena siapa Ia (Yohanes 5:28-29;
11:25; Filipi 3:21; 2 Timotius 4:1).
5. Ia akan menghakimi seluruh dunia di dalam kebenaran.
Semua penghakiman telah diberikan kepadaNya oleh Bapa. Ia hanya
dapat menghakimi keseluruh dunia dalam keadilan yang sempurna karena
atribut Ilahi (Yohanes 5:22-29; Kisah 17:31; 2 Korintus 5:10; 2 Timotius 4:1;
Matius 25:31-46).
6. Ia menegakkan dan memelihara alam semesta oleh
FirmanNya yang berkuasa (Ibrani 1:3; Kolose 1:17).
7. Ialah pemberi kehidupan kekal kepada semua yang
percaya kepada Bapa melalui Dia Sendiri (Yohanes 10:28; 17:2).
8. Ia akan mengadakan pembaharuan langit dan bumi
(Ibrani 1:10-12; Wahyu 21:5; Matius 19:28).
D. Penyembahan Ilahi Yang Diberikan KepadaNya.
Penyembahan Ilahi diberikan kepada dan diterima oleh Yesus
tidak pernah menolak penyembahan sedemikian. Ini sangat bertentangan
dengan manusia Allah lainnya yang secara mutlak menolak penyembahan dari
manusia lainnya, seperti yang dilakukan pada malaikat terpilih. Hanya
manusia penyembah diri yang menerima penyembahan orang lain seperti
terlihat pada kaisar-kaisar Roma (Kisah 10:26, 14:15; Wahyu 22:9).
Menyembah Yesus sebagai Allah akan merupakan penghujatan dan penyembahan
berhala jika Ia bukan Allah, dengan demikian bila Yesus menerima penyembahan
yang hanya menjadi milik Allah BapaNya maka itu akan merupakan perampokan,
penghujatan dan penyembahan berhala.
1. Ia disembah malaikat
(Ibrani 1:6; Yesaya 6:1-5; Wahyu 5:12-14).
2. Ia disembah manusia (Matius
8:2, 15:25-28, 28:17; Lukas 24:51-52; Kisah 1:24, 7:59-60; 1 Tesalonika 3:11;
Yohanes 9:38; Filipi 2:9-11; Mazmur 45:11; 1 Korintus 1:2).
3. Ia disembah oleh semua
mahluk (Wahyu 5:13).
4. Ia menerima doa
sebagaimana berdoa kepada Allah (Kisah 1:24, 7:59-60).
5. Ia dihormati secara sama
dengan Allah Bapa (Yohanes 5:23; Wahyu 1:5-6; Ibrani 1:6-8).
E. Klaim Ilahi Yang Dibuat OlehNya.
Yesus membuat klaim (tuntutan) yang seharusnya hanya dibuat
oleh Allah. Sekiranya klaim ini sebenarnya tidak demikian, maka Yesus
menipu diri atau sebagai pembohong dan penipu yang lihai.
1. Ia mengklaim bahwa Ia
satu dengan Allah (Yohanes 10:30, 38; 5:23; 14:10).
2. Ia mengklaim Allah
sebagai BapaNya (Lukas 2:41-52; Matius 12:48; Markus 3:33-34). Ia tidak
pernah mengakui Yusuf sebagai bapaNya.
3. Ia mengklaim Ia mengasihi
sebagaimana Bapa mengasihi (Matius 10:37-38; Lukas 14:26).
4. Ia mengklaim sebagai AKU
ADA, yang menunjukkan eksistensi yang kekal (Yohanes 8:56-58; 18:1-5 dengan
Keluaran 3:14-15).
5. Ia mengklaim Keputeraan
Ilahi, menjadikan Dia sendiri Allah (Yohanes 5:25; 11:4; Markus 12:6; Amsal
30:4).
F. Hubungan Ilahi Yang Dikatakan OlehNya.
Anak dihubungkan dengan Bapa dan Roh Kudus dalam hubungan
perjanjian di kekalan dan di dalam waktu, hal ini tidak dapat terjadi kecuali
bila Anak adalah Ilahi, bersama-sama dalam ke-Allahan.
1. Baptisan dilaksanakan di dalam nama Tritunggal Allah,
dimana Anak dilibatkan di pusat. (Matius 28:18-20; Kisah 2:34-36).
2. Berkat Apostolik meliputi ke-Allahan kekal, dimana
Anak merupakan wahyu dari kasih karunia Allah (2 Korintus 13:13).
3. Baca juga Yohanes 14:1,6; 10:28-30; 17:5,17,18;
Matius 11:27; Kolose 1:19; 2:9; 1 Korintus 8:6; Efesus 4:8-10; 1 Timotius
1:15-16; Yohanes 14:1,6; 10:28-30; 17:21; 5:17-18; Matius 11:27; Kolose 1:19; 2:9;
1 Korintus 8:6; Efesus 4:8-10; 1 Timotius 1:15-16; Yohanes 14:9; Kolose 1:15; 1
Yohanes 2:23; 1 Tesalonika 3:11; 1 Korintus 12:4-6; Lukas 22:29; Mazmur 2:7;
45:6-7; 110:1-4; Yesaya 53:10-11).
Tidaklah mungkin untuk menyangkal atau menolak kebenaran tentang
ke-Allahan Anak Allah dalam terang ayat-ayat Kitab Suci ini bagi Yesus,
menerima klaim-klaim, penyembahan, nama-nama dan karya seperti yang dianggap
berasal dari Dia atau yang dipertalikan kepadaNya, sekiranya Ia yang pernah
membuat klaim sedemikian atau yang menerima penyembahan yang berdosa secara
lancang dan layak untuk mati, tetapi Yesus menerima dan mendemonstrasikan klaim
ke-Allahan. Yesus Anak Allah sesungguhnya Allah, Allah yang memanifestasi
didalam daging orang percaya yang benar hanya dapat berucap bersama Thomas “Ya
Tuhanku dan Allahku” (Yohanes 20:28 dengan Yesaya 25:9).
VII. KEMANUSIAAN KRISTUS.
Kitab Suci menyajikan Kristus yang berinkarnasi sebagai
mempunyai dua kodrat Ia adalah Allah dan manusia namun satu
oknum. Besarkan rahasia ke Allahan ini, Allah dimanifestasikan di dalam
daging (1 Timotius 3:16; Kolose 2:2-3). Dalam bagian ini kita akan
mempertimbangkan bukti dari kemanusiaan Kristus yang sempurna dan tanpa dosa,
dan teladan Nya yang agung kepada semua orang percaya.
A. Kemanusiaan Kristus.
1. Ia punya kelahiran manusia.
a. Dalam hal kemanusiaanNya,
ia lahir dari perempuan (Matius 1:18-23, 2:11; Lukas 1:30-33; Galatia
4:4). Perawan Maria adalah yang terpilih untuk menjadi ibu kemanusiaan
Kristus.
b. Ia dikatakan sebagai
benih Daud secara manusia (Roma 1:3; Matius 1:1).
c. Ialah Benih Perempuan yang dijanjikan (Kejadian 3:15; Matius 1:23; Yesaya 7:14).
c. Ialah Benih Perempuan yang dijanjikan (Kejadian 3:15; Matius 1:23; Yesaya 7:14).
d. Ia datang dari bangsa
Israel secara manusia (Roma 9:5).
e. Ia dikenal sebagai Anak
Daud (Matius 15:22; Kisah 13:22-23; Ibrani 7:14). SilsilahNya dapat
ditelusuri melalui IbuNya kembali pada Daud Raja Israel.
f. Ia dalah Firman yang
dibuat dan dimanifestasikan secara manusia (Yohanes 1:14; Roma 1:3; 1 Timotius
3:16).
2. Ia mempunyai nenek moyang manusia.
Silsilah Kristus secara daging ditelusuri kembali pada Daud
dan Adam di Injil Lukas melalui IbuNya Maria, dan kembali pada Daud dan Abraham
di Injil Matius melalui yang dianggap BapaNya Yusuf (Lukas 3:23-38;
Matius1:1-17).
Tetapi walaupun orang lain mengatakan BapaNya secara manusia,
Ia sungguh mengklaim bahwa Allah adalah BapaNya, dan mengakui Maria sebagai
IbuNya (Lukas 3:23, 4:22; Matius 13:55-56; Yohanes 1:45, 6:42). Sejauh
dalam hal orang Yahudi dimana Yesus yang dimaksudkan. Ia sesungguhnya
adalah manusia, yang dari daging dan darah seperti manusia lainnya. Ia
bukan momok atau hantu tetapi manusia yang sebenarnya.
3. Ia Mempunyai nama-nama Manusia dan Gelar-gelar yang
diberikan kepadaNya.
a. Ia dinamakan manusia sebelum kelahiranNya oleh
malaikat Gabriel, kepada Maria dan juga Yusuf (Matius 1:21-23).
b. Ia disebut Anak Daud (Matius 1:1, 9:27, 20:30-33).
c. Ia disebut Anak Abraham (Matius 1:1).
d. Ia disebut Anak Manusia lebih dari 80 kali dalam Perjanjian Baru (Matius 16:28, 26:64-65; Kisah 7:56; Wahyu 1:13, 14:4).
e. Ia dinamakan Mediator, manusia Kristus Yesus (1 Timotius 2:5).
f. Ia digelar orang Yahudi menurut kebangsaanNya (Yohanes 4:9, 8:57).
g. Ia digelar Adam yang terakhir (1 Korintus 15:45-47).
h. Ia digelarkan Manusia (Yohanes 8:40, 1:30; Kisah 2:22; Filipi 2:8; 1 Korintus 15:21, 47).
i. Ia masih sebagai manusia di Sorga walaupun kini telah dimuliakan (Yakobus 20:15; 1 Timotius 2:5; Kisah 17:31).
j. Ia akan datang sebagai Anak Manusia pada kedua kalinya untuk menghakimi dunia (Matius 16:27-28, 25:31, 26:64-65).
c. Ia disebut Anak Abraham (Matius 1:1).
d. Ia disebut Anak Manusia lebih dari 80 kali dalam Perjanjian Baru (Matius 16:28, 26:64-65; Kisah 7:56; Wahyu 1:13, 14:4).
e. Ia dinamakan Mediator, manusia Kristus Yesus (1 Timotius 2:5).
f. Ia digelar orang Yahudi menurut kebangsaanNya (Yohanes 4:9, 8:57).
g. Ia digelar Adam yang terakhir (1 Korintus 15:45-47).
h. Ia digelarkan Manusia (Yohanes 8:40, 1:30; Kisah 2:22; Filipi 2:8; 1 Korintus 15:21, 47).
i. Ia masih sebagai manusia di Sorga walaupun kini telah dimuliakan (Yakobus 20:15; 1 Timotius 2:5; Kisah 17:31).
j. Ia akan datang sebagai Anak Manusia pada kedua kalinya untuk menghakimi dunia (Matius 16:27-28, 25:31, 26:64-65).
4. Ia Mempunyai Kodrat Manusia Yang Lengkap.
Anak Allah mempunyai semua yang essensial dari kodrat manusia
sebagaimana yang diciptakan Allah pada permulaannya. Yesus adalah manusia
yang lengkap yang mempunyai roh, jiwa dan tubuh (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 4:12).
Kebenaran ini membuktikan kesalahan bidat Apollinarianisme yang menolak
kemanusiaan Kristus (1 Yohanes 4:3).
a. Yesus mempunyai roh manusia (Lukas 23:46; Markus 2:8,
8:12; Yohanes 13:21).
b. Yesus mempunyai jiwa (Matius 26:38; Lukas 23:43;
Yohanes 12:27; Kisah 2:27; Yesaya 53:10; Markus 14:34). Ini meliputi
pikiran, kehendak dan emosi (1 Yohanes 1:1-2).
c. Yesus mempunyai tubuh manusia dari daging, tulang dan
darah (Ibrani 2:14; Yohanes 1:14; Matius 26:12; Lukas 22:19; Yohanes 2:21;
Lukas 23:52-56; Ibrani 10:5,10). Sesudah kebangkitanNya, Ia mempunyai
tubuh daging dan tulang (Lukas 24:39). Dalam tubuh manusiaNya Ia
terbatas secara lokal dan geografis, dan terbatas oleh kelemahan tanpa dosa.
5. Ia Mengalami Perkembangan Secara Manusia.
Dalam hal kemanusiaanNya, Yesus bertumbuh dan berkembang
secara normal dan alamiah seperti manusia lainnya. Ini terlihat dalam
referensi dan komentar berikut.
a. Ia bertumbuh sebagai seorang anak (Lukas 2:40).
b. Ia bertumbuh dalam hikmat dan semakin besar (Lukas 2:52).
c. Ia belajar kepada Tuhan dari hal-hal yang Ia deritakan (Ibrani 5:8).
d. Ia bekerja keras sebagai manusia mengikuti pekerjaan Yusuf sebagai tukang kayu (Markus 6:3; Lukas 3:23).
e. Ia menderitakan keterbatasan manusia (Ibrani 2:10).
f. Ia mengalami pencobaan manusia (Matius 4:1-11; Ibrani 2:18; Markus 1:55; Lukas 22:28; Ibrani 4:15).
g. Ia belajar untuk hidup tergantung pada Bapa dengan terus berdoa (Matius 14:23; Ibrani 5:7; Lukas 6:12, 22:39-46). Ada sekitar 25 referensi Yesus berdoa di Perjanjian Baru.
h. Ia belajar bergantung pada Bapa dan kuasa Roh Kudus terus menerus, Ia tidak dapat mengatakan atau melakukan sesuatu dari DiriNya tetapi hanya apa yang diberikan kepadaNya (Mazmur 1:35; Yohanes 6:1; Kisah 1:2; Ibrani 9:14; Kisah 10:38; Ibrani 5:7).
i. Ia adalah manusia yang diperkenalkan Allah (Kisah 2:22).
j. Ia terbatas dalam pengetahuan manusia (Matius 24:36; Markus 13:32; Lukas 7:9).
k. Ia menginginkan simpati manusia di Taman (Matius 26:36-40).
b. Ia bertumbuh dalam hikmat dan semakin besar (Lukas 2:52).
c. Ia belajar kepada Tuhan dari hal-hal yang Ia deritakan (Ibrani 5:8).
d. Ia bekerja keras sebagai manusia mengikuti pekerjaan Yusuf sebagai tukang kayu (Markus 6:3; Lukas 3:23).
e. Ia menderitakan keterbatasan manusia (Ibrani 2:10).
f. Ia mengalami pencobaan manusia (Matius 4:1-11; Ibrani 2:18; Markus 1:55; Lukas 22:28; Ibrani 4:15).
g. Ia belajar untuk hidup tergantung pada Bapa dengan terus berdoa (Matius 14:23; Ibrani 5:7; Lukas 6:12, 22:39-46). Ada sekitar 25 referensi Yesus berdoa di Perjanjian Baru.
h. Ia belajar bergantung pada Bapa dan kuasa Roh Kudus terus menerus, Ia tidak dapat mengatakan atau melakukan sesuatu dari DiriNya tetapi hanya apa yang diberikan kepadaNya (Mazmur 1:35; Yohanes 6:1; Kisah 1:2; Ibrani 9:14; Kisah 10:38; Ibrani 5:7).
i. Ia adalah manusia yang diperkenalkan Allah (Kisah 2:22).
j. Ia terbatas dalam pengetahuan manusia (Matius 24:36; Markus 13:32; Lukas 7:9).
k. Ia menginginkan simpati manusia di Taman (Matius 26:36-40).
6. Ia Mempunyai Kelemahan Yang Tak Berdosa Karena Kodrat
Manusia.
Sebagai Kristus menderitakn keterbatasan dan kelemahan kodrat
manusia yang tidak berdosa di dalamnya, namun bagian dari nasib manusia sejak
kejatuhan. Tuhan manusia yang dimuliakan nanti tidak akan mempunyai
kelemahan tanpa dosa ini (Filipi 3:20-21).
a. Yesus menjadi letih (Yohanes 4:6).
b. Yesus mempunyai nafsu makan yang normal dan lapar (Matius 4:2, 21:18).
c. Yesus juga haus (Yohanes 4:7, 19:28).
d. Ia juga menikmati tidur secara alamiah (Matius 8:24).
e. Ia terbatas dalam pengetahuan manusia (Markus 11:13; 13:32; 5:32; 5:30-34; Yohanes 11:34).
f. Ia masygul hatiNya (Yohanes 11:33).
g. Ia menangisi umat (Yohanes 11:35; Matius 23:37; 26:38).
h. Ia perlu dikuatkan karena penderitaan disalib oleh malaikat (Lukas 22:43).
b. Yesus mempunyai nafsu makan yang normal dan lapar (Matius 4:2, 21:18).
c. Yesus juga haus (Yohanes 4:7, 19:28).
d. Ia juga menikmati tidur secara alamiah (Matius 8:24).
e. Ia terbatas dalam pengetahuan manusia (Markus 11:13; 13:32; 5:32; 5:30-34; Yohanes 11:34).
f. Ia masygul hatiNya (Yohanes 11:33).
g. Ia menangisi umat (Yohanes 11:35; Matius 23:37; 26:38).
h. Ia perlu dikuatkan karena penderitaan disalib oleh malaikat (Lukas 22:43).
7. Ia Menderita Kemanusiaan Manusia.
Kematian telah menjadi milik manusia sejak kejatuhan di
Eden. Waktu Yesus menderitakan dosa kita kepada diriNya pada
tubuhNya sendiri di kayu itu, Ia menderitakan upah dosa, yaitu maut (1 Petrus
2:24; Kejadian 2:17; Ibrani 9:17; Ibrani 9:17; Lukas 23:33; Ibrani 2:29).
KematianNya adalah maksud yang tertinggi dan inkarnasi yang akan diikuti
kebangkitanNya.
8. Ia Mengalami Kebangkitan Manusia.
Ia dibangkitkan dari orang mati dan masih memiliki tubuh yang
lahir dari perawan, disalibkan, dikuburkan, dibangkitkan dan kini telah
dimuliakan. Tubuh Yesus adalah tanpa dosa, kekal dan tak dapat
rusak. Ia mengorbankan kehidupanNya, seperti yang diperintahkan
Bapa kepadaNya (Lukas 23:39; Yohanes 20:27; Kisah 7:55-56). KebangkitanNya
sebagai manusia adalah sebagai contoh dari semua kebangkitan lainnya.
Dalam kenaikanNya, Ia telah membawa kemanusiaan di dalam ke-AllahanNya.
Ia tetap manusia Yesus Kristus dalam kedudukanNya yang dimuliakan di tahta di
ketinggian (1 Timotius 2:5; Ibrani 8:1-5).
Kemanusiaan Kristus adalah fakta yang tak dapat
dibantah. Yesus, Anak Allah yang kekal menjadi Anak Manusia. Ia
adalah ke-Allahan dan kemanusiaan yang dipersatukan dalam satu oknum.
KelahiranNya sebagai manusia, silsilah, nama-nama gelar, keterbatasan, penderitaan,
kematian dan kebangkitanNya semua membuktikan realitas kemanusianNya secara
penuh dan lengkap. Manusia yang sama ini yang sekarang telah dimuliakan
dan bila Ia datang kembali nanti pada kali yang kedua adalah “Yesus yang sama”
yang akan datang dalam cara yang sama seperti waktu Ia pergi ke Sorga (Kisah
1:11).
B. Ketidak-berdosaan Kristus.
Bahwa Kristus mempunyai kemanusiaan yang tanpa dosa secara
sempurna dan tak dapat rusak merupakan kesaksian Kitab Suci Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Adalah penting bahwa Kritus itu tanpa dosa yaitu
supaya menjadi Juruselamat dunia. Sekiranya Ia bukan tanpa dosa, Ia harus
mati untuk dosaNya sendiri dan harus memerlukan penebusan untuk DiriNya,
Kristus tidak akan menjadi wahyu Allah yang sempurna, penuh dan final kepada
manusia bila sekiranya Ia orang berdosa. Tanpa ketidak -berdosaan Kristus
maka rencana penebusan gagal, karena Penebus dosa tidak mungkin terjadi bahwa
Ia sendiri seorang berdosa.
Ketidak-berdosaan adalah kesesuaian yang lengkap dengan kehendak
Allah di dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Keberdosaan adalah
kekurangan kesesuaian pada kehendak Allah di dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan. Jadi Kristus, sebagai manusia yang sempurna, mengenai secara
sempurna kehendak Allah, Ia tak pernah terlibat dalam dosa dalam pikiran,
perkataan dan perbuatan. KesempurnaanNya adalah kesempurnaan tanpa dosa.
1. Teori-teori Mengenai Ketidak-berdosaan Kristus.
a. Teori Daging Berdosa.
Teori ini berpegang bahwa Kristus mempunyai “daging berdosa”
dan bahwa Ia harus memenangkan dosa dengan kuasa Roh Kudus, sebagaimana yang
dialami orang percaya. Ini didasarkan pada kesalah-pahaman atas Roma 8:3
dimana Paulus menyatakan bahwa Kristus “serupa dengan daging yag dikuasai dosa”
b. Teori Berpotensi Berdosa.
Teori ini berpegang bahwa Kristus, walaupun sebagai Allah
yang berinkarnasi, dapat saja berdosa tetapi tidak akan berdosa. Ia mampu
mengatasi dosa. Teori ini menyatkaan fakta bahwa Kristus dicobai
membuktikan bahwa Ia dapat saja berdosa. Argumentasi diberikan bahwa
supaya suatu pencobaan sah harus terpenuhi syarat bahwa orang yang dicobai itu
dapat berdosa. Teori ini juga mengajarkan bahwa Kristus tidak akan dapat
menjadi Imam Besar yang penuh belas kasihan dan bersimpati kepada kita dalam
pencobaan kita, kecuali bila Ia dapat berdosa.
c. Teori Kesempurnaan Tanpa Dosa.
Aliran pemikiran ini berpegang bahwa Kristus tidak dapat
berdosa karena siapa Ia sebenarnya. Pandangan ini yang dipegang oleh buku
ini. Sebelum mempertimbangkan alasan-alasan bagi pandangan ini, kita
harus mencatat dasar umum dari iman yang dipegang oleh kebanyakan orang percaya
Injil, dalam pernyataan-pernyataan berikut :
– Anak Allah memiliki kodrat manusia yag sempurna dan kodrat
Ilahi.
–Anak Allah menderitakan pencobaan dalam semua hal, seperti
kita juga dan ini merupakan pencobaan yang sah.
–Anak Allah tidak berdosa, tidak dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan.
–Anak Allah dapat bersimpati dan menolong mereka yang
menderitakan pencobaan yang sama (1 Yohanes 3:5, 1 Petrus 2:22, 2 Korintus
5:21, Ibrani 4:15; 7:26; 2:18).
Ketidak-samaan diantara teori-teori ini adalah didalam
pernyataan-pernyataan berikut :
Kristus dapat saja berdosa tetapi tidak akan dan tidak
berdosa.
Pernyataan yang muncul, “Mungkinkah bagi Kristus untuk tidak
berdosa atau mungkinkah bagi Kristus untuk berdosa?”
Pertanyaan-pertanyaan ini telah merangsang pikiran orang
Kristen berabad-abad. Tetapi harus diingat baik-baik bahwa apakah Kristus
dapat atau tidak berdosa, faktanya adalah Ia tidak berdosa. Jadi Ia
sendiri saja yang dapat menjadi Juruselamat orang-orang berdosa.
2. Kesempurnaan Tanpa Dosa Dari Kristus.
a. Pertanyaan dan Keberatan Utama Dipertimbangkan.
(1) Bila tak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, maka
apakah maksudnya Ia dicobai? Tidakkah ini menjadikan pencobaanNya tidak
riil dan oleh sebab itu tidak sah? Mengapa mencoba mahluk yang tidak
berdosa? Malaikat berdosa waktu dicobai. Adam berdosa waktu
dicobai. Mengapa Kristus tidak dapat berdosa waktu dicobai? Apakah
tidak harus ada keinginan didalam yang menarik pencobaan itu?
(2) Bila tidak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, maka
ini berarti bahwa Ia tidak mempunyai kuasa untuk memilih, kemauan untuk memilih
diantara yang baik dan yang jahat. Tidakkah mungkin bahwa Ia telah
melakukan kehendaknya sendiri dan bukan kehendak BapaNya. Seperti yang rupanya
diindikasikan pencobaan di Getsemani? (Matius 26:39).
(3) Bila tidak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, maka
Ia sebenarnya tidak beridentifikasi secara benar dengan ras manusia. Dan
tidak dapat memahami secara penuh kemanusiaan dan kodrat kita yang
berdosa. Tidakkah ini secara otomatis menempatkan kesenjangan diantara
Juruselamat dan orang berdosa yang tak dapat dijembatani?
(4) Bila tidak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, lalu
bagaimana pencobaan dapat menjadi penyebab penderitaan kepadaNya dan bagaimana
Ia dapat bersimpati dengan kita dalam pencobaan kita?
(5) Bila tidak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, lalu
tidakkah pencobaanNya berbeda dengan pencobaan pada kita orang berdosa alami?
Kita akan maju untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan
keberatan-keberatan ini dengan beberapa argumentasi mengenai pencobaan Adam,
Yesus dan semua manusia, sifat dan arti pencobaan, dan akhirnya kesaksian dari
ketidak berdosaan Kristus.
b. Percobaan pada Adam, Yesus dan Semua Manusia.
Hanya ada dua manusia dalam Kitab Suci yang pencobaannya
unik, Adam dan Yesus. Keduanya adalah Anak Allah dalam arti yang unik,
Adam sebagai anak yang diciptakan Allah, dan Yesus Anak Allah yang diperanakkan
(Lukas 3:38; Yohanes 3:16). Keduanya mempunyai kodrat manusia tanpa dosa,
yang tidak memiliki prinsip dosa di dalam keberadaan mereka. Mereka
dicobai dari luar oleh iblis. Adam memberi respons kepada pencobaan,
sementara Kristus tidak. Adam dan Yesus merupakan kepala perwakilan atau
manusia yang mewakili ras ciptaan lama dan ras ciptaan baru. Allah
melihat semua manusia di dalam Adam atau di dalam Kristus (1 Korintus
15:46-47). Semua fakta ini menempatkan pencobaan Adam atau Yesus dalam
perbedaan langsung dari pencobaan semua manusia yang lahir dari Adam sesudah
kejatuhan. Semua manusia lainnya yang lahir dari ras Adam dicobai sebagai
orang berdosa yang lahir dalam dosa. Tak seorangpun dari mereka
yang mengalami pencobaan dalam keadaan tanpa dosa. Pencobaan Adam dan
Yesus unik dalam hal keduanya bukan dicobai dari dalam, tetapi dari luar.
Semua orang berdosa dicobai dari luar dan dari dalam. Semua manusia
dicobai bila ditarik oleh hawa nafsu mereka dan tertarik. Kemudian bila
hawa nafsu dibuahi menghasilkan dosa, dan dosa bila telah selesai menghasilkan
maut (Yakobus 1:13-14).
Dosa adalah gangguan ke dalam manusia Adam. Hanya Adam
dan Yesus yang mempunyai kodrat manusia yang tanpa dosa, jadi pencobaan mereka
khusus. Tetapi ada juga perbedaan besar diantara Adam dan Yesus, Adam
hanya manusia tetapi Yesus sebagai Allah dan manusia. Walaupun Adam dan
Yesus tanpa dosa, Adam adalah mahluk ciptaan sedang Yesus bukan, Adam hanya
mempunyai satu kodrat manusia, sementara Yesus mempunyai dua kodrat, manusia
dan yang Ilahi.
Pernyataan di Roma 8:3 bahwa Kristus “serupa dengan daging
yang dikuasai dosa”, tidak boleh disalahpahami. Ayat ini tidak mengatakan
bahwa Yesus mempunyai “daging berdosa” tetapi Ia adalah kelemahan tanpa dosa
dari kodrat manusia. Kristus sesungguhnya mempunyai daging yang
sebenarnya, namun daging yang tanpa dosa. Tidak ada dosa asal atau
prinsip dosa di dalam Dia sebagai Anak Allah yang kekal dan diperanakkan Dosa
bukan essensial kepada kodrat manusia tetapi gangguan. Kristus mempunyai
kodrat manusia tanpa dosa seperti Adam sebelumnya kejatuhan. Tetapi, Ia
juga mempunyai “kesamaan”dengan daging Adam sesudah kejatuhan, yaitu kodrat
manusia dengan kelemahan tanpa dosa. Walaupun ajaran Gnostik tertentu
mengajarkan bahwa daging inheren dengan keberdosaan, tetapi hal ini
bertentangan dengan Firman Allah. Kristus mempunyai daging yang
bebas dari hukum dosa, namun itu adalah “serupa dengan (dan hanya serupa)
daging yang dikuasai dosa. Perbandingan dan perbedaan pencobaan Adam dan
Yesus, orang tak percaya dan orang percaya, akan menolong membawakan
fakta-fakta kedalam fokus lebih tajam.
ADAM
-Adam yang pertama
-Manusia pertama, dari bumi
-Tak ada kecenderungan jahat, asalnya
-Kecenderungan pada dosa
-Satu kodrat, kodrat manusia
-Dicobai dari luar pada roh, jiwa dan tubuh
-Memberi respons pada dosa
-Kodrat manusia yang jatuh
-Ciptaan Allah
-Anak Allah yang diciptakan
-Mahluk manusia
-Adam yang pertama
-Manusia pertama, dari bumi
-Tak ada kecenderungan jahat, asalnya
-Kecenderungan pada dosa
-Satu kodrat, kodrat manusia
-Dicobai dari luar pada roh, jiwa dan tubuh
-Memberi respons pada dosa
-Kodrat manusia yang jatuh
-Ciptaan Allah
-Anak Allah yang diciptakan
-Mahluk manusia
YESUS
-Adam yang terakhir Manusia kedua, Tuhan dari Sorga
-Tak ada kecenderungan jahat di dalamnya
-Tak ada kecenderungan pada dosa
-Dua kodrat, Ilahi dan manusia
-Dicobai dari luar pada roh, jiwa dan tubuh
-Tak memberi respons pada dosa
-Kodrat manusia yang tak jatuh
-Inkarnasi dari Allah
-Anak yang diperanakkan Allah
-Mahluk manusia Ilahi
-Adam yang terakhir Manusia kedua, Tuhan dari Sorga
-Tak ada kecenderungan jahat di dalamnya
-Tak ada kecenderungan pada dosa
-Dua kodrat, Ilahi dan manusia
-Dicobai dari luar pada roh, jiwa dan tubuh
-Tak memberi respons pada dosa
-Kodrat manusia yang tak jatuh
-Inkarnasi dari Allah
-Anak yang diperanakkan Allah
-Mahluk manusia Ilahi
ORANG YANG TAK PERCAYA
-Di dalam Adam” – anak manusia
-Kodrat manusia yang jatuh
-Kecenderungan berdosa
-Prinsip dosa menguasai di dalam
-Dicobai dari dalam dan luar, secara tubuh, jiwa dan roh
-Dilahirkan di dalam dosa
-Tak ada yang baik dalam daging
-Ciptaan lama, dari orang tua
-Mahluk manusia yang berdosa
-Dosa akan menghancurkan sampai kematian
-Di dalam Adam” – anak manusia
-Kodrat manusia yang jatuh
-Kecenderungan berdosa
-Prinsip dosa menguasai di dalam
-Dicobai dari dalam dan luar, secara tubuh, jiwa dan roh
-Dilahirkan di dalam dosa
-Tak ada yang baik dalam daging
-Ciptaan lama, dari orang tua
-Mahluk manusia yang berdosa
-Dosa akan menghancurkan sampai kematian
ORANG PERCAYA
-”Di dalam Kristus” – Anak Allah
-Kodrat manusia yang jatuh pengambil bagian kodrat Ilahi
-Kecenderungan berdosa mengatasi
-Prinsip dosa dihapuskan pada waktunya
-Dicobai dari luar dan dalam secara tubuh, jiwa dan roh, namun dikuatkan untuk mengatasi oleh Roh Kudus
-Dilahirkan di dalam dosa, namun dilahirkan kembali
-Kristus di dalam anda, harapkan kemuliaan
-Ciptaan baru dalam ciptaan lama
-Mahluk manusia yang ditebus
-Dosa dikuasai menuju hidup
-”Di dalam Kristus” – Anak Allah
-Kodrat manusia yang jatuh pengambil bagian kodrat Ilahi
-Kecenderungan berdosa mengatasi
-Prinsip dosa dihapuskan pada waktunya
-Dicobai dari luar dan dalam secara tubuh, jiwa dan roh, namun dikuatkan untuk mengatasi oleh Roh Kudus
-Dilahirkan di dalam dosa, namun dilahirkan kembali
-Kristus di dalam anda, harapkan kemuliaan
-Ciptaan baru dalam ciptaan lama
-Mahluk manusia yang ditebus
-Dosa dikuasai menuju hidup
c. Arti dan Sifat dari Pencobaan.
Perjanjian Baru menggunakan dua kata khusus Grika yang
mempunyai arti “percobaan” di dalamnya, karena pencobaan ada hubungan dengan
pengujian baik oleh Allah maupun oleh setan atau yang lain
(1) Kata Grika “Dokimazo” berarti “membuktikan suatu hal
apakah itu layak diterima atau tidak, mengetes (harfiah atau hiasan),
implikasinya, menyetujui, mengijinkan, melihat perbedaan, menguji, membuktikan,
mencoba”. (Lukas 14:10; Roma 2:18, 12:22; 1 Korintus 3:13, 11:28; Galatia
6:4; Ibrani 3:9; Yakobus 1:12; 1 Petrus 1:17; 1 Yohanes 4:1). Ini
digunakan dalam cara berikut di Perjanjian Baru. Orang menguji api, orang
percaya menguji apa kehendak dari Allah; orang percaya merelakan agar iman
mereka dicobai dan diakui. Allah mencobai orang kudusNya. Semua orang
percaya diuji dan dicobai oleh lingkungan hidupnya, oleh kelemahan dan
kekurangan kodrat manusia. Maksud dari tipe pencobaan ini untuk
membuktikan dan menyetujui. Ini adalah pencobaan untuk membuktikan dan
menyetujui. Ini adalah pencobaan yang mengharapkan hasil positif.
Dalam cara ini, Allah “mencobai” Abraham (Ibrani 11:17 dengan Kejadian
22:1). Kata ini digunakan sekitar 25 kali dalam Perjanjian Baru dan tak
pernah digunakan untuk iblis mencoba untuk membuktikan seseorang.
(2) Kata Grika “Peirazo” yang diterjemahkan “mencobai”
berarti “menempatkan pada percobaan” dengan percobaan (yang baik), pengalaman
(yang jahat), permintaan, disiplin atau provokasi, implikasinya
kemalangan. Kata ini digunakan sekitar 40 kali di Perjanjian Baru, dan
membawa ide mengetes dan mengadakan percobaan pada seseorang. Ini
digunakan dalam cara berikut.
(a) Manusia Mencobai Allah.
Yang dimaksudkan manusia menempatkan Allah untuk dicobai
untuk mendapatkan apakah Ia akan melakukan yang baik atau yang jahat kepada
mereka. Jadi Israel “mencobai Allah” di padang gurun (Ibrani 3:9).
Guru-guru hukum Taurat “mencobai Allah” dengan keinginan meletakkan kuk pada
tengkuk orang kafir (Kisah 15:10). Ananias dan Sapira “mencobai Roh
Kudus”dalam tindakan mereka menipu (Kisah 5:9). Manusia diingatkan
untuk tidak mencobai (mengetes) Tuhan Allah (Matius 4:7).
(b) Manusia Dicobai Allah.
Allah pada waktunya mengetes atau mencobai manusia
yaitu tak pernah untuk yang jahat tetapi dengan pandangan untuk
membuktikan apa yang di dalam manusia dan menyingkapkan kepada manusia
kebutuhannya di dalam (Yakobus 1:2, 12). Tetapi Allah tak dapat dicobai
dengan yang jahat, juga Ia tidak pernah mencobai seseorang supaya berdosa
(Yakobus 1:13-14). Seperti yang dicatat, Abraham dicobai Allah dalam hal
mengorbankan anak tunggalnya, Ishak (Ibrani 11:17) dengan (Kejadian 22:1)
orang-orang suci Perjanjian Lama dicobai dan dicobai oleh penganiayaan,
tantangan dan dengan demikian membuktikan bahwa mereka setia kepada Allah dalam
segala sesuatu (Ibrani 11:37; Galatia 4:13-14; 1 Korintus 10:13; Yohanes
6:6; Matius 6:13.
(c) Manusia Dicobai Iblis.
Iblis juga mencobai dan mengetes manusia. Tetapi
pencobaan ini selalu sebagai umpan supaya berdosa, tarikan untuk melakukan yang
jahat. Pencobaan ini tidak datang dari Allah (Yakobus 1:13-14). Ini
datang dari iblis atau dari kodrat berdosa dari manusia. Jadi iblis
mencobai malaikat, mencobai Adam dan mencobai Yesus. Ia juga mencobai
orang berdosa yang lahir dari ras Adam (Kejadian 3:1-6; Matius 4:1).
d. Sifat dari Pencobaan Kristus.
(1) Yesus dicobai oleh Allah BapaNya.
Percobaan ini yang pertama meliputi penderitaan yang Yesus
pikul dalam kemanusiaanNya tanpa dosa dengan mempunyai kelemahan tanpa
dosa. Ia dicobai oleh pertentangan, penganiayaan, keletihan, perbantahan
orang berdosa, lingkungan yang bertentangan, orang Yahudi, saudara-saudaraNya,
pemimpin-pemimpin agama dan murid-muridNya. Dalam semua hal ini Ia
dicobai dan diuji namun diperkenalkan dalam segala hal oleh Bapa. Inilah
bagian dari “pencobaan-pencobaan Kristus” (Lukas 22:28).
(2) Yesus dicobai oleh Iblis.
Yesus dicobai untuk melakukan yang jahat oleh Iblis, yaitu
untuk melakukan kehendakNya dan bukan kehendak BapaNya. Iblis berusaha
mencari kesempatan agar Bapa punya alasan untuk tidak berkenan kepada
Yesus. Ini terjadi dalam keseluruhan hidupNya. Cerita tentang
pencobaan empat puluh hari hanya contoh masa khusus pencobaan yang dialami
Yesus. Kitab Suci mengatakan bahwa iblis meninggalkan Yesus untuk satu
waktu sesudah kemenanganNya yang terkenal dalam ketiga pencobaan utama (Markus
1:13).
(3) Yesus tidak dicobai oleh kodrat yang berdosa.
Yesus tidak dicobai oleh kodrat yang berdosa atau daging di
dalam. Inilah perbedaan yang kekal di antara pencobaan Yesus dengan
pencobaan manusia yang lahir dari ras Adam, baik orang percaya maupun orang
tidak percaya. Yesus tidak mempunyai kodrat berdosa atau yang daging di
dalam sehingga Ia tidak menderitakan pencobaan dari dalam agar berdosa,
sebagaimana dialami semua orang yang telah jatuh. Tak ada
yang dapat mengganti atau mengubah perbedaan fakta ini. Bila
dikatakan bahwa Yesus “telah dicobai dalam semua segi, seperti kita, tetapi
tanpa dosa (AV)” (Ibrani 5:15), secara harfiah berarti “terpisah dari dosa”.
Yaitu dapat dikatakan, Ia dicobai untuk berdosa, dari luar, tetapi tidak
dicobai oleh dosa dari dalam, karena tidak ada yang jahat di dalam Dia.
Ia tidak mempunyai kodrat manusia berdosa, tak ada keinginan berdosa didalam
Dia. Tidak ada konflik batin seperti yang dijelaskan di Roma 7:14-18 di
dalam kehidupanNya (Yakobus 1:14). Karena itu Ia dicobai dalam semua
segi, seperti kita, namun tanpa keinginan di dalam (Ibrani 2:18; 4:15, Yohanes
8:46, 14:30).
(4) Yesus dicobai dalam KemanusiaanNya, bukan dalam
Ke-AllahanNya.
Yesus adalah Allah yang berinkarnasi dan Allah tidak dapat
dicobai dengan kejahatan (Yakobus 1:13-14). Iblis menyerang kemanusiaan
Kristus. Yesus menderitakan pencobaan dalam kemanusiaanNya, bukan dalam
ke-AllahanNya. Jadi Yesus “dicobai dalam semua segi seperti kita”,
terpisah dari dosa. Segi-segi dimana Yesus dicobai adalah dalam :
(a) Roh – dicobai untuk menyembah Setan.
(b) Jiwa – dicobai untuk meragukan kuasa pemeliharaan Allah.
(c) Tubuh – dicobai untuk memuaskan nafsu badani manusia yang normal dengan menggunakan kuasa mujizat (Matius 4:1-11 dengan 1 Yohanes 2:16-17). Setiap pencobaan ini datang dari luar, tidak dari dalam. Sebagai manusialah waktu Ia mengalahkan dengan kuasa Firman, dengan mengatakan “ada tertulis”. Sebagai manusia, Yesus tidak mengundang prerogatif IlahiNya untuk menghancurkan Iblis. Ia dicobai untuk menghindari salib seperti yang dikatakan Petrus berdasarkan pikiran yang iblis berikan kepadaNya (Matius 16:21-24). Ia dicobai di Getsemani untuk menghindari penderitaan cawan Kalvari, namun Ia menyerahkan kehendakNya kepada kehendak Bapa dan dikuatkan oleh malaikat. KemanusiaanNya yang kudus secara alami menyembunyikan diri dari cobaan berat karena dijadikan dosa. Namun ini bukan perasaan berdosa sama sekali. Ia juga dicobai di salib waktu orang-orang Yahudi beragama menantang Dia untuk turun dari salib dan menyelamatkan diriNya sendiri (Lukas 23:35-37).
(b) Jiwa – dicobai untuk meragukan kuasa pemeliharaan Allah.
(c) Tubuh – dicobai untuk memuaskan nafsu badani manusia yang normal dengan menggunakan kuasa mujizat (Matius 4:1-11 dengan 1 Yohanes 2:16-17). Setiap pencobaan ini datang dari luar, tidak dari dalam. Sebagai manusialah waktu Ia mengalahkan dengan kuasa Firman, dengan mengatakan “ada tertulis”. Sebagai manusia, Yesus tidak mengundang prerogatif IlahiNya untuk menghancurkan Iblis. Ia dicobai untuk menghindari salib seperti yang dikatakan Petrus berdasarkan pikiran yang iblis berikan kepadaNya (Matius 16:21-24). Ia dicobai di Getsemani untuk menghindari penderitaan cawan Kalvari, namun Ia menyerahkan kehendakNya kepada kehendak Bapa dan dikuatkan oleh malaikat. KemanusiaanNya yang kudus secara alami menyembunyikan diri dari cobaan berat karena dijadikan dosa. Namun ini bukan perasaan berdosa sama sekali. Ia juga dicobai di salib waktu orang-orang Yahudi beragama menantang Dia untuk turun dari salib dan menyelamatkan diriNya sendiri (Lukas 23:35-37).
Ini adalah pencobaan yang riil pada kemanusiaanNya dan sudah
tentu kodrat manusiaNya menderita, takut akan penderitaan di salib, baik secara
fisik maupun rohani. Dijadikan dosa dan ditinggalkan Bapa merupakan
kesengsaraan terbesar dan menyebabkan penderitaan yang tak terkatakan atas
kemanusiaanNya yang kudus dan tanpa dosa. Ia tidak perlu sanggup berdosa
untuk mengesahkan penderitaan dari pencobaan ini. Penderitaan pencobaan
ini akan lebih kuat pada kemanusiaanNya yang tanpa dosa dari pada apa yang
dapat dipahami kemanusiaan yang berdosa. Menderitakan kehadiran dosa
lebih hebat rasanya pada Seorang yang tidak dapat berdosa dan yang tidak berdosa
dari pada mahluk hidup berdosa. Juga harus diingat bahwa pencobaan bukan
dosa, tetapi menyerah pada pencobaan itulah dosa.
Pengajaran bahwa Allah Bapa dan malaikat di Sorga berada
dalam keterangan selama kehidupan Kristus di bumi, ketakutan jangan-jangan Anak
Manusia jatuh dan berdosa, mengecilkan nasihat dan maksud penebusan oleh
Allah. Ini mengecilkan watak Allah dalam atribut esensialNya dan
moralNya. Rencana keselamatan sudah dihasilkan dalam musyawarah
ke-Allahan yang kekal dan tidak ada kemungkinan untuk gagal di pihak Anak
Allah (1 Petrus 1:19-20; Mazmur 40:5-8; Ibrani 12:1-4. 13-20).
e. Alasan-alasan Yesus Menderitakan Pencobaan.
Kami sekarang akan menjawab keberatan-keberatan mengenai
maksud Yesus menderitakan pencobaan bila Ia tak mungkin dapat berdosa.
Yesus memang menderitakan pencobaan dan oleh sebab itu Ia dapat menguatkan dan
menghiburkan semua orang percaya yang dicobai.
(1) Ia menderitakan pencobaan demi perkembangan
kemanusiaan yang penuh dan komplit.
Waktu kemanusiaan Yesus bertumbuh dalam hikmat dan semakin
besar dan makin berkenan kepada Allah dan manusia (Lukas 2:52), Ia belajar
dengar-dengaran pada hal-hal yang Ia deritakan (Ibrani 5:8). Ia
berkembang secara rohani, mental dan fisik. Ia menderitakan kelemahan tanpa
dosa, Ia menderitakan pencobaan dalam kodratNya manusia dan membuktikan DiriNya
sempurna. Apa yang Ia deritakan dalam kodrat kemanusiaanNya, di dalam
pengalamanNya menambahkan kelengkapan pada kodrat Ilahi, karena Pencipta itu
satu dengan ciptaan, yang Ilahi satu dengan yang manusia.
(2) Ia menderitakan pencobaan supaya diperkenankan Allah
BapaNya.
Yesus dari Nazaret adalah Manusia yang diperkenankan
Allah. Jadi Bapa berbicara dari Sorga dan menempatkan perkenanNya atas
AnakNya yang dikasihiNya. Anak tidak menggunakan prerogatif IlahiNya
terpisah dari kehendak Bapa, tetapi tunduk dan patuh kepada BapaNya, oleh Roh,
untuk semua keberadaanNya, semua yang dikatakanNya dan yang dilakukanNya.
(3) Ia menderitakan pencobaan untuk mempertunjukkan
kepada rombongan iblis akan kemanusiaan yang sempurna.
Iblis menaklukan Adam, manusia pertama, melalui pencobaan,
dan dengan cara yang sama telah menaklukkan semua manusia sejak itu.
Yesus adalah permulaan “ciptaan baru” dari Allah (Wahyu 3:14). Iblis
menggunakan yang terkuat dari pencobaannya untuk membujuk Yesus agar
berdosa. Iblis beserta semua kekuatan iblisnya gagal oleh ciptaan ini
yaitu Manusia-Allah. Ia adalah ciptaan dimana tidak ada respons pada
dosa. Ini adalah wahyu kekalahan dosa yang akan datang, atas penulisannya
dan atas keseluruhan kerajaan yaitu di salib (Kolose 2:14-17). Allah
sangat disenangkan dengan ManusiaNya yang sempurna, karena Ia merupakan contoh
dari banyak anak yang akan datang (Roma 8:20-28).
(4) Ia menderitakan pencobaan supaya menjadi Imam Besar
yang berkemurahan.
Karena imam diambil dari antara manusia dan dirupai untuk
manusia, ia harus seorang yang disentuh dengan perasaan kelemahan manusia yang
ia layani. Yesus Kristus diambil dari kalangan manusia untuk maksud yang
sama (Ibrani 4:14-16). Ungkapan “turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita” berarti bahwa Kristus dapat bersimpati dengan kita dalam pencobaan dan
percobaan kita. Kristus, sebagai Manusia-Allah, beridentifikasi dengan
manusia dalam hakekat manusiaNya, dengan ketidak-berdosaan dalam
kelemahan. Apakah Kristus dapat atau tidak dapat berdosa, faktanya
adalah Ia tidak berdosa. Sekiranya Ia beridentifikasi dengan kita dalam
dosa, Ia tidak akan pernah dapat menjadi Juruselamat kita. Inilah
perbedaan yang kekal diantara Kristus dan kita. Inilah identifikasi
terbatas Manusia-Allah dengan kita, sebagaimana hubungan diantara Pencipta dan
ciptaan dan diantara Juruselamat dan orang berdosa ada hubungan perbedaan dan
keterbatasan. Ia selamanya Manusia-Allah dan kita selamanya manusia yang ditebus.
Satu-satunya jalan Ia beridentifikasi dengan kita dalam dosa kita adalah waktu
Ia menanggungkan kita kepada DiriNya di salib. Dalam hal Yesus
menderitakan pencobaan, percobaan dan ujian, Ia sanggup menjadi Imam Besar yang
berkemurahan dan yang bersimpati dengan kita. Harus diingat bahwa Ia
bersimpati dengan kita di dalam pencobaan kita, bukan di dalam keberdosaan
kita.
Pertanyaan yang dapat ditanyakan:
-“Haruskan dokter sendiri menderita penyakit yang hebat yang
sama sebelum ia dapat bersimpati dan menolong seorang yang sakit ?”
-“Apakah seorang harus menjadi pecandu alkohol atau pelacur
sebelum ia dapat menolong dan bersimpati dengan mereka yang terbelenggu
sedemikian ?”
-Apakah seorang hakim harus dipersalahkan dalam kriminalitas
yang sama sebelum ia menghakimi secara benar orang lain?”
-Atau “Apakah Yesus harus berdosa atau dapat berdosa sebelum
Ia dapat menolong dan bersimpati dengan orang berdosa?”
Mengatakan bahwa oknum-oknum ini akan menjadi lebih
bersimpati bila kasus mereka sama, sama dengan mengatakan bahwa Yesus akan
lebih bersimpati kepada kita sekiranya Ia telah berdosa. Yesus memang
menderitakan pencobaan dan percobaan, dan karena itu Ia dapat menguatkan dan
menghibur serta bersimpati kepada kita dalam percobaan dan pencobaan kita.
(5) Ia menderitakan pencobaan agar supaya dapat
memberikan pertolongan kepada orang percaya yang dicobai.
Karena Ia menderitakan pencobaan, Ia tahu apa yang kita
jalani dan dapat memberi kekuatan, kasih karunia dan kemurahan untuk
menolong kita waktu kita membutuhkannya. Ia telah berjanji bahwa Ia tidak
akan membiarkan kita dicobai lebih dari apa yang dapat kita sanggup pikul
tetapi dengan pencobaan itu Ia akan mengadakan jalan keluar supaya dapat
menanggungnya (Ibrani 2:18; 4:14-16; 1 Korintus 10:13).
(6) Ia sekarang telah berada dibalik semua pencobaan dan
demikian nanti semua orang percaya.
Sejak kebangkitanNya dan pemuliaan dari KemanusianNya yang
tidak berdosa dan tak dapat rusak, Kristus telah ada di balik semua
pencobaan. Tubuh kemuliaanNya tidak lagi tunduk pada kekurangan tanpa
dosa dan kelemahan kodrat manusia. Ia tak pernah tidur atau
tertidur. Ia tak pernah letih. Ia tak perlu makan atau minum.
Ia hidup dalam kuasa dari kehidupan tak berakhir. Tubuhnya adalah contoh
dari apa yang akan terjadi pada tubuh orang percaya pada kedatangan Kristus
(Filipi 3:20-21; 1 Tesalonika 4:15; 15-18; 1 Korintus 15:51-57).
f. Ke-Allahan dan Kemanusiaan Kristus.
Faktor utama lainnya yang harus dipertimbangkan adalah fakta
persatuan ke Allahan dan kemanusiaan Kristus. Seperti yang dicatat
sebelumnya, pembedaan diantara Adam dan Yesus dan semua manusia lain tak dapat
dilupakan. Adam sebagai anak Allah yang diciptakan adalah manusia, dan
dengan demikian dicobai dari luar Yesus sebagai Anak Allah yang diperanakkan, adalah
Manusia Allah, yang juga dicobai dari luar. Tetapi Yesus adalah Allah
yang berinkarnasi, dan di dalam menjadi manusia Ia tidak pernah berhenti
menjadi Anak. Keseimbangan yang indah di antara ke AllahanNya dan
kemanusiaanNya harus dipertahankan.
Dalam hal ke-AllahanNya, “Allah tidak dapat dicobai oleh yang
jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun” (Yakobus 1:13-14). Sebagai
Allah yang berinkarnasi, Ia tidak ada dosa dan tak dapat berdosa. Dalam
hal kemanusiaanNya, Yesus dicobai dalam segala segi bagaimana kita (Ibrani
2:18; 4:15). Sebagai manusia, Ia dapat dicobai dan terbuka pada semua
jenis pencobaan luar. Tetapi karena siapa Yesus, yaitu Allah yang menjadi
daging, Ia adalah kodrat Ilahi yang bersatu dengan kodrat manusia yang membawa
kodrat manusia melalui pencobaan secara berkemenangan.
Memang teori bahwa Yesus dapat berdosa dalam kodrat
manusiaNya, tetapi yang tak dapat berdosa dalam hal meruntuhkan rencana
penebusan dari Allah. Kedua kodrat ini, walaupun dapat dibedakan, bersatu
secara tak dapat dibagi di dalam satu oknum Kristus. Mempunyai
kemanusiaan yang berdosa atau berpotensi untuk berdosa dan ke Allahan tanpa
dosa dalam satu oknum Kristus, Allah yang memanifestasi di dalam daging, adalah
suatu kemustahilan. Mengatakan bahwa Yesus dapat saja berdosa, adalah
sama dengan mengatakan bahwa Allah dapat berdosa karena Ia memakaikan
kemanusiaan. Ini akan membatasi kuasa Allah Yang Maha Kudus.
3. Kesaksian dari ketidak-berdosaan Kristus.
Kitab Suci membuktikan fakta tentang ketidak-berdosaan
Kristus. Orang percaya ortodoks semuanya menyetujui bahwa Kristus dapat
berdosa atau tidak tetapi Ia tidak berdosa. Ada banyak kesempatan bagi
seorang dalam waktunya untuk menghukum Dia karena dosa tetapi tak seorangpun
yang dapat melakukan sedemikian. Bukti-bukti beriktu memberi kesaksian
atas kebenaran ketidak-berdosaan Yesus Kristus.
a. Kesaksian Gabriel.
Gabriel mengatakan tentang Yesus sebagai “Yang Kudus” (Lukas
1:35). Ini tidak pernah dikatakan pada anak manapun yang lahir dari ras
Adam.
b. Kesaksian iblis. Roh jahat mengenal Yesus sebagai
“Yang Kudus” (Markus 1:24); Lukas 4:34; Matius 8:28-29).
Mereka tak pernah mengatakan hal ini kepada seorang
manusiapun, bahkan tidak kepada orang suci yang paling kuduspun.
c. Kesaksian Manusia.
(1) Ia dikatakan sebagai Anak Yang Kudus (Kisah
4:27,30).
(2) Pilatus tidak menemukan suatu kesalahanpun padaNya (Yohanes 18:38).
(3) Isteri Pilatus bersaksi bahwa Ia adalah “orang benar” (Matius 27:19).
(4) Pencuri yang hampir mati mengenal Yesus sebagai tidak layak untuk mati (Lukas 23:4).
(5) Kepala pasukan mengakui Yesus sebagai “Orang Benar” (Lukas 23:47).
(6) Herodes juga mengatakan bahwa Ia tidak berlayak untuk mati (Lukas 23:15).
(7) Yudas mengetahui bahwa ia telah menjual “darah yang tidak bersalah” (Matius 27:4).
(2) Pilatus tidak menemukan suatu kesalahanpun padaNya (Yohanes 18:38).
(3) Isteri Pilatus bersaksi bahwa Ia adalah “orang benar” (Matius 27:19).
(4) Pencuri yang hampir mati mengenal Yesus sebagai tidak layak untuk mati (Lukas 23:4).
(5) Kepala pasukan mengakui Yesus sebagai “Orang Benar” (Lukas 23:47).
(6) Herodes juga mengatakan bahwa Ia tidak berlayak untuk mati (Lukas 23:15).
(7) Yudas mengetahui bahwa ia telah menjual “darah yang tidak bersalah” (Matius 27:4).
d. Kesaksian Allah.
Bapa juga bersaksi dari Sorga akan perkenanNya atas AnakNya
yang diperanakkan. Tak ada orang lain yang pernah mendapat persetujuan
Ilahi dan Sorgawi seperti itu (Matius 3:15-17; 17:1-5).
e. Kesaksian Kristus.
(1) Yesus menantang setiap orang untuk menyatakan
dosaNya (Yohanes 8:46).
(2) Yesus juga mengatakan bahwa penguasa duni ini sedang
datang dan ia tidak berkuasa atasNya, tak ada persamaan denganNya, bahwa tak
ada sesuatupun di dalam Dia yang menjadi milik iblis (Yohanes 14:30 Amplified).
(Baca juga Yohanes 8:29; 15:10; 17:4). Ini berarti bahwa kesaksian ini
benar atau Yesus yang berdusta atau menipu diri. Tak seorangpun yang
pernah sanggup membuat klaim sedemikian.
f. Kesaksian Rasul-Rasul.
(1) Paulus mengatakan “Dia tidak mengenal dosa” (2
Korintus 5:21).
(2) Petrus mengatakan “Ia tidak berdosa” ( 1 Petrus 2:21-22).
(3) Yohanes mengatakan “Di dalam Dia tak ada dosa” (1 Yohanes 3:5).
(4) Ibrani mengatakan bahwa Ia dicobai dalam semua segi, seperti kita, “tetapi tanda dosa” (AV) atau “terpisah dari dosa” (Ibrani 4:15).
(5) Dia adalah suci (1 Yohanes 3:3).
(6) Ia yang lahir dari Allah tak dapat berdosa sebab benih dari Allah tinggal di dalam Dia (1 Yohanes 3:9). Bila ini demikian pada orang percaya, lebih lagi adalah benar terhadap Dia, Anak Allah.
(7) Yesus adalah “saleh, tanpa salah, tanpa noda, terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibrani 7:26-27).
(8) Ia adalah persembahan “yang tak bercacat” waktu dikorbankan dalam persembahan (Ibrani 9:14; 1 Petrus 1:19-20).
(2) Petrus mengatakan “Ia tidak berdosa” ( 1 Petrus 2:21-22).
(3) Yohanes mengatakan “Di dalam Dia tak ada dosa” (1 Yohanes 3:5).
(4) Ibrani mengatakan bahwa Ia dicobai dalam semua segi, seperti kita, “tetapi tanda dosa” (AV) atau “terpisah dari dosa” (Ibrani 4:15).
(5) Dia adalah suci (1 Yohanes 3:3).
(6) Ia yang lahir dari Allah tak dapat berdosa sebab benih dari Allah tinggal di dalam Dia (1 Yohanes 3:9). Bila ini demikian pada orang percaya, lebih lagi adalah benar terhadap Dia, Anak Allah.
(7) Yesus adalah “saleh, tanpa salah, tanpa noda, terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibrani 7:26-27).
(8) Ia adalah persembahan “yang tak bercacat” waktu dikorbankan dalam persembahan (Ibrani 9:14; 1 Petrus 1:19-20).
g. Kesaksian dari Hukum Taurat.
Korban-korban karena dosa dalam Perjanjian Lama membayangkan
korban Kristus untuk dosa. Ketidak-berdosaan Kristus dinyatakan dengan
tegas dalam pemikiran-pemikiran berikut.
(1) Allah mengambil binatang
yang tak bersalah dan tak berdosa untuk mati bagi manusia yang bersalah dan
berdosa. Tak ada binatang yang pernah berdosa, atau dapat berdosa.
(2) Semua korban harus “yang
sempurna agar dapat diterima (AV)” (Imamat 22:21). Kata “sempurna”
berarti “tanpa cacat, lengkap, penuh, tulus”.
(3) Korban-korban harus
“tanpa cela” untuk dipersembahkan kepada Allah (Bilangan 19:2, 28:3, 9,11
dengan Ibrani 9:14; 1 Petrus 1:19-20).
(4) Korban-korban harus
“tidak bercacat” (Keluaran 12:5; 29:1, Imamat 4:3, 23, 28:32).
(5) Malahan di dalam
“Persembahan karena dosa”. Allah menekankan bahwa persembahan karena dosa
itu harus “persembahan maha kudus” (Imamat 4; 7:1; Lukas 1:35).
Tetapi kodrat hewan tidak dapat mendamaikan kodrat
manusia. Hewan hanya dapat digunakan sebagai korban pengganti sampai
kodrat manusia yang sempurna tanpa dosa dari Yesus dapat dipersembahkan dalam
karya pendamaian di salib. Sistem korban hukum Taurat menjadi tipe Yesus
yang walaupun sebagai persembahan karena dosa, namun harus tak berdosa.
h. Kesaksian Mazmur.
Mazmur Mesianik berbicara mengenai Kristus sebagai yang benar
dan yang kudus. Mazmur-mazmur ini menubuatkan kedatangan Kristus yang
akan menjadi Juruselamat Israel dan dunia yang tak berdosa. Mazmur-mazmur
ini juga menubuatkan bagaimana Ia akan dipersembahn sebagai persembahan untuk
keselamatan kita (Mazmur 40:6-10; 16:8-11; 22:1-31).
i. Kesaksian Nabi-Nabi.
Nabi-Nabi menubuatkan kedatangan Penebus, yang akan menjadi
“Tunas Yang Adil” Kerajaan Daud yang akan menjadi jiwaNya yang tak
berdosa sebagai “korban untuk dosa”, dan oleh sebab itu menjadikan “Tuhan
Kebenaran Kita”. Ini menubuatkan mengenai ketidak-berdosaan
Kristus. Nubuat-nubuat ini mengungkapkan pengetahuan sebelumnya dari
Allah Yang Maha Kuasa mengenai inkarnasi dan ketidak-berdosaan Kristus.
(Yeremia 23:5-6; Yesaya 53:10; Zakharia 3:8-9; 6:12-13).
j. Argumentasi dari Kristologi.
(1) Kristus adalah Allah yang berinkarnasi, Allah yang
memanifestasi di dalam daging, Allah yang memakaikan kepada DiriNya
kemanusiaan.
(2) Waktu menjadi manusia Ia tidak mengesampingkan atribut
esensial atau moralNya, tetapi menundukkan DiriNya kepada kehendak Bapa untuk
semua keadaanNya, semua yang dikatakanNya dan semua yang dilakukanNya.
(3) Persatuan kodrat Ilahi dan yang manusiawi dalam satu
oknum Kristus memungkinkan ketidak-berdosaan Kristus, walaupun dicobai dalam
semua segi seperti kita.
Kesaksian Kitab Suci adalah lengkap. Walaupun lahir dari
perawan Maria, dimana ia sendiri orang berdosa dan perlu penebusan, namun Yesus
tidak mewarisi kemanusiaan yang berdosa. Allah menghasilkan “sesuatu yang
bersih” dari perempuan itu (Ayub14:4; 15:14; 25:4). Ketidak-berdosaan
kemanusiaan Yesus adalah hasil mujizat.
Dr. Charles A. Ratz dalam \The Person of Christ\” mengutip
inskripsi Latin kuno yang dipahatkan di marmer, yang ditemukan di Asia mengenai
iman akan Tuhan Yesus Kristus, kekristenan abad pertama. Tulisan itu
berbunyi :
Aku ada (sekarang) apa yang aku ada (dulu) – Allah.
Aku ada (dulu) bukan yang Aku ada (sekarang) – manusia.
Aku ada sekarang keduanya disebut, Allah dan Manusia.
Aku ada (dulu) bukan yang Aku ada (sekarang) – manusia.
Aku ada sekarang keduanya disebut, Allah dan Manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar