Ekposisi Kitab Timotius
Ada 14 kitab yang
diilhamkan oleh Roh Kudus yang ditulis oleh Timotius. Yakni Roma s.d Ibrani,
yang terbagi atas 2 sifat :
1.
Pribadi :
Timotius, Titus, dan Filemon
2.
Komunal :
Roma, Korintus, Galatia
2 Timotius
3 : 16
Segala tulisan diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
ü
Kualitas
bangunan terletak pada dasar bangunan itu sendiri. Tuhan itu Roh dan Ruang
(pandangan logika), Firman Allah.
ü
Pikiran,
perasaan, dan kehendak adalah pribadi Allah dalam diri manusia. Sasaran Firman
Allah untuk manusia adalah untuk mengubah karakter manusia menjadi segambar
dengan Allah.
ü
Firman
Allah apakah dapat diterima oleh logika?
ü
Pengertian
Iman Ibrani 11:1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan
bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
ü
Sumber iman
Roma 10:17 “Jadi, iman timbul dari pendengaran oleh firman Kristus”.
ü
Yakobus
berkata ada iman yang kosong, kenapa? (3 dimensi)
1.
Orang yang
beriman memiliki pengethuan Firman Allah : Hosea 4 : 6
2.
Orang yang
beriman memiliki keyakinan : Roma 1 : 16-17
3.
Orang yang
beriman memiliki ketaatan : Filipi 2 : 5-8
Pasal 1 : 1-2
ü
Tuhan
menggunakan, memakai Rasul Paulus untuk menyampaikan kehendak Tuhan kepada
Timotius / jemaat Efesus. Rasul Paulus sebagai media, sarana, dan alat.
ü
Surat
Pribadi
ü
Pastoral
ü
Rasul
Paulus memperkenalkan diri kepada Timotius. Rasul Paulus sebagai :
1.
Rasul Guru
Apostelein – Apostolos : yang diutus = ambassador (English)
2.
Seorang
ayah
3.
Pemimpin
ü
Rasul
Paulus dalam kapasitasnya memberi berkat melalui Doa kepada Timotius. Inggris =
Benediction ; doa syukur / berkat/nikmat.
Dalam pasal 1 ayat 1 ayatnya yang 1
paulus memperkenalkan diri, padahal Paulus dan Timotius sudah saling mengenal.
Aneh namun wajib. Karena ayat 1 ini menegaskan bahwa kitab Timotius ditujukan
dari seorang yang percaya kepada seorang yang percaya yang lain.
Ini hal yang wajib bagi seorang hamba
Tuhan yang mau menyampaikan Firman Allah, yakni ; Memperkenalkan Diri.
Memperkenalkan diri menyatakan secara
jelas bahwa kita adalah Apostolos yaitu seorng yang diutus / seorang duta bagi
Kristus. Seorang duta adalah orang yang memperkenalkan siapakah Kristus, siapa
Yesus. Filipi 3 : 20 “Karena
kewarnegaraan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan
Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru selamat”.
4 Tahapan Warga Kerajaan Sorga :
1.
Mendengar
2.
Percaya
3.
Bertobat
4.
Dibaptis
Kewarganegaraan sorga diberikan kepada
orang yang telah mendengar kebenaran keselamatan dari Firman Allah,
danmenyatakan diri percaya pada kebenaran yang telah ia dengar. Kemudian
menerimanya dengan cara bertobat mengakui Yesus adalah Juruselamat Umat
Manusia. Pada saat itu ia menyerahkan dirinya atas pertobatannya dengan cara
dibaptis, maka dimomen itulah ia menjadi warga kerajaan Allah. Dilabeli warga
kerajaan sorga.
Seorang duta kerajaan sorga, dengan rasa
bangga memperkenalkan diri sebagai hamba Allah / tentara Allah / wakil Allah di
dunia. Memperkenalkan sorga dan menyatakan Si Pembawa / Si Pembuka Jalan
keselamatan yaitu Kristus Yesus.
Sorga adalah pernyataan kuasa Allah pada
Gereja / individual.
ü
Kasih » 1
Yohanes 4 : 8 “Barangsiapa tidak mengasihi,ia tidak mengenal Allah, sebab Allah
adalah Kasih”.
ü
Pintu
gerbang dosa :
Ø Pikiran
Ø Perasaan
Ø Kehendak
Timotius dalam bahasa Ibrani Timoteos
yang artinya Memuliakan Tuhan. Lahir dari pernikahan campuran, Ibu yang seorang
Yahudi dan ayah seorang Yunani, neneknya Lois.
Dengan demikian Paulus berbicarapada 3
generasi. Latar belakangnya, Paulus sedang kecewa dengan Barnabas dan Markus
(pendapat). Tuhan mempertemukan Paulus dan Timotius dalam perjalanan Rasul
Paulus pada tahun 44 M. Pada saat itu Timotius berumur 15 thn. Mereka bertemu
di Lisra dalam perjalanan penginjilan pertama Rasul Paulus.
Umur Timotius saat menerima surat dari
Rasul Paulus sekitar 33 thn, oleh orang Ibrani dikatakan ia masih muda. Tapi
bagi umat Yahudi, terlalu muda untuk mengajar agama di usia seperti itu. Oleh
karena itu Rasul Paulus menguatkan Timotius dengan berkata “Janganlah merasa
rendah karena engkau muda”.
Timotius menderita sakit perut /
gangguan pencernaan. Paulus tahu banyak hal mengenai Timotius karena ia telah
lama bersama Timotius. Ada ayat yang berkata Janganlah minum air putih, tapi
minumlah anggur sedikit.
Ø Karakter Timotius : Pemalu
Ø 1 Yohanes 4 : 8 = Yohanes 3 : 16 = ALLAH = KASIH = PENGORBANAN
Dimensi
Allah :
1.
Pikiran
2.
Perasaan
3.
Kehendak
Alkitab dapat diterima secara logika :
manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Diciptakan menurut rupa
Allah yang memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak. Semua mujizat Allah dapat
diterima oleh logika. Matius 5 : 37,Mazmur 137, 6 : 33.
Dalam Doa tersebut Rasul Paulus
melepaskan :
1.
Anugerah /
Kasih Karunia. Ingg : Grace. Greek/Ibrani : Kharis.
·
Anugerah,
peberian, kemurahan hati, senang, keramahan, syukur, pahala, faedah.
·
Kecantikan
dan keindahan secara lahiriah.
·
Pemberian
ini secara Cuma-Cuma kepada orang yang sebenarnya tidaklayak menerimanya.
(budak. Gaji/Upah)
2.
Rahmat :
Greek : Eleos: belas kasihan, rahmat. Ingg : mercy : kemurahan hati, belas
kasihan, rahmat, dan kerahiman. Compassion : keharuan, perasaan, kasihan /
terharu. Artinya orang dalam kesulitan datang pertolongan.
3.
Damai
sejahtera : Greek : eirene / shalom : perdamaian, damai, ketertiban.
·
Damai :
ingg : Peace
·
Sejahtera :
Ingg : Prosperous, safe
Artinya suatu keadaan / suasana pada
waktu seseorang berada di dalam Kasih Allah. Semua yang dilepaskan dalam doa
oleh Rasul Paulus kepada Timotius berasal dari Allah Bapa dan Kristus Yesus
Tuhan kita.
Ø
Doa itu
rahasia karena jawabannya misterius
TIMOTIUS
EKSPOSISI TOKOH TIMOTIUS
LATAR BELAKANG
Lahir di listra,
(dekat Turki sekarang). Ia merupakan seorang Yahudi campuran, karena Ayahnya
seorang Yunani, ibunya Yahudi (Kis. 16 : 1- 5). Pada waktu kedatangan Paulus di
Listra, kemungkinan Timotius sudah merupakan anggota gereja setempat dan telah
dididik dalam pengenalan akan Firman Tuhan (PL) oleh Eunike sang Ibu dan neneknya
Lois (2 Tim. 1:5 & 3:15).
“Anak Rohani” Rasul
Paulus (1 Kor. 4:17, 1 Tim.1:2, & 2 Tim 1:2), rekan sekerja Paulus dalam
Perjalanan PI sang Rasul (Roma 16:21 & I Tes. 2:3) dan dipercaya oleh
Paulus untuk menjadi wakilnya di Korintus (I Kor. 4 :14 –17) serta pemimpin
jemaat gereja Efesus (I Tim 1:3). Timotius sangat dekat dengan Rasul Paulus.
Hal ini dapat terlihat dari surat-surat Paulus kepada beberapa Jemaat yang
menyertakan juga nama Timotius dalam surat-suratnya itu, seperti surat 2
Korintus, Filipi, kolose, 1 dan 2 Tesalonika serta Filemon.
KARAKTER, PERANGAI,
SIFAT DAN PEMBAWAAN
1. Terkenal sebagai orang kristen yang terhormat di kota
kelahirannya (Kis. 16 : 2)
2. Walaupun ia seorang pemimpin gereja di Efesus, ia juga
seorang yang Sensitif/Perasa, Penakut dan Pemalu (2 Tim 1 : 7, 8 ; 1 Kor. 16 :
10 –11)
3. Seorang yang setia menemani Paulus dalam perjalanan
PI–nya 15 tahun
(Fil.2:19–22)dan sangat dekat/sayang kepada Rasul Paulus (2 Tim 1 : 4)
(Fil.2:19–22)dan sangat dekat/sayang kepada Rasul Paulus (2 Tim 1 : 4)
4. Mengenal Firman Tuhan dengan baik (2 Tim 3 : 15)
5. Sebagai Orang muda (usianya 35 tahun saat menjadi
pemimpin jemaat Efesus)yang berjiwa muda yang mengebu-gebu, sehingga perlu dinasehatkan
untuk tidak tergoda dengan nafsu orang muda (2 Tim 2 : 22)
6. Sangat taat dan tabah dalam penderitaan (2 Tim 3 : 10
– 11)
7. Kerelaannya untuk disunat (Timotius bukan seorang
Yahudi asli) patut diteladani dan dihargai, karena untuk menghindari penolakan
orang-orang yahudi yang “totok” dalam Pemberitaan Injil bersama dengan Rasul
Paulus
TUGAS-TUGAS TIMOTIUS SEBAGAI PEMIMPIN GEREJA:
1. Menghadapi pemurtad-pemurtad yang mengacaukan gereja setempat (1 Tim 1 : 3 –11)
1. Menghadapi pemurtad-pemurtad yang mengacaukan gereja setempat (1 Tim 1 : 3 –11)
2. Menata kebaktian gereja (1 Tim 2)
3. Memilih dan meneguhkan Penatua (1 Tim 3)
4. Mengatur bentuk dan pelayanan kepada para Janda (1 Tim
5 : 3 – 16)
5. memberlakukan dan mengajarkan iman rasuli dengan
segala konsekuensi moralnya(1 Tim 6)
6. Meneruskan harta yang indah (Injil Kristus) kepada
generasi selanjutnya
(2 Tim 2 : 2)
(2 Tim 2 : 2)
Dalam
Surat II Timotius, Paulus menyadari hidupnya di dunia tidak akan lama lagi,
sementara itu ia harus mempercayakan tanggung jawab memelihara kelanjutan dan
keutuhan Injil kepada Timotius “anak rohaninya” (kelihatannya secara manusiawi
Timotius sangat tidak cocok dengan tugas ini), karena:
1. Masih relatif terlalu muda untuk mengemban
misi ini, karena itu Timotius
dinasehati paulus dalam 1 Tim. 4:12
dinasehati paulus dalam 1 Tim. 4:12
2. Seorang yang kurang baik kesehatannya/sering
jatuh sakit, karena itu Timotius dinasehatkan untuk minum semacam obat dalam 1
Tim 5:23
3. Seorang yang pemalu, sangat introvert, dan
bahkan penakut, karena itu ia
dinasehatkan untuk menjadi kuat dalam kasih karunia Kristus (2 Tim. 2:1).
dinasehatkan untuk menjadi kuat dalam kasih karunia Kristus (2 Tim. 2:1).
I TIMOTIUS 1:1-2
Ay 1-2:
“(1) Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita,
dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, (2) kepada Timotius, anakku yang sah
di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan
Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau”.
1) “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut
perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,”.
a) ‘Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut
perintah Allah’.
1. Arti dari kata ‘rasul’.
a. Arti umum / mula-mula dari kata ‘rasul’.
Barclay: “Apostle
is the Greek word APOSTOLOS, from the verb APOSTELLEIN which means ‘to send
out;’ an APOSTOLOS was one who was sent out. As far back as Herodotus it means
‘an envoy,’ ‘an ambassador,’ one who is sent out to represent his country and
his king. Paul always regarded himself as the envoy and ambassador of Christ.
And, in truth, that is the office of every Christian. It is the first duty of
every ambassador to form a liaison between his country to which he is sent and
the country from which he has come. He is the connecting link. And the first
duty of every Christian is to be a connecting link between his fellow-men and
Jesus Christ” (= Rasul adalah kata Yunani APOSTOLOS, dari kata kerja
APOSTELLEIN yang berarti ‘mengirim keluar’; seorang APOSTOLOS adalah seseorang
yang dikirim keluar. Sudah sejak jaman Herodotus kata itu berarti ‘seorang
utusan’, ‘seorang duta’, seseorang yang dikirim keluar untuk mewakili negaranya
dan rajanya. Paul selalu menganggap dirinya sendiri sebagai utusan dan duta
dari Kristus. Dan, sebenarnya, itu merupakan tugas dari setiap orang Kristen. Merupakan
kewajiban pertama dari setiap duta untuk membentuk hubungan antara negara
kemana ia dikirim dan negara dari mana ia telah datang. Ia merupakan mata
rantai yang menghubungkan. Dan kewajiban pertama dari setiap orang Kristen
adalah menjadi mata rantai penghubung antara sesama manusianya dengan Yesus
Kristus) - hal 17.
b. Arti luas dari kata ‘rasul’.
Ini menunjuk kepada siapapun yang diutus untuk memberitakan Injil.
Dalam arti ini kata ‘rasul’ digunakan untuk banyak orang, seperti Barnabas,
Silwanus / Silas dan Timotius [Kis 14:13 1Tes 2:6 (bdk. 1Tes 1:1)].
c. Arti sempit / ketat dari kata ‘rasul’.
Homer A. Kent, Jr.: “In
the strictest technical sense which this formal salutation implies, the title
refers to those men who were specially chosen by Christ Himself. Thus it
applies to the twelve (with the place of Judas taken by Matthias), plus Paul.
Those men were called to their mission by Jesus personally. No others were
called in exactly the same way” [= Dalam arti tekhnis yang paling ketat,
yang ditunjukkan secara implicit oleh salam formil ini, gelar itu menunjuk
kepada orang-orang yang secara khusus dipilih oleh Kristus sendiri. Jadi, itu
berlaku untuk 12 rasul (dengan tempat dari Yudas diambil oleh Matias), ditambah
Paulus. Orang-orang itu dipanggil ke dalam missi mereka oleh Yesus secara
pribadi. Tak ada orang-orang lain yang dipanggil dengan cara yang persis sama]
- hal 71.
2. Mengapa Paulus perlu menyebutkan di sini bahwa ia adalah
rasul?
Calvin mengatakan bahwa kalau Timotius adalah satu-satunya orang
yang dituju oleh Paulus dalam surat ini, maka kata-kata ini tidak perlu, karena
Timotius pasti percaya kerasulan dari Paulus. Jadi jelas ada orang-orang lain,
yang tidak terlalu mempercayai kerasulan dari Paulus, yang dituju oleh Paulus
dengan surat ini.
Tetapi ada pandangan yang mengatakan bahwa penyebutan rasul itu
juga berguna untuk Timotius sendiri.
William Hendriksen: “Perhaps
in order to make it easier for Timothy to carry out the instructions which Paul
is about to give him, and also in order to add weight to the words of
encouragement contained in this letter, the writer adds to his name the words
‘an apostle of Christ Jesus’. Timothy needs to know that this letter is not
just a substitute for a friendly, confidential chat, a tête-à-tête; even though
its tone is naturally very cordial, for a friend is indeed writing to a friend.
The letter, however, rises above the purely human level. The writer is a
friend, to be sure, but also an apostle of Christ Jesus” (= Mungkin supaya
mempermudah Timotius untuk melaksanakan instruksi-instruksi yang akan diberikan
oleh Paulus kepadanya, dan juga supaya menambah berat pada kata-kata penguatan
yang ada dalam surat ini, sang penulis menambahkan pada namanya kata-kata
‘rasul Kristus Yesus’. Timotius perlu tahu bahwa surat ini bukanlah sekedar
suatu pengganti untuk obrolan yang bersifat rahasia, suatu pembicaraan di
antara 2 orang saja; sekalipun nada surat itu tentu saja sangat ramah, karena
seorang sahabat memang sedang menulis kepada seorang sahabat. Tetapi surat itu
naik di atas level manusia semata-mata. Sang penulis memang adalah seorang
sahabat, tetapi juga seorang rasul dari Kristus Yesus) - hal 49.
John Wesley: “Familiarity
is to be set aside where the things of God are concerned” (= Keakraban
harus dikesampingkan pada saat menyangkut hal-hal dari Allah).
Penerapan:
Hati-hati kalau mendengar khotbah Firman Tuhan dari seseorang yang
dekat dengan saudara. Dia mungkin adalah keluarga atau teman dekat, tetapi pada
saat ia memberitakan Firman Tuhan, saudara harus menyadari bahwa kata-katanya
bukan sekedar kata-kata seorang teman / keluarga, tetapi Firman Tuhan.
3. Paulus adalah rasul menurut perintah Allah.
Paulus menambahkan ‘menurut perintah Allah’ untuk
meneguhkan kerasulannya, karena tak ada orang yang bisa menjadikan dirinya
sendiri rasul, tetapi hanya dia yang ditetapkan oleh Allah saja.
Bdk. 1Kor 1:1 - “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah
dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita”.
b) ‘Allah, Juruselamat kita’.
1. Latar belakang dari kata ‘Juruselamat’.
Barclay mengatakan bahwa kata ‘Juruselamat’ ini mempunyai latar
belakang:
a. Perjanjian Lama.
Bandingkan dengan:
· Ul 32:15 - “Lalu
menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, - bertambah gemuk engkau,
gendut dan tambun - dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia,
ia memandang rendah gunung batu keselamatannya”.
· Maz 24:5 - “Dialah
yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang
menyelamatkan dia”.
· Luk 1:46-47 - “(46)
Lalu kata Maria: ‘Jiwaku memuliakan Tuhan, (47) dan hatiku bergembira karena Allah,
Juruselamatku,”.
Sekalipun ayat ini ada dalam Perjanjian Baru, tetapi sebetulnya
masih termasuk jaman Perjanjian Lama, karena Yesus belum mati dan bangkit. Juga
kontextnya jelas menunjukkan bahwa yang Maria maksudkan dengan ‘Juruselamat’
adalah Bapa, bukan Yesus.
b. Kafir.
Barclay: “There
is a pagan background. It so happened that just at this time the title SOTER,
‘Saviour,’ was much in use. Men had always used it. In the old days the Romans
had called Scipio, their great general, ‘our hope and our salvation.’ But at
this very time it was the title which the Greeks gave to Aesculapius, the god
of healing. And it was one of the titles which Nero, the Roman Emperor, had
taken to himself. So in this opening sentence Paul is taking the title which
was much on the lips of a seeking and a wistful world and giving it to the only
person to whom it belonged by right” [= Di sini ada latar belakang kafir.
Pada saat itu gelar SOTER, ‘Juruselamat’ banyak digunakan. Orang-orang selalu
menggunakannya. Pada jaman kuno orang-orang Romawi telah menyebut Scipio,
jendral mereka yang agung, ‘pengharapan kita dan keselamatan kita’. Tetapi pada
saat ini itu adalah gelar yang diberikan oleh orang-orang Yunani kepada
Aesculapius, sang dewa penyembuh. Dan itu merupakan salah satu gelar yang
diambil oleh Nero, kaisar Romawi, bagi dirinya sendiri. Jadi, dalam kalimat
pembukaan ini Paulus mengambil gelar yang banyak terdapat pada bibir dari dunia
yang mencari dan sedih (?) dan memberikannya kepada satu-satunya pribadi
yang berhak] - hal 18.
2. Bapa disebut ‘Juruselamat’ dalam Perjanjian Baru.
a. Gelar ‘Juruselamat’ dalam Perjanjian Baru biasanya
ditujukan bagi Yesus Kristus, tetapi di sini ditujukan kepada Bapa, karena
Ialah yang memberikan Yesus Kristus kepada kita.
Calvin: “how
comes it that we are saved? It is because the Father loved us in such a manner
that he determined to redeem and save us through the Son” (= bagaimana kita
diselamatkan? Itu adalah karena Bapa mengasihi kita dengan cara sedemikian rupa
sehingga Ia menentukan untuk menebus dan menyelamatkan kita melalui Anak) -
hal 20.
b. Penyebutan Bapa sebagai ‘Juruselamat’ ini merupakan
sesuatu yang penting.
Barclay: “We
must never forget that Paul called God ‘Saviour.’ It is possible to take a
quite wrong idea of the Atonement. Sometimes people speak of it in a way which
indicates that something Jesus did pacified the anger of God. The idea they
give is that God was bent on our destruction and that somehow his wrath was
turned to love by Jesus. Nowhere in the New Testament is there any support for
that. ... God is Saviour. We must never think or preach or teach of a God who
had to be pacified and persuaded into loving us, for everything begins from his
love ” (= Kita tidak pernah boleh melupakan bahwa Paulus menyebut Allah
‘Juruselamat’. Adalah mungkin untuk mengambil suatu pandangan yang betul-betul
salah tentang Penebusan. Kadang-kadang orang-orang berbicara tentangnya dengan
suatu cara yang menunjukkan bahwa sesuatu yang dilakukan Yesus menenangkan
murka Allah. Gagasan yang mereka berikan adalah bahwa Allah cenderung pada
penghancuran kita dan bahwa dengan cara tertentu murkaNya dibalikkan menjadi
kasih oleh Yesus. Dimanapun dalam Perjanjian Baru tidak ada dukungan untuk
pandangan seperti itu. ... Allah adalah Juruselamat. Kita tidak pernah boleh
berpikir atau berkhotbah atau mengajar tentang seorang Allah yang harus
ditenangkan dan dibujuk sehingga mengasihi kita, karena segala sesuatu mulai
dari kasihNya) - hal 18-19.
Ironside: “The
death of our Lord Jesus Christ on the cross did not enable God to love men; it
was the expression of the love of God toward men” (= Kematian dari Tuhan
kita Yesus Kristus pada kayu salib bukanlah yang memampukan Allah untuk
mengasihi manusia; itu merupakan pernyataan dari kasih Allah kepada manusia)
- hal 11.
Bdk. 1Yoh 4:10 - “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus
AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”.
c) ‘dan Kristus Yesus’.
Dari kata-kata ini terlihat bahwa pemilihan menjadi rasul, bukan
hanya oleh Bapa, tetapi juga oleh Yesus Kristus.
d) ‘dasar pengharapan kita’.
Lit: ‘the hope of us’ (= pengharapan kita).
Bdk. Ef 2:11-12 - “(11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu
kamu - sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut
orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya ‘sunat’, yaitu
sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, - (12) bahwa waktu itu kamu
tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian
dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa
Allah di dalam dunia”.
Kol 1:27 - “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa
kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada
di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!”.
Adam Clarke: “‘Jesus
Christ, which is our hope.’ Without Jesus, the world was hopeless; the
expectation of being saved can only come to mankind by his Gospel. He is called
our hope, as he is called our life, our peace, our righteousness, etc., because
from him hope, life, peace, righteousness, and all other blessings proceed”
(= ‘Yesus Kristus, yang adalah pengharapan kita’. Tanpa Yesus, dunia tak
mempunyai pengharapan; pengharapan untuk diselamatkan hanya bisa datang kepada
manusia oleh InjilNya. Ia disebut ‘pengharapan kita’, seperti Ia disebut
‘kehidupan kita’, ‘damai kita’, ‘kebenaran kita’, dsb, karena dari Dia
pengharapan, kehidupan, damai, kebenaran, dan berkat-berkat lain keluar).
2)
“kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman:”.
a) ‘Timotius’.
2Tim 1:5 - “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus
ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam
ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu”.
Kis 16:1-3 - “(1) Paulus datang juga ke Derbe dan ke
Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang
Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. (2)
Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium, (3)
dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh
menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang
tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani”.
I TIMOTIUS 1:3-4
Ay 3-4:
“(3) Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah
mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu,
agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain (4) ataupun sibuk dengan dongeng dan
silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka,
dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman”.
1) “Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke
wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus”.
a) Paulus ‘mendesak’ Timotius untuk tinggal di Efesus.
Beberapa penafsir mengatakan bahwa kata ‘mendesak’
merupakan kata yang terlalu kuat. Seharusnya adalah ‘besought’ (=
memohon) seperti dalam KJV.
I TIMOTIUS 1:5-11
Ay 5:
“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati
nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas”.
1)
“Tujuan nasihat itu ialah kasih”.
a) ‘nasihat’.
KJV: ‘the commandment’ (= perintah ini).
RSV: ‘our charge’ (= tuntutan / perintah kita).
NIV: ‘this command’ (= perintah ini).
NASB: ‘our instruction’ (= instruksi kita).
Catatan: kata ‘our’
dalam RSV/NASB sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya.
Calvin menganggap (hal 26) bahwa kata ‘nasihat’ / ‘perintah’
di sini menunjuk kepada hukum Taurat, tetapi Homer A. Kent, Jr menganggap (hal
80) bahwa kata ini menunjuk pada permintaan Paulus kepada Timotius untuk menasehati
para pengajar sesat dalam ay 3, sama seperti penggunaan kata itu dalam
ay 18. Kent menambahkan bahwa kata Yunani PARANGGELIA yang digunakan dalam
ay 5 ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada hukum Taurat dari
Perjanjian Lama.
Kalau kita menerima pandangan Calvin, maka kita bisa mendapatkan
bahwa kalau ajaran sesat dari para pengajar sesat dalam ay 3-4 hanya
menghasilkan persoalan / pertentangan / pertanyaan, maka hukum Taurat
seharusnya menghasilkan kasih.
Sedangkan kalau kita menerima pandangan Kent, maka arti dari
bagian ini adalah: tujuan dari pemberian nasehat kepada para pengajar sesat itu
adalah kasih.
b) ‘kasih’.
KJV: ‘charity’ (= kasih).
Ironside: “Our
old English word ‘charity’ really means ‘love.’” (= Kata Inggris kuno ‘charity’
sesungguhnya berarti ‘kasih’) - hal 20.
Catatan: kalau
kita melihat kata ‘charity’ dalam kamus Inggris - Indonesia, maka di
sana diterjemahkan sebagai ‘amal’, ‘derma’, ‘kemurahan hati’.
Bdk. Ro 13:10 - “Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama
manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat”.
Tetapi Kent mengatakan: “the law did not produce this love.
This passage does not teach that the Christian loves as a result of keeping the
law, but quite the reverse. The believer’s love is the product of his life in
Christ, of grace and no law. But by this love he has carried out God’s will.
Thus there does not seem to be any compelling reason for making the ‘charge’ of
1Timothy 1:5 the Mosaic Law” (= hukum Taurat tidak menghasilkan kasih ini.
Text ini tidak mengajar bahwa orang Kristen mengasihi sebagai hasil / akibat
dari pemeliharaan terhadap hukum Taurat, tetapi sebaliknya. Kasih dari orang
percaya adalah hasil / akibat dari kehidupannya yang ada dalam Kristus, dari
kasih karunia dan bukan dari hukum Taurat. Tetapi oleh kasih ini ia telah
melaksanakan kehendak Allah. Karena itu tidak kelihatan adanya alasan yang
mendesak untuk membuat kata ‘charge’ / ‘nasehat’ / ‘perintah’ dalam 1Tim
1:5 sebagai hukum Taurat Musa) - hal 80.
2) “yang timbul dari hati yang suci, dari hati
nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas”.
‘hati yang suci’ seharusnya
adalah ‘hati yang murni’; sedangkan ‘hati nurani yang murni’
seharusnya adalah ‘hati nurani yang baik’.
Bagaimana mendapatkan hati yang murni?
Bdk. Kis 15:9 - “dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan
antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman”.
NIV: ‘he purified their hearts by faith’ (= ia memurnikan
hati mereka oleh iman).
Matthew Henry: “...
love, love out of a pure heart, a heart purified by faith, purified from
corrupt affections. In order to the keeping up of holy love our hearts must be
cleansed from all sinful love; our love must arise out of a good conscience,
kept without offence” (= ... kasih, kasih yang keluar dari hati yang murni,
hati yang dimurnikan oleh iman, dimurnikan dari kasih yang jahat / rusak. Untuk
memelihara kasih yang suci, hati kita harus dibersihkan dari semua kasih yang
berdosa; kasih kita harus timbul dari hati nurani yang baik, dipelihara tanpa
pelanggaran / kejahatan).
Bdk. Amsal 4:23 - “Jagalah hatimu dengan segala
kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”.
Adam Clarke: “‘Of
faith unfeigned.’ Pisteoos anupokritou.
‘A faith not hypocritical.’ The apostle appears to allude to the Judaizing
teachers, who pretended faith in the Gospel, merely that they might have the
greater opportunity to bring back to the Mosaic system those who had embraced
the doctrine of Christ crucified. This is evident from the following verse”
(= ‘Dari iman yang tidak pura-pura’. Pisteoos
anupokritou. ‘Iman yang tidak munafik’. Sang rasul kelihatannya
menyinggung guru-guru agama Yahudi, yang berpura-pura beriman pada Injil,
semata-mata supaya mereka bisa mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
membawa kembali kepada sistim Musa, mereka yang telah memeluk ajaran / doktrin
tentang Kristus yang tersalib. Ini jelas dari ayat selanjutnya).
Pulpit Commentary: “Each
of these phrases, ‘a pure heart’ and ‘a good conscience’ and ‘faith unfeigned,’
seems to rebuke by contrast the merely ‘ceremonial cleanness’ and the ‘defiled
conscience’ and the merely ‘nominal Christianity’ of these heretical Judaizers”
(= Setiap ungkapan ini, ‘hati yang murni’ dan ‘hati nurani yang baik’ dan ‘iman
yang tidak dibuat-buat / pura-pura’, kelihatannya memarahi kebalikannya yaitu
semata-mata ‘kebersihan karena upacara’ dan ‘hati nurani yang kotor’ dan
semata-mata ‘kekristenan yang hanya namanya saja’ dari pemeluk-pemeluk agama
Yahudi yang sesat ini) - hal 3.
Ay 6:
“Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam
omongan yang sia-sia”.
1)
“Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu”.
Kata ‘tujuan’ ini seharusnya tidak ada.
KJV: ‘From which some having swerved have turned aside unto
vain jangling’ (= Dari mana sebagian orang setelah melenceng, telah
menyimpang kepada percakapan yang sia-sia).
NASB: ‘For some men, straying from these things, have
turned aside to fruitless discussion’ (= Karena sebagian orang, tersesat
dari hal-hal ini, telah menyimpang kepada diskusi yang tak berbuah).
Yang dimaksud dengan ‘these things’ (= hal-hal ini) dalam
NASB adalah ‘hati yang suci / murni’, ‘hati nurani yang murni / baik’ dan ‘iman
yang tulus ikhlas / tidak pura-pura’ yang baru dibicarakan dalam ay 5 di atas.
2)
“dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia”.
Matthew Henry: “Jangling,
especially in religion, is vain; it is unprofitable and useless as to all that
is good, and it is very pernicious and hurtful: and yet many people’s religion
consists of little else but vain jangling” (= Mengoceh, khususnya dalam
agama, adalah sia-sia; itu tidak bermanfaat dan tidak berguna berkenaan dengan
apa yang baik, dan itu adalah jahat / merusak dan merugikan: tetapi banyak
agama yang terdiri tidak lain dari ocehan yang sia-sia).
Calvin: “It
is, indeed, possible that useless trifles may be regarded by many persons with
admiration; but the statement of Paul remains unshaken, that everything that
does not edify in godliness is Mataiologia (MATAIOLOGIA), ‘idle
talking.’ We ought, therefore, to take the greatest possible care not to seek
anything in the holy and sacred word of God but solid edification, lest
otherwise he inflict on us severe punishment for abusing it” [=
Memang adalah mungkin bahwa hal-hal remeh yang tak berguna dipandang oleh
banyak orang dengan kekaguman; tetapi pernyataan dari Paulus tetap tak
tergoncangkan, bahwa segala sesuatu yang tidak mendidik dalam kesalehan adalah Mataiologia
(MATAIOLOGIA), ‘percakapan yang sia-sia’. Karena itu, kita harus
sangat berhati-hati untuk tidak mencari apapun dalam firman yang kudus dan
keramat dari Allah, kecuali pendidikan yang padat, supaya jangan Ia
memberikan kepada kita hukuman yang berat karena menyalah-gunakannya] - hal
28.
Ay 7: “Mereka
itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka
sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan”.
1)
“Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat”.
Kata ‘law’ (= hukum) dalam ay 7 menunjuk kepada hukum
Taurat Yahudi, yang mereka gunakan sebagai jalan keselamatan (salvation by
works).
Bdk. Tit 1:13-14 - “(13) Kesaksian itu benar. Karena itu
tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, (14) dan
tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang
berpaling dari kebenaran”.
2) “tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan
pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan”. Bagian yang saya
garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘or what they so confidently affirm’ (= atau apa yang
mereka tegaskan dengan begitu yakin).
Homer A. Kent, Jr.: “Those
teachers showed their ignorance by trying to mix law and grace. Yet those men
strongly affirmed their doctrine. Men often yell loudest about that of which
they know least” (= Guru-guru itu menunjukkan ketidak-tahuan / kebodohan
mereka dengan mencoba untuk mencampur hukum Taurat dan kasih karunia. Tetapi
orang-orang ini menegaskan dengan kuat ajaran mereka. Orang-orang sering berteriak
paling keras tentang sesuatu yang mereka tahu paling sedikit) - hal 76.
Ironside: “These
self-appointed teachers had no knowledge of that which they professed to
proclaim. They displayed their own ignorance as they sought to add law to
grace. This very fact proved that they did not know what they were talking
about, because law and grace will no more mix than will water and oil; they are
two altogether different principles. The law says, ‘Be good, and I will bless
you;’ grace says, ‘I have blessed you; now be good.’ They are opposites. The
law says, ‘Do this, and thou shalt live;’ grace says, ‘Believe this and thou
shalt live.’ Law demands; grace feely bestows” (= Guru-guru yang mengangkat
dirinya sendiri ini tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang mereka
nyatakan. Mereka memamerkan ketidak-tahuan / kebodohan mereka sendiri pada
waktu mereka mencoba untuk menambahkan hukum Taurat kepada kasih karunia. Fakta
ini membuktikan bahwa mereka tidak mengerti apa yang mereka katakan /
bicarakan, karena hukum Taurat dan kasih karunia tidak akan bercampur seperti
air dan minyak; itu adalah dua prinsip yang sama sekali berbeda. Hukum Taurat
berkata: ‘Jadilah baik, dan aku akan memberkatimu’; kasih karunia berkata: ‘Aku
telah memberkatimu; sekarang jadilah baik’. Keduanya bertentangan. Hukum Taurat
berkata: ‘Lakukanlah ini, dan engkau akan hidup’; kasih karunia berkata:
‘Percayalah ini dan engkau akan hidup’. Hukum Taurat menuntut; kasih karunia
memberi dengan cuma-cuma) - hal 21-22.
Bandingkan dengan:
· Ro 6:14-15 - “(14)
Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di
bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. (15) Jadi bagaimana? Apakah
kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi
di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”.
I TIMOTIUS 1:12-13
Ay 12: “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus
Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan
ini kepadaku”.
1) Kata-kata Paulus dalam
ay 12 ini menunjukkan bahwa Yesus Kristuslah yang telah meletakkan dirinya
di dalam pelayanan, dan Paulus bersyukur untuk hal itu.
a) Kristuslah yang meletakkan
seseorang di dalam pelayanan.
Matthew Henry: “It is Christ’s work to put men into
the ministry, Acts 26:16-17. God condemned the false prophets among the Jews in
these words, I have not sent these prophets, yet they ran: I have not spoken to
them, yet they prophesied, Jer. 23:21. Ministers, properly speaking, cannot
make themselves ministers; for it is Christ’s work, as king and head, prophet
and teacher, of his church. ... Those whom he puts into the ministry he fits
for it; whom he calls he qualifies. Those ministers who are no way fit for
their work, nor have ability for it, are not of Christ’s putting into the
ministry, though there are different qualifications as to gifts and graces”
(= Merupakan pekerjaan Kristus untuk meletakkan orang-orang ke dalam pelayanan,
Kis 26:16-17. Allah mengecam nabi-nabi palsu di antara orang-orang Yahudi
dengan kata-kata ini, ‘Aku tidak mengutus nabi-nabi ini, namun mereka berlari:
Aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat, Yer 23:21.
Pelayan-pelayan / pendeta-pendeta, sebenarnya tidak bisa membuat diri mereka
sendiri sebagai pelayan / pendeta, karena itu adalah pekerjaan Kristus, sebagai
Raja dan Kepala, Nabi dan Guru, dari GerejaNya. ... Mereka yang Ia letakkan ke
dalam pelayanan Ia sesuaikan untuk itu; yang Ia panggil Ia jadikan sehingga
memenuhi syarat. Pelayan-pelayan yang sama sekali tidak cocok untuk pekerjaan
mereka, atau tidak mempunyai kemampuan untuk itu, tidak diletakkan oleh Kristus
ke dalam pelayanan, sekalipun ada kecakapan-kecakapan yang berbeda berkenaan
dengan karunia-karunia dan kasih karunia-kasih karunia).
Yer 23:21 - “‘Aku tidak mengutus para nabi
itu, namun mereka giat; Aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka
bernubuat”.
KJV: ‘I have not sent these prophets, yet
they ran: I have not spoken to them, yet they prophesied’ (= Aku
tidak mengutus nabi-nabi ini, namun mereka berlari: Aku tidak berfirman
kepada mereka, namun mereka bernubuat).
Kis 26:16-17 - “(16) Tetapi sekarang,
bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau
menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari
padaKu dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. (17) Aku akan
mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan
mengutus engkau kepada mereka”.
b) Seseorang seharusnya bersyukur
kepada Kristus kalau dirinya diletakkan oleh Kristus di dalam pelayanan.
Matthew Henry: “A call to the ministry is a great
favour, for which those who are so called ought to give thanks to Jesus Christ”
(= panggilan ke dalam pelayanan merupakan suatu kemurahan yang besar, untuk
mana mereka yang dipanggil seperti itu seharusnya bersyukur kepada Yesus
Kristus).
John Wesley: “The meaning is, I thank him for
putting me into the ministry, and enabling me to be faithful therein” (=
Artinya adalah, aku bersyukur kepadaNya karena memasukkan aku ke dalam
pelayanan, dan memampukan aku untuk setia di dalamnya).
Barclay: “He thanked him because he chose him.
Paul never had the feeling that he had chosen Christ, but always that Christ
had chosen him. It was as if, when he was heading straight for destruction,
Jesus Christ had laid his hand upon his shoulder and arrested him in the way.
It was as if, when he was busy throwing away his life, Jesus Christ had
suddenly brought him to his senses” (= Ia bersyukur kepadaNya karena Ia
memilihnya. Paulus tidak pernah merasa bahwa ia telah memilih Kristus, tetapi
selalu bahwa Kristus telah memilih dia. Itu adalah seakan-akan, pada waktu ia
sedang menuju langsung pada kehancuran, Yesus Kristus telah meletakkan
tanganNya pada bahunya dan menahannya di jalan. Itu adalah seakan-akan, pada
waktu ia sedang sibuk membuang hidupnya, Yesus Kristus dengan tiba-tiba telah
menyadarkannya) - hal 42.
Bdk. Yoh 15:16 - “Bukan kamu yang memilih
Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya
kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu
minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu”.
Barclay: “He thanked him because he had
appointed him. We must be very careful to note that to which Paul felt himself
appointed. He was appointed to service. Paul never thought of himself as
appointed to honour, or to leadership within the Church. He was saved to serve.
Plutarch tells that when a Spartan won a victory in the games, his reward was
that he might stand beside his king in battle. A Spartan wrestler at the
Olympic games was offered a very considerable bribe to abandon the struggle;
but he refused. Finally, after a terrific effort, he won his victory. Someone
said to him: ‘Well, Spartan, what have you got out of this costly victory you
have won?’ He answered: ‘I have won the privilege of standing in front of my
king in battle.’ His reward was to serve and, if need be, to die for his king.
It was for service, not honour, that Paul knew himself to be chosen” (= Ia
bersyukur kepadaNya karena Ia telah menetapkan / memilih dia. Kita harus sangat
hati-hati untuk memperhatikan sesuatu kepada apa Paulus merasa dirinya sendiri
ditetapkan / dipilih. Ia ditetapkan / dipilih untuk pelayanan. Paulus tidak
pernah berpikir tentang dirinya sendiri sebagai ditetapkan / dipilih untuk
kehormatan, atau untuk kepemimpinan di dalam Gereja. Ia diselamatkan untuk
melayani. Plutarch menceritakan bahwa pada waktu seorang Spartan memenangkan
suatu kemenangan dalam pertandingan, pahalanya adalah bahwa ia bisa berdiri di
sisi rajanya dalam pertempuran. Seorang pegulat Spartan dalam pertandingan
Olimpiade ditawari suatu suapan yang sangat banyak untuk meninggalkan
pergumulan; tetapi ia menolak. Akhirnya, setelah suatu usaha yang luar biasa,
ia memenangkan kemenangannya. Seseorang berkata kepadanya: ‘Spartan, apa yang
kamu dapatkan dari kemenangan yang mahal yang telah engkau menangkan?’. Ia
menjawab: ‘Aku telah memenangkan hak untuk berdiri di depan rajaku dalam
pertempuran’. Pahalanya adalah melayani dan, jika perlu, mati untuk rajanya.
Untuk pelayananlah, bukan untuk kehormatan, bahwa Paulus tahu dirinya dipilih)
- hal 42-43.
Barnes’ Notes: “If there is anything for which a
good man will be thankful, and should be thankful, it is that he has been so
directed by the Spirit and providence of God as to be put into the ministry. It
is indeed a work of toil, and of self-denial, and demanding many sacrifices of
personal ease and comfort. It requires a man to give up his splendid prospects
of worldly distinction, and of wealth and ease. It is often identified with
want, and poverty, and neglect, and persecution. But it is an office so
honorable, so excellent, so noble, and ennobling; it is attended with so many
precious comforts here, and is so useful to the world, and it has such promises
of blessedness and happiness in the world to come, that no matter what a man is
required to give up in order to become a minister of the gospel, he should be
thankful to Christ for putting him into the office” (= Jika ada sesuatu
apapun untuk mana seseorang yang baik / saleh akan bersyukur, dan seharusnya
bersyukur, itu adalah bahwa ia telah diarahkan sedemikian rupa oleh Roh dan
providensia Allah sehingga diletakkan ke dalam pelayanan. Itu memang merupakan
suatu pekerjaan yang berat, dan penyangkalan diri, dan menuntut banyak
pengorbanan ketenteraman dan kesenangan pribadi. Itu menuntut seseorang untuk
menyerahkan prospeknya yang bagus tentang kehormatan duniawi, dan tentang
kekayaan dan kesenangan. Itu sering disamakan / digabungkan dengan kekurangan,
dan kemiskinan, dan pengabaian, dan penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu
jabatan / tugas yang begitu terhormat, begitu bagus, begitu mulia, dan
memuliakan; itu disertai dengan begitu banyak penghiburan yang berharga di
sini, dan begitu bermanfaat bagi dunia, dan itu mempunyai janji-janji berkat
dan kebahagiaan dalam dunia yang akan datang, sehingga tak peduli apa yang
dituntut untuk diserahkan dari seseorang untuk menjadi seorang pelayan injil,
ia harus bersyukur kepada Kristus untuk meletakkannya dalam jabatan / tugas
itu).
2) ‘yang menguatkan aku’.
Kata ‘menguatkan’ dalam bahasa Yunani
adalah ENDUNAMOSANTI.
Bahwa Kristus telah menguatkan / memberi
kekuatan kepadanya dalam melayani, bagi Paulus merupakan penggenapan janji
Kristus dalam Kis 1:8.
Bdk. Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem
dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Dalam Kis 1:8 ini Kristus menjanjikan ‘kuasa’
kepada murid-murid, dan kata ‘kuasa’ dalam bahasa Yunani adalah DUNAMIS.
Pulpit Commentary: “It comprises strength of faith,
strength to testify and to preach, strength to endure and suffer. St. Paul’s
whole course is the best illustration of the nature of the dunamis (DUNAMIS)
which Christ gave him” [= Itu terdiri dari kekuatan iman, kekuatan untuk
bersaksi dan berkhotbah / memberitakan, kekuatan untuk bertahan dan menderita.
Seluruh perjalanan Paulus merupakan ilustrasi yang terbaik dari sifat dari
DUNAMIS (kekuatan / kuasa) yang Kristus berikan kepadanya] - hal 4.
Ada beberapa ayat lain yang menunjukkan bahwa
Paulus menyadari bahwa Kristuslah yang menguatkan / memberi kekuatan kepadanya
dalam melayani Tuhan.
· Fil
4:13 (KJV): ‘I can do all things through Christ which strengtheneth
me’ (= Aku bisa melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang menguatkan
aku). Kata ‘menguatkan’ di sini dalam bahasa Yunani adalah ENDUNAMOUNTI.
· 2Tim
4:17 - “tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya
dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan
Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa”.
Kata ‘menguatkan’ di sini dalam bahasa
Yunani adalah ENEDUNAMOSEN.
· Kis
9:22 - “Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia
membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia
membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias”.
KJV: ‘But Saul increased the more in
strength, and confounded the Jews which dwelt at Damascus, proving that
this is very Christ’ (= Tetapi Paulus makin bertambah dalam kekuatan /
kuasa, dan membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, dengan
membuktikan bahwa ini adalah Kristus itu).
Bagian yang saya garis bawahi secara hurufiah
adalah: ‘was filled with power’ (= dipenuhi dengan kuasa). Bagian ini
diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ENEDUNAMOUTO.
Bagian ini menunjukkan bahwa Paulus bukan
hanya bersyukur atas pemilihan dari Tuhan sebagai rasul / pelayan, tetapi juga
atas penguatan yang Tuhan berikan, tanpa mana ia tidak mungkin bisa bertahan /
setia dalam pelayanannya.
Barclay: “He thanked him because he had
empowered him. Paul had long since discovered that Jesus Christ never gives a
man a task to do without also giving him the power to do it. Paul would never
have said, ‘See what I have done,’ but always, ‘See what Jesus Christ
has enabled me to do.’ No man is good enough, or strong enough, or pure enough,
or wise enough to be the servant of Christ. But if he will give himself to
Christ, he will go, not in his own strength, but in the strength of the Lord”
(= Ia bersyukur kepadaNya karena Ia telah menguatkannya. Sejak lama Paulus
telah menemukan bahwa Yesus Kristus tidak pernah memberi seseorang suatu tugas
untuk melakukan tanpa juga memberikannya kuasa / kekuatan untuk melakukannya.
Paulus tidak pernah berkata: ‘Lihatlah apa yang telah aku lakukan’,
tetapi selalu, ‘Lihatlah apa yang Yesus Kristus telah mampukan aku untuk
melakukan’. Tidak ada orang yang cukup baik, atau cukup kuat, atau cukup murni,
atau cukup bijaksana, untuk menjadi pelayan Yesus Kristus. Tetapi jika ia
memberikan dirinya sendiri kepada Kristus, ia akan berjalan, bukan dalam
kekuatannya sendiri, tetapi dalam kekuatan dari Tuhan) - hal 43.
Paulus yang mengalami bahwa Kristus telah
memberikan kekuatan kepadanya sehingga ia bisa bertahan dalam pelayanan, juga
memerintahkan kita untuk menjadi kuat, dalam kekuatan yang Kristus berikan
kepada kita dalam pelayanan.
Bdk. Ef 6:10 - “Akhirnya, hendaklah
kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya”.
Kata-kata ‘hendaklah kamu kuat’
diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ENDUNAMOUSTHE.
3) ‘karena Ia menganggap aku setia’.
Calvin mengatakan (hal 34) bahwa kata-kata ‘karena
Ia menganggap aku setia’ bukanlah merupakan alasan mengapa Ia ‘mempercayakan
pelayanan ini kepadaku’.
Kelihatannya ada orang-orang yang menafsirkan
bagian ini dengan mengatakan bahwa Allah telah melihat lebih dulu (God had
foreseen) iman Paulus atau kesetiaan Paulus, dan karena itu Allah lalu
memilihnya menjadi rasul.
Calvin membantah dengan mengatakan sebagai
berikut:
“I deny, therefore, that the meaning is, that
he was admitted to the rank of an apostle, because God had foreseen his faith;
for Christ could not foresee in him anything good but what the Father had
bestowed on him” (= Karena itu, saya menyangkal / membantah, bahwa arti dari bagian ini
adalah bahwa ia diterima kepada pangkat / barisan dari rasul, karena Allah
telah melihat lebih dulu imannya; karena Kristus tidak bisa melihat lebih dulu
dalam dia apapun yang baik kecuali apa yang Bapa telah berikan kepadanya) - hal 34.
Menurut Calvin, panggilan pelayanan itu /
panggilan menjadi rasul itu, hanya membuktikan bahwa ia dianggap setia oleh
Kristus.
- Kelihatannya apa yang dibantah di atas oleh Calvin mirip dengan apa yang ia tegaskan di sini, tetapi sebetulnya berbeda. Panggilan pelayanan bukan disebabkan karena kesetiaan Paulus, tetapi hanya menunjukkan kesetiaan Paulus.
- Rupanya Paulus diserang / difitnah oleh banyak orang, dan dengan kata-kata ini Paulus menyatakan bahwa ia tak peduli dengan kata-kata manusia. Ia hanya peduli dan ia puas dengan otoritas dan jaminan dari Kristus, yang adalah Hakim, yang menyatakan bahwa ia setia.
1Kor 4:3-5 - “(3) Bagiku sedikit sekali
artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia.
Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) ... Dia, yang menghakimi aku,
ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu
sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam
kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka
tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah”.
Penerapan:
Dalam melayani Tuhan bisa ada banyak serangan
/ kritikan dan bahkan fitnahan. Kalau kita terus mengarahkan pandangan kita
kepada hal-hal itu, mungkin kita akan berhenti melayani karena kecewa. Kita
harus memandang, bukan pada penilaian / kata-kata manusia tentang diri kita,
tetapi pada penilaian / kata-kata Tuhan tentang diri kita.
Ay 13: “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan
seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah
kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
1) Mengapa di sini Paulus tahu-tahu bercerita tentang
dirinya sendiri?
Homer A. Kent, Jr.: “When Paul wished to give Timothy a
most effective illustration of sound gospel teaching as contrasted with the
disastrous effects of legalism, he related his own personal experience” [=
Pada waktu Paulus ingin memberikan kepada Timotius suatu ilustrasi yang paling
efektif tentang ajaran injil yang sehat yang kontras dengan hasil yang
mendatangkan malapetaka dari ajaran yang bersifat legalisme (keselamatan
karena perbuatan baik), ia menceritakan pengalaman pribadinya sendiri] -
hal 85.
William Hendriksen: “What we actually see here is Paul as
a radiant example of what God’s law, lawfully used, can accomplish in the life
of a former persecutor. Let the false teachers at Ephesus take note of this, so
that they may no longer look upon the law as a toy or as a tool for the aggrandizement
of their own ego” (= Apa yang sesungguhnya kita lihat di sini adalah Paulus
sebagai suatu contoh yang bersinar dari apa yang bisa dicapai oleh hukum Taurat
Allah, yang digunakan secara benar, dalam kehidupan seorang yang dulunya adalah
seorang penganiaya. Hendaklah guru-guru palsu di Efesus memperhatikan hal ini,
sehingga mereka tidak lagi melihat pada hukum Taurat sebagai suatu mainan atau
sebagai suatu alat untuk pembesaran / perluasan dari ego mereka sendiri) -
hal 73.
2) ‘aku yang tadinya seorang
penghujat dan penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya,
karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman’.
a) Ia menghujat Kristus dan
menganiaya orang-orang kristen. Tetapi ini dilakukan di luar pengetahuan
(karena ia tidak mengerti), karena ia mengira bahwa ia justru harus melakukan
hal itu.
Kis 26:9-11 - “(9) Bagaimanapun juga,
aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama
Yesus dari Nazaret. (10) Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan
saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku
memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka
dihukum mati. (11) Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya
untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka,
bahkan sampai ke kota-kota asing.’”.
Bdk. Yoh 16:1-3 - “(1) ‘Semuanya ini
Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan
dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu
akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka akan berbuat
demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku”.
Ironside: “A man can be very sincere in wrong
things” (= Seseorang bisa sangat tulus dalam hal-hal yang salah) - hal
36.
b) Ketidak-tahuannya bukanlah
alasan mengapa ia diampuni. Ketidaktahuannya meletakkan ia di daerah yang
memungkinkannya untuk diampuni, tetapi ia diampuni semata-mata karena belas
kasihan Allah,.
Jamieson, Fausset & Brown: “His ignorance was culpable; for he
might have known, if he had sought aright: but it is less culpable than sinning
against light and knowledge. His ignorance gave him no claim on, but put him
within the range of, God’s mercy” (= Ketidak-tahuannya merupakan suatu
kesalahan / patut dicela, karena ia bisa mengetahui seandainya ia mencari
dengan benar: tetapi itu tidak sebersalah seperti berdosa terhadap terang dan
pengetahuan. Ketidak-tahuannya tidak memberinya hak untuk mengclaim
belas kasihan Allah, tetapi meletakkannya dalam batasan dari belas kasihan
Allah).
Ketidaktahuan Paulus memang bukanlah alasan
mengapa Allah memberi belas kasihan. Alasan Allah memberinya belas kasihan ada
dalam diri Allah sendiri.
Ro 9:15 - “Sebab Ia berfirman kepada Musa:
‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan
Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’”.
c) Perbedaan antara Paulus dengan
orang-orang Farisi dalam Mat 12:24.
Calvin: “Paul was not altogether free from a
wicked disposition; but he was hurried along by thoughtless zeal, so as to
think that what he did was right. Thus he was an adversary of Christ, not from
deliberate intention, but through mistake and ignorance. The Pharisees, who
through a bad conscience slandered Christ, were not entirely free from mistake
and ignorance; but they were instigated by ambition, and a base hatred of sound
doctrine, and even by furious rebellion against God, so that maliciously and
intentionally, and not in ignorance, they set themselves in opposition to
Christ” (= Paulus tidak sepenuhnya bebas dari suatu watak / kecondongan
yang jahat; tetapi ia digerakkan cepat-cepat oleh semangat tanpa pikiran,
sehingga ia mengira bahwa apa yang ia lakukan adalah benar. Karena itu, ia
menjadi seorang musuh Kristus, bukan dari suatu kesengajaan, tetapi dari
kesalahan dan ketidak-tahuan. Orang-orang Farisi, yang dengan hati nurani yang
buruk memfitnah Kristus, tidaklah sepenuhnya bebas dari kesalahan dan
ketidak-tahuan; tetapi mereka dihasut oleh ambisi, dan suatu kebencian yang
jelek / hina terhadap ajaran yang sehat, dan bahkan oleh pemberontakan yang
hebat terhadap Allah, sehingga dengan jahat dan sengaja, dan bukan dalam
ketidak-tahuan, mereka mengarahkan diri mereka sendiri menentang Kristus) -
hal 37.
Catatan: yang dimaksud oleh Calvin dengan ‘orang-orang
Farisi’ di sini pasti adalah orang-orang Farisi dalam Mat 12:24, kepada
siapa Kristus mengatakan ayat tentang penghujatan kepada Roh Kudus (Mat
12:31-32).
Mat 12:22-32 - “(22) Kemudian dibawalah
kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus
menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. (23) Maka
takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak Daud.’ (24)
Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: ‘Dengan
Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi Yesus mengetahui
pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah
pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat
bertahan. (26) Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi
dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? (27) Jadi
jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah
pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.
(28) Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya
Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. (29) Atau bagaimanakah orang dapat
memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak
diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok
rumah itu. (30) Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak
mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. (31) Sebab itu Aku berkata
kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap
Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu
menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus,
ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun
tidak”.
d) Penghujatan terhadap Roh Kudus
dan dosa sengaja dalam Bil 15.
Kent (hal 87) menghubungkan ini dengan hukum
Taurat Perjanjian Lama dimana orang yang melakukan dosa dengan tidak sengaja
bisa diberi jalan untuk mendapatkan pengampunan dosa, sedangkan orang yang
berbuat dosa dengan sengaja tidak diberikan jalan untuk mendapatkan pengampunan.
Bil 15:27-31 - “(27) Apabila satu
orang saja berbuat dosa dengan tidak sengaja, maka haruslah ia
mempersembahkan kambing betina berumur setahun sebagai korban penghapus dosa;
(28) dan imam haruslah mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN bagi orang yang
dengan tidak sengaja berbuat dosa itu, sehingga orang itu beroleh pengampunan
karena telah diadakan pendamaian baginya. (29) Baik bagi orang Israel asli
maupun bagi orang asing yang tinggal di tengah-tengah kamu, satu hukum saja
berlaku bagi mereka berkenaan dengan orang yang berbuat dosa dengan tidak
sengaja. (30) Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik
orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus
dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina
terhadap firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan,
kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.
Kent bahkan menyamakan dosa sengaja dalam
Bil 15 ini dengan dosa menghujat Roh Kudus dalam Perjanjian Baru.
Saya tidak setuju dengan penghubungan /
penyamaan ini, karena dalam Perjanjian Baru dosa sengajapun bisa mendapat
pengampunan (perlu diingat bahwa kebanyakan dosa adalah dosa yang disengaja!).
Yang tidak bisa diampuni adalah penghujatan terhadap Roh Kudus, yang menurut
saya, merupakan penghujatan yang dilakukan oleh orang-orang yang telah
mengerti, dan sebetulnya secara intelek percaya, tetapi tetap melakukan
penghujatan (bdk Mat 12:22-32).
e) Paulus adalah orang yang
sangat berdosa yang lalu dipertobatkan dan dipakai oleh Allah.
Matthew Henry: “What he was before his conversion: A
blasphemer, a persecutor, and injurious. ... Frequently those who are designed
for great and eminent services are left to themselves before their conversion,
to fall into great wickedness, that the mercy of God may be the more glorified
in their remission, and the grace of God in their regeneration. The greatness
of sin is no bar to our acceptance with God, no, nor to our being employed for
him, if it be truly repented of” (= Apa ia sebelum pertobatannya: Seorang
penghujat, seorang penganiaya, dan seorang yang berbahaya. ... Seringkali
mereka yang direncanakan untuk pelayanan-pelayanan yang besar dan menonjol
dibiarkan kepada diri mereka sendiri sebelum pertobatan mereka, untuk jatuh ke dalam
kejahatan yang besar, supaya belas kasihan Allah bisa makin dimuliakan dalam
pengampunan mereka, dan kasih karunia Allah makin dimuliakan dalam kelahiran
baru mereka. Besarnya dosa bukanlah suatu halangan bagi penerimaan Allah
terhadap diri kita, tidak, ataupun digunakannya kita untuk Dia, jika kita
sungguh-sungguh bertobat darinya).
f) Keberdosaan yang besar
dari Paulus menunjukkan bahwa kasih karunia Allah itu tak bersyarat, dan
diberikan semata-mata berdasarkan kedaulatan Allah saja.
William Hendriksen: “Surely, had
this grace not been sovereign, unconditional, it would never have found him!”
(= Jelas bahwa andaikata kasih karunia ini bukannya I TIMOTIUS 1:14-15
Ay 14: “Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan
limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus”.
1) ‘Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan
dengan limpahnya kepadaku’.
Dosa Paulus yang begitu banyak menyebabkan
terlihatnya kasih karunia Allah yang begitu besar pada waktu ia diselamatkan.
Barclay: “The first part is not difficult; it
simply means that the grace of God rose higher than Paul’s sin” (= Bagian
pertama tidak sukar; itu hanya berarti bahwa kasih karunia Allah naik lebih
tinggi dari dosa Paulus) - hal 44.
Bdk. Ro 5:20 - “Tetapi hukum Taurat
ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa
bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah”.
Ini bisa diterapkan untuk diri sendiri,
maupun untuk orang-orang yang kita injili.
2) ‘dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus’.
a) Ada yang menganggap bahwa
‘iman dan kasih’ yang dibicarakan di sini adalah iman dan kasih dari gereja
pada saat itu.
Barclay: “Verse 14 is difficult. In the RSV it
runs: ‘The grace of our Lord overflowed for me with the faith and love that are
in Christ Jesus.’ ... what exactly is the meaning of the phrase ‘with the faith
and love that is in Christ Jesus’? E. F. Brown suggests that it is that the
work of the grace of Christ in Paul’s heart was helped by the faith and the
love he found in the members of the Christian Church, things like the sympathy
and then understanding and the kindness he received from men like Ananias, who
opened his eyes and called him brother (Acts 9:10-19), and Barnabas, who stood
by him when the rest of the Church regarded him with bleak suspicion (Acts
9:26-28)” [= Ay 14 merupakan ayat yang sukar. Dalam RSV itu berbunyi:
‘Kasih karunia dari Tuhan kita berlimpah-limpah untukku dengan kasih dan iman
yang ada dalam Kristus Yesus’. ... apa tepatnya arti dari ungkapan ‘dengan
kasih dan iman yang ada dalam Kristus Yesus’? E. F. Brown mengusulkan bahwa itu
adalah bahwa pekerjaan dari kasih karunia dari Kristus dalam hati Paulus
ditolong oleh iman dan kasih yang ia temukan dalam anggota-anggota dari Gereja
Kristen, hal-hal seperti simpati dan pengertian dan kebaikan yang ia terima
dari orang-orang seperti Ananias, yang membuka matanya dan menyebutnya
‘saudara’ (Kis 9:10-19), dan Barnabas, yang membela dia pada waktu sisa Gereja
melihat kepadanya dengan kecurigaan yang suram (Kis 9:26-28)] - hal 44.
b) Ada yang menganggap bahwa ‘iman
dan kasih’ yang dibicarakan di sini adalah iman dan kasih dari Paulus
sendiri.
Calvin menganggap bahwa ‘iman dan kasih’
itu adalah iman dan kasih dari Paulus. Kata ‘iman’ dikontraskan dengan ‘di
luar iman’ [ay 13b; NIV: ‘unbelief’ (= ketidak-percayaan)], dan
kata ‘kasih’ dikontraskan dengan kekejaman yang ia lakukan (ay 13a).
Ini menunjukkan perubahan drastis dalam diri Paulus, dan itu semua disebabkan
oleh kasih karunia Allah yang diberikan kepadanya.
Saya lebih condong pada pandangan kedua.
Ay 15: “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus
Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka
akulah yang paling berdosa”.
1) ‘Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya’.
RSV: ‘worthy of full acceptance’
(= layak mendapat penerimaan penuh).
NIV: ‘deserves full acceptance’
(= layak mendapat penerimaan penuh).
NASB: ‘deserving full acceptance’
(= layak mendapat penerimaan penuh).
KJV/Lit: ‘and worthy of all
acceptation’ (= dan layak mendapat semua penerimaan).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘All’ - all possible: to be received
by all, with all the faculties of the soul, mind, and heart” (= ‘Semua’ -
semua yang mungkin: untuk diterima oleh semua orang, dengan semua kemampuan
dari jiwa, pikiran dan hati).
Aneh sekali bahwa bagian ini digunakan oleh
Clarke untuk mengajarkan Unlimited Atonement (= Penebusan Tak Terbatas).
Adam Clarke: “it is worthy of all acceptation; as
all need it, it is worthy of being received by all. It is designed for the
whole human race, for all that are sinners is applicable to all, because all
are sinners; and may be received by all, being put within every man’s reach,
and brought to every man’s ear and bosom, either by the letter of the word, or,
where that revelation is not yet come, by the power of the divine Spirit, the
true light from Christ that lightens every man that cometh into the world.
From this also it is evident that the death of Christ, and all its eternally
saving effects, were designed for every man” (= ini layak mendapatkan semua
penerimaan; karena semua orang membutuhkannya, ini layak untuk diterima oleh
semua. Ini direncanakan untuk seluruh umat manusia, untuk semua yang adalah
orang berdosa, dapat dipakai untuk semua, karena semua orang adalah orang
berdosa; dan bisa diterima oleh semua, karena diletakkan dalam jangkauan
setiap orang, dan dibawa kepada telinga dan dada dari setiap orang, oleh huruf
dari firman, atau, dimana wahyu itu belum datang, oleh kuasa dari Roh ilahi,
terang yang benar dari Kristus yang menerangi setiap orang yang datang ke
dalam dunia. Dari sini juga jelas bahwa kematian Kristus, dan semua akibat
yang menyelamatkan yang kekal, direncanakan untuk setiap orang).
Penjelasan:
a) Yang saya beri garis bawah
tunggal menunjukkan kesalahan dari pandangan / argumentasi dari Clarke. Tidak
semua orang mendapat kesempatan mendengar Injil, dan mereka yang tidak
mendengar Injil pasti binasa.
Saya tidak melihat dasar Kitab Suci untuk
mengatakan bahwa orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil / Firman Tuhan
pasti mendengarnya dari Roh Kudus, seperti yang dikatakan oleh Clarke di atas.
Memang Roh Kudus bisa melakukan hal ini, tetapi jelas bahwa Ia tidak
melakukannya untuk setiap orang yang tidak mendapat kesempatan untuk mendengar
Injil.
Juga perlu diingat bahwa ada banyak orang
yang sudah mati, dan karena itu sudah ada ada di neraka, pada saat Kristus
datang ke dunia untuk melakukan penebusan dosa. Mereka pasti adalah orang-orang
untuk siapa Kristus tidak menebus dosa.
b) Yang saya beri garis bawah
ganda dikutip dari Yoh 1:9 yang salah terjemahan.
Yoh 1:9 - “Terang yang
sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam
dunia”.
Kata-kata ‘sedang datang ke dalam dunia’
menerangkan ‘Terang yang sesungguhnya’, bukan menerangkan ‘setiap
orang’.
Clarke kelihatannya mengutip dari KJV yang
memberikan terjemahan yang keliru karena menterjemahkan ay 9 ini sebagai
berikut: That was the true light, which lighteth every man that cometh into
the world (= Itu adalah terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap
orang yang datang ke dalam dunia).
Sebetulnya, ditinjau dari sudut bahasa
Yunaninya, kata-kata ‘sedang datang ke dalam dunia’ itu memang bisa
menerangkan baik ‘terang yang sesungguhnya’ maupun ‘setiap orang’.
Karena itu sebetulnya ditinjau dari sudut bahasa Yunaninya terjemahan KJV itu
tidak salah. Tetapi istilah ‘datang ke dalam dunia’ selalu ditujukan
kepada Yesus (3:19 9:39 11:27 12:46 16:28 18:37),
dan istilah ini tidak cocok untuk diberikan kepada manusia biasa, karena
istilah ini menunjukkan bahwa orang itu mempunyai keberadaan sebelum lahir (pre
existence).
Jadi jelas bahwa Clarke memberikan
argumentasinya berdasarkan ayat yang salah terjemahannya.
2) ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan
orang berdosa,’.
a) Datang untuk menyelamatkan.
William Hendriksen: “He did not come to help them to save
themselves, nor to induce them to save themselves, nor even to enable them to
save themselves. He came to save them!” (= Ia tidak datang untuk menolong
mereka untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, atau untuk membujuk mereka
untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, atau bahkan untuk memampukan mereka
untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Ia datang untuk menyelamatkan mereka!)
- hal 79.
b) ‘orang berdosa’.
Calvin: “The word ‘sinners’ is emphatic; for
they who acknowledge that it is the office of Christ to save, have difficulty
in admitting this thought, that such a salvation belongs to ‘sinners’. Our mind
is always impelled to look at our worthiness; and as soon as our unworthiness
is seen, our confidence sinks. Accordingly, the more any one is oppressed by
his sins, let him the more courageously betake himself to Christ, relying on
this doctrine, that he came to bring salvation not to the righteous, but to
‘sinners.’” (= Kata ‘orang-orang berdosa’ ditekankan; karena mereka yang
mengakui bahwa adalah tugas dari Kristus untuk menyelamatkan, mempunyai
kesukaran untuk mengakui pemikiran ini, bahwa keselamatan seperti itu menjadi
milik dari ‘orang-orang berdosa’. Pikiran kita selalu terdorong untuk melihat
pada kelayakan kita; dan begitu ketidak-layakan kita terlihat, keyakinan kita
tenggelam. Karena itu, makin seseorang tertekan / tertindas oleh dosa-dosanya,
biarlah ia dengan makin berani membawa dirinya sendiri kepada Kristus,
bersandar pada doktrin / ajaran ini, bahwa Ia datang untuk membawa keselamatan
bukan bagi orang benar tetapi bagi ‘orang-orang berdosa’) - hal 39.
Bdk. Mat 9:12-13 - “(12) Yesus
mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit. (13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang
Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan
untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.’”.
Wesley: “Came into the world to save sinners
- All sinners, without exception” (= Datang ke dalam dunia untuk
menyelamatkan orang-orang berdosa - Semua orang berdosa, tanpa kecuali).
Lagi-lagi penafsiran Arminian. Kata ‘all’
(= semua), dan kata-kata ‘without exception’ (tanpa kecuali) sebetulnya
tidak ada.
3) ‘dan di antara mereka akulah yang paling berdosa’.
a) Pentingnya kesadaran / ingatan
akan dosa kita sendiri.
Thomas Carlyle: “The deadliest sins were the
consciousness of no sin” (= Dosa yang paling mematikan adalah
ketidaksadaran akan adanya dosa) - ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 605.
Martin Luther: “The recognition of sin is the
beginning of salvation” (= Pengenalan akan dosa adalah permulaan / awal
keselamatan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal
607.
Barclay: “The memory of his sin was the surest
way to keep him from pride” (= Ingatan tentang dosanya adalah jalan yang
paling pasti untuk menjaga dia dari kesombongan) - hal 46.
Barclay: “The memory of his sin was the surest
way to keep his gratitude aflame. To remember what (that?)
we have been forgiven is the surest way to keep awake our love to Jesus Christ”
(= Ingatan tentang dosanya merupakan jalan yang paling pasti untuk menjaga
supaya rasa terima kasihnya tetap berkobar. Mengingat bahwa kita telah diampuni
merupakan jalan yang paling pasti untuk menjaga supaya kasih kita kepada Yesus
Kristus tetap terjaga) - hal 46.
Barclay: “The memory of his sin was the
constant urge to greatest effort. It is quite true that a man can never earn
the approval of God, or deserve his love; but it is also true that he can never
stop trying to do something to show how much he appreciates the love and mercy
which have made him what he is. Whenever we love anyone we cannot help trying
always to demonstrate our love. When we remember how much God loves us and how
little we deserve it, when we remember that it was for us that Jesus Christ
hung and suffered on Calvary, it must compel us to effort that will tell God we
realize what he has done for us and will show Jesus Christ that his sacrifice
was not in vain” (= Ingatan tentang dosanya merupakan suatu dorongan terus
menerus kepada usaha yang terbesar. Merupakan sesuatu yang benar bahwa
seseorang tidak pernah bisa layak mendapat persetujuan / sikap baik dari Allah,
atau layak mendapat kasihNya; tetapi juga benar bahwa ia tidak pernah bisa
berhenti mencoba melakukan sesuatu yang menunjukkan betapa besar ia menghargai
kasih dan belas kasihan yang telah membuatnya seperti sekarang ini. Pada saat
kita mengasihi siapapun, kita tidak bisa tidak selalu berusaha
menunjukkan kasih kita. Pada waktu kita mengingat betapa besar Allah mengasihi
kita dan betapa sedikit kita layak mendapatkannya, pada waktu kita mengingat
bahwa untuk kitalah Yesus Kristus tergantung dan menderita di Kalvari, itu
harus mendorong kita kepada usaha yang akan memberitahu Allah bahwa kita
menyadari apa yang telah Ia lakukan untuk kita dan akan menunjukkan kepada
Yesus Kristus bahwa pengorbananNya tidaklah sia-sia) - hal 47.
Barclay: “Paul’s sin was something which he
refused to forget, for every time he remembered the greatness of his sin, he
remembered the still greater greatness of Jesus Christ. It was not that he
brooded unhealthily over his sin; it was that he remembered it to rejoice in
the wonder of the grace of Jesus Christ ” (= Dosa Paulus adalah sesuatu
yang ia tak mau lupakan, karena setiap kali ia mengingat besarnya dosanya, ia
ingat kebesaran Yesus Kristus yang lebih besar lagi. Bukan bahwa ia memikirkan
secara tidak sehat akan dosanya; tetapi ia mengingatnya untuk bersukacita dalam
keajaiban dari kasih karunia Yesus Kristus) - hal 48.
b) Dosa seseorang yang besar /
hebat bukanlah penghalang untuk keselamatannya.
Martin Luther: “Be a sinner and sin mightily, but
more mightily believe and rejoice in Christ” (= Jadilah orang berdosa, dan
berdosalah dengan hebat, tetapi percayalah kepada Kristus dan bersukacitalah
dalam Kristus dengan lebih hebat) - ‘The Encyclopedia of Religious
Quotations’, hal 607.
Catatan: Kata-kata ini tentu tak boleh diartikan
bahwa Luther menyuruh kita sengaja berbuat dosa. Kalau diartikan demikian akan
bertentangan dengan Ro 6:1-2 - “(1) Jika demikian, apakah yang hendak
kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih
karunia itu? (2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa,
bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”.
Maksudnya adalah: sekalipun kita adalah orang
yang sangat berdosa, yang telah melakukan dosa-dosa yang hebat, iman kepada
Kristus bisa mengatasi semua itu, dan karenanya kita harus tetap bersukacita.
Calvin: “He shews that it was profitable to
the Church that he had been such a person as he actually was before he was
called to the apostleship, because Christ, by giving him as a pledge, invited
all sinners to the sure hope of obtaining pardon. For when he, who had been a
fierce and savage beast, was changed into a Pastor, Christ gave a remarkable
display of his grace, from which all might be led to entertain a firm belief
that no sinner, how heinous and aggravated soever might have been his
transgression, had the gate of salvation shut against him” (= Ia
menunjukkan bahwa merupakan sesuatu yang bermanfaat untuk Gereja bahwa ia
tadinya adalah seseorang seperti bagaimana adanya ia sebelum ia dipanggil pada
kerasulan, karena Kristus, dengan memberi dia sebagai suatu janji, mengundang
semua orang berdosa pada pengharapan yang pasti dari penerimaan pengampunan.
Karena ketika ia, yang dahulunya adalah binatang yang galak dan buas, diubah
menjadi seorang Pendeta / Gembala, Kristus memberikan pertunjukan yang luar
biasa tentang kasih karuniaNya, dari mana semua bisa dibimbing untuk mempunyai
kepercayaan yang teguh bahwa tidak ada orang berdosa, bagaimanapun mengerikan
dan buruknya pelanggarannya, mendapati bahwa pintu gerbang keselamatan telah
tertutup baginya) - hal 38-39.
c) Ini merupakan kata-kata yang
membingungkan dari Paulus.
Pada waktu Paulus mengatakan bahwa ia adalah
yang paling berdosa di antara orang-orang berdosa, apa maksudnya?
William Hendriksen: “This final clause has caused a wider
variety of interpretation than almost any other in Paul’s writings” (= Anak
kalimat terakhir ini telah menyebabkan perbedaan penafsiran yang lebih lebar
dari pada hampir semua hal lain dalam tulisan Paulus) - hal 79.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian
ini:
1. Paulus terlalu keras kepada
dirinya sendiri; Ia menganggap dirinya adalah orang yang paling berdosa,
padahal sebetulnya tidak demikian.
Tetapi pandangan ini bertentangan dengan ‘Infallibility
of the Scripture’ (= Ketidakbersalahan Kitab Suci).
2. Aku termasuk dalam grup
orang yang paling berdosa.
Bdk. Kis 28:17 - “Tiga hari kemudian
Paulus memanggil orang-orang terkemuka bangsa Yahudi dan setelah mereka
berkumpul, Paulus berkata: ‘Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat
kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita,
namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma”.
Kata ‘terkemuka’ di sini menggunakan
kata Yunani yang sama.
3. Kata-kata Paulus di sini
merupakan suatu Hyperbole, yang merupakan suatu gaya bahasa yang
melebih-lebihkan.
Gaya bahasa ini memang banyak digunakan dalam
Kitab Suci.
Contoh: 2Raja 17:10 - “mereka mendirikan
tugu-tugu berhala dan tiang-tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan
di bawah setiap pohon yang rimbun”.
Tentu tidak mungkin bahwa betul-betul di
bawah setiap pohon yang rimbun ada berhala!
4. Ini bukan penilaian yang
obyektif tetapi subyektif.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘I am’ - not merely, ‘I was’ (1 Cor.
15:9; Eph. 3:8: cf. Luke 18:13). To each believer his own sins always appear
greater than those of others, which he never can know as he does his own” [=
‘Sekarang Aku adalah’ - bukan hanya ‘Aku dulunya’ (1Kor 15:9; Ef 3:8: bdk. Luk
18:13). Bagi setiap orang percaya dosa-dosanya selalu kelihatan lebih besar
dari pada dosa-dosa orang-orang lain; yang tidak pernah bisa ia ketahui seperti
ia mengetahui dosa-dosanya sendiri].
5. Yang dimaksud dengan
‘orang-orang berdosa’ bukanlah seadanya orang berdosa dalam sepanjang jaman,
tetapi hanya ‘orang berdosa yang termasuk orang pilihan’ atau ‘orang berdosa
yang percaya kepada Kristus sampai pada saat itu’.
William Hendriksen: “he must have meant, ‘Of all
sinners whom Christ Jesus came into the world to save, I am the greatest’”
(= ia pasti memaksudkan: ‘Dari semua orang berdosa untuk siapa Kristus Yesus
datang ke dunia untuk menyelamatkan, aku adalah yang terbesar) - hal 80.
Penafsiran ini sesuai dengan kata-kata ‘dan
di antara mereka’ dalam ay 15b, karena kata ‘mereka’ menunjuk
pada orang-orang yang diselamatkan oleh Kristus.
Bdk. Ef 3:8 - “Kepadaku, yang
paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia
ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang
tidak terduga itu”.
Adam Clarke mengatakan bahwa Paulus adalah
yang paling berdosa di antara orang yang diselamatkan oleh Kristus sampai
pada saat itu.
6. Ia adalah orang yang paling
berdosa hanya dalam arti tertentu.
Barnes’ Notes: “This does not mean that he had been
the greatest of sinners in all respects, but that in some respects he had been
so great a sinner, that on the whole there were none who had surpassed him.
That to which he particularly refers was doubtless the part which he had taken
in putting the saints to death” (= Ini tidak berarti bahwa ia adalah orang
berdosa yang paling besar / hebat dalam semua hal, tetapi bahwa dalam hal-hal
tertentu ia adalah orang berdosa yang begitu hebat, sehingga secara keseluruhan
tidak ada orang yang melampaui dia. Tak diragukan bahwa hal yang ia tunjuk
secara khusus adalah dimana ia telah mengambil bagian dalam membunuh
orang-orang kudus).
Bdk. 1Kor 15:9 - “Karena aku adalah
yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah”.
Tetapi bagaimana arti-arti ini bisa sesuai
dengan kata-kata Paulus dalam ay 16? Bahwa ia adalah orang yang paling berdosa
dijadikan olehnya sebagai dasar bahwa semua orang bisa datang kepada Kristus
dan mendapatkan belas kasihan dan pengampunan. Kalau ia bukan sungguh-sungguh
paling berdosa, maka kata-kata dalam ay 16 ini kehilangann kekuatannya.
Catatan: dalam bagian ini Paulus menggunakan ‘present
tense’ (bentuk sekarang; ia mengatakan ‘I am’, bukan ‘I was’).
Ini tidak berarti bahwa pada saat itu, setelah menjadi rasul sekian lama, ia
tetap lebih berdosa dari orang kristen yang lain. Ia menggunakan ‘present
tense’ (= bentuk sekarang) karena ia meninjau seluruh kehidupannya sampai
pada saat itu.
d) Orang yang paling berdosa
menjadi orang yang paling kudus.
Matthew Henry: “he that elsewhere calls himself the
least of all saints (Eph. 3:8) here calls himself the chief of sinners. ... the
chief of sinners may become the chief of saints; so this apostle was, for he
was not a whit behind the very chief apostles (2 Cor. 11:5)” [= ia yang di
tempat lain menyebut dirinya sendiri yang paling kecil / hina dari semua
orang-orang kudus (Ef 3:8), di sini menyebut dirinya sendiri kepala dari
orang-orang berdosa. ... kepala orang-orang berdosa bisa menjadi kepala
orang-orang kudus; demikianlah dengan rasul ini, karena ia sedikitpun tidak
berada di belakang kepala rasul-rasul (2Kor 11:5)].
Ef 3:8 - “Kepadaku, yang paling
hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini,
untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak
terduga itu”.
2Kor 11:5 - “Tetapi menurut
pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada
taranya itu”.
Saya tak setuju dengan penggunaan
2Kor 11:5, karena ini berbicara bukan tentang rasul-rasul asli, tetapi
tentang rasul-rasul palsu. Mungkin 1Kor 15:9-10 di bawah ini lebih cocok
untuk digunakan.
1Kor 15:9-10 - “(9) Karena aku
adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat
Allah. (10) Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada
sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi
bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku”.
I TIMOTIUS 1:16-20
Ay 16:
“Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang
yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaranNya. Dengan
demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepadaNya dan
mendapat hidup yang kekal”.
1)
‘Tetapi justru karena itu aku dikasihani’.
a) Paulus yang tidak mempunyai belas kasihan, telah
mendapatkan belas kasihan.
Pulpit Commentary: “though
he showed no mercy, he obtained mercy” (= sekalipun ia tidak menunjukkan
belas kasihan, ia mendapatkan belas kasihan) - hal 29.
b) Ini merupakan kesaksian Paulus tentang
pertobatannya.
Homer A. Kent, Jr.: “The
account of Paul’s conversion has been used to win Jews and gentiles. Paul gave
his personal testimony many times. It appears, either extended or brief, no
less than six times in the New Testament (Acts 9,22,26; Gal. 1,2; Phil. 3;
1Tim. 1)” [= Cerita pertobatan Paulus telah digunakan untuk memenangkan
orang-orang Yahudi dan non Yahudi. Paulus memberikan kesaksian pribadinya
banyak kali. Itu muncul, baik secara panjang lebar atau singkat, tidak kurang
dari 6 x dalam Perjanjian Baru (Kis 9,22,26; Gal 1,2; Fil 3; 1Tim 1)] - hal
90.
Apa yang Paulus lakukan di sini harus kita tiru. Memberitakan
Injil dengan menceritakan pertobatan pribadi adalah sesuatu yang sangat
penting. Dan, kalau pemberitaan Injil yang menggunakan ayat-ayat Kitab Suci,
yang bersifat mengajar dsb bisa / mudah dibantah, maka pemberitaan Injil dengan
menggunakan pengalaman pribadi sukar untuk dibantah, karena itu adalah
pengalaman pribadi kita (tetapi pada saat yang sama kita juga harus menjaga
supaya jangan memberikan kesaksian pribadi yang tidak sesuai dengan ajaran
Kitab Suci, dan lalu berkeras bahwa kita mengalami hal tersebut!).
H. A. Ironside: “There
are many people who profess to be Christians who do not have any conversion story
to tell. Of course I recognize the fact that some came to Christ early in life,
as mere children; and they have but a hazy recollection, if any remembrance at
all, of what took place at the time. We are not to discount their conversions
because they cannot give a clear account of them. ... If people have passed
through the years of childhood and come up to youth or maturity without
accepting Christ, and then at last are convicted by the Spirit of God of sin,
righteousness, and judgment, and they turn to the Lord and trust Him as
Saviour, they ought to have a definite story of conversion to tell” (= Ada
banyak orang yang mengaku sebagai orang Kristen yang tidak mempunyai cerita
pertobatan untuk diceritakan. Tentu saya mengakui fakta bahwa sebagian orang datang
kepada Kristus pada masa kecil, sebagai anak-anak; dan mereka hanya mempunyai
ingatan yang kabur / tak jelas, atau tidak ada sama sekali, tentang apa yang
terjadi pada saat itu. Kita tidak boleh mengabaikan pertobatan mereka karena
mereka tidak bisa memberikan cerita yang jelas tentang hal itu. ... Jika
seseorang melewati masa kanak-kanak dan menjadi remaja atau dewasa tanpa
menerima Kristus, dan lalu akhirnya diyakinkan oleh Roh Allah tentang dosa,
kebenaran, dan penghakiman, dan ia berbalik kepada Tuhan dan mempercayaiNya
sebagai Juruselamat, mereka harus mempunyai cerita pertobatan yang pasti /
tertentu untuk diceritakan) - hal 32,33.
H. A. Ironside: “There
is a tremendous power in Christian testimony. All who are saved are not called
to be preachers; all do not have the gift of teaching. But all who have trusted
in the Lord Jesus Christ ought to have something to say about the great change
that comes into the life when Christ is received as Saviour and owned as Lord”
(= Ada kuasa yang luar biasa dalam kesaksian Kristen. Tidak semua orang yang
diselamatkan dipanggil untuk menjadi pengkhotbah; tidak semua mempunyai karunia
mengajar. Tetapi semua orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus
seharusnya mempunyai sesuatu untuk dikatakan tentang perubahan besar yang
datang ke dalam kehidupan dimana Kristus diterima sebagai Juruselamat dan
dimiliki sebagai Tuhan) - hal 30.
2) ‘agar dalam diriku ini, sebagai orang yang
paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaranNya. Dengan demikian
aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepadaNya dan mendapat
hidup yang kekal’.
Ini menunjukkan bahwa Allah membiarkan Paulus sehingga menjadi
orang yang paling berdosa, dan lalu menyelamatkan Paulus untuk tujuan ini:
- menunjukkan kesabaran Yesus Kristus.
- menjadikan Paulus contoh bagi orang-orang berdosa yang lain, supaya mereka mau datang kepada Kristus, dan tidak mengatakan bahwa mereka terlalu berdosa untuk bisa diampuni / diselamatkan.
Homer A. Kent, Jr.: “No
one can say he is too sinful to be saved since Christ has saved Paul.
Furthermore, no Christian should regard any sinner as a hopeless case” (=
Tak seorangpun bisa berkata bahwa ia terlalu berdosa untuk diselamatkan, karena
Kristus telah menyelamatkan Paulus. Selanjutnya, tidak seorang Kristenpun boleh
menganggap orang berdosa manapun sebagai suatu kasus yang tidak berpengharapan)
- hal 89.
Homer A. Kent, Jr.: “Paul
indicates that his experience of God’s saving grace was not only a blessing to
himself but had a purpose of grace to others also. His case provided a pattern
for future believers. The word HUPOTUPOSIS means an outline, sketch,
example, pattern. It was used of a model which was placed before someone to be
copied. Paul’s case was an outline or pattern of Christ’s long-suffering
(MAKROTHUMIAN). ... Just as Christ endured the blasphemies and persecutions of
Paul for so long a time and did not smite him with judgment, so is He with all
the world. ... If a sinner like Saul of Tarsus could be spared and received
salvation, so may other sinners” [= Paulus menyatakan bahwa pengalamannya
tentang kasih karunia yang menyelamatkan dari Allah bukan hanya merupakan suatu
berkat bagi dirinya sendiri, tetapi mempunyai suatu tujuan kasih karunia bagi
orang-orang lain juga. Kasusnya menyediakan suatu pola untuk orang-orang
percaya yang akan datang. Kata HUPOTUPOSIS berarti suatu garis besar, sketsa,
contoh, pola. Itu digunakan tentang suatu model / contoh yang diletakkan di
depan seseorang untuk ditiru. Kasus Paulus merupakan suatu garis besar atau
pola dari ke-panjang-sabar-an Kristus (MAKROTHUMIAN). ... Sama seperti Kristus
menahan hujatan dan penganiayaan dari Paulus untuk waktu yang begitu lama dan
tidak memukulnya dengan penghakiman, demikianlah Ia dengan seluruh dunia. ...
Jika seorang berdosa seperti Saulus dari Tarsus bisa diselamatkan dan menerima
keselamatan, demikian juga orang-orang berdosa yang lain] - hal 89,90.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘A pattern’, hupotupoosin,
‘for an adumbration:’ ‘for a type-like sample of (for) them,’ etc. (1 Cor.
10:6,11: tupoi )] - to assure the
greatest sinners that they shall not be rejected in coming to Christ, since
even Saul found mercy. No greater long-suffering can be required in the case of
any other than was exercised in my case” [= ‘Suatu pola’. HUPOTUPOOSIN,
‘untuk suatu bayangan / gambaran’: ‘untuk suatu contoh yang seperti type
tentang (bagi) mereka’, dsb. (1Kor 10:6,11: TUPOI) - untuk meyakinkan
orang-orang yang paling berdosa bahwa mereka tidak akan ditolak dalam datang
kepada Kristus, karena bahkan Saulus mendapatkan kasih karunia. Tidak ada
ke-panjang-sabar-an yang lebih besar yang bisa dibutuhkan dalam kasus dari
orang lain manapun dari pada yang digunakan / dijalankan dalam kasusku].
1Kor 10:1-11 - “(1) Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara,
bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa
mereka semua telah melintasi laut. (2) Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua
telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. (3) Mereka semua makan makanan rohani
yang sama (4) dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka
minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah
Kristus. (5) Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang
terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. (6) Semuanya
ini telah terjadi sebagai contoh (TUPOI) bagi kita untuk
memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti
yang telah mereka perbuat, (7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah
berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: ‘Maka
duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan
bersukaria.’ (8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan
oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh
tiga ribu orang. (9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan
oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10) Dan
janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut. (11) Semuanya ini telah
menimpa mereka sebagai contoh (TUPIKOS) dan dituliskan untuk
menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah
tiba”.
Catatan: Baik
Paulus dalam 1Tim 1:16, maupun Israel dalam 1Kor 10:1-11, merupakan contoh
/ pola. Tetapi kalau Paulus adalah contoh positif, maka Israel dalam
1Kor 10 ini adalah contoh negatif.
Barnes’ Notes: “The
idea is, that he sustained the first rank as a sinner, and that Jesus Christ
designed to show mercy to him as such, in order that the possibility of
pardoning the greatest sinners might be evinced, and that no one might afterward
despair of salvation on account of the greatness of his crimes” (=
Maksudnya adalah bahwa ia mempertahankan ranking pertama sebagai seorang
berdosa, dan bahwa Yesus Kristus merencanakan untuk menunjukkan belas kasihan
kepadanya sebagai orang seperti itu, supaya kemungkinan mengampuni orang yang
paling berdosa bisa ditunjukkan dengan jelas, dan supaya tak seorangpun
dikemudian hari bisa putus asa tentang keselamatan karena besarnya
kejahatannya).
Barnes’ Notes: “it
denotes a pattern or example, and here it means that the case of Paul was an
example for the encouragement of sinners in all subsequent times. It was that
to which they might look when they desired forgiveness and salvation. It
furnished all the illustration and argument which they would need to show that
they might be forgiven. It settled the question forever that the greatest
sinners might be pardoned; for as he was ‘the chief of sinners,’ it proved that
a case could not occur which was beyond the possibility of mercy” (= ini
menunjukkan suatu pola atau contoh, dan di sini itu berarti bahwa kasus Paulus
merupakan suatu contoh untuk menguatkan orang-orang berdosa dalam semua masa
setelahnya. Itu adalah sesuatu kemana mereka boleh memandang pada waktu mereka
menginginkan pengampunan dan keselamatan. Itu menyediakan semua ilustrasi dan
argumentasi yang mereka butuhkan untuk menunjukkan bahwa mereka bisa
diselamatkan. Itu membereskan selama-lamanya keraguan bahwa orang-orang yang
paling berdosa bisa diampuni; karena ia adalah orang yang paling berdosa, itu
membuktikan bahwa tidak bisa terjadi suatu kasus yang berada di luar
kemungkinan belas kasihan).
Barnes’ Notes: “no
sinner should despair of mercy. No one should say that he is so great a sinner
that he cannot be forgiven. One who regarded himself as the ‘chief’ of sinners
was pardoned, and pardoned for the very purpose of illustrating this truth,
that any sinner might be saved. His example stands as the illustration of this
to all ages; and were there no other, any sinner might now come and hope for
mercy. But there are other examples. Sinners of all ranks and descriptions have
been pardoned. Indeed, there is no form of depravity of which people can be
guilty, in respect to which there are not instances where just such offenders have
been forgiven. The persecutor may reflect that great enemies of the cross like
him have been pardoned; the profane man and the blasphemer, that many such have
been forgiven; the murderer, the thief, the sensualist, that many of the same
character have found mercy, and have been admitted to heaven” (= tak ada
orang berdosa yang boleh kehilangan harapan tentang belas kasihan. Tak
seorangpun boleh berkata bahwa ia adalah orang berdosa yang begitu hebat
sehingga ia tidak bisa diampuni. Seseorang yang menganggap dirinya sendiri
sebagai orang yang paling berdosa, diampuni, dan diampuni untuk tujuan
menjelaskan kebenaran ini, bahwa orang berdosa manapun bisa diselamatkan.
Contohnya merupakan suatu penjelasan dari hal ini kepada semua jaman; dan
seandainya tidak ada contoh yang lain, orang berdosa manapun sekarang boleh
datang dan berharap mendapatkan belas kasihan. Tetapi ada contoh-contoh yang
lain. Orang-orang berdosa dari semua kedudukan dan penggambaran telah diampuni.
Memang, tidak ada bentuk kebejatan tentang mana orang-orang bersalah, untuk
mana tidak ada contoh-contoh dimana pelanggar-pelanggar yang seperti itu telah
diampuni. Si penganiaya boleh membayangkan bahwa musuh-musuh besar dari salib
seperti dia telah diampuni; orang yang duniawi dan penghujat boleh membayangkan
bahwa banyak orang seperti mereka telah diampuni; pembunuh, pencuri,
orang-orang yang menuruti hawa nafsu boleh membayangkan bahwa banyak orang
dengan karakter yang sama telah menemukan belas kasihan, dan telah diterima di
surga).
Barclay: “It
is as if Paul were saying, ‘Look what Christ has done for me! If someone like
me can be saved, there is hope for everyone.’ ... Paul did not shrinkingly
conceal his record; he blazoned it abroad, that others might take courage and
be filled with hope that the grace which had changed him could change them too”
(= Seolah-olah Paulus berkata: ‘Lihatlah apa yang Kristus telah lakukan
untukku! Jika seseorang seperti aku bisa diselamatkan, ada pengharapan untuk
setiap orang’. ... Paulus tidak dengan segan-segan menyembunyikan catatan
kejahatannya; ia menyatakan / memamerkannya dengan luas, supaya orang-orang
lain bisa mendapatkan penguatan dan dipenuhi dengan pengharapan bahwa kasih
karunia yang telah mengubah dia bisa mengubah mereka juga) - hal 48.
3)
Kasus Paulus ini menunjukkan bahwa Allah bisa menggunakan kejahatan untuk
kebaikan.
William Hendriksen: “Man
proposes; God disposes. Man - for instance Paul before his conversion - may try
to destroy the church; God will establish it. And for that purpose he will use
the very man who tried to destroy it! Hence, though man is a mere creature of
time, God is the King of the ages, over-ruling evil for good; directing to its
predetermined goal whatever happens throughout each era of the world’s history”
(= Manusia bermaksud / berniat; Allah yang mengatur / menentukan. Manusia,
sebagai contoh Paulus sebelum pertobatannya - boleh mencoba untuk menghancurkan
gereja; Allah akan meneguhkan gereja. Dan untuk tujuan itu Ia akan menggunakan
orang yang mencoba untuk menghancurkan gereja! Karena itu, sekalipun manusia
hanyalah suatu makhluk yang terbatas oleh waktu, Allah adalah Raja dari semua
jaman, menggunakan kejahatan untuk kebaikan; mengarahkan kepada tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya, apapun yang terjadi dalam sepanjang sejarah dunia)
- hal 83.
Ay 17:
“Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang
kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin”.
1)
Mengapa Paulus tahu-tahu memuji Tuhan?
Adam Clarke: “This
burst of thanksgiving and gratitude to God, naturally arose from the subject
then under his pen and eye” (= Ledakan terima kasih dan rasa syukur kepada
Allah, secara alamiah muncul dari pokok yang pada saat itu ada di bawah pena
dan matanya).
2)
Pujian / doxology yang Paulus berikan bagi Tuhan.
a) ‘Raja segala zaman’ secara hurufiah adalah ‘the
King of the ages’ atau ‘the King of eternities’. Ini jelas
menunjukkan kekekalan dari Allah.
b) ‘Allah yang kekal’ merupakan terjemahan yang
salah.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘immortal’ (= yang tidak bisa mati).
Clarke mengatakan bahwa terjemahan seharusnya adalah ‘incorruptible’
(= yang tidak bisa hancur / busuk).
c) ‘yang tak nampak’.
Bdk. 1Tim 6:16 - “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada
maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah
melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. BagiNyalah hormat
dan kuasa yang kekal! Amin”.
d) ‘yang esa’.
NIV/NASB: ‘the only God’ (= satu-satunya Allah).
1. Ini tidak bertentangan dengan doktrin Allah
Tritunggal, atau doktrin tentang keilahian Kristus, atau doktrin tentang
keilahian Roh Kudus, karena sekalipun kita mempercayai bahwa Yesus dan Roh
Kudus juga adalah Allah, tetapi kita tidak mempercayai adalah 3 Allah.
2. Clarke mengatakan bahwa ada manuscripts yang
menuliskan ‘the only wise God’ (= satu-satunya Allah yang
bijaksana). Ia tak tahu mana yang benar, tetapi kata ‘wise’ mungkin
diambil dari Ro 16:27 - “bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh
hikmat (RSV/NIV/NASB: ‘the only wise God’), oleh Yesus
Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin”.
Ay 18:
“Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah
dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau
memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni”.
1) ‘Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku,
sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh
nubuat itu ....’.
Bdk. 1Tim 4:14 - “Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang
ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan
penumpangan tangan sidang penatua”.
Kelihatannya, Timotius pernah mendapatkan nubuat tentang panggilan
pelayanannya, dan Paulus menyuruh Timotius mengingat hal ini untuk menguatkan
dirinya dalam pelayanan.
Penerapan:
Kalau saudara ‘melayani Tuhan’ tanpa pernah mempunyai keyakinan
terhadap panggilan Tuhan, maka saudara tidak mempunyai apapun untuk diingat,
yang bisa menguatkan saudara. Tetapi kalau saudara betul-betul pernah
mendapatkan panggilan Tuhan ke dalam pelayanan itu, sekalipun itu tidak saudara
dapatkan melalui nubuat seperti halnya Timotius, maka hal itu bisa menguatkan
saudara dalam pelayanan. Karena itu, kita perlu menggumulkan dulu kehendak Tuhan
tentang pelayanan kita.
2)
‘engkau memperjuangkan perjuangan yang baik’.
Memang kehidupan, dan khususnya pelayanan, orang Kristen merupakan
suatu peperangan melawan setan dan dosa.
Ef 6:10-12 - “(10) Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam
Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya. (11) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata
Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; (12) karena
perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan
pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”.
Matthew Henry: “The
ministry is a warfare, it is a good warfare against sin and Satan: and under
the banner of the Lord Jesus, who is the Captain of our salvation (Heb. 2:10),
and in his cause, and against his enemies, ministers are in a particular manner
engaged” [= Pelayanan merupakan suatu peperangan, itu merupakan suatu
perang yang baik melawan dosa dan setan: dan di bawah panji dari Tuhan Yesus,
yang adalah Kapten dari keselamatan kita (Ibr 2:10), dan dalam perkaraNya, dan
melawan musuh-musuhNya, pelayan-pelayan / pendeta-pendeta terlibat dalam suatu
cara yang khusus].
Catatan: Ibr 2:10
- “Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya
segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada
kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada
keselamatan, dengan penderitaan”.
Bagian yang saya garis bawahi itu salah terjemahan.
KJV: ‘the captain of their salvation’ (= kapten keselamatan
mereka).
NIV/NASB: ‘the author of their salvation’ (= pencipta /
pemulai keselamatan mereka).
Matthew Henry menggunakan KJV dan karena itu ia menyebut Yesus
sebagai kapten keselamatan.
3)
‘dengan iman dan hati nurani yang murni’.
a) ‘iman’.
Calvin menafsirkan bahwa kata ‘iman’ di sini menunjuk pada ‘ajaran
yang sehat’, sama seperti kata ‘iman’ dalam 1Tim 3:9 - “melainkan
orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci”.
Contoh lain dimana kata ‘iman’ diartikan sebagai ‘ajaran’ /
‘Injil’: Gal 1:23 - “Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu
menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak
dibinasakannya”.
Adam Clarke juga berpandangan sama dengan Calvin. ‘Iman’ di sini
ia anggap sebagai semua kebenaran dalam ajaran Kristen.
Albert Barnes menganggap bahwa kata-kata ‘holding faith’ (=
memegang iman) di sini berarti bahwa Timotius disuruh untuk menjadi tentara
yang setia. Tetapi saya lebih setuju dengan arti yang diberikan oleh Calvin dan
Clarke di atas yang mengatakan bahwa iman menunjuk kepada ‘ajaran yang benar’ /
‘injil’.
Jadi, Timotius diperintahkan oleh Paulus untuk berjuang dengan
mempertahankan ajaran Injil / ajaran yang sehat. Memang, kalau kita berjuang
dengan menggunakan ajaran yang sesat, maka pada hakekatnya kita berperang untuk
setan, bukan untuk Tuhan.
b) ‘hati nurani yang murni’.
Memelihara hati nurani yang baik merupakan sesuatu yang sangat
penting bagi setiap orang Kristen, tetapi terutama bagi pelayan-pelayan Tuhan.
Homer A. Kent, Jr.: “As
Timothy carried out the injunction of Paul, he would be campaigning as a
soldier should in the good war, the campaign against the opponents of Christ
and the gospel. But he must be careful in maintaining his own faith and
conscience. This is a reference to the inward state of the minister. He must
keep his own faith in good condition. He must be uncompromising on the matter
of sound doctrine. The religious teacher who knows the truth but teaches
falsehood, or allows it to be taught under his jurisdiction, will not
have a good conscience, at least not at the outset. His conscience will condemn
such perversion. However, persistence in such a course may dull the conscience
so that it fails to be a helpful guide. Thus the minister should be very much
concerned that his ministry is in accord with the standard of God’s Word, in
order that his conscience will be good, that is, it will function properly and
have nothing to condemn” (= Pada waktu Timotius melaksanakan perintah
Paulus, ia akan berkampanye / bekerja seperti seorang tentara dalam perang yang
baik, kampanye terhadap penentang-penentang Kristus dan injil. Tetapi ia harus
hati-hati dalam memelihara iman dan hati nuraninya sendiri. Ini merupakan suatu
petunjuk bagi keadaan di dalam dari seorang pelayan / pendeta. Ia harus
memelihara imannya sendiri dalam kondisi yang baik. Ia tidak boleh berkompromi
tentang persoalan doktrin yang sehat. Guru agama yang mengetahui kebenaran
tetapi mengajarkan kepalsuan, atau mengijinkannya diajarkan dalam daerah
kekuasaannya, tidak akan mempunyai hati nurani yang baik, setidaknya tidak
pada permulaannya. Hati nuraninya akan mengecam penyimpangan seperti itu.
Tetapi kekerasan hati dalam jalan seperti itu akan menumpulkan hati nurani
sehingga hati nurani itu gagal untuk menjadi pembimbing yang berguna. Karena
itu, pelayan / pendeta itu harus sangat memperhatikan bahwa pelayanannya sesuai
dengan standard Firman Allah, supaya hati nuraninya akan baik, artinya, hati
nurani itu akan berfungsi secara benar dan tidak mempunyai apapun untuk
dikecam) - hal 92.
Ay 19-20:
“(19) Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena
itu kandaslah iman mereka, (20) di antaranya Himeneus dan Aleksander, yang
telah kuserahkan kepada Iblis, supaya jera mereka menghujat”.
1)
Bahayanya kalau kita tidak memelihara hati nurani yang baik (ay 19).
Pulpit Commentary: “deviations
from the true faith are preceded by violations of the conscience. The surest
way to maintain a pure faith is to maintain a good and tender conscience”
(= penyimpangan dari iman yang benar didahului oleh pelanggaran hati nurani.
Jalan yang paling pasti untuk mempertahankan iman yang murni adalah dengan
mempertahankan hati nurani yang baik dan lembut) - hal 7.
Barnes’ Notes: “The
truth thus taught is, that people make shipwreck of their faith by not keeping
a good conscience. They love sin. They follow the leadings of passion. They
choose to indulge in carnal propensities” (= Maka kebenaran yang diajarkan
adalah bahwa orang-orang kandas imannya dengan tidak memelihara hati nurani
yang baik. Mereka mencintai dosa. Mereka mengikuti pimpinan dari nafsu. Mereka
memilih untuk memuaskan kecenderungan daging).
Calvin: “He
shows how necessary it is that faith be accompanied by a good conscience;
because, on the other hand, the punishment of a bad conscience is turning aside
from the path of duty. They who do not serve God with a sincere and a perfect
heart, but give a loose rein to wicked dispositions, even though at first they
had a sound understanding, come to lose it altogether. This passage ought to be
carefully observed. We know that the treasure of sound doctrine is invaluable,
and therefore there is nothing that we ought to dread more than to have it
taken from us. But Paul here informs us, that there is only one way of keeping
it safe; and that is, to secure it by the locks and bars of a good conscience.
This is what we experience every day; for how comes it that there are so many
who, laying aside the gospel, rush into wicked sects, or become involved in
monstrous errors? It is because, by this kind of blindness, God punishes
hypocrisy; as, on the other hand, a genuine fear of God gives strength for
perseverance” (= Ia menunjukkan betapa pentingnya bahwa iman disertai
dengan hati nurani yang baik; karena sebaliknya, hukuman dari suatu hati nurani
yang buruk adalah penyimpangan dari jalan kewajiban. Mereka yang tidak melayani
Allah dengan suatu hati yang tulus dan sempurna, tetapi memberikan kendali yang
longgar pada kecenderungan yang jahat, sekalipun mula-mula mereka mempunyai
pengertian yang sehat, akan kehilangan semuanya. Text ini harus diperhatkan
baik-baik. Kita tahu bahwa harta dari ajaran yang sehat merupakan sesuatu yang
tidak terhingga nilainya, dan karena itu tidak ada hal lain yang harus lebih
kita takuti dari pada diambilnya hal itu dari kita. Tetapi di sini Paulus
memberitahu kita, bahwa hanya ada satu jalan untuk memeliharanya tetap aman;
dan itu adalah dengan melindunginya / menguncinya dengan kunci dan palang /
jeruji dari suatu hati nurani yang baik. Ini yang kita alami setiap hari;
karena bagaimana mungkin bahwa ada begitu banyak orang yang menyingkirkan injil
dan berlari ke dalam sekte-sekte jahat, atau menjadi terlibat dalam
kesalahan-kesalahan yang besar? Itu adalah karena dengan kebutaan jenis ini,
Allah menghukum kemunafikan; seperti sebaliknya, suatu rasa takut yang
sungguh-sungguh kepada Allah memberikan kekuatan untuk bertekun) - hal
45-46.
Calvin: “All
the errors that have existed in the Christian Church from the beginning,
proceeded from this source, that in some persons, ambition, and in others,
covetousness, extinguished the true fear of God. A bad conscience is,
therefore, the mother of all heresies” (= Semua kesalahan yang ada dalam
Gereja Kristen dari semula, dimulai dari sumber ini, bahwa dalam beberapa
orang, ambisi, dan dalam orang-orang lain, ketamakan, memadamkan rasa takut
yang benar terhadap Allah. Karena itu, hati nurani yang buruk adalah ibu dari
semua bidat) - hal 46.
2)
‘dan karena itu kandaslah iman mereka’ (ay 19b).
Adam Clarke menggunakan bagian ini untuk menentang doktrin ‘Perseverance
of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus).
Adam Clarke: “‘Of
whom is Hymeneus and Alexander.’ Who had the faith but thrust it away; who had
a good conscience through believing, but made shipwreck of it. Hence, we find
that all this was not only possible, but did actually take place, though some
have endeavoured to maintain the contrary; who, confounding eternity with a
state of probation, have supposed that if a man once enter into the grace of
God in this life, he must necessarily continue in it to all eternity. Thousands
of texts and thousands of facts refute this doctrine” (= ‘di antaranya
Himeneus dan Alexander’. Yang dulu mempunyai iman tetapi menolaknya /
membuangnya; yang dulu mempunyai hati nurani yang baik melalui tindakan
percaya, tetapi lalu mengandaskannya. Karena itu, kami mendapatkan bahwa semua
ini bukan hanya mungkin, tetapi sungguh-sungguh terjadi, sekalipun beberapa
orang telah berusaha untuk mempertahankan sebaliknya; yang, mengacaukan
kekekalan dengan masa percobaan, telah menduga / menganggap bahwa jika
seseorang satu kali masuk ke dalam kasih karunia Allah dalam hidup ini, ia
pasti terus di dalamnya sampai kekekalan. Ribuan text dan ribuan fakta
menyangkal / membuktikan salah doktrin ini).
Adam Clarke salah karena:
a) Kitab Suci sering menulis menurut kelihatannya atau
menurut pengakuan orangnya, bukan menurut fakta. Contoh:
· Yoh 2:23-25 - “(23)
Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya
dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya.
(24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia
mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian
kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.
Yoh 2:23 mengatakan bahwa banyak orang percaya kepada Yesus,
tetapi kata-kata dalam Yoh 2:24-25 jelas menunjukkan bahwa mereka bukan
orang percaya yang sejati.
· Yoh 6:66 - “Mulai
dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi
mengikut Dia”.
Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang itu adalah murid-murid
Yesus, tetapi mereka bisa mengundurkan diri dari Yesus / tidak lagi mengikut
Yesus.
Bdk. Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi
yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu
benar-benar adalah muridKu”.
· Kis 8:13 - “Simon
sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa
bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan
mujizat-mujizat besar yang terjadi”.
Ayat ini mengatakan bahwa Simon menjadi percaya, tetapi kalau
saudara membaca terus cerita ini, maka dari kata-kata Simon Petrus kepada Simon
ini, terlihat dengan jelas bahwa Simon ini bukan orang percaya yang
sungguh-sungguh.
Jadi, kalau dalam text ini digambarkan bahwa Himeneus dan
Alexander tadinya beriman, itu tidak harus diartikan bahwa mereka
sungguh-sungguh beriman.
b) Kita tak bisa mengatakan bahwa ada ribuan fakta
menentang doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang
kudus) sekalipun kita melihat ada banyak orang Kristen, bahkan pendeta, yang
murtad. Mengapa? Karena kita tidak bisa tahu apakah mereka orang kristen yang
sejati atau sekedar orang kristen KTP.
Sebaliknya, 1Yoh 2:18-19 menyatakan bahwa kalau seseorang
bisa murtad, itu membuktikan bahwa ia adalah orang kristen KTP.
1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu
yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan
datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu
ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari
antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika
mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama
dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua
mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Mengenai orang-orang yang jatuh ini Clarke mengomentari dengan
mengutip 1Kor 13:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh
berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”. Ia lalu melanjutkan dengan
berkata sebagai berikut:
“He that is self-confident is already half fallen. He who
professes to believe that God will absolutely keep him from falling finally,
and neglects watching unto prayer, is not in a safer state. He who lives by the
moment, walks in the light, and maintains his communion with God, is in no
danger of apostasy” [= Ia yang
yakin pada diri sendiri, sudah setengah jatuh. Ia yang mengaku percaya bahwa
Allah akan secara mutlak menjaga dia dari kejatuhan akhir, dan mengabaikan
tindakan berjaga-jaga pada doa, tidak berada dalam keadaan yang lebih aman. Ia
yang hidup untuk saat ini (?), berjalan dalam terang, dan memelihara
persekutuannya dengan Allah, tidak ada dalam bahaya kemurtadan].
Tanggapan saya:
Calvinisme tak pernah mengajarkan keyakinan kepada diri sendiri.
Kita mempercayai bahwa sekali kita sungguh-sungguh percaya, kita tidak akan
pernah terhilang, bukan karena kita yang akan bertekun / memegang Allah, tetapi
karena Allah yang setia itu yang memegang kita! Tidak ada kesombongan dalam
kepercayaan seperti ini, dan sama sekali tak cocok untuk menerapkan 1Kor 13:12
terhadap orang yang mempunyai kepercayaan seperti ini!
Tidak salah untuk mempercayai bahwa Allah akan menjaga secara mutlak
supaya kita tidak terhilang, tetapi kepercayaan itu tidak membuang tanggung
jawab untuk menjaga kerohanian dengan sebaik mungkin.
3) Ay 20: ‘di antaranya Himeneus dan
Aleksander, yang telah kuserahkan kepada Iblis, supaya jera mereka menghujat’.
a) Rupanya Himeneus ini adalah Himeneus yang sama
dengan yang disebutkan dalam 2Tim 2:17-18 - “(17) Perkataan mereka
menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan
Filetus, (18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa
kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian
orang”.
b) Demikian juga Alexander ini rupanya adalah
Alexander yang sama dengan yang disebutkan dalam 2Tim 4:14 - “Aleksander,
tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan
membalasnya menurut perbuatannya”.
c) ‘telah kuserahkan kepada Iblis’. Apa artinya?
Bdk. 1Kor 5:5 - “orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan
Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada
hari Tuhan”.
Barclay mengatakan ada 3 kemungkinan:
1. Dalam praktek pengucilan Yahudi seseorang yang
berdosa mula-mula ditegur di depan umum. Kalau itu tak berhasil, maka orang itu
dikeluarkan dari sinagog selama 30 hari. Kalau ia tetap tak mau bertobat, maka
ia diletakkan di bawah kutuk, yang menyebabkan orang itu menjadi terkutuk,
dihalangi dari persekutuan dengan manusia maupun Allah. Ini yang dimaksudkan
dengan diserahkan kepada Iblis.
2. Ia memaksudkan bahwa orang-orang itu dikeluarkan
dari gereja. Gereja adalah wilayah dari Allah, dan dunia adalah wilayah dari
Iblis.
Bdk. 1Yoh 5:19 - “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah
dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”.
Jadi, orang yang dikeluarkan dari gereja, sama seperti diserahkan
kepada Iblis.
3. Gereja berdoa supaya orang itu ditimpa suatu
penderitaan fisik, yang dianggap diberikan oleh Iblis, supaya ia sadar.
Barclay mengambil pandangan ketiga, Calvin mengambil pandangan kedua.
William Hendriksen menggabungkan keduanya. Saya lebih condong dengan pandangan
Calvin.
d) ‘supaya jera mereka menghujat’.
NIV: ‘to be taught not to blaspheme’ (= untuk diajar untuk
tidak menghujat).
NASB: ‘so that they may be taught not to blaspheme’ (=
sehingga mereka bisa diajar untuk tidak menghujat).
Barnes’ Notes: “It
is not entirely clear what is meant by ‘blaspheme’ in this place; ... It cannot
be supposed that they were open and bold blasphemers, for such could not have
maintained a place in the church, but rather that they held doctrines which the
apostle regarded as amounting to blasphemy; that is, doctrines which were in
fact a reproach on the divine character. There are many doctrines held by people
which are in fact a reflection on the divine character, and which amount to the
same thing as blasphemy. ... Let us be careful that we hold no views about God
which are reproachful to him, and which, though we do not express it in words,
may lead us to blaspheme him in our hearts” (= Tidak sepenuhnya jelas apa
yang dimaksud dengan ‘menghujat’ di tempat ini; ... Tidak bisa dianggap bahwa
mereka adalah penghujat terang-terangan dan berani, karena orang seperti itu
tidak bisa tetap mendapat tempat dalam gereja, tetapi lebih baik diartikan
bahwa mereka mempercayai ajaran yang oleh sang rasul dianggap sebagai
penghujatan; yaitu ajaran yang dalam faktanya merupakan suatu celaan terhadap
karakter ilahi. Ada banyak ajaran yang dipercaya oleh orang-orang yang dalam faktanya
merupakan suatu bayangan dari karakter ilahi, dan yang menjadi hal yang sama
dengan penghujatan. ... Hendaklah kita berhati-hati untuk tidak mempercayai /
memegang pandangan tentang Allah yang merupakan suatu celaan terhadapNya, dan
yang, sekalipun kita tidak menyatakannya dengan kata-kata, bisa membimbing kita
untuk menghujat Dia dalam hati kita).
Kalau kata-kata ini benar, ini menunjukkan bahwa seseorang bisa
dikucilkan, bukan hanya karena kehidupannya yang berdosa, tetapi karena ia
memegang / mengajarkan ajaran yang sesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar