Sabtu, Maret 12, 2016

DIGARAMI DENGAN API




Pembacaan Firman Tuhan pada Ibadah Umum Malam hari ini, diambil dalam
Markus 9 : 43-50

9:43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;
9:44 (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)
9:45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;
9:46 (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)
9:47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,
9:48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.
9:49 Karena setiap orang akan digarami dengan api.
9:50 Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Konteks keselurahan ayat 43-50 ini mengenai kesengsaraan dan rasa sakit. Lebih baik kita menderita menanggung rasa sakit dari pada kita menjadi pendosa. Karena kalau kita menjadi hambar atau menjadi pendosa konsekuensinya kita akan “DIGARAMI DENGAN API”
Pertama-tama mari kita lihat konteks Garam itu sendiri. Mengapa Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan garam pada ayatnya yang ke 50?
Garam yang kita temui di dapur itu garam yang telah melalui proses kemikal yang sedemikian rupa, diolah agar Kristal-kristal garamnya tetap terikat dan tidak terurai, hingga tetap asin sampai kapanpun, selama tidak mengalami proses pemanasan yang mengakibatkan penguraiaan sat-sat didalamnya. Namun pada jaman dahulu, Garam itu hanya dikumpulkan dan ditumpuk pada satu tempat, kemudian diambil saat akan dipakai saja, tapi bila lama kelamaan garam itu tidak dipakai dia mengalami proses penguraian, hingga menjadi kecil dan tersisa seperti butiran pasir. Lalu apakah gunanya lagi bila garam itu tidak memiliki rasa? Lebih baik dibuang karena sudah tidak berguna.
Nah seperti itulah hidup kekristenan saat ini, ada banyak kekristenan kita nganggur. Disimpan saja, lama-lama, tidak berbuat apa-apa, hanya KTPnya saja yang menyebut ia Kristen, garamnya hilang. Lalu apa? Kata Tuhan lebih baik dibuang saja!
Inilah mengapa Tuhan Yesus menggunakan istilah Garam atas kehidupan kita. Coba kita lihat dalam Imamat 2:13 Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam.
Korban itu haruslah digarami sebelum dipersembahkan untuk Tuhan. kekristenan kita harus digarami, karena garam memberi ketahanan, dan menjadikan kita awet. Kekristenan kita haruslah menjadi contoh bagi yang non Kristen. Kita menjalani hari-hari kita sehingga kita mampu bertahan, berpegang teguh pada perintah Tuhan & keimanan pada Tuhan Yesus saja; “penuh kasih, penuh cinta, hidup dengan benar, jauh dari perbuatan dosa, hingga keluarga yang menghasilkan buah-buah yang baik”.
Karena Garam itu tidak pernah dipengaruhi, amin saudara-saudara. Garam itu mempengaruhi. Kita hidup untuk member dampak kepada orang disekitar kita, entah dikantor, disekolah, tetangga-tetangga kita, saudara-saudara kita dan seluruh kehidupan social kita.
Ibu-ibu, bapak-bapak, juga adik-adik yang pada malam hari ini ada dalam rumah Tuhan ini, kita semua adalah garam dunia. Kehidupan kita menjadi contoh bagi orang lain. Tidak ada seorangpun dari kita yang mau meniru kehidupan buruk orang lain. Kita ingin selalu terlihat baik, bahkan sekedar baik agar terlihat baik walaupun hanya pura-pura, itu keinginan kita, walaupun hanya untuk image saja, agar jadi terpandang. Tapi alangkah baiknya hidup baik itu yang benar dihadapan Allah. Sehingga kita tidak menjadi duri dalam keluarga dan mendatangkan malu. Namun bila ada yang telah jatuh kedalam dosa, ketika Tuhan menjamah hati kita mari kita berbalik dan hidup menurut kehendakNya. Jangan memberi jeda atau pause kalau difilm-film, kita berhenti menggosipkan orang hanya karena pernah ditempeleng orang, begitu rasa sakit dan takut hilang, kita buat lagi dosa menggosipkan dan memfitnah orang. Kita pernah masuk bui karena pernah mencuri atau membunuh, dosa itu berhenti sesaat, karena ada dalam bui, begitu bebas, buat lagi dosa yang sama. Kita berzinah hanya karena gk ketahuan orang lain ataupun orang tua, tapi begitu punya kesempatan malah buat lagi. Jika kita pernah berbuat salah, ketika Firman Tuhan diperdengarkan marilah berbalik pada Tuhan. Karena inilah jalan yang Tuhan mau, berbalik dan berjalan bersamaNya dan menjadi garam bagi dunia kita.
Hidup kita haruslah menurut kehendak Tuhan, menjauhi dosa, punya hati yang penuh belas kasihan, baik kepada seorang terhadap yang lain, tau memberi kepada yang berkekurangan, tau mengampuni kepada saudara kita atau orang lain yang berbuat salah kepada kita, tau berfikir dan berkata dengan penuh Hikmat, dan tau bertindak dengan bijaksana.
Sehingga kehidupan kita menjadi kesaksian bagi orang lain, yang secara tidak langsung kita telah memperkenalkan Yesus Kristus kepada mereka yang tidak mengenal Tuhan. Bukan tidak mungkin orang-orang itu berkata “Begini dang kehidupan orang Kristen! Apa so yang dorang pe Tuhan Yesus ajarkan pa dorang? Kyapa dorang pe hidop diberkati? Walo berkekurangan dorang hidop dengan bersukacita?” Nah disini bisa jadi orang-orang itu punya keinginan mengenal ajaran Tuhan Yesus, karena hidup Kristen itu sempurna. Walau berkekurangan namun hati bersukacita, hidup berkelimpahanpun tetap lurus dan berbuah-buah baik dalam keluarga, walau dalam pergumulan namun memiliki iman dalam Yesus, malah mengaminkan segala dukacita adalah rancangan Tuhan yang terindah dalam hidup.
Inilah maksud Tuhan sebagai Garam. Lebih baik menjadi Garam semasa Hidup kita, dari pada kita tawar dan nantinya akan “digarami dengan api” ketika kita selesai dengan kehidupan ini.
Dalam ayat ke 43-47, lebih baik bagi kita kehilangan tangan, kaki, bahkan mata kita, dari pada kita dengan tubuh lengkap kita masuk ke dalam jurang maut. Lebih baik kita menderita hati, mengalah, bersabar kepada orang lain, lebih baik kita kelaparan, kita hidup kekurangan, atau cukup saja dari pada ingin lebih tapi hidup berujung MAUT.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Saya ingin bersaksi sedikit mengenai penglihatan saya. Pernah 1x Tuhan Yesus menunjukkan pada saya mengenai Hari Penghakiman. Waktu pertama kali saya bersaksi, saya pernah memberitahu mengenai penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi saya yang terjadi sejak berumur 7 atau delapan tahun bahkan sampai sekarang. Tapi mengenai hari penghakiman ini, terjadi ketika saya masih di SMP. Waktu itu saya melihat Tuhan bertahta diatas awan, penuh kemegahan, kuasa dan semesta ada di TanganNya. Kemudian terlihat 2 orang malaikat. Seorang malaikat berkata kepada Tuhan “ayunkanlah sabitMu & tuailah sebab sudah tiba saatnya untuk menuai. Lalu Tuhan menganyunkan sabitnya. Bumipun dituaiNya. Lalu malaikat yang memegang sabit panjang diperintahkan oleh malaikat yang lain untuk mengayunkan sabitnya,namun hasil tuaian malaikat yang memegang sabit besar itu dimasukkan dalam murka Allah. Seperti sebuah lubang api besar yang menganga. Semua jiwa yang mendukakan hati Tuhan masuk kedalam perapian yang menyala-nyala. Mereka berteriak memohon ampun. Tapi satu hal yang sangat mengiris hati saya, saya melihat Tuhan Yesus menangis, tangisannya penuh dengan kesedihan. Tuhan berkata “sudah terlambat anak-anakKu. Bukankah Aku telah memberimu kesempatan selama engkau hidup? Kau tidak mengikuti perintahKu”  Tuhan menangis sambil berucap seperti itu.
Saudara – saudara sekalian Tuhan penuh dengan belas kasihan. Sekalipun tinggal 1 detik saja kehidupan kita ditanganNya. 1 detik itu Ia beri untuk kita bertobat. Bukankah Allah penuh belas kasihan.
Sekalipun kita jatuh demikian dalam, bahkan kita berlari demikian jauh dari Tuhan. adakah Tuhan hanya duduk diam dan menunggu? Sekali-kali tidak saudara-saudara. Tuhan akan mencari bahkan dengan berlari Ia untuk mendapati kita. Tapi begitu kita kembali Tangis Sukacita Tuhan akan terukir diwajahNya, bahkan sorgapun akan bersorak-sorai hanya untuk kita.
Maka jika Firman Allah sampai kepada kita malam hari ini, janganlah keraskan hati kita lagi.
Marilah menjadi garam dunia. Janganlah tawar, namun juga jangan keasinan. Jadilah sajian korban yang rasanya enak dan menyukakan hati Bapa. Karena Tubuh dan Jiwa kita adalah milik Tuhan, kembalikanlah ini untuk hormat kemuliaan namaNya. Karena ada janji Tuhan, selain keselamatan menjadi milik kita, anak cucu kitapun akan hidup dalam berkat rohani & jasmani. Keturunan orang yang dibenarkan Allah tidak akan meminta-minta roti, karena roti sorgawi telah hadir dihidup kita. Amin  ~dian vivian~

Senin, Maret 07, 2016

Dengan Ketaatan Kita Dapat Mendengar Suara Tuhan



Dengan Ketaatan Kita Dapat Mendengar Suara Tuhan
by Dian Vivian Manumpil
Pelprap, 20 Februari 2016
Firman Tuhan : Ulangan 28 : 1
“Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.

Pertama-tama saya mau memberikan sedikit ilustrasi cerita yang saya lihat di salah satu blog.
Seorang pemuda yang baru saja kehilangan pekerjaan datang ke rumah seorang pendeta tua. Sang pemuda bersahabat baik dengan pendeta tua tersebut. 
Pemuda itu berteriak-teriak memanggil pendeta sambil mengeluh mengenai masalah yang menimpanya,"Pendeta...Pendeta aku banyak mengalami masalah dalam hidupku dan sekarang aku hehilangan pekerjaan. Mengapa bisa begini?"
Karna pendeta yang sedang belajar di dalam ruangan tidak mendengar suaranya, maka si pemuda menjadi kalap. Ia mengepalkan tinjunya sambil berteriak, "Pendeta bilang Tuhan akan selalu menolong, tetapi mengapa aku seperti ini ?"
Mendengar ada suara ribut-ribut di luar, pendeta tua pun berjalan keluar. Ia mengucapkan sesuatu dan menanti tanggapan si pemuda. Tetapi si pemuda itu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh pendeta tua. 
Masih diam di tempatnya, si pemuda bertanya, "Pendeta bilang apa?" 
Sambil duduk di sebuah bangku kayu, pendeta itu mengucapkan sesuatu, tetapi si pemuda masih belum bisa mendengar apa yang dikatakannya. Akhirnya ia pun mendekati pendeta  dan duduk di sampingnya. 
Pendeta menepuk pundaknya dengan lembut sembari berkata, "Anakku, di dalam kekalapan karena masalah hidup, terkadang kita tidak bisa mendengar suara Tuhan, seolah-olah Dia tidak peduli terhadap kita, tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Tuhan kadang berbisik, sehingga kita perlu mendekat kepadaNya untuk bisa mendengarkan suaraNya." 
Pemuda itu tertegun mendengar kata-kata pendeta dan akhirnya ia pun mengerti.

Nah, inilah adik-adik yang sering terjadi dalam hidup kita. Kita jarang bahkan tidak pernah mendengar suara Tuhan.
Mari kita belajar lebih jauh lagi, cobalah renungi pertanyaan ini, dan jawablah di hati adik-adik : Sering atau tidak kita bersekutu dengan Tuhan? dan Mudah atau sulit untuk kita mendengarkan suara Tuhan?
Di zaman Bapa, dalam Perjanjian Lama sering melihat bahwa Tuhan datang dan berbicara langsung dengan manusia. Zaman Bapa ini, Allah sendirilah yang datang, dan Allah sendirilah Firman itu. Jaman Henokh sampai Musa saja belum ada Firman Tertulis seperti saat ini, juga belum ada kebaktian-kebaktian sebagai komunikasi kita dengan Allah.  Namun mengapa kita dijaman sekarang malah jauh dari Tuhan Allah. Padahal setiap hari kita beribadah, memuji memuliakan Tuhan, doa bahkan gk putus-putus, puasa setiap minggu, bahasa Rohpun sering kita dengar. Tapi adakah kita mendengar suara Tuhan?
Malah sering kali yang kita dengar adalah suara iblis. Iblis yang bisa berwujud teman kita, tetangga kita, dan siapa saja. Yang kadang kala terdengar manis dan indah, dan menarik untuk dilakukan. Hal sederhana, misalnya malam minggu ini jadwal buat pelprap, tapi yang hadir hanya sebagian, yang lainnya lebih memilih jalan-jalan dengan temannya, karena diajak bermalam mingguan. Nah temannya inilah yang dipakai iblis, bukankah suara iblis lebih dapat kita turuti dari pada suara Tuhan.
Dalam Perjanjian Lama Tuhan datang menyampaikan FirmanNya, namun hal lebih besar yakni dalam Perjanjian Baru, Tuhan sendirilah yang datang kedunia dengan wujud raga yang bisa kita jamah. Bahkan jaman sekarang jamannya Roh Kudus. Roh Allah sendirilah yang tinggal di diri kita. Tapi sekali lagi mengapa kita tak bisa merasakanNya?
Sesungguhnya muda-mudi sekarang sudah jauh dari kekudusan. Kita tidak taat kepada Tuhan. Bagaimana Tuhan mau tinggal di diri kita, kalau kita saja tidak mau mendengarnya. Malah melakukan apa yang iblis mau. Malas bersekolah, pergi-pergi karokean, malamnya dugem, nongkrong di café, ucapan orang tua sering dibantah bahkan dengan nada tinggi dan lebih besar dari suara orang tua kita sendiri. Kepada manusia yang kelihatan saja kita tidak taat, apalagi kepada Tuhan yang tidak kelihatan?
Suara teman berbulan-bulan yang lalu diucapkan, kita mengingatnya. Tapi Firman Tuhan yang dikotbahkan minggu lalu, adakah adik-adik mengingatnya?
Coba kita buka dalam I Samuel 3, tentang Tuhan memanggil Samuel. Ada 4 kali Tuhan memanggil Samuel. Panggilan pertama, kedua, dan ketiga, Samuel dengan ketaatannya kepada Imam Eli, ia berlari-lari ketika mendengar suara yang memanggilnya. Berulang-ulang, bahkan sampai tiga kali. Coba kita yang dipanggil seperti itu, pasti jengkel, ketus menjawabnya, karena sudah berulang-ulang. Nanti barulah ke empat kalinya ia menjawab suara Tuhan.
Ini salah satu contoh orang yang taat. Karena ketaatannya, ia mendapat hak special dihadapan Tuhan. padahal pada ayat 3 dikatakan bahwa, Samuel telah tidur di dalam Bait suci Tuhan, tempat Tabut Allah. Bukankah yang kita tahu bahwa tabut Allah tidak bisa dipegang oleh sembarangan orang, atau bahkan tidak boleh orang biasa saja yang berada dekat tabut itu, siapapun bisa mati seketika. Di Perjanjian Lama orang hanya bisa bertemu satu kali dalam setahun dengan Tuhan. dalam perayaan Grafirat/Pendamaian, itupun hanya Imam Kepala saja yang dapat melihat Tabut Allah.
Tetapi Tuhan Yesus dengan penebusannya di kayu salib, kita melihat satu-satunya pembatas antara Allah dan manusia telah dibuka. Setiap manusia mendapat anugerah dari Allah. Satu-satunya peristiwa dalam alkitab yaitu : Tabir Bait Allah Terbelah Dua. Tabir yang memisahkan Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus. Tabir ini terdiri dari 4 lapis kain dengan 4 warna berbeda. Tapi Tuhan membuka hadiratNya kepada manusia Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus tempat tabut Allah telah menyatu. Tuhan telah mengangkat kutuk atas manusia, menjadi berkat oleh karena darah Anak Manusia. Tuhan harus turun ke dunia orang mati, hanya untuk membawa Kasih KaruniaNya kepada segala bangsa.
Tuhan sudah turun ke dunia sebagai penggenapan nubutan para nabi terdahulu, bahkan Roh Allah sendirilah yang bersama kita, namun kita tidak peka dengan suaraNya. Tuhan tidak butuh kita untuk menjadi sepertinya. Ia hanya butuh untuk kita dengar. Dengarkan FirmanNya, jauhi dosa yang mendatangkan maut, kasihilah Ia, senangkan hatiNya, penuhi hati dengan kelemah lembutan danpenuh kasih. Hanya itu keinginan Tuhan, namun bukankah ini juga baik bagi kita? Menjadi baik dihadapan Tuhan, maka secara otomatis kita jadi baik dipandangan orang lain. Kita tidak akan direndahkan, tetapi ditinggikan juga. Tak hanya orang tua yang bangga memiliki kita, bahkan Tuhanpun bangga menjadikan kita anak-anakNya. Kalau ketika orang tua senang dengan diri kita, mereka akan memeluk dan menciumi kita. Begitupun Bapa disorga, cintaNya akan Ia curahkan untuk kita.

Kita perlu mendekat padanya, menjadi taat kepada Tuhan, maka suara Tuhan akan selalu kita dengar. Agar berkat Damai Sejahtera tetap tinggal bersama kita dan keluarga kita. Amin.

Ibadah Pemuda GPdI Mutiara Siloam 






Entri yang Diunggulkan

Prayer In The Morning

  Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8  Let the morning bring me word of your unfailin...