Jumat, Februari 07, 2020

FILSAFAT TEOLOGI


Image result for filsafat teologi KRISTEN

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan baik atau buruk dan benar atau salah, yang disebut “nalar”. Nalar ini berfungsi untuk menguji segala sesuatu yang manusia lihat dan ketahui, untuk kepentingan manusia sendiri. Selain nalar manusia juga memiliki kemampuan untuk meyakini adanya Tuhan, yang disebut sebagai “iman”. Iman ini berfungsi untuk mempercayai kekuasaan adikodrati Tuhan untuk kelangsungan hidup manusia sendiri. Nalar berasal dari logika-logika dalam otak; iman berasal dari kepercayaan kepada Tuhan.
Dari sifat nalar dan iman ini banyak filsuf yang mencoba menghubungkan iman dengan nalar, ada juga yang memisahkan iman dengan nalar. Banyak sekali perdebatan yang tidak kunjung selesai antara dua kubu ini. Untuk itu karya ilmiah ini ditujukan untuk memahami apa hubungan antara iman dengan nalar. Karya ilmiah ini memiliki sumber utama berasal dari buku “Filsafat dari Perspektif Kristiani” , Norman Geisler dan Paul D. Feinberg, Malang: Gandum Mas, 2002, 275-294,[1] juga akan disertai dengan beberapa referensi buku lainnya yang akan menambah fakta dan data untuk memperdalam pemahaman tentang hubungan iman dengan nalar. Tak ada gading yang tak retak, penulis meminta kritik untuk karya ilmiah ini agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi nanti.

BAB II
RINGKASAN BACAAN

Hubungan Antara Iman dengan Nalar

Istilah penyataan dan penalaran, “Penyataan” adalah suatu penyingkapan secara adikodrati oleh Allah mengenai kebenaran yang tidak mungkin diketahui oleh kekuatan nalar manusia tanpa dibantu. Sedangkan “Nalar” adalah kemampuan alami dari pikiran manusia untuk mengetahui kebenaran.
Beberapa filsuf mengklaim bahwa penyataan saja dianggap satu sumber dari pengetahuan manusia. Menurut Soren Kierkegaard manusia sama sekali tidak mampu mengetahui suatu kebenaran ilahi. Beberapa ketidakmampuan nalar manusia yaitu keadaan manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Sifat dosa manusia membuatnya tidak mungkin mengetahui kebenaran tentang satu Allah yang bersifat paradoksal atau kelihatannya bertentangan dengan kita. Transendensi Allah, menurutnya Kierkegaard menyatakan bahwa kebenaran Allah sendiri bersifat di luar nalar yang sama sekali tidak dapat menjangkau melampaui dirinya sampai kepada Allah. Nalar tidak mempunyai peranan positif, menurut Kierkegaard bahwa kebenaran Kristiani hanya dapat diketahui melalui lompatan iman artinya tindakan yang benar-benar berdasarkan kehendak untuk menghadapi rintangan-rintangan rasional yang membutakan. Usaha-usaha pembuktian merupakan penghinaan kepada Allah artinya sebuah upaya rasional untuk membuktikan keberadaan Allah merupakan penghinaan kepada Allah. Bukti-bukti sejarah tidak berguna karena orang sama sekali tidak bisa mutlak memastikan bahwa peristiwa-peristiwa ini benar-benar terjadi.
Menurut Barth, manusia yang jatuh dalam dosa tidak mampu untuk mengenal Allah yang Mahakudus. Namun apa yang tidak bisa nalar manusia lakukan untuk menjangkau Allah(dari bawah ke atas), Allah telah melakukannya melalui penyataan-Nya (dari atas ke bawah). Alkitab adalah alat Allah berbicara, Barth juga menolak penyataan alamiah menjelaskan bahwa Allah tidak berbicara kepada kita melalui alam sebab manusia telah jatuh dalam dosa. Dosa ini menyebabkan kesalahpahaman manusia tentang Allah. Nalar manusia tidak mempunyai kapasitas baik aktif maupun pasif untuk menerima penyataan ilahi. Pada ujung yang berlawanan dari spektrum iman dan nalar adalah kaum rasionalis yang menyatakan bahwa semua kebenaran dapat diketahui melalui nalar manusia.
Immanuel Kant adalah pewaris tradisi Lutheran yang taat dan saleh. Kant mengklaim bahwa ia mengkritik nalar spekulatif (teoritis) untuk memberi ruang bagi iman. Kemudian nalar mengharuskan kita untuk hidup “seolah-olah ada satu Allah”, artinya nalar mengharuskan kita menganggap bahwa Alah ada dengan maksud agar kewajiban kita dalam hidup ini masuk akal. Nalar juga mengharuskan kita untuk hidup, seolah-olah berbagai mukjizat tidak terjadi.
Benedict Spinoza menganggap bahwa semua kebenaran hanya diketahui melalui dalil-dalil yang membuktikan diri sendiri. Rasional geometris menarik kesimpulan semua kebenaran penting tentang Allah, manusia dan dunia. Menurut Spinoza, secara rasional adalah perlu untuk menyimpulkan bahwa hanya ada satu substansi dalam alam semesta, sedangkan segala sesuatu termasuk semua manusia hanya merupakan mode-mode atau momen-momen yang semacam panteisme. Spinoza tidak mempercayai persepsi-persepsi inderawi karena menurutnya bukan sumber kebenaran. Kebenaran hanya ada pada ide-ide, yang hanya diketahui melalui intuisi rasional.

Nalar melebihi penyataan

Pandangan ini dikaitkan beberapa Bapak Kristen yang mula-mula, seperti Yustinus Martir dan Klemen dari Aleksandria. Yustinus Martir percaya pada penyataan ilahi, tetapi selain Alkitab, dia berpendapat bahwa “nalar” ditanamkan pada manusia dari bangsa mana pun. Klemen dari Aleksandria bahkan lebih memuji-muji nalar manusia. Salah satunya adalah karyanya Stromata, menulis sebelum kedatangan Tuhan, filsafat diperlukan bagi orang Yunani untuk mengetahui kebenaran. Sebab filsafat adalah guru untuk membawa “pikiran helenis” seperti hukum orang Ibrani kepada Kristus. Klemen tidak hanya mengagung-agungkan nalar manusia tetapi kadang menyamakannya dengan penyataan ilahi.
Penelitian Alkitab dari segi sejarah dan sastra secara modern
Contoh, yang menganut pandangan nalar melebihi penyataan ialah yang dikenal sebagai “kaum liberal”. Gerakan ini dipengaruhi oleh Spinoza, Kant dan Hegel, yang dengan nalar manusiawi menyimpulkan bahwa Alkitab sebagian atau seluruhnya bukanlah penyataan dari Allah. berbeda dengan pandangan historis ortodoks bahwa Alkitab adalah Firman Allah, sedangkan Liberal menganggap Alkitab hanyalah memuat Firman Allah. Sedangkan kelompok lain mengagung-agungkan nalar melebihi penyataan yakni penganut Deisme dari abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas. Jadi orang-orang seperti Hobert Cherbuy (1583-1648), Charles Blount (1654-1693) dan John Toland (1670-1722), menganggap rendah atau meniadakan unsur-unsur adikodrati dari Alkitab.

Penyataan Melebihi Nalar

Lawan dari kaum semi-rasionalis yang mengagung-agungkan nalar melebihi penyataan adalah kaum revelasionis keras, yang mengagung-agungkan nalar. Salah satunya adalah bapa gereja mula-mula, Tertullianus yang dikenal sebagai pendukung “ penyataan semata”. Dengan mengungkapkan perlunya menggunakan “petunjuk nalar”. Dan menentang juga orang-orang yang puas dengan berbagai tradisi yang mereka percayai. Dan juga Tertullianus menganggap bahwa filsafat tidak berguna, melainkan menganggapnya sama sekali tidak penting bagi orang percaya. Satu-satunya yang benar adalah penyataan. Cornelius Van Til, pendapatnya sering disebut presuppositionalism karena pendapat itu sangat menekankan perlunya orang menganggap pasti kebenaran penyataan agar nalar bisa berfungsi. Nalar bergantung secara radikal dan aktual pada penyataan.

Penyataan dan Nalar

Santo Agustinus (345-430), menjelaskan hubungan dasar antara nalar dan penyataan adalah bahwa orang Kristen berpikir berusaha menafsirkan hal yang layak dipercaya secara dapat dimengerti. Menurut kata-kata Agustinus, “iman adalah langkah pemahaman”. Tanpa iman terlebih dahulu orang tidak akan pernah sampai pada pemahaman yang utuh mengenai kebenaran Allah. Iman menuntun orang menyelami pengetahuan. Oleh sebab itu Agustinus  menganggap bahwa iman lebih dahulu dari pada nalar. Sedangkan Thomas Aquinas, menganggap dirinya sebagai pengikut setia Agustinus. Banyak filsuf berpendapat bahwa perbedaan mereka adalah Aquinas mengambil kebenaran Kristen dari Agustinus.

Kesimpulan

Pada hakikatnya, ada satu kesepakatan penting di antara orang-orang Kristen mengenai hubungan antara iman dan nalar. Salah satunya adalah kebanyakan orang percaya menafsirkan hal yang layak dipercaya, kemudian bernalar mengenai iman mereka, meskipun mereka tidak mengaku bernalar itu apa.

Kemustahilan dari pemisah secara total

orang-orang percaya yang secara keras menganut pandangan “penyataan semata” dengan memberikan argumen-argumen atau alasan-alasan jenis tertentu yang mendukungnya. Setiap rasionalisme semata terhalang oleh fakta bahwa segala sesuatu tidak dapat dibuktikan melainkan sesuatu dianggap sebagai pasti atau dipercaya.
Penganut penyataan semata harus mengakui membedakan penyataan palsu dengan penyataan asli. Contohnya dalam Alkitab memerintahkan orang percaya untuk “menguji roh-roh dan kewaspadaan terhadap nabi-nabi palsu. Jadi pembedaan sangat penting antara pemakaian nalar apakah dalam Alkitab untuk mengetahui sesuatu penyataan Allah dan dengan pemakaian rasionalisme untuk menentukan apa dalam Alkitab yang tidak logis. Karena mempercayai segala sesuatu dapat membabi buta dan menganggap segala sesuatu diterima akal.

Kerancuan Mendasar: “Kepercayaan Kepada” dan “Kepercayaan Bahwa”

Kalau diperhatikan banyak perdebatan di antara orang-orang Kristen mengenai pandangan mana yang benar menyangkut iman dan nalar. Ada orang-orang yang menekankan “iman kepada”, tidak memerlukan nalar untuk mendukungnya. Di sisi lain berbicara tentang “iman bahwa”, Allah ada.  secara logika tampaknya “kepercayaan bahwa” mendahului “kepercayaan kepada”. Tentu saja tidak ada orang bernalar yang akan “percaya kepada” kalau tidak memiliki alasan untuk “percaya bahwa” memang demikian.

Epistemologi dan Ontologi

Memiliki perbedaan cara mengetahui realitas epistemologi dan realitas ontologi. Realitas ontologi yakni bahwa Allah adalah dasar dari segala kebenaran, sedangkan epistemologi harus mulai dari “bahwa ke atas” dan menemukan apakah Allah sungguh-sungguh ada atau tidak. Jadi menurut epistemologi ini adalah nalar lebih dahulu dari pada penyataan, karena nalar digunakan untuk evaluasi apakah Alkitab sungguh-sungguh  suatu penyataan atau bukan.
Ada kebenaran tertentu pada semua pandangan pokok tentang nalar dan penyataan itu:
1.    “Nalar melebihi penyataan” benar secara epistemologi karena nalar lebih dahulu dari penyataan. Penyataan diduga harus diuji oleh nalar.
2.    “Penyataan melebihi nalar” benar menurut ontologis. Allah menciptakan nalar dan nalar harus menjadi hamba-Nya bukan tuan-Nya.
3.    “Penyataan semata” benar dalam pengertian ontologis karena semua kebenaran datang dari Allah.
4.    “Nalar semata” memiliki kebenaran tertentu, sebab secara epistemologi nalar harus menilai apakah penyataan itu berasal dari Allah.
5.    “Penyataan dan nalar” benar secara karena menjelaskan perannya masing-masing dan juga menunjukkan hubungan mereka satu dengan yang lain. orang harus bernalar sesuai penyataan, jika tidak maka dia memiliki iman yang tidak masuk akal. Demikian juga nalar tidak mempunyai pedoman tanpa penyataan dan ragu-ragu dalam kesalahan.

Referensi Lain

Descartes

Dalam hal menalar Descartes memiliki prinsip tidak menerima dan menganggap benar yang tidak diketahuinya dengan jelas bahwa memang benar demikian.[2] Menurut Descartes tidak ada yang tidak dapat dimengerti dan segala sesuatu dapat dimengerti dengan logika deduksi yang benar.[3] Dari pemikiran ini lahirlah kesangsian Cartesian, yaitu pertimbangan falsafi serius akan segala sesuatu. Dari sini Descartes meragukan pikirannya yang selama ini hanyalah khayalan dan impian semata. Maka satu-satunya yang tidak Descartes ragukan adalah bahwa Descartes ragu-ragu. Pemikiran ini melahirkan aksioma yang terkenal: cogito ergo sum. Karena ketika adanya keragu-raguan dan sedang berpikir berarti Descartes harus ada.[4]
Descartes menggunakan logika ini kepada eksistensi Allah. Descartes berpikir bahwa adanya makhluk yang terbatas menyatakan secara tidak langsung adanya keberadaan yang tidak terbatas.[5] Ide tentang adanya Tuhan merupakan bukti dari eksistensi Tuhan. Sehingga ketika Tuhan itu sempurna, tidak mungkin Tuhan akan memperdaya manusia memiliki pemikiran tidak jelas dan tidak benar tentang eksistensi Tuhan itu sendiri.[6] Allah dihampiri sebagai Deus ex machina, yang menjamin sah pemikiran manusia tentang dunia.[7]

Platinga

Ada argumen ontologis dan akar perdebatan epistemologi religius tentang adanya bukti atau kurangnya bukti bagi keyakinan kepada Allah. Apa yang dianggap rasional, paling tidak dalam arti rasional tersebut, tergantung pada jenis metafisik dan pendirian religius apa yang diadopsi; tergantung pada jenis keberadaan macam apakah manusia itu, dan tergantung pada jenis keyakinan yang bagaimana yang akan dihasilkan oleh kemampuan berpikir keyakinan tersebut.[8] Jadi pandangan seseorang terhadap apa itu manusia memengaruhi seseorang tersebut untuk berpendapat bahwa keyakinan terhadap Allah itu rasional atau irasional. Bagi yang meyakini bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan maka eksistensi Tuhan itu rasional, bagi yang meyakini bahwa manusia adalah ciptaan alam dan evolusi maka eksistensi Tuhan itu adalah ilusi dan irasional.



BAB III
TANGGAPAN KELOMPOK

Tanggapan kepada pernyataan Soren Kierkegaard: Kelompok ini tidak setuju dengan pandangan ini. Alasannya adalah karena pernyataan Soren tidak konsisten. Pada satu sisi Soren mengatakan bahwa karena dosa manusia tidak mengerti kebenaran ilahi, padalah pada saat itu juga Soren sedang mengerti suatu kebenaran ilahi.
Kelompok ini juga tidak setuju kepada pernyataan Soren bahwa nalar tidak mempunyai peranan positif terhadap kebenaran ilahi. Kelompok ini berpandangan bahwa nalar adalah salah satu pemberian dari Tuhan untuk membantu iman. Nalar berfungsi sebagai penguji iman yang benar. Tanpa adanya nalar, manusia tidak dapat membedakan iman yang benar dan yang palsu. Nalar yang diberi Tuhan untuk mengenal Tuhan tidak mungkin hanya memiliki fungsi untuk menghujat Allah.
Tanggapan kepada Barth: Kelompok ini tidak setuju dengan pernyataan Barth bahwa manusia tidak dapat mengenal Allah dari alam. Padahal ketika kita yakin bahwa Allah itu menciptakan alam, maka ketika kita melihat alam kita mengerti tentang kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam.
Tanggapan kepada Kant: Kelompok ini tidak setuju dengan pernyataan Kant bahwa nalar harus dipaksa untuk percaya kepada Allah hanya untuk sebatas mempertahankan moralitas. Kant hanya memilih apa yang diinginkannya tanpa peduli dengan kekuatan adikodrati Allah. Hal ini menyebabkan Kant tidak konsisten dan cenderung munafik.
Tanggapan kepada Spinoza: Kelompok ini tidak setuju dengan pernyataan Spinoza bahwa tidak ada Allah dan bahwa alam semesta ini adalah satu substansi. Kelompok ini menolak karena moralitas telah ada jauh sebelum Spinoza. Pernyataan Spinoza tidak dapat menghilangkan dampak kejahatan di dunia ini. Jika Spinoza menerima segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, maka Spinoza tidak konsisten karena menolak mukjizat yang empiris di dunia ini.
Tanggapan kepada Nalar Melebihi Penyataan: Kelompok ini setuju dengan pendapat bahwa nalar ditanamkan Allah pada semua manusia, sehingga nalar itu juga membantu manusia mengenal Allah. Tetapi kelompok tidak setuju dengan pendapat kelompok liberal yang mengatakan bahwa kebenaran dalam Alkitab yang tidak sesuai dengan nalar harus dihilangkan, karena memang banyak hal-hal adikodrati dan yang tidak masuk akal terjadi di Alkitab.
Tanggapan kepada Penyataan Melebihi Nalar: Kelompok ini setuju dengan bagian di mana bahwa nalar sebagai hamba dari penyataan atau pembela iman. Kelompok ini setuju juga terhadap perlunya orang menganggap pasti kebenaran penyataan agar nalar bisa berfungsi. Nalar bergantung secara radikal dan aktual pada penyataan. Tapi kelompok tidak menyetujui bahwa Allah tidak dapat konsisten dan dapat berkontradiksi dengan firman Allah sendiri. Karena Allah adalah sempurna dan tidak mungkin dapat menyangkal diri-Nya sendiri.
Tanggapan kepada Penyataan dan Nalar: Kelompok ini sepenuhnya setuju dengan pendapat Agustinus dan Aquinas, bahwa Iman adalah langkah dari penalaran. Jadi tidak dapat dipisahkan antara iman dan nalar. Keduanya diperlukan untuk memahami kebenaran. Tanpa iman manusia tidak dapat percaya kepada Allah, dengan nalar manusia mempunyai pengertian lebih utuh dan lengkap mengenai kebenaran. Karena firman Tuhan itu ada yang dapat dinalar dan ada yang harus diimani terlebih dahulu.

                                                                                  

BAB IV
KESIMPULAN



DAFTAR PUSTAKA

Brown, Colin. Filsafat Dan Iman Kristen. Surabaya: Penerbit Momentum, 2017.
Descartes, René. Discourse on The Method, n.d.
———. Meditations on First Philosophy, n.d.
Geisler, Norman L., and Paul D. Feinberg. Filsafat Dari Perspektif Kristiani. Malang: Gandum Mas, 2013.
Nash, Ronald H. Iman Dan Akar Budi. Surabaya: Penerbit Momentum, 2013.



[1] Norman L. Geisler and Paul D. Feinberg, Filsafat Dari Perspektif Kristiani (Malang: Gandum Mas, 2013).
[2] Colin Brown, Filsafat Dan Iman Kristen (Surabaya: Penerbit Momentum, 2017),.
[3] Ibid.
[4] René Descartes, Discourse on The Method, n.d., iv.
[5] René Descartes, Meditations on First Philosophy, n.d., iii.
[6] Descartes, Discourse on The Method, iv.
[7] Brown, Filsafat Dan Iman Kristen.
[8] Ronald H. Nash, Iman Dan Akar Budi (Surabaya: Penerbit Momentum, 2013).

Pneumatologi


Doktrin Tentang Roh Kudus
“Pneumatologi”

Image result for Pneumatologi

I.              Pendahuluan
 “manusia memiliki dua kebutuhan dasar” yang menjadi keluhan hati untuk dipenuhi, yaitu kebutuhan akan pengampunan dan kebaikan atau hidup yang berarti atau produktif. Keluhan terhadap dua kebutuhan dasar ini akhirnya telah dijawab oleh Tuhan melalui jalan yang telah disediakan. Alkitab menjelaskan bahwa pengorbanan Anak Allah di kayu salib merupakan jaminan pengampunan bagi dosa manusia (2 Kor. 5:21; Kol. 2:13-14; 1 Ptr. 2:24; 1 Yoh. 2:2) dan sesudah itu Ia juga menyediakan karunia Roh Kudus bagi orang-orang milik kepunyaan-Nya, supaya mereka hidup dalam kemenangan, bukan dalam kekalahan atau keputusasaan.

Kepada murid-murid yang sedang gelisah hatinya, karena menyadari bahwa Guru mereka akan segera berpisah dengan mereka, Tuhan Yesus menghibur dengan berkata “...adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jika Aku tidak pergi, Penghibur [parakletos] itu tidak akan datang kepadamu, tetapi Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.... apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran....” (Yoh. 16:7, 13).

II.            Kepribadian Roh Kudus
Roh Kudus adalah Pribadi atau oknum sama seperti Allah Bapa dan Allah Anak. Hal-hal ini terlihat dari:
1.      Dibuktikan dari ciri-cirinya, yakni:
a.      Ia memiliki akal (1 Kor. 2:10-11)
b.      Ia memiliki perasaan (Ef. 4:30)
c.       Ia memiliki kemauan atau kehendak (1 Kor. 12:11)

2.      Dibuktikan melalui karya-Nya, yaitu:
a.      Ia mengajar (Yoh. 14:26)
b.      Ia membimbing (Rm. 8:14)
c.       Ia mengutus (Kis. 13:4)
d.      Ia memberi perintah (Kis. 8:29)
e.      Ia menahan dosa (Kej. 6:3)
f.        Ia berdoa syafaat (Rm. 8:26)
g.      Berkata-kata (Yoh. 15:26; 2 Ptr. 1:21)

3.      Dibuktikan kuasa-Nya
a.      Ia dapat ditaati (Kis. 10:19-20)
b.      Ia dapat ditipu (Kis. 5:3)
c.       Ia dapat ditolak (Kis. 7:51)
d.      Ia dapat dihormati (Maz. 51:11)
e.      Ia dapat dihujat (Mat. 12:31)
f.        Ia dapat didukacitakan (Ef. 4:30)
g.      Ia dapat dihina (Ibr. 10:29)
4.      Dibuktikan dari tata bahasa yang tidak biasa. Biasanya bahasa Yunani untuk roh adalah dalam jenis neuter (netral) beberapa kali kat ganti maskulin dipakai untuk menggantikan kata benda neuter, kontradiksi dengan aturan tata bahasa yang normal, tetapi menunjukkan bahwa Roh Kudus itu pibadi (Yoh. 16:13-14; 15:26; 16: 7-8).

III.          Keilahian Roh Kudus
Roh Kudus adalah Ilahi, yaitu memiliki kesetaraan dengan oknum Allah yang lain. Hal itu dibuktikan oleh bukti-bukti berikut:
1.      Bukti melalui nama-Nya
a.      Nama yang sejajar dengan nama Pribadi yang lain dalam Tritunggal (1 Kor. 6:11; Mat. 28:19)
b.      Nama yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan hanyalah dapat dilakukan oleh Allah (Rm. 8:15; Yoh. 14:16)

2.      Bukti melalui atribut-atribut-Nya, yaitu atribut ilahi seperti berikut:
a.      Ia Maha tahu (1 Kor. 2:10-11)
b.      Ia Maha hadir (Maz. 139:7)
c.       Ia Maha kuasa (Kej. 1:2)
d.      Kebenaran (1 Yoh. 5:6)
e.      Kekudusan (Luk. 11:13)
f.        Kehidupan (Rm. 8:2)
g.      Hikmat (Yes. 40:13)

3.      Bukti melalui karya-karya-Nya
a.      Menciptakan (Kej. 1:2)
b.      Mengilhami (2 Ptr. 1:21)
c.       Memperanakkan Kristus (Luk. 1:35)
d.      Menginsafkan manusia (Yoh. 16:8)
e.      Melahirkan secara baru (Yoh. 3:3,5)
f.        Menghibur (Yoh. 14:16, 26)
g.      Berdoa syafaat (Rm. 8:26-27)
h.      Menguduskan (2 Tes. 2:13)
                                                     
4.      Bukti melalui kesamaan dengan Pribadi-pribadi yang lain dalam Tritunggal (Kis. 5:3-5; Mat. 28:19; 2 Kor. 13:13; Kej. 1:26).
IV.         Prosesi Roh Kudus
1.      Definisi:
Prosesi adalah upaya menjelaskan hubungan yang kekal antara Roh Kudus dengan Pribadi-pribadi lainnya dalam Tritunggal. Ia keluar dari Bapa dan Anak, tanpa ada perubahan dari sifat Allah.

2.      Sejarah:
konsep ini dirumuskan dalam pengakuan Konsili Konstantinopel pada tahun 381 M. Pada tahun 589 M, sinode Toledo menambah ungkapan filique, yang menyatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak.

3.      Teks Alkitab:
Dalam Yohanes 15:26 mengemukakan dengan jelas bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa. Sedangkan gagasan bahwa Ia keluar dari Anak terdapat dalam Galatia 4:6; Roma 8:9 dan Yohanes 16:7.

V.                 Tipe dan Gambaran Roh Kudus
Terlihat beberapa deskripsi dalam Alkitab, yang menunjukkan kepada Roh Kudus untuk melukiskan tentang Pribadi-Nya. Lukisan-lukisan tersebut dapat disebut sebagai tipe atau simbol-simbol dari Pribadi kudus ini. Hal-hal tersebut adalah:

1.      Simbol “Pakaian” (Luk. 24:49).
Kata ini diterjemahkan dari enduo, yang artinya “pakaian atau memakaikan seseorang.” Kata kerja pasif dari kata ini mengindikasiakn bahwa seseorang tidak bisa memakinkan dirinya sendiri. Jadi Allahlah yang melakukan akan hal ini, yakni memperlengkapi murid-murid-Nya dengan kuasa di dalam Roh Kudus.

2.      Simbol “Merpati” (Mat. 3:16; Mark. 1:10; Luk. 3:22; Yoh. 1:32). “langit terkoyak dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya” (Mark. 1:10). “...Roh turun dari langit seperti burung merpati ...” (Yoh. 1:32). Fakta-fakta ini menegaskan bahwa Roh Kudus datang dari hadirat Allah di sorga, mengurapi dan memenuhi Anak Allah dengan kuasa untuk pelayanan publik-Nya. “Merpati” sebagai simbol ketulusan (Mat. 10:16), tetapi juga sebagai simbol kedamaian.

3.      Roh Kudus sebagai “Jaminan” (2 Kor. 1:22; Ef. 1:1-14; 4:30).
Kata  yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah arrabon, yang artinya “uang panjar” (down payment). Artinya Roh Kudus yang di dalamnya orang-orang percaya telah dimeteraikan (Ef. 1:13), menjadi jaminan untuk keselamatan sepenuhnya (glorifikasi) yang akan datang (Ef. 1:14). Penebusan kita menunjukkan pada finalnya di masa datang, dan Roh Kudus dijadikan jaminan tentang kepastian tersebut.

4.      Simbol “Api” (Kis. 2:3).
Fenomena yang terlihat dalam “lidah-lidah seperti nyala api ... hinggap pada mereka masing-masing.” Peristiwa tersebut menbunjukkan kehadiran Allah (bnd. Kel. 3:2). Api itu juga merupakan simbol dari penghakiman Allah (bnd. Im. 10:2). Orang-orang yang tidak percaya di hari Pentekosta, kemudian hari mengalami kenyataan yang sangat memilukan di tahun 70 M (terutama bagi orang-orang Yahudi yang bersikap menolak Mesias mereka).

5.      Simbol “Minyak.”
Pada masa Perjanjian Lama, minyak dipakai untuk mengurapi raja dan nabi, yang melambangkan Roh Kudus. Dalam Zakharia 4:1-14 menggambarkan minyak sebagai tipe yang menunjukkan kepada kuasa Roh Kudus dalam menguatkan Yosua dan Zerubabel untuk memimpin umat di dalam menyelesaikan pembangunan bait Suci pada tahun 515 S.M. Mengalirnya minyak dari kandil kepada kedua orang tersebut (ayat 2, 3, 14), yang ditafsirkan dalam ayat 6 dengan berbunyi bahwa “bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman Allah semesta alam.” Dalam 1 Samuel 10:1, Samuel mengurapi Saul sebagai raja Israel, pengurapan itu menyatakan Roh Kudus yang turun ke atas Saul untuk memimpin bangsanya (1 Sam. 10:6, 10).
Minyak Sebagai Tipe Roh Kudus
Makna
Teks
Roh Kudus diberikan untuk pelayanan
Keluaran 40:9-16; Kisah Para Rasul 1:8.
Roh Kudus mengiluminasi
Keluaran 27:20-21; 1 Yohanes 2:20.
Roh Kudus Menyucikan dan menguduskan
Imamat 8:30; 14:17; Roma 8:2-3.

6.      Simbol “meterai” (2 Kor. 1:22; Ef. 1:13; 4:30).
Meterai artinya “terlindungi” (bnd. Mat. 27:66). Secara figuratif “diberi tanda milik” dengan tujuan bahwa :
a.      Orang-orang percaya adalah milik Allah.
b.      Juga berarti aman atau dijamin artinya keselamatan orang percaya dijamin.
c.       Meterai itu menunjukkan tanda wewenang Allah terhadap orang percaya. Bandingkan dengan meterai yang dibuat oleh pemerintah Romawi atas kubur Tuhan Yesus, yaitu segel yang tidak dapat dibuka oleh penguasa apapun.

7.      Simbol “air.”
Pada puncak perayaan Tabernakel, para imam membawa air dari kolam Siloam dan mencurahkannya dalam corong asap di samp[ing mezbah di tengah-tengah nyanyian dari para penyembah dilantunkan. Peristiwa ini terjadi dengan penuh sukacita, dalam mengantisipasi pemerintahan yang penuh kemuliaan dari Mesias (Zak. 14:16-21). Selama peristiwa tersebut, Tuhan Yesus menyeruhkan bahwa : “barangsiapa yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku seperti yang dikatakan oleh kitab Suci: dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38). Ayat berikut dikatakan bahwa yang dimaksud adalah Roh Kudus (7:39).

Jadi beberapa poin perlu diperhatikan bahwa: Air sebagai lambang dari Roh Kudus yang menbyatakan hidup kekal (Yoh. 4:14; 7: 37-39). Air menyatakan penerimaan atau sambutan terhadap Roh Kudus (Yeh. 36:25-27; Yoh. 7:39).

8.      Simbol “angin.”
Angin memang lebih tepat sebagai representatif terhadap Roh Kudus, kata “roh” dalam bahasa Yunani disebut “pneuma” yang dapat diterjemahkan dengan “angin” tetapi juga “roh.”

Dalam penjelasan tentang kelahiran baru kepada Nikodemus, Tuhan Yesus membandingkan kelahiran baru oleh Roh Kudus dengan angin (Yoh. 3:8). Sama seperti tiupan angin terhadap pohon-pohon, demikianlah juga terjadinya kelahiran baru oleh Roh Kudus. Roh Kudus melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, tanpa didorong atau didikte oleh apapun sama seperti angin (bnd. 1 Kor. 12:11). 

VI.               Karya Roh Kudus dalam Perjanjian Lama
Dalam sepanjang zaman Perjanjian Lama terlihat nyata tentang karya Roh Kudus. Karya Roh Kudus pada zaman terlihat dalam berbagai bentuk, dalam berbagai cara dan kepada bermacam-macam pribadi. Karya tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1.      Dalam ciptaan
a.      Kehidupan (Maz. 104:30; Ayub 33:4);
b.      Ketertiban atau keteraturan (Yes. 40:12; Ayub 26:13);
c.       Dandanan (Maz. 33:6; Ayub 26:13);
d.      Pemeliharaan (Maz. 104:30);

2.      Dalam manusia
a.      Kelahiran baru (regeneration)
Apakah Roh Kudus juga mengerjakan kelahiran baru di zaman Perjanjian Lama?

Yehezkiel 36 merupakan nas paralel dengan Yohanes 3, karena kedua nas ini berbicara tentang air dan roh. Dalam Yehezkiel 11:19 dan 36:25-27, Allah menjanjikan kepada Israel tentang pengfalaman kelahiran baru dalam Millenium. Allah akan memberikan kepada mereka hati yang baru dan roh yang baru. Ia akan menaruh Roh-Nya dalam mereka. Meskipun bagian nas ini lebih menunjuk kepada masa depan, namun orang-orang percaya di PL juga seharusnya mengalami kelahiran baru. Dalam Yehezkiel 18:31, umat diperintahkan dengan perintah “perbaharuilah hatimu dan rohmu.”

Jadi Yehezkiel 36:25-27 adalah paralel dengan Yohanes 3:5 yang mengindikasikan bahwa umat PL juga mengalami pengalaman kelahiran baru ini (bnd. Maz. 51:10).

b.      Pendiaman yang selektif
Dalam Yohanes 14:16-17, Tuhan Yesus mengindikasikan bahwa mulai dari hari Pentekosta, Roh Kudus mulai pelayanan yang baru bagi orang-orang percaya, yang tidak sama seperti di zaman PL. Penekanan terhadap paragraf tersebut bahwa pelayanan yang baru itu adalah pendiamanRoh Kudus dan juga tentang permanen. Sementara itu, janji dalam Yohanes 14 tersebut adalah untuk semua orang percaya. Sedangkan dalam zaman PL pendiaman Roh Kudus adalah secara selektif dan temporal. Misalnya: Roh Kudus mendiami (Bil. 27:18), kepada Daud (1 Sam. 16:12-13).

Pendiaman Roh Kudus kepada seseorang di PL dengan untuk melakukan tugas tertentu. Misalnya: Roh Kudus turun atas Otniel (Hak. 3:10), atas Gideon (6:34), atas Yefta (11:29), atas Simson (14:6). Jika dicermati, penguasaan tersebut adalah berhubungan dengan kegiatan fisik, tidak ada kaitan dengan keselamatan dari dosa atau hal-hal yang berkaitan dengan rohani. Yefta adalah anak dari seorang perempuan sundal, hidup dalam lingkungan percabulan. Simson seorang yang hidup menurut nafsu daging, yaitu hidup ghanya untuk kepuasan dirinya.

Roh Kudus juga memenuhi beberapa orang percaya di zaman PL. Misalnya: Allah memenuhi Besalel dengan Roh Hikmat (Kel. 31:2-5), yang berhubungan pekerjaan Tabernakel.

John Walvoord membuat tiga observasi, yaitu:
a)      Roh Kudus mendiami hidup seseorang di PL, tanpa syarat kondisi kerohanian orang tersebut;
b)      Pendiaman Roh Kudus adalah pekerjaan kedaulatan Allah dalam seseorang untuk mengerjakan sesuatu tugas khusus. Misalnya: dalam hal membebaskan orang Israel dari peperangan atau dalam hal membangun kemah pertemuan;
c)      Pendiaman Roh Kudus adalah bersifat temporal. Misalnya: Roh Allah datang kepada Saul, tetapi kemudian meninggalkan dia (1 Sam. 10:10; 16:14). Daud sangat takut dan memohon agar Roh Allah jangan diambil daripadanya (Maz. 51:11-13).
3.      pencegahan terhadap dosa
dalam Kejadian 6:3, terlihat ada pentunjuk bahwa Roh Kudus melakukan pencegahan terhadap dosa. Namun hal itu terbatas karena manusia menolak untuk mengindahkan pelayanan Roh Kudus ini. Sesuai dengan konteks, akhirnya Tuhan menghukum manusia dengan air bah.

Bagi penganut pandangan pretribulasi rapture, dapat terlihat paralel antara PL dan PB sebagai berikut:
Penghukuman Paralel: Air Bah dan Tribulasi
Nas
Pencegahan oleh Roh
Pencegahan Roh diakhiri
Paralel hukuman Allah
Kej. 6:3
Pelayanan Nuh
Nuh disingkirkan
Air Bah
2 Tes. 2:7-8
Pelayanan Gereja
Gereja disingkirkan
Tribulasi


VII.             Karya Roh Kudus dalam Pewahyuan dan Inspirasi

1.      Definisi
Istilah “pewahyuan atau penyataan” dalam bahasa Yunani adalah apokalypsis, yang dapat diterjemahkan dengan “pengungkapan atau penyingkapan.” Kata penyataan ini hubungan dengan kebenaran Alkitab berarti Allah menyatakan kepada manusia tentang sesuatu yang sebelumnya tersembunyi (bnd. Yeh. 2:2; 8:3). Pewahyuan berhubungan dengan “materi atau bahan.”

Inspirasi adalah “pengawasan Allah terhadap para penulis, sehingga melalui kepribadian masing-masing, menyusun dan menulis tanpa salah tentang penyataan Allah dalam kata-kata dari naskah asli.” Inspirasi berhubungan dengan “cara atau metode.” Kata inspirasi diterjemahkan dari kata Yunani theopneustos, yang artinya “Allah menghembuskan keluar” (2 Tim. 3:16),

2.      Saluran-Saluran dari Penyataan
a.      Nabi-nabi PL.
Berita yang disampaikan oleh para nabi PL tidak berasal dari diri mereka sendiri. Para nabi adalah alat atau instrumen yang dikhususkan, agar melalui mereka Allah berbicara kepada umat manusia. Para nabi dipimpin oleh Roh kudus ketika menyampaikan pesan mereka (bnd. Yer. 1:2, 4, 9, 11, 17). 

b.      Roh Kudus
Para penulis dibimbing langsung oleh Roh Kudus dalam menuliskan Kitab Suci. Hal ini dijelaskan dalam 2 Petrus 1:21 bahwa Roh Kuduslah yang menjaga para nabi dan para penulis dari kata-kata yang salah.
Dalam 2 Samuel 23:2 menjelaskan bahwa Daud dikuasai oleh Roh Kudus
Kisah para rasul 4:25; Matius 22:43
Yehezkiel 2:2; 3:24; 8:3; 11:24 – menjelaskan bahwa Roh Kudus memampukan nabi melalui visi yang diperolehnya.
Mikha 3:8 – Roh Kudus memampukan nabi untuk berkata-kata kepada bangsanya.

3.      Cara penyataan diberikan
Allah menyatakan diri melalui berbagai cara dalam PL. Antara lain adalah
a.      Melalui kata-kata yang diucapakan
Ia berbicara kepada Abraham (Kej. 18:13). Ia berbicara kepada Musa supaya umat mau mendengar (Kel. 19:9; 20:1). Ia berbicara kepada Yesaya (Yes. 6:8).

b.      Melalui mimpi
Komunikasi khusus kepada orang-orang kafir, seperti kepada Abimelekh (Kej. 18:3). Kepada Nebukadnezar (Dan, 2). Tetapi juga kepada Yakub (Kej. 31:10-13), dan kepada Yusuf (Kej. 37:5-9).

4.      Melalui penglihatan-penglihatan
Penglihatan-penglihatan kelihatannya merupakan kategori yang lebih tinggi dalam hal penyataan, karena erat kaitannya dengan kedewasaan rohani.  Para nabi sering menerima penglihatan-penglihatan. Itulah sebabnya salah satu panggilan atau nama para nabi adalah “pelihat” yang dalam bahasa Ibrani disebut seer, arttinya “melihat.” Misalnya: Abraham (Kej. 15:1), Nathan (1 Taw. 17:15), Yehezkiel (Yeh. 1:1), Daniel (Dan. 8:1).

5.      Theophani-tehophani
Penampakkan diri Allah dalam PL merupakan suatu manifestasi fisik yang jyga sering terlihat. Theophani berasal dari kata “theos (Allah), phanein (penampakkan diri Allah). Kelihatannya penampakan tersebut terkait erat dengan orang yang telah dewasa secara rohani, sebagai suatu hak istimewa. Misalnya: Kepada Abraham (Kej. 18), kepada Yosua (5:14), kepada Daniel (Dan. 6:22).

6.      Pengilhaman Perjanjian Lama
Roh Kudus sendiri adalah pemberi dari seluruh Kitab suci termasuk PL. Ada beberapa catatan tentang fakta tersebut, yaitu:

a.      Para penulis PL sadar bahwa Roh Kudus telah membimbing mereka dalam menulis (2 Sam. 23:2-3). Kurang lebih disebutkan empat kali dalam bagian ini bahwa Allah berfirman kepada Daud.
b.      Dalam pengajaran Tuhan Yesus menekankan bahwa para penulis PL dituntun oleh Roh kudus (Mark. 12:36). Dengan mengutip Mazmur 110, Yesus menjelaskan bahwa Daud mengucapkan kata-kata oleh Roh Kudus. Artinya Yesus mendasarkan argumentasi-Nya pada kata-kata Daud sebagai ilham Roh Kudus.

c.       Rasul-rasul mengajar bahwa para penulis PL dituntun oleh Roh Kudus (Kis. 1:16; 4:24-25; 28:25). Dalam menjelaskan tentang kematian Yudas Iskariot, Petrus menegaskan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan oleh Roh Kudus melalui Daud (Kis. 1:16).

7.      Pengilhaman Perjanjian Baru
Selain paragraf yang menjadi dasar pengilhaman Kitab Suci (2 Tim. 3:16), juga terdapat bagian-bagian lain yang menunjuk pada pengilhaman Perjanjian Baru.
a.      Pengesahan Kristus tentang PB
Tuhan Yesus memprediksiakn bahwa para rasul akan dijaga dalam tulisan mereka, yang memampukan mereka menulis tanpa salah, sesuai dengan apa yang mereka dengar daripada-Nya (Yoh. 14:26; 16:14). Hal ini menegaskan bahwa Yohanes masih tetap mengingat secara detail tentang kehidupan Yesus pada waktu ia menulis kitab Injilnya beberapa tahun kemudian. Pada waktu itu Tuhan Yesus mengajar bahwa mereka belum sanggub memahami semua yang disampaikan saat itu, tetapi sesudah itu Roh Kudus memampukan mereka untuk mengerti semua pengajaran-Nya (Yoh. 16:12-15).

Roh Kudus membimbing para penulis PB melalui cara-cara sebagai berikut:
·         Ia mendorong para penulis untuk mengingat fakta-fakta tentang ajaran Kristus;
·         Ia memampukan mereka untuk memahami secara teologis tentang apa yang sedang ditulis;
·         Ia menjamin kekomplitan dari keseluruhan PB. Semua hal yang terdapat dalam Yohanes 14:26, menunjukkan kepada semua kebenaran rohani yang perlu bagi manusia, dan hal ini selaras dengan kanon PB yang telah lengkap.

b.      Kesadaran para penulis PB akan kepenulisannya
Para penulis PB menyadari bahwa sedang menulis Kitab Suci. Rasul Paulus mengecam orang-orang Korintus tentang beberapa hal yang salah dan memberikan kepada mereka koreksi terhadap kesalahan-kesalahan tersebiut melalui surat pertama Korintus. Ia tegaskan bahwa “apa yang kutuliskan kepadamu adalah perintah Tuhan” (1 Kor. 14:37). Paulus menyadari bahwa ia sedang menulis firman dari Tuhan kepada orang-orang Kristen di Korintus.

Beberapa kesimpulan dapat diambil berkaitan dengan tulisan dan pengajaran rasul Paulus, yakni:
·         Ajaran Paulus diterima dari Tuhan melalui penyataan langsung (Gal. 1:12);
·         Ajaran Paulus disampaikan kepadanya oleh Roh Kudus (1 Kor. 2:13);
·         Ajaran Paulus adalah perintah Allah. Karena itu bebas dari kesalahan (1 Kor. 14:37; 1 Tes. 4:2, 15);
·         Ajaran Paulus diakui sebagai firman dari Allah oleh Gereja Mula-mula (1 Tes. 2:13); 

c.       Saling Mengakui para penulis PB
Para penulis PB saling menagkui tulisan-tulisan mereka sebagai yang diilhami. Dalam 1 Timotius 5:18, Paulus memulai pernyataannya dengan mengatakan bahwa “Kitab Suci berkata,” kemudian ia mengutip kitab Ulangan 25:4 dan Lukas 10:7. Dengan mengutip baik PL maupun PB, Paulus menegaakui kewenangan keduanya. Dalam 2 Petrus 3:16, Petrus menyamakan tulisan-tulisan Pulus sebagai bagian dari Kitab Suci.

VIII.           Karya Roh Kudus dalam kehidupan Kristus
Nabi Yesaya telah menubuatkan bahwa Roh Kudus akan ditaruh di atas Mesias (Yes. 42:2), yang memberikan hikmat, kekuatan/kuasa, dan pengetahuan dalam pelayanan-Nya (Yes. 11:2-3). Kisah dalam Injil-injil merefleksikan kuasa Roh Kudus atas Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya sebagai penggenapan atas nubuat Yesaya. Bukan berarti bahwa Kristus tidak memiliki kuasa dalam diri-Nya sendiri, karena Ia juga memiliki kuasa (Yoh. 10:18). Fakta bahwa Kristus melayani di dalam kuasa Roh Kudus, menekankan tentang kesatuan dalam Trinitas (bnd. Yoh. 5:31-44; 6:29; 8:18; 10:37-38).

1.      Dalam Kandungan seorang perawan.
Baik Matius maupun Lukas menegaskan tentang pelayanan Roh Kudus dalam menyebabkan kandungan Maria. Kata “dari [Yun: ek] Roh Kudus” (Mat. 1:20). Ada ungkapan “Roh Kudus akan turun atasmu” (Luk. 1:35), dan “menaungi...” menunjukkan peran Roh Kudus dalam memperanakkan Yesus. Kata “turun atasmu” dari eperchomai dipakai juga dalam Kisah Para Rasul 1:8. Kata “menaungi” menegaskan tentang kehadiran kuasa Allah yang turun ke atas Maria, supaya ia dapat mengandung seorang bayi, yang akan disebut Anak Allah.   


Hasilnya.
a.      Sifat kemanusiaan Yesus menjadi eksis. Walaupun demikian, bukan Kristus baru eksis, karena sesungguhnya eksistensi Kristus sudah sejak kekal di masa lampau. Namun demikian, kemanusiaan-Nya baru mulai dalam kandungan Maria.
b.      Sifat kemanusiaan Kristus tidak berdosa (Ibr. 4:14-15). Walaupun kemanusiaan-Nya seratus persen sejati, namun Ia tidak dicemari oleh dosa. Walaupun Ia dikandung oleh ibu manusia, namun konsepsinya adalah oleh Roh Kudus yang menjamin ketidakberdosaan Kristus. Ini sebuah doktrin yang mendasar dalam keimanan Kristen yang perlu disadari oleh kekristenan, sebab jika tidak, maka Kristus tidak berbeda dengan manusia lainnya. Rasul Yohanes menyatakan bahwa “di dalam Dia tidak ada dosa” (1 Yoh. 3:5).
c.       Sifat kemanusiaan Yesus menyebabkan keterbatasan-keterbatasan. Walaupun Kristus tanpa dosa, Ia juga secara manusia mengalami kelelahan (Yoh. 4:6); ia mengalami kehausan (Yoh. 4:7); Ia tidur (Mat. 8:24); Ia menangis (Yoh. 11:35); ia menyerahkan diri-Nya secara rela kepada keterbatasan-keterbatasan manusia.

2.      Dalam hidup dan pelayanan Kristus
a.      Roh Kudus mengurapi Kristus (Luk. 4:18; Kis. 10:38). Hal ini merupakan penggenapan dari nubuatan dalam kitab Yesaya 61:1. Pengurapan tersebut memberi arti bahwa:
·         Penetapan Yesus sebagai Mesias dan Raja Israel (proklamasi). Dalam Yohanes 1:31, Yohanes pembaptis menyatakan Yesus kepada bangsa Israel. Hal ini sebagai cara yang biasa dilakukan dalam PL (1 Sam. 16:6-13).
·         Pengurapan memperkenalkan Yesus kepada pelayanan publik-Nya (Kis. 10:38). Seudah pembaptisan, Yesus memulai pelayanan, mengajar dan melakukan banyak mujizat.
·         Pengurapan menyebabkan Yesus dipenuhi dengan kuasa bagi Yesus untuk pelayanan publik-Nya (Luk. 4:18). Meskipun Yesus sendiri memiliki kuasa dari diri-Nya sendiri, namun hal itu menyatakan kesatuan dalam ke-Tritunggal-an Allah, dan saling ketergantungan Yang Satu terhadap Yang lainnya dalam Trinitas itu.
·         Pengurapan itu ialah otentitas Ilahi Yesus. Di saat pembaptisan-Nya, terdengan suatu pernyataan yang bersifat otentitas dari Allah Bapa bahwa “Inilah Anak-Ku yang kekasih, kepada-Nya Aku berkenan” (Mat. 3:17).


b.      Roh Kudus memenuhi Kristus
Dalam Lukas 4:1 berkata “Yesus ... penuh dengan Roh Kudus ...di bawah oleh Roh Kudus....” Bentuk kata kerjanya imperfect tence yang menjelaskan kegiatan yang berlanjut. Artinya Yesus sejak saat itu dan seterusnya di bawah tuntunan Roh Kudus. Dalam Markus 1:12 berkata: “ Roh Kudus membawa Dia ke padang gurun.” Kata “membawa” [Yun: imple] menegaskan seluruh hidup kemanusiaan-Nya dikuasai oleh Roh Kudus, yaitu dari kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Ini juga merupakan penggenapan dari Yesaya 11:2 dan 42:1, bahwa Kristus secara terus menerus dipenuhi oleh Roh Kudus.

c.       Peranan Roh Kudus, hubungan Kematian Kristus
Bukan saja Roh Kudus bertanggung jawab untuk membawa kemanusiaan Yesus eksis di bumi dan memenuhi Dia dalam pelayanan Yesus di bumi, melainkan juga Roh Kudus memainkan peranan penting dalam hubungan dengan kematian-Nya (Ibr. 9:14). Rupanya konsep kematian Yesus sangat mempengaruhi pikiran penulis surat Ibrani ketika menulis kitabnya. Jika demikian, maka Roh Kudus yang turun ke atas Hamba dalam Yesaya 42:1, itulah juga Roh Kudus yang memimpin Hamba itu agar memikul dosa banyak orang (Yes. 52:13 – 53:12).

d.      Peranan Roh Kudus, hubungan dengan nkebangkitan Kristus
Catatan Alkitab mengindikasikan bahwa setiap Pibadi dari ke-Tritunggal-an Allah mengambil bagian dalam kegiatan besar dari kebangkitan Kristus. Kristus dibangkitkan oleh kuasa Allah Bapa (Ef. 1:19-20; Maz. 16:10), tetapi Kristus juga memiliki kuasa untuk membangkitkan diri-Nya sendiri (Yoh. 10:18). Roh Kudus juga terlibat secara efektif dalam kebangkitan Kristus (Rm. 1:4; 8:11; 1 Ptr. 3:18).

IX.                Dosa melawan Roh Kudus

1.      Latar belakang sejarah
Meskipun dalam Kitab Suci telah dinyatakan tentang dosa-dosa  melawan Roh Kudus, yang disebut “memandamkan” (1 Tes. 5:19), dan “mendukacitakan” (Ef. 4:30), namun selalu dalam pikiran orang bahwa dosa melawan Roh Kudus adalah hanyalah “menghujat.”

Perlu memahami konteks tentang dosa penghujatan yang dilakukan terhadap Roh Kudus (Mat. 12:31-32). Yesus sudah menyatakan diri kepada bangsa Israel melalui ajaran-ajaran-Nya (Mat. 5 - 7), dan mujizat-mujizat-Nya (Mat. 8:10). Jadi tanda-tanda ke-Mesias-an-Nya telah ditunjukkan di tengah-tengah bangsa ini. Kemudian, para pemimpin agama bertanya-tanya, bahwa “Siapakah Kristus?” (Luk. 5:14 dengan 5:17). Apakah Dia Mesiah? Apa yang mereka katakan tentang mujizat-mujizat-Nya?

Akhirnya kesimpulan puncak yang mereka ambil adalah pada Matious 12 itu sebagai kulminasi atau puncak  dosa dengan jalan melawan Roh Kudus. Narasi dalam Matius 12:22 menjelaskan bahwa seorang dirasuk Setan disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Dalam ayat 23 menunjukkan bahwa banyak takjub dan berkata: “Ia ini agaknya Anak Daud.” Namun para pemimpin agama menjawab dengan berkata: “Dengan Baalzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.” Jadi di sini titikpuncak penolakan kepada Yesus sebagai Mesias oleh bangsa Yahudi.

Orang atas-Nya Allah menaruh Roh-Nya kepada-Nya (Mat. 12:18), dikatakan oleh orang-orang farisi bahwa Ia melakukan pekerjaan-Nya dengan kuasa setan. Dan dalam konteks ini, Yesus mengaskan bahwa menghujat Roh Kudus, tidak akan pernah diampuni.

2.      Penjelasan
Dosa melawan Kristus. Para pemimpin agama telah mendengar ajaran Yesus, dan telah melihat mujizat-mujizat-Nya, namun evaluasi mereka tentang Kristus ialah bahwa Kristus melakukan mujizat dengan bantuan kuasa Setan. Inilah dosa melawan Kristus. Seharusnya mereka mengakui Dia sebagai Mesias, justru sebaliknya mereka mengatakan Yesus melakukan mujizat dengan kuasa setan. Mereka tidak menyangka mujizat yang dilakukan oleh Yesus, tetapi menyangkal sumber dari mujizat tersebut, yang sesungguhnya dari Allah.

Orang sesungguhnya diutus untuk membebaskan Israel baik secara rohani maupun secara nasional, justru ditolak bahkan dituduh melakukan konspirasi dengan setan. Penolakan tersebut adalah dasar dari dosa melawan Roh Kudus.

Dosa melawan Roh Kudus. Allah berkata: “Aku akan menaruh Roh-Ku ke atas-Nya” (Mat. 12:18), tetapi para pemimpin agama berkata: “orang ini mengusir setan dengan Beelzebul, penghulu seta” (Mat.12:24). Orang-orang Farisi telah melihat pekerjaan Yesus, tetapi menyebut pekerjaan Yesus itu adalah pekerjaan setan. Dosa melawan Roh Kudus adalah final, karena mereka adalah saksi-saksi mata terhadap kata-kata dan pekerjaan Yesus. Mereka diampuni ketika berdosa melawan Kristus, tetapi karena mereka tidak mempercayai kesaksian Roh Kudus yang adalah kesaksian final, maka mereka tidak akan pernah diampuni. Tidak ada lagi kesaksian selanjutnya yang akan diberikan. Jadi, dosa melawan Roh Kudus adalah kekal (Mat. 12:31-32). Tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat, sehingga tidak akan ada pengampunan.
3.      Pertanyaan
Apakah dosa melawan Roh Kudusdapat dilakukan pada masa sekarang? Dari peristiwa yang terdapat dalam Matius 12:22 dan seterusnya tentang dosa penghujatan Roh Kudus itu adalah berkaitan dengan melihat Yesus secara langsung, dan menanggapi mujizat yang dilakukan sebagai pekerjaan setan. Perlu disadari bahwa hal menghujat Roh Kudus itu tidak sama dengan ketidakpercayaan. Tidak ada indikasi dalam Kitab Suci bahwa jika seseorang bpernah menolak percaya kepada Injil, maka ia tidak akan pernah lagi mendapat kesempatan untuk percaya, atau tidak ada dosa  pada hari ini yang tidak diampuni. Seseorang yang pertama mendengar Injil kemudian menolak, tetapi lalu pada hari ini berubah dan percaya. Kecuali seseorang membuat penolakan secara permanen dan terus dalam ketidak percayaan.

X.                  Karya Roh Kudus dalam Keselamatan

1.      Menginyafkan (Yoh. 16:8-11)
a.      Definisi
Menginsyafkan artinya menempatkan kebenaran Injil begitu jelas dihadapan orang yang belum diselamatkan sehingga diakuinya sebagai kebenaran, apakah Kristus akan diterima sebagai Tuhan dan Juru selamat, atau ditolak.

b.      Menginsyafkan tentang
·         Insyafkan dosa. Kenyataan dosa adalah karena tidak percaya ;
·         Insyafkan kebenaran. Menginsyafkan tentang kebenaran Kristus, karena Ia telah turun ke kuburan, Ia telah bangkit dan telah naik ke sorga;
·         Insyafkan penghakiman. Menginsyafkan tetang penghukuman karena setan telah dihukum;

2.      Melahirkan Baru (Yoh. 3:3, 5; Titus 3:5)
a.      Definisi kelahiran baru
Kelahiran baru adalah tindakan Roh Kudus kepada seseorang di dalam melahirkan baru saat percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamtanya. Dengan jalan itu, Allah mengaruniakan hidup yang kekal kepada orang  itu.

b.      Cara
Ini sepenuhnya pekerjaan Pibadi ketiga di dalam ke-Tritunggal-an Allah, yakni Roh Kudus (Yoh. 3:3-7; Titus 3:5). Iman adalah persyaratan yang dituntut dari manusia yang memungkin Roh Kudus melakukan kelahiran baru dan firman Allah yang menjadi isi dari iman itu.

c.       Ciri-cirinya
·         Terjadi seketika, bukan proses;
·         Tidak tergantung pada pengalaman emosi, walaupun ada keterlibatan emosi;

d.      Hasil / Akibat
·         Menjadi ciptaan baru (2 Kor. 5:17);
·         Menjadi hidup baru (1 Yoh.1:9);

3.      Mendiami
a.      Ayat kunci yang menjelaskan tentang pelayanan Roh Kudus ini adalah Yohanes 14:16. Dalam teks ini menjelaskan bahwa Roh Kudus akan mendiami orang-orang percaya, dan bahwa pendiaman itu adalah permanen.

b.      Roh Kudus adalah karunia. Roh Kudus dikaruniakan kepada semua orang percaya dalam Yesus tanpa kecuali, tidak ada syarat yang lain kecuali iman kepada Yesus (Yoh. 7:37-39). Beberapa ayat yang menyinggung tentang kebenaran ini dapat direnungkan: 2 Korintus 1:22; 1 Tesalonika 4:8 dan 1 Yohanes 4:13. Karena Roh Kudus diberikan sebagai suatu karunia, maka tidak ada alasan bagi manusia kecuali menerima-Nya.

c.       Roh Kudus diberikan pada waktu seseorang diselamatkan. Pernyataan ini menegaskan bahwa orang yang belum diselamatkan tidak memiliki Roh Kudus. Dalam Efesus 1:13 mengatakan bahwa Roh Kudus diberikan pada saat seseorang diselamatkan. Dan pada saat yang sama orang percaya dimeteraikansebagai tanda milik sah dari Allah.

d.      Orang yang tidak memiliki Roh Kudus bukanlah orang percaya. Dalam Roma 8:9 menekankan bahwa “jika seorang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.” Yudas menunjuk kepada orang-orang yang tidak percaya sebagai orang-orang “tanpa Roh Kudus” (Yud. 19).

e.      Roh Kudus mendiami orang-orang percaya yang cara hidupnya duniawi. Orang-orang Kristen di Korintus yang sedang terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang sumbang, yang membawa saudara-saudaranya ke pengadilan, serta dosa lain, mereka tetap didiami oleh Roh Kudus (1 Kor. 6:19). Jika hanya orang Kristen tertentu saja yang didiami Roh Kudus, maka tentu orang-orang Kristen Korintus akan dikatakan tidak didiami oleh Roh Kudus.  Dalam Roma 8:9 dan 2 Kor. 1:22 menyebabkan konklusi yang harus diambil, yaitu bahwa semua orang percaya, tak peduli kondisi rohani mereka, didiami oleh Roh Kudus.

f.        Roh Kudus mendiami orang-orang percaya secara permanen. Bukan saja Roh Kudus mendiami orang percaya, tetapi bahwa pendiaman tersebut adalah bersifat permanen (Yoh. 14:16). Roh Kudus diberikan kepada orang-orang percaya sebagai “jaminan” sebagai suatu verifikasi masa depan mereka yang penuh kemuliaan (2 Kor. 1:22; Ef. 1:14; 4:30).

Perbedaan Pendiaman Roh Kudus
No.
Masa PL
Masa PB
1.
Pada beberapa orang
Pada semua orang percaya
2.
Tempopral
Permanen
3.
Untuk tugas khusus
Untuk kehidupan Kristen
4.
Di atas – pada
Diam
5.
Aktivitas fisik
Aktiviotas rohani
6.
Tidak harus orang percaya.
Hanya orang percaya


4.      Membaptis
a.      Definisi
Pembaptisan Roh Kudus adalah pekerjaan Roh Kudus yang melaluinya orang percaya ditempatkan dalam kesatuan dengan Kristus dan kesatuan dengan sesama orang percaya dalam tubuh Kristus (1 Kor. 12:13).

b.      Penjelasan
·         Pembaptisan Roh Kudus adalah unik dalam masa gereja. Karena peristiwa ini tidak pernah terjadi dalam PL, dan ini hanya terjadi pada masa Gereja.
·         Pembaptisan Roh Kudus melibatkan semua orang percaya dalam masa gereja ini. Kata “semua” dalam 1 Korintus 12:13 menegaskan kebenaran tersebut. Dalam Surat Galatia 3:27-28 mengindikasikan “semua kamu”dibaptis dalam Kristus, dan menjadi “satu dalam Kristus,” tidak menjadi soal apakah mereka orang Yahudi atau Yunani, budak atau merdeka, perempuan atau laki-laki, semua disatukan dalam Kristus. Penting diperhatikan juga bahwa kehidupan orang Kristen yang masih duniawi, seperti orang Korintus, bukanlah halangan untuk menjadi satu dalam pembaptisan ini.
·         Baptisan Roh Kudus bukanlah pengalaman. Baptisan Roh Kudus terjadi pada saat seorang diselamatkan, maka hal ini bukanlah pengalaman.
·         Baptisan Roh Kudus dilakukan oleh Roh Kudus. Tidak ada dua baptisan Roh Kudus. Sebagian orang Kristen berkata bahwa 1 Korintus 12:13 yang berkata: “oleh Roh Kudus” [by one Spirit], yang menempatkan orang percaya ke dalam tubuh, dan Kisah Para Rasul 1:5 menggunakan “dengan Roh Kudus” [with the Spirit], yang diartikan sebagai kuasa untuk pelayanan.

5.      Memetraikan
a.      Definisi
Pemeteraian Roh Kudus adalah salah satu karya Allah untuk menjamin keselamatan orang-orang yang telah diselamatkan (2 Kor. 1:22; Ef. 1:13-14; 4:30). 

Dalam 2 Korintus 1:22 berkata: Allah “memeteraikan kita dan memberikan Roh-Nya dalam hati kita sebagai jaminan.”

Dalam PL, meterai dipakai dalam berbagai cara yang menunjukkan sebuah dokument otentik (misalnya: perkawinan), keaslian dari peralihan kekuasaan dari seorang penguasa kepada penguasa yang lain, dipakai juga sebagai penutup untuk menjamin sesuatu, juga dipakai untuk memverifikasi penceraian.

Jadi, Roh Kudus diberikan kepada orang yang percaya kepada Yesus sebagai meterai, mengindentifikasikan bahwa orang percaya tersebut adalah milik Allah.

b.      Penjelasan
Ide utama dari pemeteraian itu adalah “pemilikan” [ownership]. Orang percaya dimeteraikan dengan Roh Kudus yang membuktikan bahwa orang percaya itu adalah milik Allah. Hal ini ibarat seorang peternak yang menyelar lembu sebagai tanda kepemilikannya. Allah menaruh meterainya, yaitu Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya yang menyatakan bahwa orang yang percaya Yesus adalah milik-Nya.

XI.                Kepenuhan Roh Kudus
Pemenuhan Roh Kudus berbeda dengan pelayanan-pelayanan lainnya dari Roh Kudus. Pendiaman, baptisan Roh Kudus, kelahiran baru dan pemeteraian tidak menekankan tentang pengalaman emosional, dan terjadi pada saat pertobatan. Sedangkan pemenuhan Roh Kudus adalah pengalaman dan dapat terjadi berulang-ulang pada kehidupan orang percaya.



1.      Definisi pemenuhan
Nats yang menjadi dasar dari pemenuhan Roh Kudus adalah dalam Efesus 5:18, yang berbunyi “Hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus.” Perintah ini diberikan dengan kontras terhadap larangan, “jangan mabuk anggur.” Pemabukan anggur menyebabkan seseorang tidak dapat mengontrol atau mengendalikan dirinya. Sedangkan sifat dari kehidupan Kristen adalah kontras dengan pemabukan yang tidak dikontrol.

Kata “penuh” [dipenuhi – kata kerja pasif] dari kata plereusthe, yang artinya “dikontrol.” Jadi yang dimaksudkan adalah Roh Kudus terus menerus mengontrol dan mendominasi kehidupan orang percaya. Contoh lain dapat dilihat dari 1 Korintus 2:9 – 3:4. Orang duniawi yang hidup dibawah kuasa daging, sesuai dengan pendiktean oleh daging, sedang orang-orang rohani adalah orang yang hidup oleh kuasa Roph Kudus.

2.      Penjelasan
Dipenuhi oleh Roh Kudus di dasarkan pada dua alasan:
a.      Pertumbuhan kehidupan rohani, agar makin menyerupai Kristus (Gal. 5:22-23; bnd. Rm. 8:29).

Dalam 1 Korintus 3:1-3, Paulus menyebutkan orang-orang Kristen di Korintus dengan “manusia duniawi” [Yun: sarkikos], yaitu kehidupan yang dikontrol oleh kedagingan. Jalan untuk mengatasi persoalan ini adalah hidup yang dikontrol atau dipenuhi oleh Roh Kudus.

b.      Penting untuk pelayanan orang percaya (Kis. 4:31; 9:17, 20).
Dalam Kisah Rasul 4:31 terlihat kaitan yang erat antara pemenuhan Roh Kudus yang menyebabkan orang percaya beroleh keberanian untuk memberitakan Firman Allah. Pada waktu Paulus dipenuhi Roh kudus, ia mulai memberitakan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Kis. 9:17, 20).
Dalam Efesus 5:18, ada tiga faktor kaitan dengan dipenuhi  Roh Kudus atau pemenuhan Roh Kudus, yaitu:
a.      Pemenuhan itu adalah perintah. Dalam Kitab Suci, tidak ada perintah untuk didiami Roh Kudus dan dimeteraikan Roh Kudus, kecuali hanya pemenuhan Roh Kudus. “Hendaklah kamu terus dipenuhi Roh Kudus” untuk kedewasaan rohani dan pelayanan.

b.      Pemenuhan itu adalah bersyarat. Pelayanan Roh Kudus yang lain tidak bersyarat, kecuali hanya dipenuhi adalah bersyarat. Persyaratan itu adalah ketaatan terhadap perintah itu.
c.       Pemenuhan itu terjadi berulang-ulang. Kata kerja “dipenuhi” dipakai dengan bentuk pasif dalam kala kini, yaitu present tense. Hal ini memberi arti bahwa pemenuhan Roh Kudus bukanlah pengalaman satu kali, sebaliknya peristiwa yang terjadi berulang-ulang.

3.      Persyaratan
Meskipun dalam Efesus 5:18 berisi perintah untuk dipenuhi oleh Roh kudus, namun ada persyaratan-persyaratan yang berkaitan dengan pemenuhan oleh Roh Kudus. Karena itu perlu menyimak beberapa peringatan berikut ini:
a.      Jangan mendukacitakan Roh Kudus (Ef. 4:30). Konteks nas ini berkaitan dengan dosa.
·         Orang-orang percaya diperingatkan agar tidak berdusta (Ef. 4:25);
·         Janganmarah berkepanjangan (Ef. 4:26);
·         Janganmenyimpan kepahitan atau tidak memaafkan (Ef. 4:31-32);
Pada waktu orang-orang percaya melakukan hal-hal di atas, mereka sedang mendukacitakan Roh Kudus, dan dosa akan mencegah terjadinya pemenuhan Roh Kudus.
b.      Jangan memandamkan Roh Kudus (1 Tes. 5:19). Konteks dari ayat ini berkaitan dengan pelayanan.
·         Orang percaya dihimbau agar berdoa dengan tidak putus-putusnya (1 Tes 5:17);
·         Mengucap syukur (1 Tes. 5:18);
·         Dan jangan meremehkan nubuat-nubuatan (1 Tes. 5:20);
Padawaktu orang-orang percaya menyiram air dingin pada api pelayanan, maka mereka sedang memandamkan Roh. Pelayanan Roh tidak patut untuk dihalangi, juga orang-orang Kristen tidak patut menghalangi orang lain dalam pelayanannya bagi Allah.
c.       Hiduplah oleh Roh (Gal. 5:16). “Hidup” berarti dipimpin Roh dan tidak dikontrol atau didominasi oleh sifat lama. Orang-orang percaya dinasihati untuk hidup dalam kuasa Roh Kudus. Hal-hal yang berhubungan dengan tantangan di atas adalah dengan sebuah solusi, yaitu pengakuan dosa (1 Yoh. 1:9), serta penyerahan diri secara total kepada Allah (Rm. 6:13; 12:1-2).

d.      Akibat. Hasil dari kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus adalah

·         Menghasilkanbuah melalui diri seorang percaya (Gal. 5:22-23).
·         Orang-orang yang baru percaya menerima pengajaran dari Roh Kudus (1 Kor. 2:9-14; Yoh. 16:12-15);
·         Orang-orang percaya akan memperlihatkan sukacita, kesatuan, ucapan syukur dalam jemaat (1 Tes. 5:19-20);
·         Orang-orang percaya akan dipersatukan dalam pelayanan (1Tes. 5:17-22);
·         Menunjukkan penyerahan diri kepada Allah dan tidak mengikuti pola hidup duniawi (Rm. 12:1-2);

XII.              Karunia-karunia Roh Kudus

1.      Pengertian
Ada dua istilah yang dipakai untuk menjelaskan karunia-karunia rohani.

Pertama: pneumatikos yang artinya “hal-hal rohani” atau hal-hal yang berkaitan dengan Roh. Kata ini menekankan tentang sifat rohani dan asal karunia-karunia rohani [spiritual things]. Karunia-karunia yang dimaksud di sini berbeda dengan talenta. Karunia rohani bersumber dari Roh Kudus, yang secara adikodrati diberikan kepada orang-orang percaya oleh Roh Kudus saat seorang percaya Kristus (1 Kor. 12:11).

Kedua: Kata yang juga sering dipakai adalah charisma, yang artinya “pemberian anugerah” [grace gift].  Kata ini menekankan bahwa karunia-karunia ini merupakan pemberian yang berasal dari Allah. Karunia bukan suatu pengembangan kemampuan, namun pemberian yang dikaruniakan kepada orang percaya (1 Kor. 12:4). Dalam Roma 12, Paulus menjelaskan bahwa karunia-karunia rohani adalah diterima melalui pemberian anugerah kepada orang percaya (Rm. 12:3, 6).

Jadi, definisi yang sederhana dari penjelasan ini adalah “pemberian Ilahi yang berupa kemampuan yang khusus kepada anggota-anggota tubuh Kristus untuk pelayanan.”

2.      Penjelasan
Ada dua konsep yang perlu dijelaskan berkaitan dengan karunia-karunia rohani:
a.      Karunia rohani kepada seorang percaya secara individu untuk memampukannya dalam pelayanan rohani (1 Kor. 12:11).
b.      Karunia rohani kepada Gereja adalah orang yang secara unik diperlengkapi untuk pembangunan dan pendewasaan gereja (Ef. 4:11-13).
Konsep yang salah berkaitan dengan karunia-karunia rohani. Bahwa karunia rohani itu adalah tempat melayani. Misalnya: seseorang dianggap mempunyai karunia rohani untuk melayani di tempat kumuh. Atau ada yang mengatakan bahwa ia diberi karu nia untuk melayani di antara pelajar atau siswa. Perlu diingat bahwa karunia rohani tidak sama dengan talenta alamiah. Mungkin ada hubungan antara karu nia rohani dengan talenta, namun  perlu diingat bahwa talenta atau bakat adalah sesuatu yang dibawah sejak lahir, kemudian dikembangkan. Sedangkan karunia rohani diberikan secara supranatura oleh Allah pada saat seseorang bertobat dan percaya.
Jadi, ketika seseorang lahir satu kali secara jasmani, maka bakat atau talenta dibawah saat itu. Sedangkan karunia rohani adalah hanya kepada otrang-orang telah lahir dua kali, yaitu secara roh, maka karunia rohani dikaruniakan saat itu. Namun keduanya saling mendukung di dalam melayani Tuhan. 
Perbedaan Karunia roh dan Talenta/bakat
No.

Talenta/ bakat
Karunia Rohani
1.
Sarana
Lewat orangtua
Langsung dari Tuhan
2.
Dimiliki
Semua orang
Hanya orang percaya
3.
Waktu memiliki
Sejak lahir
Sejak lahir baru
4.
Tujuan
Untuk kepentingan jasmani
Untuk kepentingan rohani


3.      Deskripsi tentang karunia-karunia rohani
a.      Rasul (Ef. 4:11).
Di sini perlu diadakan perbedaan antara karunia rohani dan jabatan. Rasul sebagai jabatan sangat terbatas, yaitu hanya kepada 12 murid Tuhan Yesus dan Paulus. Dalam Lukas 6:13, Tuhan Yesus memanggil para murid dan menjadikan mereka sebagai rasul-rasul. Kemudian kepada ke 12 rasul itu diberikan otoritas yang unik dan terbatas hanya pada mereka yang ada dalam jabatan tersebut (Luk. 9:1; Mat. 10:1).

Kualifikasi para rasul sudah jelas sebagaimana dijelaskan dalam Kisah Rasul 1:21-22, yakni mereka yang menjadi rasul adalah yang berjalan nbersama Tuhan dari saat baptisan Yohanes sampai kenaikan Yesus ke Sorga.  Paulus juga sebagai rasul adalah unik. Rasul Paulus menyebut dirinya sebagai anak yang lahir sebelum waktunya (1 Kor. 15:8-9).

Karunia Rasul disebutkan dalam 1 Korintus 12:28 dan Efesus 4:11. Kata “rasul” dari istilah Yunani “apostle” berasal dari kata apo artinya “dari” stello artinya “mengirim.” Jadi apostle berarti orang yang “diutus dari.” Dalam arti teknis, rasul adalah keduabelas murid yang dipilih oleh Tuhan, yang memiliki jabatan kerasulan, tetapi juga sebagai karunia. Dengan pengertian ini, para rasul diberi karunia untuk meletakan dasar gereja (Ef. 2:20). Dan ketika dasar gereja telah diletakan, maka karunia rasul tidak diperlukan lagi, sama seperti keduabelas itu tidak ada lagi, karena tidak ada seorangpun sesudah itu menaruh persyaratan yang disebutkan dalam Kisah Rasul 1:21-22 tersebut.

b.      Nabi (Rm. 12:6; 1 Kor. 12:10; dan Ef. 4:11).
Rasul menerima informasinya langsung melalui pernyataan dari Allah. Misalnya, nabi Agabus mengumumkan kelaparan yang akan datang menimpa seluruh dunia (Kis. 11:28), dan penawanan Paulus di Yerusalem (Kis. 21:110-11). Melqlui penyataan langsung nabi menerima pengetahuan Ilahi yang “misteri” (1 Kor. 13:2), yang tentu saja manusia tidak dapat memahaminya. Sebelum kempletnya kanon, karunia nabi adalah penting untuk edifikasi Gereja (1 Kor. 14:3).

Nabi menerima penyataan langsung dari Allah dan mengajar umat bagi pembangunan, dorongan dan penghiburan (1 Kor. 14:3). Karena penyataan itu langsung datang dari Allah, maka penyataan itu benar adanya dan kesejatian nabi dapat diperlihatkan melalui akurasi nubuatannya (bnd. Ul. 18:20, 22). Nubuatan melibatkan baik ramalan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan, maupun tentang kebenaran Allah yang berkaitan dengan nasihat dan instruksi atau pengajaran. Karunia nabi juga berkaitan dengan fondasi gererja yang telah diletakan (Ef. 2:20). Mengingat dasar Gereja telah diletakan, dan kanon PB telah komplit, maka tidak diperlukan karunia lain. Jadi karunia Nabi sudah berakhir namun fungsi kenabiaannya masih berlaku hingga, yaitu berbicara atas nama Allah kepada umat melalui Alkitab.

c.       Mujizat (1 Kor. 12:10).
Mujizat tidak didemonstrasikan secara semparangan di seluruh Alkitab, tetapi hanya terjadi dalam tiga periode utama, yaitu:
·         pada zaman Musa dan Yosua;
·         pada zaman Elia dan Elisa;
·         pada Kristus dan para rasul-Nya;
Mujizatterjadi dengan maksud untuk membuktikan keaslian berita. Karena itu, dalam periode-periode diatas, Allah memampukan para utusan-Nya untuk melakukan mujizat-mujizat yang luar bisa demi meneguhkan berita yang mereka sampaikan. 
Karunia mujizat memiliki pengertian yang lebih luas dari karunia kesembuhan. Kata mujizat berarti kuasa atau pekerjaan yang disertai kuasa. Misalnya: ketika Petrus menghukum Ananias dan Safira (Kis. 5:3, 5), Paulus menghukum Elimas, penyihir dengan menjadi buta (Kis. 13:8-11). Kata ini juga dipakai untuk melukiskan mujizat-mujizat yang dilakukan Kristus (Mat. 11:20, 21, 23; 13:54).
Perlu dibedakan antara mujizat dan karunia mujizat. Meskipun karunia mujizat –kemampuan dari seseorang melakukan aksi-aksi yang ajaib – berakhir pada masa rasul-rasul. Hal ini bukan berarti mujizat telah berhenti sekarang. Allah bisa saja langsung menjawab doa seorang percaya dan melakukan mujizat dalam hidupnya. Allah juga menyembuhkan seorang yang sedang mengalami penyakit yang mematikan dengan jalan mnenjawab doa.
d.      Kesembuhan (1 Kor. 12:9).
Aspek yang sempit dari karunia mujizat adalah kesembuhan (1 Kor. 12:9, 28, 30). Kata ini dipakai dalam bentuk jamak, yakni iamaton yang artinya kesembuhan-kesembuhan.  Dalam kitab 1 Korintus 12:9 menyebutkan “berbagai kelompok penyakit yang berbeda disembuhkan.”

Karunia kesembuhan melibatkan kemampuan seseorang untuk mendatangkan kesembuhan bagi yang mengalami berbagai penyakit.

Jika diperhatikan dalam mujizat-mujizat yang terjadi dalam PB, maka kesembuhan tersebut adalah:
No.
Sifat Mujizat
Nas
1.
instan atau seketika
(Markus. 1:42
2.
Komplit
Matius 14:36
3.
Permanent
Matius 14:36
4.
Terbatas
Markus 1:40
5.
Tanpa syarat – termasuk orang yang tidak percaya atau tanpa Yesus
Yohanes 5:25
6.
Atas dasar permohonan
Lukas 5:15
7.
Subordinasi – artinya sesudah firman Allah disampaikan
Lukas 9:6
8.
Signifikan – untuk konfirmasi tentang pribadi-Nya dan rasul-rasul sebagai utusan Allah dan kata-katanya berasal dari Allah
Yohanes 3:2; Kisah Rasul 2:22; Ibrani 2:3
9.
Penuh sukses – kecuali kasus di mana murid-murid kurang iman sehingga gagal
Matius 17:20
10.
Inklusif – demonstrasi yang unggul dalam membangkitkan orang mati 
Markus 5:39-43; Lukas 7:14; Yohanes 11:44; Kisah Rasul 9:40.

Perlu dibedakan antara “karunia kesembuhan” dan kesembuhan itu sendiri. Sama seperti karunia mujizat, karunia kesembuhan juga dianggap telah berhenti sesudah kanon kitab suci menjadi komplit. Namun demikian, Allah dapat saja mendengarkan doa dengan jalan menyatakan kesembuhan kepada seseorang yang sedang menderita kesakitan.

Ada beberapa kasus juga dalam Alkitab yang memberitahukan kepada kita bahwa Allah memutuskan untuk tidak menyembuhkan (2 Kor. 12:8-9; 1 Tim. 5:23).

e.      Bahasa Roh (1 Kor. 12:28).
Dalam beberapa tempat di Alkitab, ditemukan tentang karunia bahasa Roh, antara lain adalah:
Intisari
Keterangan
Nas
Bahasa Roh adalah languages
Ketika orang Yahudi asli dari luar mengunjungi Yerusalem pada hari Pentekosta, maka mereka mendengar para rasul berbicara dalam bahasa mereka.
Kis. 2:6, 8, 11
Bahasa roh dalam Kisah Rasul dan dalam Korintus adalah sama
Tidak ada bukti tongues di Korintus berbeda, artinya di Korintus itu adalah bahasa Malaikat – tidak ada bukti.
1 Kor. 13:1
Tongues adalah karunia yang lebih rendah.
Karunia-karunia yang sangat mendasar diberuikan untuk pembangunan Gereja adalah rasul, nabi, pemberita Injil, gembala-pengajar dan guru. Bahasa roh disebutkan terakhir mengindisikasikan bahwa roh itu bukan karunia utama.
1 Kor. 12:28; Ef. 4:11
Bahasa roh bersifat temporal
Frase yang berbunyi: “they will cease” dalam bentuk middle voice, menekankan bahwa bahasa roh itu “akan berhenti dengan sendirinya.”
1 Kor. 13:8

Implikasi
Bahasa roh tidak akan diteruskan sampai “yang sempurna itu tiba” – waktunya ketika pengetahuan dan nubuat berakhir jika penggunaannya berakhir. Jika tongue akan berlanjt sampai “yang sempurna itu tiba,” maka kata kerja yang dipakai seharusnya pasif. Jadi, nampaknya bahasa roh yang diberikan pada orang-orang percaya di Korintus yang kanak-kanak secara rohani (1 Kor. 13:10-11; 14:20).


Catatan
Tongue dipakai bagi orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dengan pengertian sebagai penginjilan (1 Kor. 12:21-22). Pada waktu orang Yahudi yang tidak percaya memasuki pertemuan dan orang-orang berbicara dalam bahasa asing, maka itu akan memimpin mereka untuk percaya Yesus sebagai Mesias mereka.

f.        Menafsirkan Bahasa Roh (1 Kor. 12:10).
Karunia menafsirkan bahasa roh menuntut kemampuan supra natura dari seseorang dalam pertemuan jemaat untuk menafsirkan bahasa asing, yang disampaikan oleh seseorang yang berkarunia bahasa roh.

g.      Penginjilan (Ef. 4:11).
Kata “euanggelistas” diterjemahkan dalam bahasa Inggris denmgan evangelists, yang berarti “seorang yang memberitakan kabar baik.”

Definisinya adalah “karunia untuk memberitakan Injil, yaitu berita tentang keselamatan secara efektif” sehingga orang menanggapinya dengan pertobatan untuk akhirnya dilakukan pemuridan.

Beberapa hal yang berhubungan dengan karunia penginjilan, yaitu:
·         Beban yang terkandung di dalamnya bagi jiwa-jiwa yang terhilang. Orang-orang yang bmemiliki karunia ini mempunyai kerinduhan besar untuk melihat orang berdosa diselamatkan;
·         Melibatkan pemberitaan kabar baik. Seorang pemberita Injil adalah orang yang siap dan bersedia secara sendiri. Kegiatan penginjilan itu terjadi baik dalam jumlah yang besar maupun kepada orang per orang.
·         Melibatkan presentasi Injil secara jelas. Seorang yang berkarunia penginjilan memiliki kemampuan untuk mempresentasikan Injil secara simple, jelas dan mudah dimengerti orang lain. Is terpanggil untuk memberitakan kebutuhan mendasar dari keselamatan jiwa manusia, yaitu: menyadarkan akan dosa memiliki konsekuensi besar untuk kehancuran manusia, tentang Kristus menjadi pengganti di dalam menanggung konsekuensi besar itu, beriman kepada-Nya, terjadi pengampunan dosa dan terjadi pendamaian, sehingga pendengar memahami dan menyadari kebutuhan tersebut untuk merespon Injil tersebut.
·         Terkandung di dalamnya adalah respons terhadap proklamasi Injil. Orang yang berkarunia penginjilan melihat melihat respon terhdap pemberitaan Injil.
·         Ada kesukacitaan melihat orang yang datang kepada Kristus. Karena inilah beban hatinya, maka ia begitu bersukacita melihat jiwa-jiwa yang mengambil keputusan untuk mempercayai Kristus.
Catatan
Walaupun hanya beberapa orang saja yang diberi karunia penginjilan, namun sesungguhnya orang-orang percaya yang lain juga memiliki tanggung jawab dalam hal pemberitaan Injil. Semua orang percaya patut mengambil bagian dalam pemberitaan Injil (2 Tim. 4:5). Cara keterlibatan orang percaya dalam tugas pemberitaan Injil itu sangat beragam, yaitu baik melalui doa, dana maupun melalui kontribusi yang lain. 

h.      Gembala dan Pengajar (Ef. 4:11).
Kelihatannya gembala dan pengajar itu merupakan satu karunia. Kata pastor dalam bahasa Yunani disebut “poimenas”, yaitu secara literal berarti shepherd, hanya dipakai di sini sebagai karunia. Kata ini juga dipakai kepada Tuhan Yesus yang adalah “Gembala Yang Baik” (Yoh. 10:11, 14, 16; Ibr. 13:20; 1 Ptr. 2:25). Kata ini juga menunjuk kepada kepada penggembalaan rohani, yang diberikan kepada orang yang adalah Gembala dan pengajar.

Gembala. Tugas seorang gembala adalah jelas melakukan kepedulian terhadap domba-domba (umat gembalaannya). Gembala membimbing, menjaga, melindungi, dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang digembalakan.

Dalam Kisah Rasul 20:28, rasul Paulus memberi nasihat kepada para penatua di Efesus, agar menggembalakan jemaat Allah. Pelayanan penggembalaan dilakukan dengan cara sukarela,, bukan karena mencari keuntungan meteri, juga jangan mau memerintah, tetapi sebaliknya menjadi teladan dari kerendahan hati (1 Ptr. 5:2-5).

Pengajar. Aspek kedua dari karunia ini adalah kemampuan untuk mengajar.Tugas mengajar tidak dapat dipisahkan dengan tugas seorang seorang gembala. Karena selain menstransfer ilmu juga menunjukkan keteladanan kepada yang diajar atau yang digembalakan, yaitu seperti membimbing, melindungi, dan menjaga.

Pekerjaan ini penting bagi pembinaan dan pendewasaan warga Gereja. Proses juga yang disebut “proses pemuridan” agar terjadi pelipatgandaan seperti yang dirangkumkan oleh Tuhan Yesus dalam amanat agung (Mat. 28:19-20).  Hal yang sama, Paulus mendorong Timotius agar setia dalam hal mengajar firman Allah (1 Tim. 1:3, 5; 4:11; 6:2, 17). Dan hal itu akan menjadi efektif hanya dilakukan oleh orang yang berkemampuan sebagai gembala dan pengajar.

Ada beberapa istilah yang terkait dengan karunia di atas adalah elder atau penatua (Tit. 1:5).Elder menunjukankepada jabatannya, sedangkan overseer atau penilik menunjuk kepada fungsinya (1 Tim. 3:2). Pastor atau gembala menun juk kepada karunia serta menekanakn pekerjaan penggembalaan termasuk di dalamnya mengajar. Teacher atau guru (Rm. 12:7; 1 Kor. 12:28). Gembala juga adalah pengajar, seorang guru tidak selamnya menjadi seorang gembala.

Catatan
Terdapat cukup banyak fakta yang menunjukkan tentang orang yang berkarunia sebagai guru atau pengajar. Ia memiliki perhatian yang tinggi terhadap firman Allah dan menyerahkan diri untuk belajar firman. Ia mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan firman secara jelas dan memberi aplikasi-aplikasi yang tepat bagi kehidupan yang diajar. Bahkan orang-orang yang sederhana pun akan memahami dan meresap dengan baik. Dan melalui pelayanan ini umat dapat dibawa kepada kedewasaan iman (Kis. 2:42; 4:2; 5:42; 11:26; 13:1; 18:11).

i.        Melayani (Rm. 12:7).
Kata melayani diterjemahkan dari istilah Yunani “diakonia,” yakni suatu istilah yang memiliki pengertian umum termasuk dalam melayani orang lain. Misalnya, Timotius dab Erastus melayani Paulus (Kis. 19:20). Paulus melayani orang-orang percaya di Yerusalem dengan jalan membawa kepada mereka persembahan (Rm. 15:25). Onesiforus melayani di Efesus (2 Tim. 1:18). Onesimus melayani Paulus di penjara (Fil.1:3).

Melayani dalam pengertian kitab suci adalah melayani Allah dengan cara melayani umat-Nya. Orang yang terpanggil dan memiliki kemampuan melayani adalah orang yang sikap sebagai seorang hamba yang mau melayani.

j.        Memberi pertolongan (1 Kor. 12:28).
Kata yang dipakai adalah “antilempsis, yang artinya “perbuatan-perbuatan yang mendatangkan pertolongan” atau “memberi bantuan.” Pertolongan yang dimaksud adalah pertolongan diberikan kepada orang yang tidak berdaya, seperti orang miskin, janda atau orang asing. Hal hanya dilakukan oleh orang yang berkemampuan atau memiliki beban untuk memberi. Itulah yang disebut berkarunia memberi pertolongan atau memberi.

k.       Menasihati (Rm. 12:8).
Kata menasihati diterjemahkan dari dari bahasa Yunani “parakalon.” Bentuk kata bendanya digunakan untuk Roh Kudus, yaitu parakletos (Yoh. 14:16, 26). Seorang penasihat adalah seorang yang diberi kemampuan untuk menyatakan kepada kehendak seseorang untuk bertindak.  Karunia menasihati seringkali sama dalam fungsinya dengan karunia mengajar (1 Tim. 4:13, 6:2). Dan ditujukan kepada kesadaran dan hati. Pelayanan ini ditujukan kepada seseorang yang sedang mengalami pencobaan atau tragedi yang sangat memerlukan penghiburan.

l.        Dan masih banyak kemampuan rohani yang dapat dikategorikan sebagai karunia, yang diberikan kepada seseorang sejak percaya Yesus sebagai Tuhan dalam hidupnya. Misalnya: Membedakan macam-macam roh (1 Kor. 12:10), Menunjukkan kemurahan (Rm. 12:8), Memberi (Rm. 12:8), Memberi pimpinan [administrasi] (Rm. 12:8; 1 Kor. 28), dan Hikmat (1 Kor. 12:28).

XIII.            Buah Roh Kudus
1.      Pendahuluan
Buah Roh dalam Galatia 5:22-23 adalah dalam bentuk tunggal, sedangkan perbuatan daging adalah jamak. Ada yang mengatakan bahwa buah adalah Kasih (bnd. 1 Kor. 13:1-8), sedangkan delapan lainnya adalah aspek-aspek dari Kasih itu sendiri.

Istilah “buah” menunjuk kepada kebaikan-kebaikan yang dihasilkan oleh orang-orang percaya. Buah ini menyatakan unsur proses, yaitu sesuatu yang terus menerus seumur hidup.

2.      Pembagian
Buah Roh ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:

Kelompok I: buah yang hubungan dengan Allah (vertical);

“Kasih” - adalah kebaikan-kebaikan yang bernilai. Tekanannya adalah pada pengorbanan dan usaha untuk kebaikan atau keuntungan obyek.

“Sukacita” - karena hubungan kita dengan Allah di dalam Kristus, maka kita dapat memiliki buah ini, yang kemudian dapat berkembang dalam kehidupan (1 Ptr. 1:8; Fil. 4:4).
“Damai sejahtera” -  damai dengan Allah baru sesudah itu, maka damai sejahtera itu dapat dipantulkan dalam hidup dengan sesama.

Kelompok II: buah yang hubungan dengan manusia (horizontal);
“kesabaran” – kesediaan untuk menanggung beban, misalnya perlakuan orang (1 Kor. 13:4).

“kemurahan” – istilah ini mengandung arti sikap bersahabat, sopan santun, rasa punya perhatian terhadap orang blain.

“Kebaikan” – kesediaan untuk berbuat kepada orang lain termasuk berbuat baik kepada masyarakat.

Kelompok  III: buah yang hubungan dengan diri sendiri
“Kesetiaan” –  adalah tindakkan di mana orang dengan sadar melakukan pekerjaan Allah.

“lemah lembut”  - artinya tidak sombong dan tidakkasar.              

“penguasaan diri” – seperti ada kuasa dalam diri untuk mengontrol dan mengendalikan diri.

XIV.           Roh Kudus Adalah Allah

No.
Memiliki Nama
Memiliki sifat Allah
Memiliki tindakan Allah
1.
Yahweh (Yes. 6:6-13; Kis. 28:25)
Self existence (Rm. 8:2)
Menciptakan alam (Kej. 1:2; Ayub 26:13)
2.
Roh Allah, Kristus, Bapa/ Dia.
(Rm. 8:9-11)
Omni-present (Yoh. 14:17; Maz. 139:7-10)
Menghidupkan orang (Yoh. 5:21; Rm. 8:14)
3.
Roh Kudus (Kis. 1:8)
Omni-science (1 Kor. 2:10-12; Rm. 11:33)
Mengilhamkan firman Allah (2 Tim. 3:16)
4.
Roh yang baik
Omni-potence (Ayub 33:4; Kej. 1:2)
Membuat Kristus dikandung (Mat. 1:20), dst.

Jadi Tuhan itu Roh adanya (2 Kor.3:16-17 ). Disejajarkan dengan Bapa dan Anak (Mat. 28:19-20; 2 Kor. 13:13). Sehakekat dengan Tuhan Yesus (Yoh. 14:16). Keluar dari Bapa dan Anak (Yoh. 15:25). Jadi Roh Kudus adalah Allah.


XV.             Karya Roh Kudus masa kini dalam keselamatan
1.      Meyakinkan dunia (Yoh. 16:7-11)
a.      Atas dosa karena tidak percaya
b.      Atas dosa ketidakbenaran
c.       Atas dosa karena penguasa dunia sidah dikalahkan

2.      Melahirkan kembali (Yoh. 3:3, 5; Tit. 3:1-5)
a.      Karya Roh Kudus
b.      Lahir kedua, yaitu secara rohani atau dilahirkan dari atas (Yoh. 3:5-8)
c.       Memiliki hidup baru (1 Yoh. 2:29; 3:9; 4:7; 5:1, 4, 18)
d.      Memiliki sifat baru (2 Kor. 5:17; Rm. 6:18, 20)

3.      Membaptiskan
a.      Unik dan hanya ada pada masa kini (dalam jemaat)
b.      Semua orang percaya pada masa kini
c.       Menyatukan dengan orang percaya yang lain
d.      Menyatukan dengan Kristus
e.      Terjadi satu kali saat seseorang percaya Yesus

4.      Mendiami orang percaya (Yoh. 14:6)
a.      Sebagai karunia (Yoh. 7:38-39)
b.      Terjadi saat percaya (Ef. 1:13)
c.       Tinggal permanen (Ef. 4:30; 2 Kor. 1:22)
d.      Tinggal dan doam dalam setiap orang percaya. Tetapi jika tidak ada Roh Kudus dalam hidupnya, maka dia tidak percaya (Rm. 8:9)

5.      Memeteraikan (Ef. 1:13; 2 Kor. 1:22)



Entri yang Diunggulkan

Prayer In The Morning

  Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8  Let the morning bring me word of your unfailin...