Senin, Maret 07, 2016

Dengan Ketaatan Kita Dapat Mendengar Suara Tuhan



Dengan Ketaatan Kita Dapat Mendengar Suara Tuhan
by Dian Vivian Manumpil
Pelprap, 20 Februari 2016
Firman Tuhan : Ulangan 28 : 1
“Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.

Pertama-tama saya mau memberikan sedikit ilustrasi cerita yang saya lihat di salah satu blog.
Seorang pemuda yang baru saja kehilangan pekerjaan datang ke rumah seorang pendeta tua. Sang pemuda bersahabat baik dengan pendeta tua tersebut. 
Pemuda itu berteriak-teriak memanggil pendeta sambil mengeluh mengenai masalah yang menimpanya,"Pendeta...Pendeta aku banyak mengalami masalah dalam hidupku dan sekarang aku hehilangan pekerjaan. Mengapa bisa begini?"
Karna pendeta yang sedang belajar di dalam ruangan tidak mendengar suaranya, maka si pemuda menjadi kalap. Ia mengepalkan tinjunya sambil berteriak, "Pendeta bilang Tuhan akan selalu menolong, tetapi mengapa aku seperti ini ?"
Mendengar ada suara ribut-ribut di luar, pendeta tua pun berjalan keluar. Ia mengucapkan sesuatu dan menanti tanggapan si pemuda. Tetapi si pemuda itu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh pendeta tua. 
Masih diam di tempatnya, si pemuda bertanya, "Pendeta bilang apa?" 
Sambil duduk di sebuah bangku kayu, pendeta itu mengucapkan sesuatu, tetapi si pemuda masih belum bisa mendengar apa yang dikatakannya. Akhirnya ia pun mendekati pendeta  dan duduk di sampingnya. 
Pendeta menepuk pundaknya dengan lembut sembari berkata, "Anakku, di dalam kekalapan karena masalah hidup, terkadang kita tidak bisa mendengar suara Tuhan, seolah-olah Dia tidak peduli terhadap kita, tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Tuhan kadang berbisik, sehingga kita perlu mendekat kepadaNya untuk bisa mendengarkan suaraNya." 
Pemuda itu tertegun mendengar kata-kata pendeta dan akhirnya ia pun mengerti.

Nah, inilah adik-adik yang sering terjadi dalam hidup kita. Kita jarang bahkan tidak pernah mendengar suara Tuhan.
Mari kita belajar lebih jauh lagi, cobalah renungi pertanyaan ini, dan jawablah di hati adik-adik : Sering atau tidak kita bersekutu dengan Tuhan? dan Mudah atau sulit untuk kita mendengarkan suara Tuhan?
Di zaman Bapa, dalam Perjanjian Lama sering melihat bahwa Tuhan datang dan berbicara langsung dengan manusia. Zaman Bapa ini, Allah sendirilah yang datang, dan Allah sendirilah Firman itu. Jaman Henokh sampai Musa saja belum ada Firman Tertulis seperti saat ini, juga belum ada kebaktian-kebaktian sebagai komunikasi kita dengan Allah.  Namun mengapa kita dijaman sekarang malah jauh dari Tuhan Allah. Padahal setiap hari kita beribadah, memuji memuliakan Tuhan, doa bahkan gk putus-putus, puasa setiap minggu, bahasa Rohpun sering kita dengar. Tapi adakah kita mendengar suara Tuhan?
Malah sering kali yang kita dengar adalah suara iblis. Iblis yang bisa berwujud teman kita, tetangga kita, dan siapa saja. Yang kadang kala terdengar manis dan indah, dan menarik untuk dilakukan. Hal sederhana, misalnya malam minggu ini jadwal buat pelprap, tapi yang hadir hanya sebagian, yang lainnya lebih memilih jalan-jalan dengan temannya, karena diajak bermalam mingguan. Nah temannya inilah yang dipakai iblis, bukankah suara iblis lebih dapat kita turuti dari pada suara Tuhan.
Dalam Perjanjian Lama Tuhan datang menyampaikan FirmanNya, namun hal lebih besar yakni dalam Perjanjian Baru, Tuhan sendirilah yang datang kedunia dengan wujud raga yang bisa kita jamah. Bahkan jaman sekarang jamannya Roh Kudus. Roh Allah sendirilah yang tinggal di diri kita. Tapi sekali lagi mengapa kita tak bisa merasakanNya?
Sesungguhnya muda-mudi sekarang sudah jauh dari kekudusan. Kita tidak taat kepada Tuhan. Bagaimana Tuhan mau tinggal di diri kita, kalau kita saja tidak mau mendengarnya. Malah melakukan apa yang iblis mau. Malas bersekolah, pergi-pergi karokean, malamnya dugem, nongkrong di café, ucapan orang tua sering dibantah bahkan dengan nada tinggi dan lebih besar dari suara orang tua kita sendiri. Kepada manusia yang kelihatan saja kita tidak taat, apalagi kepada Tuhan yang tidak kelihatan?
Suara teman berbulan-bulan yang lalu diucapkan, kita mengingatnya. Tapi Firman Tuhan yang dikotbahkan minggu lalu, adakah adik-adik mengingatnya?
Coba kita buka dalam I Samuel 3, tentang Tuhan memanggil Samuel. Ada 4 kali Tuhan memanggil Samuel. Panggilan pertama, kedua, dan ketiga, Samuel dengan ketaatannya kepada Imam Eli, ia berlari-lari ketika mendengar suara yang memanggilnya. Berulang-ulang, bahkan sampai tiga kali. Coba kita yang dipanggil seperti itu, pasti jengkel, ketus menjawabnya, karena sudah berulang-ulang. Nanti barulah ke empat kalinya ia menjawab suara Tuhan.
Ini salah satu contoh orang yang taat. Karena ketaatannya, ia mendapat hak special dihadapan Tuhan. padahal pada ayat 3 dikatakan bahwa, Samuel telah tidur di dalam Bait suci Tuhan, tempat Tabut Allah. Bukankah yang kita tahu bahwa tabut Allah tidak bisa dipegang oleh sembarangan orang, atau bahkan tidak boleh orang biasa saja yang berada dekat tabut itu, siapapun bisa mati seketika. Di Perjanjian Lama orang hanya bisa bertemu satu kali dalam setahun dengan Tuhan. dalam perayaan Grafirat/Pendamaian, itupun hanya Imam Kepala saja yang dapat melihat Tabut Allah.
Tetapi Tuhan Yesus dengan penebusannya di kayu salib, kita melihat satu-satunya pembatas antara Allah dan manusia telah dibuka. Setiap manusia mendapat anugerah dari Allah. Satu-satunya peristiwa dalam alkitab yaitu : Tabir Bait Allah Terbelah Dua. Tabir yang memisahkan Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus. Tabir ini terdiri dari 4 lapis kain dengan 4 warna berbeda. Tapi Tuhan membuka hadiratNya kepada manusia Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus tempat tabut Allah telah menyatu. Tuhan telah mengangkat kutuk atas manusia, menjadi berkat oleh karena darah Anak Manusia. Tuhan harus turun ke dunia orang mati, hanya untuk membawa Kasih KaruniaNya kepada segala bangsa.
Tuhan sudah turun ke dunia sebagai penggenapan nubutan para nabi terdahulu, bahkan Roh Allah sendirilah yang bersama kita, namun kita tidak peka dengan suaraNya. Tuhan tidak butuh kita untuk menjadi sepertinya. Ia hanya butuh untuk kita dengar. Dengarkan FirmanNya, jauhi dosa yang mendatangkan maut, kasihilah Ia, senangkan hatiNya, penuhi hati dengan kelemah lembutan danpenuh kasih. Hanya itu keinginan Tuhan, namun bukankah ini juga baik bagi kita? Menjadi baik dihadapan Tuhan, maka secara otomatis kita jadi baik dipandangan orang lain. Kita tidak akan direndahkan, tetapi ditinggikan juga. Tak hanya orang tua yang bangga memiliki kita, bahkan Tuhanpun bangga menjadikan kita anak-anakNya. Kalau ketika orang tua senang dengan diri kita, mereka akan memeluk dan menciumi kita. Begitupun Bapa disorga, cintaNya akan Ia curahkan untuk kita.

Kita perlu mendekat padanya, menjadi taat kepada Tuhan, maka suara Tuhan akan selalu kita dengar. Agar berkat Damai Sejahtera tetap tinggal bersama kita dan keluarga kita. Amin.

Ibadah Pemuda GPdI Mutiara Siloam 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Prayer In The Morning

  Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8  Let the morning bring me word of your unfailin...