Dengan Ketaatan Kita Dapat
Mendengar Suara Tuhan
by Dian Vivian Manumpil
Pelprap, 20 Februari
2016
Firman Tuhan : Ulangan
28 : 1
“Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu,
dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada
hari ini, maka TUHAN Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di
bumi.
Pertama-tama saya mau memberikan sedikit
ilustrasi cerita yang saya lihat di salah satu blog.
Seorang pemuda yang baru saja kehilangan
pekerjaan datang ke rumah seorang pendeta tua. Sang pemuda bersahabat baik
dengan pendeta tua tersebut.
Pemuda itu berteriak-teriak memanggil
pendeta sambil mengeluh mengenai masalah yang menimpanya,"Pendeta...Pendeta
aku banyak mengalami masalah dalam hidupku dan sekarang aku hehilangan
pekerjaan. Mengapa bisa begini?"
Karna pendeta yang sedang belajar di
dalam ruangan tidak mendengar suaranya, maka si pemuda menjadi kalap. Ia
mengepalkan tinjunya sambil berteriak, "Pendeta bilang Tuhan akan selalu
menolong, tetapi mengapa aku seperti ini ?"
Mendengar ada suara ribut-ribut di luar,
pendeta tua pun berjalan keluar. Ia mengucapkan sesuatu dan menanti tanggapan
si pemuda. Tetapi si pemuda itu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh pendeta
tua.
Masih diam di tempatnya, si pemuda
bertanya, "Pendeta bilang apa?"
Sambil duduk di sebuah bangku kayu,
pendeta itu mengucapkan sesuatu, tetapi si pemuda masih belum bisa mendengar
apa yang dikatakannya. Akhirnya ia pun mendekati pendeta dan duduk di sampingnya.
Pendeta menepuk pundaknya dengan lembut
sembari berkata, "Anakku, di dalam kekalapan karena masalah hidup,
terkadang kita tidak bisa mendengar suara Tuhan, seolah-olah Dia tidak peduli
terhadap kita, tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Tuhan kadang berbisik,
sehingga kita perlu mendekat kepadaNya untuk bisa mendengarkan suaraNya."
Pemuda
itu tertegun mendengar kata-kata pendeta dan akhirnya ia pun mengerti.
Nah, inilah adik-adik yang sering
terjadi dalam hidup kita. Kita jarang bahkan tidak pernah mendengar suara
Tuhan.
Mari kita belajar lebih jauh lagi,
cobalah renungi pertanyaan ini, dan jawablah di hati adik-adik : Sering
atau tidak kita bersekutu dengan Tuhan? dan Mudah atau sulit untuk kita
mendengarkan suara Tuhan?
Di zaman Bapa, dalam Perjanjian Lama
sering melihat bahwa Tuhan datang dan berbicara langsung dengan manusia. Zaman
Bapa ini, Allah sendirilah yang datang, dan Allah sendirilah Firman itu. Jaman
Henokh sampai Musa saja belum ada Firman Tertulis seperti saat ini, juga belum
ada kebaktian-kebaktian sebagai komunikasi kita dengan Allah. Namun mengapa kita dijaman sekarang malah
jauh dari Tuhan Allah. Padahal setiap hari kita beribadah, memuji memuliakan
Tuhan, doa bahkan gk putus-putus, puasa setiap minggu, bahasa Rohpun sering
kita dengar. Tapi adakah kita mendengar suara Tuhan?
Malah sering kali yang kita dengar
adalah suara iblis. Iblis yang bisa berwujud teman kita, tetangga kita, dan
siapa saja. Yang kadang kala terdengar manis dan indah, dan menarik untuk
dilakukan. Hal sederhana, misalnya malam minggu ini jadwal buat pelprap, tapi
yang hadir hanya sebagian, yang lainnya lebih memilih jalan-jalan dengan
temannya, karena diajak bermalam mingguan. Nah temannya inilah yang dipakai
iblis, bukankah suara iblis lebih dapat kita turuti dari pada suara Tuhan.
Dalam Perjanjian Lama Tuhan datang
menyampaikan FirmanNya, namun hal lebih besar yakni dalam Perjanjian Baru,
Tuhan sendirilah yang datang kedunia dengan wujud raga yang bisa kita jamah. Bahkan
jaman sekarang jamannya Roh Kudus. Roh Allah sendirilah yang tinggal di diri
kita. Tapi sekali lagi mengapa kita tak bisa merasakanNya?
Sesungguhnya muda-mudi sekarang sudah
jauh dari kekudusan. Kita tidak taat kepada Tuhan. Bagaimana Tuhan mau tinggal
di diri kita, kalau kita saja tidak mau mendengarnya. Malah melakukan apa yang
iblis mau. Malas bersekolah, pergi-pergi karokean, malamnya dugem, nongkrong di
café, ucapan orang tua sering dibantah bahkan dengan nada tinggi dan lebih
besar dari suara orang tua kita sendiri. Kepada manusia yang kelihatan saja
kita tidak taat, apalagi kepada Tuhan yang tidak kelihatan?
Suara teman berbulan-bulan yang lalu diucapkan,
kita mengingatnya. Tapi Firman Tuhan yang dikotbahkan minggu lalu, adakah
adik-adik mengingatnya?
Coba kita buka dalam I Samuel 3, tentang
Tuhan memanggil Samuel. Ada 4 kali Tuhan memanggil Samuel. Panggilan pertama,
kedua, dan ketiga, Samuel dengan ketaatannya kepada Imam Eli, ia berlari-lari
ketika mendengar suara yang memanggilnya. Berulang-ulang, bahkan sampai tiga
kali. Coba kita yang dipanggil seperti itu, pasti jengkel, ketus menjawabnya,
karena sudah berulang-ulang. Nanti barulah ke empat kalinya ia menjawab suara
Tuhan.
Ini salah satu contoh orang yang taat. Karena
ketaatannya, ia mendapat hak special dihadapan Tuhan. padahal pada ayat 3
dikatakan bahwa, Samuel telah tidur di dalam Bait suci Tuhan, tempat Tabut
Allah. Bukankah yang kita tahu bahwa tabut Allah tidak bisa dipegang oleh
sembarangan orang, atau bahkan tidak boleh orang biasa saja yang berada dekat
tabut itu, siapapun bisa mati seketika. Di Perjanjian Lama orang hanya bisa
bertemu satu kali dalam setahun dengan Tuhan. dalam perayaan Grafirat/Pendamaian,
itupun hanya Imam Kepala saja yang dapat melihat Tabut Allah.
Tetapi Tuhan Yesus dengan penebusannya
di kayu salib, kita melihat satu-satunya pembatas antara Allah dan manusia
telah dibuka. Setiap manusia mendapat anugerah dari Allah. Satu-satunya peristiwa
dalam alkitab yaitu : Tabir Bait
Allah Terbelah Dua. Tabir yang memisahkan Ruang Kudus dan Ruang Maha
Kudus. Tabir ini terdiri dari 4 lapis kain dengan 4 warna berbeda. Tapi Tuhan
membuka hadiratNya kepada manusia Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus tempat tabut
Allah telah menyatu. Tuhan telah mengangkat kutuk atas manusia, menjadi berkat
oleh karena darah Anak Manusia. Tuhan harus turun ke dunia orang mati, hanya
untuk membawa Kasih KaruniaNya kepada segala bangsa.
Tuhan sudah turun ke dunia sebagai
penggenapan nubutan para nabi terdahulu, bahkan Roh Allah sendirilah yang
bersama kita, namun kita tidak peka dengan suaraNya. Tuhan tidak butuh kita
untuk menjadi sepertinya. Ia hanya butuh untuk kita dengar. Dengarkan FirmanNya,
jauhi dosa yang mendatangkan maut, kasihilah Ia, senangkan hatiNya, penuhi hati
dengan kelemah lembutan danpenuh kasih. Hanya itu keinginan Tuhan, namun
bukankah ini juga baik bagi kita? Menjadi baik dihadapan Tuhan, maka secara
otomatis kita jadi baik dipandangan orang lain. Kita tidak akan direndahkan,
tetapi ditinggikan juga. Tak hanya orang tua yang bangga memiliki kita, bahkan
Tuhanpun bangga menjadikan kita anak-anakNya. Kalau ketika orang tua senang
dengan diri kita, mereka akan memeluk dan menciumi kita. Begitupun Bapa
disorga, cintaNya akan Ia curahkan untuk kita.
Kita perlu mendekat padanya, menjadi taat
kepada Tuhan, maka suara Tuhan akan selalu kita dengar. Agar berkat Damai
Sejahtera tetap tinggal bersama kita dan keluarga kita. Amin.
Ibadah Pemuda GPdI Mutiara Siloam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar