Dosa
– Hamartiologi
Doktrin tentang dosa disebut Hamartiologi, yang berasal dari
kata Grika Hamartia yang berarti dosa dan Logos yang berarti kata atau
percakapan. Jadi Hamartiologi adalah pelajaran Alkitab mengenai dosa,
asal-usulnya, definisi, pengungkapan dan akhirnya.
I. FAKTA TENTANG DOSA
1. Penciptaan mengatakannya. Segenap alam mengatakan bahwa ada
sesuatu yang salah. Alam membuktikan bahwa ada kehidupan dan kematian, ada
keharmonisan dan perselisihan, ada keindahan dan keburukan, terang dan gelap, yang
menyatakan fakta adanya dosa. Kekuatan-kekuatan alam dapat menjadi berkat
tetapi dapat juga menjadi kutuk. Bumi yang dimaksudkan memberkati manusia,
tetapi ada waktunya mendatangkan kesengsaraan. Ini semua jadi karena dosa telah
masuk ke alam semesta. “Karena engkau mendengarkan perkataan istrimu dan
memakan dari buah pohon yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari
padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau.” (Kejadian 3:17).
2. Sejarah manusia mengatakannya. Pandangan singkat atas
sejarah, dengan adanya perang, pertumpahan darah, kebencian, pembunuhan,
kebejatan moral dan ketamakan, menunjukkan bahwa ada yang salah pada manusia
bangsa-bangsa di bumi. Alkitab mengatakan bahwa perang dan perkelahian,
pertengkaran dan pembunuhan adalah karena dosa. (Yakobus 4:1-2).
3. Logika manusia menyatakannya. Manusia yang jujur akan
mengakui bahwa ada yang salah di dalam dirinya. Ia mengakui bahwa ia tidak
harmonis di dalam dirinya. Inilah fakta adanya dosa di dalam diri yang
bersangkutan. Seorang yang jujur dengan dirinya, mengakui di Alkitab, “Karena
bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci,
itulah yang aku perbuat. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik,
yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat,
yang aku perbuat.” (Roma 7:14,19). Manusia melakukan yang salah karena ia orang
berdosa.
4. Kata hati manusia menyatakannya. Kata hati manusia adalah
saksi tentang dosa yang ada pada manusia. Pada saat seseorang melakukan yang
salah, kata hatinya menyalahkan dia, menuduh dan menghukum dia. “Suara hati
mereka saling menuduh atau saling membela.” (Roma 2:15). Kata hati membuktikan
adanya dosa pada manusia.
5. Pengalaman manusia menyatakannya. “Sebab dari dalam, dari
hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat,
kesombongan, kebebalan.” (Markus 7:20,21). “Mereka akan membual dan
menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak
terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak memperdulikan agama,
tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat
mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir
panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah.” (2
Timotius 3:2-4). Ayat-ayat Firman Tuhan ini dan ayat-ayat lainnya mengatakan
tentang dosa dalam hidup manusia dan pengalaman manusia mengesahkan bahwa apa
yang dikatakan Firman Allah benar. Pengalaman manusia menyatakan bahwa dosa itu
ada dalam hidup manusia.
6. Agama-agama manusia menyatakannya. Bangsa-bangsa di dunia
mempunyai allah atau allah-allah yang disembah. Dengan korban-korban dan ibadah
mereka berusaha menyenangkan dewa-dewa karena rasa bersalah atau dosa di hati
mereka. Kepercayaan atau agama bangsa-bangsa di dunia membuktikan adanya dosa
pada manusia. Manusia dengan agamanya mau menutupi atau menyelesaikan dosa itu.
7. Orang percaya menyatakannya. Orang percaya yang telah
percaya Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya yang lebih menyadari adanya
dosa. Setelah mendengar Injil, percaya dan bertobat dan dilepaskan dari dosa
yang menguasainya, orang percaya lebih menyadari realitas dosa itu. Tetapi
orang percaya yang menyadari bahwa untuk menyelesaikan dosa yang menguasai
manusia, harus disucikan dan dikuasai oleh Firman Allah dan Roh Kudus.
8. Kitab Suci menyatakannya. Pengadilan tertinggi untuk
membuktikan sesuatu adalah Firman Allah. Justru Firman Allah yang mengatakan
bahwa semua manusia berdosa. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23). “Sebab itu, sama seperti dosa telah
masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah
maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat
dosa.” (Roma 5:12).
II. TEORI-TEORI MENGENAI DOSA
1. Teori-teori yang salah tentang dosa.
a. Teori Ateistis. Ateistis tidak percaya adanya
Allah. Karena tidak percaya adanya Allah, juga dengan sendirinya percaya tidak
ada Allah yang menyebabkan manusia berdosa kepadanya. Karena tidak ada Allah,
kepada siapa manusia berdosa dan mempertanggungjawabkan keberadaannya dan apa
yang ia lakukan? Itulah kekeliruan keyakinan Ateistis mengenai dosa.
b. Teori Determinisme. Teori ini percaya bahwa manusia
tidak mempunyai kehendak bebas. Manusia tak dapat melawan apa yang baik atau
yang jahat. Pandangan ini bersifat fatalistis, karena manusia tak dapat menolak
apa yang akan datang, dan oleh sebab itu manusia tak dapat dipersalahkan untuk
apa yang dibuatnya. Inilah kekeliruan paham Determinisme mengenai dosa.
c. Teori Evolusi. Teori ini berpegang bahwa manusia
adalah hasil dari evolusi, dan manusia mengalami evolusi dari monyet. Apa yang
dikatakan “dosa”, hanya merupakan sifat-sifat binatang (monyet) yang ada pada
manusia. Sebab itu manusia tak dapat dipersalahkan untuk apa yang dikatakan
sebagai “dosa”. Tetapi teori ini menyangkali bahwa manusia adalah mahluk moral
yang diciptakan menurut gambar dan teladan Allah. Inilah kekeliruan dari teori
Evolusi.
2. Teori-teori Bidat tentang dosa.
a. Christian Science (Ilmu Pengetahuan Kristen).
Christian Science mengatakan bahwa manusia tidak sanggup berdosa. Dosa adalah
kesalahan pikiran fana. Manusia hanya memikirkan bahwa ada dosa dan bila
pikirannya diperbaiki, dosa tidak ada lagi. Dosa, penyakit dan maut, bukan
realitas tetapi hanya khayalan. Manusia tidak dapat berdosa karena ia mendapat
esensinya dari Allah.
b. Spiritisme. Spiritisme mengatakan bahwa manusia
tidak pernah jatuh. Apapun yang dijalani manusia, baik dan yang jahat, adalah
jalan yang aturannya dan tujuannya Ilahi.
c. Russelisme. Russelisme atau saksi Yehovah
mengatakan dosa, “Maut, padamnya hidup, adalah upah dosa”. Dalam waktu
millenium, roh akan dibangkitkan dan akan diberi kesempatan kedua atau
percobaan kedua untuk hidup kekal. Tiap-tiap orang tidak mati karena dosanya
sendiri, tetapi karena dosa Adam, sehingga di dalam Adam semua mati. Waktu
dimana manusia akan mati karena dosanya yaitu di milenium.
d. Teosofi. Teosofi mengajarkan bahwa semua pikiran meninggalkan
jejaknya di tubuh dan muncul kembali sebagai kecenderungan didalam inkarnasi
yang akan datang. Roh manusia dapat berpindah dan perbuatan manusia menentukan
tubuh yang akan dimilikinya pada kelahirannya yang berikut. Kebebasan dari dosa
yaitu bila hilang di dalam perenungan meditasi.
e. Unitas. Unitas mengajarkan bahwa tidak ada dosa, penyakit
atau kematian. Allah tidak melihat ada yang jahat pada manusia. Dosa hanyalah
kekurangan dalam menunjukkan sifat ilahi. Saya tidak dapat menyalahkan diri
saya atau dunia karena saya mempunyai nafsu karena Allah ada dalamnya.
f. Mormonisme. Mormonisme mengajar bahwa Adam
perlu mengambil bagian dalam memakan buah yang dilarang. Bila tidak demikian ia
tidak mengetahui yang baik dan yang jahat dan tidak mempunyai keturunan di
dunia.
III. TEORI-TEORI KRISTEN TENTANG DOSA
a. Teori Pelagian – Teori ketidak-berdosaan manusia
secara alamiah. Teori ini berasal dari Pelagius, seorang rahib di Inggris yang
lahir sekitar tahun 370 M. Ia mengajarkan bahwa dosa Adam hanya mempengaruhi
dirinya. Ia berpendapat bahwa setiap jiwa manusia yang diciptakan Allah tidak
berdosa dan bebas dari kecenderungan yang rusak. Allah menetapkan bahwa manusia
bertanggungjawab untuk perbuatan dosa yang dengan sengaja ia lakukan. Roma 5:12
yang mengatakan bahwa maut telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa, ditafsirkannya bahwa itu telah menunjuk kepada
kematian fisik yang berlaku kepada manusia setelah ia berbuat dosa.
b. Teori Arminian – Teori kerusakan yang diambil
secara sukarela. Arminius seorang profesor di Belanda ( 1560-1609 ) mengajarkan
teori tentang dosa yang dianggap Semi – Pelagianisme. Teori ini berpegang bahwa
akibat dosa Adam manusia dilahirkan tanpa kebenaran dan tak berkemampuan
memperoleh kebenaran. Namun manusia tidak diperhitungkan bersalah karena dosa
Adam. Ia hanya bertanggungjawab karena dosa perbuatannya yang sadar. Mengenai
Roma 5:12 ia menafsirkan bahwa maut telah menjalar kepada semua orang, karena
semua orang telah berbuat dosa, yaitu bahwa manusia menderitakan konsekuensi
dosa Adam. Karena itu Allah diwajibkan oleh tabiatNya untuk mengirimkan
pengaruh Roh Kudus untuk meniadakan kecenderungan yang jahat yang diwarisi
manusia karena kejatuhan Adam.
c. Teori Aliran Baru – Teori kerusakan yang
tak-dapat-dihukum. Teori ini berdekatan dengan teori Arminian. Teori ini
berpegang bahwa manusia hanya bertanggungjawab atas perbuatan pribadi, walaupun
semua manusia lahir dengan kecenderungan untuk berdosa. Kematian bukanlah
hukuman pada manusia, tetapi konsekuensi ketidak-senangan Allah atas
pelanggaran Adam. Mengenai Roma 5:12 ditafsirkan bahwa kematian rohani melanda
semua manusia, karena semua manusia secara aktual dan pribadi telah berdosa.
d. Teori Federal – Teori tuduhan oleh perjanjian.
Teori ini berasal dari Cocceius ( 1603- 1669 ), seorang profesor Belanda, yang
dikembangkan oleh Francis Turretin, juga seorang profesor Belanda. Teori ini
berpegang bahwa Allah mengadakan perjanjian dengan Adam sebagai kepada perwakilan
manusia, yang menjanjikan kehidupan kekal bila patuh, dan ada kematian dan
kehancuran bila ia tidak menaati. Karena Adam berdosa maka semua keturunannya
berdosa. Allah menyalahkan semua karena pelanggaran Adam. Teori ini berpegang
bahwa setiap jiwa yang diciptakan Allah ada sifat buruk dan berdosa sebagai
hukuman atas Adam.
e. Teori tuduhan tak langsung – Teori penghukuman
karena kerusakan. Teori ini berasal dari Plaesus ( 1605-1655 ), seorang
profesor Perancis. Ia mengajarkan bahwa semua manusia telah rusak secara fisik
dan moral dan inilah sumber semua dosa di dalam manusia. Kerusakan fisik datang
dari Adam karena pembiakan alami tetapi jiwa yang diciptakan Allah menjadi
rusak saat bersatu dengan tubuh. Roma 5:12 ditafsirkannya bahwa semua berdosa
karena mempunyai sifat alamiah yang berdosa.
f. Teori Augustinus – Teori pimpinan alami Adam. Teori
ini pertama kali diterangkan oleh Augustinus ( 354-430 ), dan kemudian
dilanjutkan oleh Tertulianus. Teori ini yang dipegang secara umum oleh para
Reformator. Teori ini mengajarkan bahwa dosa Adam dituduhkan kepada generasi
keturunannya yang belum lahir, karena kesatuan organis semua manusia “di dalam
Adam”. Semua manusia ada di dalam di pinggangnya, walaupun belum lahir. Adam
sebagai kepala perwakilan manusia, melakukan apa yang dilakukan manusia lain
dalam percobaan yang sama. Roma 5:12 ditafsirkannya bahwa di dalam Adam semua
manusia telah berdosa. Ini berarti kematian fisik, rohani dan kekal, dan
semuanya terlibat dalam pimpinan Adam secara alamiah. Teori inilah yang paling
Alkitabiah dibanding teori-teori yang lainnya.
IV. DEFINISI ALKITAB MENGENAI DOSA
1. Definisi-definisi Alkitab tentang dosa.
a. Dosa adalah pelanggaran hukum. “Dosa ialah pelanggaran
hukum Allah.” (1 Yohanes 3:4).
b. Kejahatan adalah dosa. “Semua kejahatan adalah dosa.” (1 Yohanes 5:17).
c. Tidak melakukan yang baik adalah dosa. “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berbuat dosa.” ( Yakobus 4:17 ).
d. Ketidakpercayaan adalah dosa. “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” (Roma 14:23).
e. Memikirkan kebodohan adalah dosa. (The devising of folly is sin). Amsal 24:10.
b. Kejahatan adalah dosa. “Semua kejahatan adalah dosa.” (1 Yohanes 5:17).
c. Tidak melakukan yang baik adalah dosa. “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berbuat dosa.” ( Yakobus 4:17 ).
d. Ketidakpercayaan adalah dosa. “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” (Roma 14:23).
e. Memikirkan kebodohan adalah dosa. (The devising of folly is sin). Amsal 24:10.
2. Kata-kata Ibrani untuk dosa.
a. Chattath, yang berarti kejahatan, pelanggaran, keberdosaan
disengaja.
b. Avon, Avown, yang berarti kejahatan, pelanggaran, dosa.
c. Pasha, yang berarti pelanggaran, pemberontakan.
d. Asham, yang berarti pelanggaran, rasa salah.
b. Avon, Avown, yang berarti kejahatan, pelanggaran, dosa.
c. Pasha, yang berarti pelanggaran, pemberontakan.
d. Asham, yang berarti pelanggaran, rasa salah.
3. Kata-kata Grika untuk dosa.
a. Hamartia – digunakan 174 kali di Perjanjian Baru, artinya
dosa.
b. Hamartema – digunakan 4 kali di Perjanjian Baru, artinya dosa. Hamartema terutama untuk pengungkapan luar dari dosa atau ketidakpatuhan pada hukum Ilahi.
c. Parakoe – digunakan 5 kali di Perjanjian Baru, artinya ketidaktaatan atau ketidakpedulian terhadap Firman Allah.
d. Anomia – digunakan 15 kali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran hukum kedurhakaan. Pelanggaran hukum berasal dari pemberontakan di hati.
e. Parabasis – digunakan 16 kali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran, melanggar hukum Allah.
f. Paraptoma – digunakan 23 kali di Perjanjian Baru, artinya kejatuhan, pelanggaran, kesalahan, penyimpangan.
g. Agnoema – digunakan hanya sekali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran, dosa karena tidak peduli.
b. Hamartema – digunakan 4 kali di Perjanjian Baru, artinya dosa. Hamartema terutama untuk pengungkapan luar dari dosa atau ketidakpatuhan pada hukum Ilahi.
c. Parakoe – digunakan 5 kali di Perjanjian Baru, artinya ketidaktaatan atau ketidakpedulian terhadap Firman Allah.
d. Anomia – digunakan 15 kali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran hukum kedurhakaan. Pelanggaran hukum berasal dari pemberontakan di hati.
e. Parabasis – digunakan 16 kali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran, melanggar hukum Allah.
f. Paraptoma – digunakan 23 kali di Perjanjian Baru, artinya kejatuhan, pelanggaran, kesalahan, penyimpangan.
g. Agnoema – digunakan hanya sekali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran, dosa karena tidak peduli.
V. HUKUM ALLAH DALAM HAL DOSA
1. Perlunya hukum.
a. Di alam semesta. Allah adalah pencipta alam semesta
dan pemberi hukum dalam alam semesta. Waktu Allah menciptakan alam semesta, Ia
menciptakannya dengan diatur hukum-hukum. Tanpa hukum akan ada kekacauan di
alam semesta. Jadi alam semesta takluk pada hukum-hukum Allah.
Allah adalah pencipta alam semesta dan pemberi hukum dalam
alam semesta. Waktu Allah menciptakan alam semesta, Ia menciptakannya dengan
diatur hukum-hukum. Tanpa hukum akan ada kekacauan di alam semesta. Jadi alam
semesta takluk pada hukum-hukum Allah.
b. Pada mahluk. Allah yang menciptakan mahluk dan
manusia dengan hukum. Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah, hidup di bumi
dengan hukum. Karena manusia adalah sebagai mahluk moral, manusia dapat hidup
dalam hukum. Walaupun manusia sebagai mahluk yang berkehendak bebas, namun
manusia bertanggungjawab untuk hidup sesuai hukum. Bila individu-individu
manusia tak memelihara hukum, akan terjadi kekacauan dan bentrokan antar
individu. Jadi hukum diberikan Allah kepada manusia, supaya dapat hidup bersama
dengan baik. Namun manusia sebagai mahluk moral yang berkehendak bebas, dapat
memilih untuk memelihara hukum atau memberontak dan melanggar hukum, manusia
dapat memilih untuk menjadi baik atau menjadi jahat.
2. Pelanggaran hukum.
Hukum mutlak perlu untuk alam semesta dan mahluk ciptaan.
Allah juga memberi hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah sendiri.
Bahasa hukum adalah “Engkau harus” dan “jangan engkau”. Manusia mempunyai kuasa
untuk memilih apa yang ia lakukan. Manusia dikatakan sebagai agen moral dan
agen kehendak bebas. Manusia dapat memilih untuk dengan bebas melakukan
kehendak sendiri tanpa hukum, atau memilih untuk dengan kehendak sendiri
melakukan yang sesuai dengan hukum. Dalam hubungan dengan Allah, misalnya,
dikatakan dalam Matius 4:10, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya
kepada Dialah saja engkau berbakti.” Melanggar hukum ini adalah dosa, sebab
dosa ialah “pelanggaran hukum Allah.” (1 Yohanes 3:4).
VI. ASAL-USUL DOSA
1. Masuknya dosa ke alam semesta.
Kitab Suci menunjukkan dengan jelas bahwa mahluk moral yang
pertama diciptakan adalah rombongan malaekat, dan bahwa Lucifer dan malaekatnya
adalah pendosa-pendosa pertama dan yang asli. Jadi dosa mulai di sorga di
antara orde malaikat. Kemudian turun ke bumi di mahluk penggoda yaitu iblis.
Lucifer adalah mahluk malaekat, penghulu malaekat, yang
dipakaikan dengan hikmat, terang dan keindahan. Ia ditugaskan sebagai pemimpin
di dalam pelayanan penyembahan. Ia diurapi menjadi kerub yang mengawal takhta
Allah. Ia tidak bercela di dalam tingkah lakunya sejak penciptaannya. Ini ada
padanya sampai didapati ada kecurangan kepadanya. Keadaan dari Lucifer dapat
dilihat dari Firman Tuhan yang menggambarkan mengenai raja Babel, seperti yang
tertulis dalam Yesaya 14:12-14, dan raja Tirus seperti tertulis dalam Yehezkiel
28:1-19.
Esensi yang ada pada Lucifer yaitu keterpusatan-diri, yang
menyatakan dalam tritunggal dosa: kesombongan, ketamakan (hawa nafsu) dan
kehendak-diri.
a. Kesombongan. Lucifer menjadi sombong (Yehezkiel
28:5), dan berkata ia adalah Allah (ayat 2), dan menempatkan diri sama dengan
Allah (ayat 6). “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului
kejatuhan.” (Amsal 16:18).
b. Ketamakan atau hawa nafsu. Lucifer menyatakan keinginan yang
tamak waktu ia berkata: “Aku hendak naik mengatasi awan-awan, hendak menyamai
Yang Mahatinggi” (Yesaya 14:14). Ia menginginkan posisi Allah dan penyembahan
yang hanya menjadi hak Allah. Ia bangkit melawan Firman, Allah yang benar.
c. Kehendak diri. Nabi Yesaya dalam membicarakan
kejatuhan Lucifer, mendaftarkan lima ungkapan kehendak-diri (Yesaya 14:13,14).
(1) Menaikkan diri. “Aku hendak naik ke langit.”
(2) Pengangkatan diri. “Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah.”
(3) Penobatan diri. “Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.”
(4) Kepercayaan diri. “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan.”
(5) Pemujaan diri. “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Kehendak-diri menjadi dosa-benih dari semua dosa. Semua buah dosa ada di dalam bentuk benih itu.
(1) Menaikkan diri. “Aku hendak naik ke langit.”
(2) Pengangkatan diri. “Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah.”
(3) Penobatan diri. “Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.”
(4) Kepercayaan diri. “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan.”
(5) Pemujaan diri. “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Kehendak-diri menjadi dosa-benih dari semua dosa. Semua buah dosa ada di dalam bentuk benih itu.
Jadi iblis, mahluk roh dan malaikat, mahluk moral dan
berkehendak bebas yang diciptakan, bangkit melawan Allah Pencipta, dengan
kesombongan, ketamakan dan kehendak diri penuh pemberontakan. Tetapi iblis
bukannya naik melainkan jatuh.
Iblis adalah pendusta pertama, yang bertanggungjawab atas masuknya dosa ke alam semesta. Ia memimpin pemberontakan malaikat, dan akhirnya adalah kejatuhan manusia melalui Adam.
Iblis adalah pendusta pertama, yang bertanggungjawab atas masuknya dosa ke alam semesta. Ia memimpin pemberontakan malaikat, dan akhirnya adalah kejatuhan manusia melalui Adam.
2. Masuknya dosa ke dalam manusia.
Dalam Kejadian 3:1-6 kita mendapat laporan tentang godaan
pada manusia dan masuknya dosa ke dalam ras manusia. Percobaan pada manusia
terpusat di sekitar suatu pohon di Taman Eden, pohon pengetahuan baik dan
jahat. Secara khusus meliputi kedengar-dengaran pada perintah Allah yang
diberikan di Kejadian 2:17. Manusia boleh makan dari semua pohon, kecuali buah
yang dilarang, buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Di sini manusia
diperhadapkan pada pilihan, kepatuhan atau ketidakpatuhan pada kehendak Allah.
Manusia juga mengetahui konsekuensi pilihannya yaitu kematian atau kehidupan.
Sebagai mahluk yang berkehendak bebas, ia mempunyai kuasa untuk memilih.
Di dalam percobaan pada manusia, Allah mengijinkan Iblis,
pendosa yang pertama itu, untuk mencobai manusia. Cobaan pada manusia meliputi:
a. Pencobaan yang menyangkut tubuh, jiwa dan roh. Waktu Allah mengijinkan
Adam dan Hawa dicobai ular, mereka digoda dalam:
(1) Tubuh, yaitu keinginan daging. “Pohon itu baik untuk
dimakan.”
(2) Jiwa, yaitu keinginan mata. “Pohon itu sedap kelihatannya.”
(3) Roh, yaitu kesombongan hidup. “Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
(2) Jiwa, yaitu keinginan mata. “Pohon itu sedap kelihatannya.”
(3) Roh, yaitu kesombongan hidup. “Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Jadi manusia di dalam ketritunggalannya dicobai menurut
ketiga hal yang disebutkan di 1 Yohanes 2:15-17. Jadi waktu manusia jatuh,
manusia jatuh secara tubuh, jiwa dan roh, yaitu manusia berdosa dalam tubuh,
jiwa dan roh. Ini menyebabkan kerusakan total.
b. Pencobaan dalam hal keinginan, kesombongan dan
kehendak-diri.
(1) Pencobaan menyangkut keinginan. Allah telah memberikan
kepada manusia lima instink mendasar yaitu:
a). Hukum pemeliharaan diri, yang memungkinkan manusia
memelihara dirinya.
b). Hukum penambahan diri, yang memungkinkan manusia memperoleh kebutuhan hidup untuk mencukupi diri.
c). Hukum pemberian makan pada diri, yaitu instink mencari makan.
d). Hukum pembiakan diri, yaitu instink kelamin, yang dengannya manusia bertambah-tambah.
e). Hukum penonjolan diri, yang dengannya manusia dapat menaklukkan dan menguasai bumi.
b). Hukum penambahan diri, yang memungkinkan manusia memperoleh kebutuhan hidup untuk mencukupi diri.
c). Hukum pemberian makan pada diri, yaitu instink mencari makan.
d). Hukum pembiakan diri, yaitu instink kelamin, yang dengannya manusia bertambah-tambah.
e). Hukum penonjolan diri, yang dengannya manusia dapat menaklukkan dan menguasai bumi.
Instink-instink ini merupakan kemampuan manusia dan bukan
dosa. Tetapi Iblis menjadikannya keinginan yang tidak terkontrol sehingga
manusia ditaklukkan oleh keinginan. Pencobaan merupakan eksploitasi atas
kemampuan manusia dan penyelewengan atas instink yang diberikan oleh Allah. Ular
membujuk perempuan itu untuk melanggar hukum Allah. Manusia mengikuti
keinginannya, dan itulah dosa.
(2) Kesombongan. Pencobaan juga meliputi apa yang
muncul dari keinginan yang tidak wajar, yaitu kesombongan. Pernyataan Iblis,
“Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”,
merupakan bujukan ego manusia. Ini adalah bujukan dari kesombongan. Pencobaan
Iblis membujuk manusia agar jatuh dalam kesombongan, yaitu bahwa manusia akan
menjadi seperti Allah, yang tahu tentang yang baik dan yang jahat.
(3) Kehendak-sendiri. Setelah manusia terbujuk oleh si
ular, manusia tetap bebas untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang
ditawarkan Iblis. Tujuan Iblis memang adalah untuk menguasai kehendak-sendiri
manusia itu. Ia mau supaya manusia mempraktekkan kehendak-sendiri, yang
bertentangan dengan kehendak Allah. Manusia membuat keputusan untuk tidak
menaati kehendak Allah. Manusia mempraktekkan kehendak bebasnya, mengikuti
kehendak-sendiri, dan manusia jatuh dalam dosa. Dengan demikian dosa ada dalam
kehendak-sendiri manusia.
c. Pencobaan dalam hubungan dengan hukum.
Pencobaan pada manusia menyangkut serangan pada hukum Allah.
Larangan yang diberikan Allah pada manusia di Kejadian 2:17 merupakan hukum
Allah. Iblis harus menyerang hukum Allah untuk dapat menaklukkan manusia.
Urutan langkah Iblis dalam menaklukkan kepatuhan pada hukum:
(1) Ular mendatangkan
keragu-raguan pada pikiran wanita itu mengenai Firman Allah dan hukum Allah. Ia
menganggu dengan pertanyaan, “Tentu Allah berfirman,…bukan?” Ini adalah
keraguan atas otoritas firman yang dikatakan Tuhan. Inilah awal
ketidakpercayaan.
(2) Perempuan itu menambah Firman
dengan mengatakan bahwa mereka tidak boleh menjamah pohon itu.
(3) Perempuan itu juga memalsukan
Firman. Bila dibandingkan Kejadian 3:3 dengan 2:17, perempuan itu telah
menambah “nanti”.
(4) Ular itu berdusta dengan
mengatakan, “Sekali-kali kamu tidak akan mati.”
(5) Ular itu memfitnah Firman
dengan menyerang maksud Allah, dengan mengatakan bahwa Allah menyembunyikan
dari mereka hak untuk menjadi seperti Allah, yang mengetahui yang baik dan yang
jahat.
(6) Perempuan itu tertipu dan
percaya omongan Iblis ganti Firman Allah, dan jatuh dari iman kepada
ketidakpercayaan.
Manusia melanggar hukum Allah. “Dosa ialah pelanggaran hukum
Allah.” (1 Yohanes 3:4). Dengan melanggar satu hukum Allah maka semua hukum
dilanggar. “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan
satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.” (Yakobus 2:10).
Dengan demikian pencobaan Iblis pada manusia adalah pencobaan pada tubuh, jiwa dan roh manusia, pencobaan dalam keinginan, kesombongan dan kehendak diri, dan pencobaan dalam hal pelanggaran hukum Allah.
Dengan demikian pencobaan Iblis pada manusia adalah pencobaan pada tubuh, jiwa dan roh manusia, pencobaan dalam keinginan, kesombongan dan kehendak diri, dan pencobaan dalam hal pelanggaran hukum Allah.
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
Dosa Adam adalah pilihan bebas, suatu tindakan bebas kehendak
menentang hukum. “Ini adalah pengkhianatan pada Allah, pemberontakan terbuka
pada kebenaran. Kejatuhan itu tidak saja mempengaruhi Adam, tetapi juga semua
keturunannya yang belum lahir. Akibat-akibat dari kejatuhan adalah akibat
segera dan akibat jangka panjang.
Dosa Adam adalah pilihan bebas, suatu tindakan bebas kehendak
menentang hukum. “Ini adalah pengkhianatan pada Allah, pemberontakan terbuka
pada kebenaran. Kejatuhan itu tidak saja mempengaruhi Adam, tetapi juga semua
keturunannya yang belum lahir. Akibat-akibat dari kejatuhan adalah akibat
segera dan akibat jangka panjang.
a. Akibat segera dari kejatuhan.
(1)
Kesucian hilang (Kejadian 3:7; 2:25).
Mereka tahu bahwa mereka
telanjang. Suatu perasaan malu datang pada Adam dan Hawa karena ketidak-patuhan
mereka.
(2) Pengetahuan akan yang baik dan yang jahat.
Mereka mengetahui yang baik dan yang jahat, dan yang jahat
masuk dalam pikiran mereka. Walaupun mengetahui yang baik dan yang jahat,
tetapi mereka lebih dapat melakukan yang jahat.
(3) Hukum kata hati bekerja.
Pada saat manusia berdosa, hukum kata hati mulai bekerja.
Kata hati menghasilkan yang salah.
(4) Hukum pekerjaan.
Kata hati yang tertuduh membawa mereka pada usaha, supaya
mereka dapat menghadap Allah. Mereka menyemat daun ara untuk menutup badan
mereka (Kejadian 3:7).
(5) Takut akan Allah.
Dosa dan kata hati yang merasa salah mendorong mereka untuk
menyembunyikan diri dari hadirat Allah. Dosa mendatangkan ketakutan. Waktu
Allah datang, mereka menyembunyikan diri mereka di antara pohon-pohon (Kejadian
3:8).
(6) Menyalahkan orang lain.
Waktu Tuhan datang dan memanggil mereka, Adam dan Hawa
bersembunyi. Sebenarnya Allah menunggu pengakuan dosa mereka. Tetapi mereka
masing-masing hanya menyalahkan seorang terhadap yang lain. Adam menyalahkan perempuan
itu. “Perempuan… dialah yang memberi dari buah pohon itu, maka kumakan.”
Perempuan itu menyalahkan ular. “Ular itu yang memperdayakan aku, maka
kumakan.” Mereka mau menyeimbangkan rasa salah mereka dengan menyalahkan orang
lain (Kejadian 3:9-13).
(7) Sifat-sifat manusia menjadi rusak.
Waktu dosa memasuki manusia, menyebabkan kerusakan
keseluruhan sifat dasar manusia: roh, jiwa dan tubuh.
a). Roh manusia. Roh manusia, yang adalah lampunya
Tuhan (Amsal 20:27) terbuang ke dalam kegelapan dan kehilangan kontaknya dengan
Allah.
b) Jiwa manusia. Jiwa dengan kemampuannya yaitu pikiran, kehendak dan perasaan, dipengaruhi. Pikiran menjadi terpusat pada diri, perasaan menjadi tak terkendali dan kehendak dibengkokkan dari kehendak Allah.
c) Tubuh manusia. Tubuh manusia dengan alat-alat inderanya menjadi tunduk pada instink-instink yang salah, penyakit dan kematian.
b) Jiwa manusia. Jiwa dengan kemampuannya yaitu pikiran, kehendak dan perasaan, dipengaruhi. Pikiran menjadi terpusat pada diri, perasaan menjadi tak terkendali dan kehendak dibengkokkan dari kehendak Allah.
c) Tubuh manusia. Tubuh manusia dengan alat-alat inderanya menjadi tunduk pada instink-instink yang salah, penyakit dan kematian.
b. Akibat jangka panjang dari kejatuhan.
(1) Dosa melanda semua manusia. Roma 5:12 menerangkan
secara jelas bahwa oleh seorang manusia, dosa memasuki dunia dan semua telah
berdosa di dalam Adam. Waktu Adam berdosa, semua manusia berdosa, walaupun
mereka masih “di pinggang Adam”. Semua manusia menjadi orang berdosa di dalam
Adam, karena Adam adalah sebagai kepala perwakilan seluruh ras manusia (Roma 5:19).
Semua keturunan Adam dilahirkan di dalam dosa. Semua dilahirkan dengan sifat
dasar yang berdosa dan telah rusak. Itu sebabnya semua perlu dilahirkan
kembali.
(2) Kematian melanda semua manusia. Sebagaimana dosa
memasuki dunia melalui seorang manusia, demikian pula hukuman dosa yaitu maut.
(Kejadian 2:17; Roma 5:12-21; 6:23). Semua manusia telah berdosa dan semua mati
“di dalam Adam”, bapa dan wakil ras manusia (1 Korintus 15:21-23; 45-50).
c. Pehukuman Ilahi diumumkan dan dilaksanakan.
(1) Pehukuman atas ular. Ular dihukum dengan kutuk yang tak
dapat diperbaiki. Namun di tengah penyampaian keputusan pehukuman, janji
kelepasan Mesianik diberikan. Benih perempuan itu akan meremukkan kepala ular
itu nanti pada waktunya (Kejadian 3:14,15; Lukas 10:18; Roma 16:20; Wahyu
20:3,10).
(2) Pehukuman atas perempuan. Kesusahan dan kesakitan waktu
melahirkan anak, berada di bawah kekuasaan suami, merupakan hukuman yang
diberikan kepada perempuan (Kejadian 3:16).
(3) Pehukuman atas laki-laki. Pehukuman yang diberikan
kepada manusia ( laki-laki ) adalah bahwa ia harus berpeluh di dalam bekerja
untuk mendapat nafkahnya dan kemudian kematian akan menyusul (Kejadian
3:17-19).
(4) Pehukuman atas bumi. Bumi dikutuki dengan semak duri.
Bumi bukanlah Eden tetapi menjadi kutuk (Kejadian 3:17,18). Pengaruhnya yaitu
hewan menjadi liar, bermusuhan dan memberontak pada kekuasaan manusia.
(5) Pehukuman atas dosa oleh kematian. Roma 6:23 mengatakan,
“Upah dosa adalah maut.” Allah berkata kepada Adam, “Pada hari engkau berdosa,
engkau pasti akan mati.” Hukuman kematian menyangkut tiga bidang pada manusia:
a) Kematian fisik – perpisahan roh dari tubuh. (Kejadian 2:17).
b) Kematian roh – perpisahan roh dari Allah. Ini berbicara tentang manusia yang mati di dalam pelanggaran dan dosa, yang terkeluar dari persekutuan dengan Allah (Yohanes 5:24; Roma 8:6; Efesus 2:1; Roma 5:12-21).
c) Kematian yang kekal – pemisahan roh dan jiwa dari Allah di kekekalan di laut Api. Ini adalah perpisahan yang kekal dari Allah karena dosa (Matius 5:41; 2 Tesalonika 1:9; Wahyu 20:11-15).
a) Kematian fisik – perpisahan roh dari tubuh. (Kejadian 2:17).
b) Kematian roh – perpisahan roh dari Allah. Ini berbicara tentang manusia yang mati di dalam pelanggaran dan dosa, yang terkeluar dari persekutuan dengan Allah (Yohanes 5:24; Roma 8:6; Efesus 2:1; Roma 5:12-21).
c) Kematian yang kekal – pemisahan roh dan jiwa dari Allah di kekekalan di laut Api. Ini adalah perpisahan yang kekal dari Allah karena dosa (Matius 5:41; 2 Tesalonika 1:9; Wahyu 20:11-15).
(6) Pehukuman dengan pengusiran dari Eden. Laporan dari Kejadian
bahwa Allah menyediakan penutup tubuh manusia dengan adanya kulit dari korban
hewan, dan kemudian mengusir manusia keluar dari Eden. Allah menempatkan kerub
dengan pedang bernyala-nyala yang menutup semua jalan ke Eden, sehingga menahan
manusia dari pohon kehidupan. Pada waktunya nanti Kristus datang dan menangani
dosa, dan membuka jalan ke Eden kembali dan memulihkan pohon kehidupan untuk
manusia (Wahyu 22:14). “Berbahagialah orang yang menurut perkataan-perkataan
nubuat kitab ini. Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan
memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang
ke dalam kota itu.” (Wahyu 22:7,14). Adam kehilangan pohon kehidupan karena
ketidak-dengar-dengaran pada perintah. Tetapi ini dipulihkan karena
kepatuhan-Nya pada perintah Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar