Jumat, Oktober 20, 2017

MUSA DALAM ALKITAB



Musa


Musa (bahasa Ibrani: מֹשֶׁה, Standar Mošé Tiberias Mōšeh; bahasa Arab: موسى, Mūsā; bahasa Ge'ez: ሙሴ Musse) (lahir di Mesir, ~1527 SM – meninggal di Gunung Nebo, dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan, ~ 1407 SM pada umur 120 tahun) adalah seorang pemimpin dan nabi orang Israel yang menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat) dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.  Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Baru.
Musa adalah anak Amram bin Kehat bin Lewi, anak Yakub bin Ishak. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Ia memiliki 2 orang anak (Gersom dan Eliezer) dari istrinya, Zipora. Ia wafat di Tanah Tih (Gunung Nebo) sekitar sebulan sebelum bangsa Israel memasuki tanah Kanaan setelah 40 tahun mengembara di padang gurun sesudah keluar dari Mesir.
Musa, seseorang yang diutus oleh Allah untuk pergi membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham, yaitu tanah Kanaan.
Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel, misalnya: hampir dibunuh ketika ia masih bayi, dikejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai gembala di tanah Midian selama 40 tahun. Itu semua diijinkan Tuhan untuk membentuk karakternya, sampai akhirnya Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dalam peristiwa semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan api.
Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel, kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, ditandai dengan adanya mujizat-mujizat yang diadakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa pembebasan Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan bangsa Israel ke Kanaan.
Pada akhirnya, Musa tidak sampai memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan, oleh karena kesalahan perkataan Musa di Mara yang disebabkan oleh betapa pahit hati Musa menghadapi orang Israel.  Musa hanya mengantarkan orang Israel sampai ke tepi timur sungai Yordan, sebelum menyeberang ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan tersebut. Musa akhirnya digantikan oleh abdinya yang setia yaitu Yosua bin Nun, yang akhirnya berhasil memimpin bangsa Israel masuk dan menduduki tanah Kanaan.
Garis waktu kehidupan Musa adalah sebagai berikut:
Musa dilahirkan ratusan tahun setelah Yusuf meninggal, di dalam pemerintahan Firaun. Musa berasal dari suku Lewi.


Etimologi nama
Menurut Kitab Keluaran, nama Musa (Mošeh משה) berarti "diangkat dari air" dari akar kata mšh משה "mengangkat, menarik ke luar", menurut Keluaran 2:10:
Putri Firaun ... menamainya Musa (משה), sebab katanya: "Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air."
Nama "Musa"  ini dapat mengindikasikan bentuk pasif "ditarik keluar",  yaitu "dia yang ditarik keluar", tetapi juga ada yang melihat dalam arti aktif, yaitu:  "ia yang menarik keluar" dalam arti "Juruselamat" (bahasa Latin: Soter; bahasa Inggris: saviour, deliverer). Bentuk nama yang tertulis dalam Teks Masoret sesungguhnya merupakan bentuk aktif partisipel dalam tata bahasa Ibrani. Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100), berpendapat bahwa nama ini diambil dari etimologi Mesir. Ini didukung oleh sejumlah pandangan sarjana yang menunjukkan turunan dari istilah bahasa Koptik mo yaitu "air" dan `uses "menolong, menyelamatkan", memberi arti "diselamatkan dari air".
Pandangan lain mengkaitkan nama Musa dengan kata Mesir kuno ms -- artinya "lahir" atau "anak; keturunan" atau "pemberian"—yang ditemukan dalam nama-nama "Thut-mose", "anak dari (dewa) Thoth") dan "Ra-messes", yang berarti "anak yang diberi oleh (dewa) Ra.
  • Dari antara orang-orang Aram dan Neo-Hitit, penduduk di Sam'al Utara, Yahudi, menyebutkan bahwa ada jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada pahlawan Yunani Mopsus (berarti "anak sapi") yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa. Kesamaan-kesamaan ini hanya berkisar pada kedekatan lokasi dan kemiripan nama.


Latar Belakang Kelahiran
Kitab Keluaran pasal 1 Sebelum bangsa Israel diperbudak, mereka hidup senang di tanah Mesir, yaitu selama bangsa Mesir berada di bawah pemerintahan Yusuf. Yusuf adalah seorang putra Israel yang dijual ke tanah Mesir oleh saudara-saudaranya oleh karena iri hati. Namun berkat pertolongan Tuhan, Yusuf dapat melalui banyak penderitaan dan pada akhirnya menjadi penguasa nomor dua di Mesir, hanya setingkat langsung di bawah Firaun yang waktu itu berkuasa. Firaun memberikan kuasa dan kepercayaan penuh kepada Yusuf untuk melakukan apapun yang dianggap Yusuf baik bagi Mesir. Kemudian Yusuf memboyong keluarganya, yaitu Yakub (yang juga disebut Israel), ayahnya, beserta seluruh keluarga saudara-saudaranya, pindah ke tanah Mesir, karena di Kanaan tempat keluarganya tadinya berdiam terjadi kelaparan hebat. Itulah awal mulanya bangsa Israel dapat tinggal di Mesir.
Lama setelah Yusuf meninggal, kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf (tidak ingat lagi jasa Yusuf bagi tanah Mesir). Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya daripada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini."
Oleh karena itu, raja (Firaun) itu dan rakyatnya melakukan sejumlah tindakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Israel:
  1. Pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. Namun segala hal tersebut ternyata tidak dapat menekan angka pertumbuhan penduduk Israel. Makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.
  2. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.
  3. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup." Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: "Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin." Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.
  4. Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."

 

Kelahiran dan Masa Muda

 Musa adalah putra Amram bin Kehat dan Yokhebed, istrinya. Yokhebed dan Kehat adalah anak-anak Lewi. Musa memiliki dua orang kakak, yaitu Miryam dan Harun.
  • Setelah melahirkan Musa, Yokhebed melihat, bahwa anak itu cantik ("ia elok di mata Allah"), disembunyikannya 3 bulan lamanya di dalam rumah. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan (Miryam) berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.
  • Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."
  • Lalu bertanyalah Miryam, kakak anak itu, kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil Yokhebed, ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air." Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.

 

Masa Dewasa

Kehidupan Musa segera setelah dewasa tidak dicatat dalam Alkitab, tetapi tercatat dalam karya dari seorang sejarawan Yahudi, Artapanus, yang menulis "Peri Iudaion" pada akhir abad ke-3 SM, yang dilestarikan dalam tulisan sejarawan Kristen, Eusebius, antara lain:
  • Pangeran Musa ("Mousos") diadopsi oleh putri 'Merris', anak perempuan Firaun Palmanothes, yang kemudian menikah dengan Firaun Khenephrês (= Sobekhotep IV), "yang menjadi raja atas wilayah di seberang Memphis, karena pada zaman itu ada banyak raja di Mesir."
  • Setelah dewasa, pangeran Musa mengatur negeri itu untuk Firaun Khenephrês dan menjadi terkenal di kalangan rakyat Mesir.
  • Pangeran Musa memimpin peperangan melawan orang Etiopia yang menyerang Mesir, selama 10 tahun. Peristiwa ini juga dicatat oleh sejarawan Yahudi-Romawi Flavius Yosefus (37-100 M).
  • Ketika kembali dan membawa kemenangan Firaun Khenephrês berupaya membunuhnya karena cemburu atas keberhasilan Musa, tetapi Musa "lari ke Arabia dan hidup dengan Raguel, penguasa daerah itu, dan menikahi putrinya."

Melarikan diri dari Mesir

Catatan Alkitab dilanjutkan lagi ketika Musa berusia 40 tahun. Waktu itu ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
  • Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?" Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan." Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa.
  • Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur. Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.
  • Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?" Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba." Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."
  • Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu Rehuel memberikan Zipora, anaknya, kepada Musa. Perempuan itu melahirkan 2 anak laki-laki,[36] maka Musa menamainya yang sulung Gersom, sebab katanya: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing." dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: "Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun."

 

Kembali ke Mesir untuk memimpin Israel

Selama tinggal di Midian, Musa biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Suatu waktu, ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampai ke "gunung Allah", yakni gunung Horeb. Waktu Musa sampai ke gunung Horeb itu, ia telah berdiam di Midian selama 40 tahun. Sesampainya di sana, malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Dari semak duri berapi itu Allah berbicara kepada Musa. Allah mengutus Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan. Musa pun kembali ke Mesir untuk meminta Firaun melepaskan bangsa Israel dengan ditemani Harun, abangnya.
Firaun tidak bersedia melepaskan bangsa Israel karena hatinya dikeraskan oleh Allah untuk menunjukkan kuasa Allah kepada manusia. Akhirnya Allah menimpakan sepuluh tulah kepada bangsa Mesir yang puncaknya diperingati oleh bangsa Yahudi sebagai hari raya Pesakh atau pelepasan (Paskah zaman Perjanjian Lama menurut orang Kristen) di mana Firaun menyerah dan membiarkan bangsa Israel pergi. Pada hari itu yaitu tanggal 15 bulan Nisan (~25 April 1446 SM) bangsa Israel dibawa oleh Musa ke luar dari Mesir.

Membawa Israel keluar dari Mesir

Musa memimpin bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madunya, yaitu tanah Kanaan. Ketika mulai keluar dari Mesir, sang Firaun mengubah pikirannya dan mengejar kembali orang Israel. Musa kemudian membelah Laut Merah sehingga rakyat Israel yang hampir terkejar dapat menyeberang dan kemudian Musa menenggelamkan para pengejar yang berusaha menangkap kembali orang Israel. Selama perjalanan, bangsa Israel terus mengeluh dan mencobai Allah sehingga Allah marah dan menghukum Israel mengembara di padang pasir 40 tahun.
Musa menerima Sepuluh Perintah Allah di bukit Sinai, dan menerima peraturan-peratuan peribadatan dan hukum-hukum sipil yang dilakukan oleh bangsa Israel hingga hari ini. Allah dengan perantaraan Musa melakukan banyak mujizat kepada bangsa Israel yang tidak percaya seperti memberikan manna, air, dan burung puyuh untuk menjadi makanan pokok orang Israel selama di gurun sehingga mereka tidak kelaparan maupun kehausan. Setelah 40 tahun lamanya memutari jazirah Arab, bangsa Israel sampai ke tanah Kanaan, namun Musa dilarang Allah untuk memasukinya, karena pernah berdosa kepada-Nya.

Kematian Musa

Sebelum matinya, naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, (di sisi timur sungai Yordan) yang di tentangan Yerikho, lalu TUHAN memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu.
Dan berfirmanlah TUHAN kepadanya [Musa]: "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana."
Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia [Musa] di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.
Kepemimpinan Musa selanjutnya digantikan oleh Yosua bin Nun, seorang jenderal yang takut akan Tuhan.

Pelayanan

Selama hidupnya, Musa melakukan berbagai fungsi pelayanan, antara lain:

Penulis

Musa merupakan penulis (atau penyusun bahan) dari 5 kitab pertama dari Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab. Kitab-kitab tersebut dalam Alkitab bahasa Indonesia diberi judul: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal di kalangan orang Yahudi dengan nama Taurat, karena di dalam kitab-kitab tersebut terkandung banyak sekali perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan kepada Musa untuk bangsa Israel.  Musa juga menggubah sebuah mazmur, yang termasuk dalam kumpulan Kitab Mazmur, yaitu Mazmur 90.

Hakim

Musa mengatur kehidupan seluruh umat Israel, dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam bangsa Israel. Namun semakin lama permasalahan itu semakin banyak, dan Musa harus menangani permasalahan seluruh bangsa Israel yang mengantri untuk diselesaikan permasalahannya dari pagi hingga malam hari. Atas saran Yitro mertuanya, Musa mengangkat pemimpin-pemimpin atas bangsa itu untuk menangani perkara-perkara yang kecil-kecil, sehingga Musa hanya menangani masalah-masalah yang cukup besar saja.

Pembuat Tabut Perjanjian

Musa, atas perintah Tuhan, membuat tabut perjanjian dan kemah suci, di mana di dalam tabut perjanjian itu terletak dua loh batu yang berisi sepuluh perintah Allah. Dalam pembuatan itu, Musa dibantu oleh Bezaleel bin Uri bin Hur dari kaum Yehuda dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan. Mereka berdua adalah orang-orang yang diperlengkapi Tuhan dengan keahlian.

Peran

Di dalam Alkitab, Musa merupakan seseorang yang diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan menuntun Israel menuju tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan.
Musa juga berperan untuk menguak sisi-sisi pribadi Allah, yang pada zaman orang Israel dianggap sebagai Pribadi yang menakutkan dan cenderung untuk menghukum. Musa menunjukkan bahwa bahkan pada zaman itu pun Musa dapat bergaul karib dengan Tuhan, bahkan sampai disebutkan berbicara berhadap-hadapan muka dengan Allah seperti sepasang sahabat.
Musa juga mengajarkan bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin yang penuh belas kasihan terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam banyak kesempatan ketika orang Israel memberontak, Tuhan sudah "menawarkan" kepada Musa untuk mengambil jalan pintas, yaitu dengan Tuhan memberantas seluruh orang Israel, dan akan menjadikan dari Musa seorang, suatu keturunan, bangsa yang besar. Namun Musa belajar untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, dan memperjuangkan orang Israel di hadapan Tuhan.
Namun Musa juga mampu marah bila saatnya tepat. Musa sungguh-sungguh marah kepada orang Israel ketika orang Israel, bahkan sampai Harun, kakaknya, berbuat dosa dengan menyembah patung Lembu Emas, sementara Musa sedang naik ke gunung Sinai untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan untuk bangsa Israel.
TIPOLOGI:

PELAYANAN MUSA MENGGAMBARKAN PELAYANAN TUHAN YESUS KRISTUS

1. Sebagai salah satu nabi dan pemimpin terbesar di Perjanjian Lama, tidak mengherankan bila Musa menggambarkan Kristus. Musa meramalkan kepada umat Israel atas dasar Wahyu yang diberikan kepadanya oleh Tuhan : Bahwa Seorang Nabi akan datang yang sama seperti dirinya, kepada Siapa mereka harus mendengarkan :
* Ulangan 18:15-19
18:15 Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.
18:16 Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati.
18:17 Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik;
18:18 seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.
18:19 Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.


2. Tipologi Musa adalah didasarkan terutama atas pentingnya peristiwa-peristiwa dalam hidupnya, yang membayangkan kedatangan Kristus.
Seperti Kristus, Musa dimasa kanak-kanak berada dalam bahaya dibunuh, karena ia dilahirkan semasa Irael dibawah penindasan Mesir. Oleh pemilihan Allah menurut kehendakNya sendiri, keduanya dipilih menjadi juru selamat dan pelepas
* Keluaran 3: 7-10
3:7. Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
3:8 Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
3:9 Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.
3:10 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."
* Kisah 7: 25
Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
3. Keduanya ditolak oleh saudara saudaranya :
* Keluaran 2: 11-15
2:11. Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
2:12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
2:13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
2:14 Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan."
2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
* Yohanes 1: 11
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
* Kisah 7: 23-28
7:23 Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel.
7:24 Ketika itu ia melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu.
7:25 Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.
7:26 Pada keesokan harinya ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang berkelahi, lalu ia berusaha mendamaikan mereka, katanya: Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya?
7:27 Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?
7:28 Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?
* Kisah 18:5-6
18:5 Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias.
18:6 Tetapi ketika orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: "Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain."
4. Semasa penolakan itu keduanya melayani orang kafir dan memperoleh mempelai dari orang kafir, yang menggambarkan gereja :
* Keluaran 2 :16-21
2:16. Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya.
2:17 Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.
2:18 Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia:
"Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?"
2:19 Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba."
2:20 Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."
2:21 Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa.
* 2 Korintus 11:2
Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
* Efesus 5:25-32
5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
5:30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
5:32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
5:33 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
5. Musa, Sesudah periode perpisahan dengan saudara-saudaranya selesai, kembali untuk melepaskan Israel, dan Kristuspun dinubuatkan akan kembali membebaskan Israel. Pada kedatanganNya yang kedua kali, keduanya diterima oleh Israel :
* Keluaran 4: 19-31
4:19 Adapun TUHAN sudah berfirman kepada Musa di Midian: "Kembalilah ke Mesir, sebab semua orang yang ingin mencabut nyawamu telah mati."
4:20 Kemudian Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di tangannya.
4:21 Firman TUHAN kepada Musa: "Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.
4:22 Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung;
4:23 sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung."
4:24. Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.
4:25 Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku."
4:26 Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu.
4:27 Berfirmanlah TUHAN kepada Harun: "Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa." Ia pergi dan bertemu dengan dia di gunung Allah, lalu menciumnya.
4:28 Kemudian Musa memberitahukan kepada Harun segala firman TUHAN yang disuruhkan-Nya kepadanya untuk disampaikan dan segala tanda mujizat yang diperintahkan-Nya kepadanya untuk dibuat.
4:29 Lalu pergilah Musa beserta Harun dan mereka mengumpulkan semua tua-tua Israel.
4:30 Harun mengucapkan segala firman yang telah diucapkan TUHAN kepada Musa, serta membuat di depan bangsa itu tanda-tanda mujizat itu.
4:31 Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.
* Roma 11:24-26
11:24 Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri.
11:25 Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.
11:26 Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: "Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub.
* Kisah 15: 14,17
15:14 Simon telah menceriterakan, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya.
15:17 supaya semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini,
6. Seperti Kristus, Musa adalah Nabi :
* Bilangan 34:1-2
34:1. TUHAN berfirman kepada Musa:
34:2 "Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila kamu masuk ke negeri Kanaan, maka inilah negeri yang akan jatuh kepadamu sebagai milik pusaka, yakni tanah Kanaan menurut batas-batasnya.
* Matius 21:11
Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."
*Kisah 3:22-23
3:22 Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu.
3:23 Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.
7. Imam pengantara :
* Keluaran 32:31-35
32:31 Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: "Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.
32:32 Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu--dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."
32:33 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: "Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.
32:34 Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu, tetapi pada hari pembalasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka."
32:35 Demikianlah TUHAN menulahi bangsa itu, karena mereka telah menyuruh membuat anak lembu buatan Harun itu.
* 1 Yohanes 2:1-2
2:1. Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
2:2 Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
8. Dan Sebagai Raja atau Pemimpin :
* Ulangan 33:4-5
33:4 Musa telah memerintahkan hukum Taurat kepada kita, suatu milik bagi jemaah Yakub.
33:5 Ia menjadi raja di Yesyurun, ketika kepala-kepala bangsa datang berkumpul, yakni segala suku Israel bersama-sama

* Yohanes 1:49
Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
9. Seperti Kristus, Musa harus mati sebelum umat Israel dapat masuk ke tanah perjanjian, yang menggambarkan milik orang Kristen. Sebagaimana Ishak dan Yusuf, Musa adalah contoh yang menyolok dari kebenaran Typologis yang berharga dalam membayangkan kehidupan dan pelayanan Kristus.
Sumber :
John F Walvoord, Yesus Kristus Tuhan Kita, Yakin, 1969, Hlm 60
Related image
ü  Musa bukan Allah, tetapi "mewakili" Allah. Allah tidak pernah memanggil Musa sebagai "Allah", melainkan " נתן - NÂTAN" (memberikan jabatan, menjadikan) Musa sebagai "Allah" bagi Firaun :

ü  * Keluaran 7:1
LAI TB, Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.
KJV, And the LORD said unto Moses, See, I have made thee a god to Pharaoh: and Aaron thy brother shall be thy prophet.
Hebrew,
וַיֹּאמֶר יְהוָה אֶל־מֹשֶׁה רְאֵה נְתַתִּיךָ אֱלֹהִים לְפַרְעֹה וְאַהֲרֹן אָחִיךָ יִהְיֶה נְבִיאֶֽךָ׃
Translit Interlinear, VAYO'MER {dan Dia berfirman} YEHOVÂH {TUHAN} 'EL-MOSYEH {kepada Musa} RE'ÊH {lihatlah} NETATÏKHA {Aku sudah menjadikan engkau} 'ELOHÏM {ilah} LEFAR'OH {kepada Firaun} VE'AHARON {dan Harun} 'ÂKHÏKHA {saudaramu} YIHYEH {ia akan menjadi} NEVÏ'EKHA {nabimu}
* Keluaran 4:15-16
4:15 Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.
4:16 Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.
Related image

Musa, adalah pemimpin ulung, pemberi hukum, perantaraan siapa Allah membawa orang Israel keluar dari Mesir. Ia membina bangsa Israel menjadi suatu umat untuk mengabdi kepada Allah, dan membawa mereka sampai ke perbatasan negeri yang dijanjikan Allah kepada nenek-moyang mereka.
I. NAMA
Putri Firaun memberi nama bayi itu setelah Musa disapih dari inang penyusu (yang adalah ibunya sendiri: Yokhebed):
* Keluaran 2:9-10
2:9 LAI TB, Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.
KJV, And Pharaoh's daughter said unto her, Take this child away, and nurse it for me, and I will give thee thy wages. And the women took the child, and nursed it.
Hebrew,
וַתֹּאמֶר לָהּ בַּת־פַּרְעֹה הֵילִיכִי אֶת־הַיֶּלֶד הַזֶּה וְהֵינִקִהוּ לִי וַאֲנִי אֶתֵּן אֶת־שְׂכָרֵךְ וַתִּקַּח הָאִשָּׁה הַיֶּלֶד וַתְּנִיקֵהוּ׃
Translit, VATOMER LAH BAT-PAR'OH HEILIKHI 'ET-HAYELED HAZEH VEHEINIKIHU LI VA'ANI 'ETEN 'ET-SEKHAREKH VATIQAKH HA'ISYAH HAYELED VATENIQEHU
2:10 LAI TB, Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
KJV, And the child grew, and she brought him unto Pharaoh's daughter, and he became her son. And she called his name Moses: and she said, Because I drew him out of the water.
Hebrew,
וַיִגְדַּל הַיֶּלֶד וַתְּבִאֵהוּ לְבַת־פַּרְעֹה וַיְהִי־לָהּ לְבֵן וַתִּקְרָא שְׁמֹו מֹשֶׁה וַתֹּאמֶר כִּי מִן־הַמַּיִם מְשִׁיתִהוּ׃
Translit, VAYIG'DAL HAYELED VATEVI'EHU LEVAT-PAR'OH VAYEHI-LAH LEVEN VATIQ'RA SYEMO MOSYEH VATOMER KI MIN-HAMAYIM MESYITIHU

Kita akan mencoba untuk memahami bersama arti dari nama yang unik ini. Tapi kita juga harus bertanya: "Bagaimana mungkin bahwa putri Firaun memberinya nama dalam bahasa Ibrani? Tentunya dia akan memilih nama Mesir"
ARTI LINGUISTIK NAMA "MOSYEH" (MUSA)
Jelas bahwa nama משה - MOSYEH ini didasarkan pada koneksi kata, sesuatu yang sangat menonjol dalam Alkitab. Nama ini mengungkapkan kegiatan menarik sesuatu, biasanya dari air. Sebagaimana putri Firaun menjelaskan: וַתִּקְרָא שְׁמֹו מֹשֶׁה וַתֹּאמֶר כִּי מִן־הַמַּיִם מְשִׁיתִהוּ - VATIQ'RA SYEMO MOSYEH VATOMER KI MIN-HAMAYIM MESYITIHU, dan ia menamainya Musa, sebab katanya: Karena aku telah menariknya dari air.
Kita harus menggarisbawahi bahwa seharusnya namanya itu dalam bentuk "passive": מָשׁוּי - MASUI, ditarik/ diangkat. Namun, putri Firaun memberinya nama dalam bentuk "active-participal": מֹשֶׁה - MOSYEH, menarik/ mengangkat, makna participal-nya itu mengandung ide, "seorang yang menarik (sesuatu) dari...."
Para penafsir berpendapat bahwa putri Firaun ingin memberikan ''anaknya" nama dalam bentuk yang aktif, yang memulai melakukan tindakan, dan bukan seseorang pasif yang tergantung kepada tindakan dan inisyatif orang lain.
BAGAIMANA PUTRI FIRAUN MEMBERI NAMA DALAM ARTI BAHASA IBRANI?
Ini adalah pertanyaan para peneliti Alkitab dan mereka telah membahasnya secara luas. Putri Firaun menamai anak itu berdasarkan peristiwa: "Karena aku telah menariknya ( משיתהו - 'MESYITIHU' dari air".
Jika pembicara adalah putri Firaun – maka nama מֹשֶׁה - MOSYEH adalah berasal dari bahasa Mesir, dan sangat mungkin pula artinya adalah 'anak' atau 'yang dilahirkan'.
Namun ada pendapat pula yang mengatakan bahwa putri Firaun hanya mengadopsi nama ini, yang sebenarnya telah diberikan oleh si inang penyusu yang adalah ibu kandungnya sendiri (demikian pendapat ahli sejaran Alkitab WJ Martin). Keluaran 2:10 jelas menghubungkan nama מֹשֶׁה - MOSYEH dengan hal diambil atau ditariknya dia dari air ( מָשָׁה - MASYAH, mengambil atau menarik dari air).

Hal di atas memang dapat dijadikan satu kemungkinan. Namun kita dapat mendiskusikan kemungkinan lain dari sekedar apa yang tertulis dalam teks Alkitab saja. Jadi, dalam diskusi selanjutnya, kita boleh bertanya: "Bagaimana nama Ibrani itu diberikan oleh seseorang yang tidak berbahasa Ibrani?"

Para peneliti Alkitab yang lainnya ada yang mengklaim bahwa nama מֹשֶׁה - MOSYEH berasal dari "ms" kata benda dalam bahasa Mesir, yang berarti "anak/ son". Ini adalah penjelasan yang masuk akal; adalah mungkin bahwa Musa tidak memiliki nama sampai dia disapih. Ini berarti, sampai berusia sekitar tiga tahun, ia dipanggil dengan panggilan "anak" - sesuatu julukan bagi anak yang belum diberi nama. Dan kemudian setelah ia disapih dia baru menerima nama sebenarnya. Namun, sulit untuk percaya bahwa mereka akan tetap memanggilnya terus dengan "anak" sampai si anak itu menjadi orang dewasa. Oleh karena itu, penafsir tsb mengarahkan kepada sumber linguistik Mesir yang berbeda - Ah Mose, yang berarti "New Moon", atau sumber lain berpendapat namanya adalah Ramose (Re, sudah lahir) diucapkan "mase", dan sama sekali tidak ada alasan filosofi atau alasan lain bagi putri Firaun yang menjadi ibu angkat Musa supaya jangan membaurkan kata mase, mosye, dalam bahasanya sendiri.

Jadi nama Musa bisa saja dari bahasa Ibrani yang dibaurkan dengan bahasa Mesir, waktu berada di Mesir. Tapi pandangan kebanyakan ahli berpendapat bahwa putri Firaun menyebut dia "MOSYEH", dalam artian "anak" (atau – walaupun kurang cocok – nama yang mengandung 'dewa' Mesir dalam mose); sebutan tab. yang dalam bahasa Ibrani menjadi "MOSYEH". Tapi pandangan ini tidak dapat secara wajar menerangkan kata julukan Ibrani itu; padahal tidak ada alasan objektif untuk mengatakannya tidak benar atau tidak bersejarah, sebab hal ini biasa di Mesir dan tempat-tempat lain (termasuk PL) lama sebelum Musa. Lagipula, pandangan seperti itu menghadapi kesukaran-kesukaran fonetika dalam hal s bahasa Mesir yang kelihatannya menjadi sy dalam "MOSYEH".
Seperti yang kita lihat, berdasarkan pendapat para penafsir tersebut, putri Firaun tidak berbahasa Ibrani. Dia hanya memberi nama "MOSYEH" dalam bahasa ibunya dan ini tentu adalah logis. Menurut penafsir ini, bahasa Ibrani juga berhasil menemukan arti untuk nama ini, dengan cara yang juga pas dengan kepribadian dan tindakan Musa - mengacu ke masa depan ketika ia menarik/ mengangkat Bani Israel keluar dari perbudakan menuju kebebasan.
Bagaimanapun penjelasan diatas mungkin masih tidak sempurna karena kita tidak bertanya sendiri kepada Putri Firaun tentang alasan dia memberikan nama "MOSYEH": וַתִּקְרָא כִּי מִן־הַמַּיִם מְשִׁיתִהוּ - KI MIN-HAMAYIM MESYITIHU, Karena aku telah menariknya dari air (Keluaran 2:10).

Kita tentu masih diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap latar belakang pemberian nama bagi Musa. Di ​​satu sisi, putri Firaun memilih nama dan menjelaskan itu dalam bahasa Ibrani. Di sisi lain, sulit untuk percaya bahwa putri Mesir menggunakan bahasa Ibrani bagi nama dari anak yang diangkatnya itu dan dibesarkan di lingkungan istana penguasa mesir. Sulit untuk menerima bagaimana Putri Firaun itu menggunakan "nama dalam bahasa Ibrani" yang merupakan bahasa kaum budak.
Related image
II. HIDUP MUSA DAN LATAR BELAKANGNYA
a. Bapak leluhurnya
Musa dari suku Lewi, puak Kehat dan kaum atau keluarga Amran (Keluaran 6:16 dab). Bahwa dia keturunan yang agak jauh, bukan anak langsung dari Amran dan Yokhebed teracu dalam hal orang-tuanya tidak disebut pada catatan terperinci mengenai masa kanak-kanaknya (Keluaran 2). Hal ini hampi pasti berdasarkan kenyataan bahwa Amran denganketiga adiknya mempunyai banyak keturunan dalam satu tahun sesudah keluaran (Bilangan 3:27-28 ).


Image



b. Musa dibesarkan di Mesir
Untuk menyelamatkan putranya yang baru lahir dari maklumat Firaun – yang memerintahkan untuk membunuh bayi laki-laki Ibrani – sang ibu memasukkan bayinya – Musa – kedalam suatu peti pandan, yang dipakalnya dengan gala-gala dan ter. Peti itu disembunyikan di tengah-tengah teberau di tepian sungai, dan disuruh dijagai oleh putrinya yaitu Miryam. Tidak lama kemudian datang putri Firaun dan dayang-dayangnya hendak mandi di sungai. Putri Firaun melihat anak itu, kasihan dan mengambilnya.
Dengan hati-hati Miryam muncul dan menusulkan untuk mengcari inang penyusu bayi itu (yang sebenarnya adalah ibu bayi itu), dan dengan demikian selamatlah jiwa bayi Musa. Sesudah disapih, Musa diserahkan kepada 'ibu' angkatnya, yaitu putri Mesir itu (Keluaran 2:1-10). Mengenai pertumbuhan Musa menjelang dewasa di Istana Mesir, tidak disajikan dengan keterangan terperinci. Tapi seorang anak seperti Musa di lingkungan istana pada zaman kerajaan Mesir Baru, pasti mendapat didikan dasar yang hakiki dalam 'segala hikmat orang Mesir', Demikian Stefanus (Kisah 7:22).
Pengetahuan modern mengenai Mesir kuno memberi latar belakang yang lengkap bagi kehidupan Musa di Mesir. Para Firaun dari zaman kerajaan Mesir Baru (+ 1550-1070 sM) membangun puri dan harim (tempat selir-selir) tidak hanya di ibukota besar seperti Tabes, Memfis dan Pi-Ramese (Ra’amses) tapi juga di daerah-daerah Mesir lainnya, terutama wilayah-wilayah peristirahatan. Salah satu yang bertahan lama ialah harim di Fayum, yang pada waktu itu berupa rawa-rawa, sangat disukai oleh para Firaun untuk menangkap ikan dan memanah burung-burung. Dokumen-dokumen papirus menjelaskan bahwa, harim bukanlah penjara tempat berpangku tangan bagi penghuninya waktu Firaun alpha; para 'nyonya' dari petinggi kerajaan mengawasi kegiatan 'industri rumah', pemintalan dan pertemuan yang dilakukan oleh para nelayan. 'Nyonya-nyonya terhormat' bisa saja dalam suatu harim, seperti Maa-Hor-neferu-Re', yaitu ratu bangsa Het yang kawin dengan Rameses II, yang disebut dalam d=risalah-risalah Fayum.
Tapi penghuni utama harim biasanya adalah selir-selir dan para perempuan 'kegemaran' Firaun, dari golongan rendah dan totok, dan 'putri Firaun' yang menjadi ibu angkat Musa, mungkin adalah 'anak' dari salah seorang selir ini, jadi bukan anak dari permaisuri utama dan bukan berdarah asli keturunan raja sebagai pewaris kerajaan, yang lukisannya lebih mulia dalam risalah-risalah yang tersedia, ketimbang saudara-saudaranya yang perempuan. Tapi hiburan menangkap ikan dan burung bersama harim dalam perburuan ini tidak hanya di Fayum. Suatu dokumenb paling dini memasukkannya dalam daftarnya sebagi lapangan-lapangan olahraga yang baik, beberapa tempat di wilayah Delta Timur dekat Goyen. Harim yang baik tentu ada di sekitar itu dan salah satu dari tempat-tempat seperti itu kemungkinan menjadi tempat tinggal Musa dahulu di Mesir.
Pada zaman itu dan sebelumnya, anak-anak dari selir-selir penghuni harim dididik oleh pengawas harim (guru dari anak-anak raja). Bila tiba waktunya, bagi anak-anak raja, ditugaskan seorang pengajar, biasanya petinggi istana atau pensiunan perwira militer, yang dekat dengan raja. Dan pasti Musa diperlakukan demikian. Kurikulum pendidikan Mesir meliputi membaca dan menulis tulisan hieroglif dan tulisan kudus, manyalin naskah-naskah (khususnya sastra kuno), kaidah menulis surat dan tata administrasi. Anak-anak Firaun juga dilatih memanah dan keterampilan jasmani lainnya. Anak-anak Firaun mendapat bermacam-macam pekerjaan; diangkatan bersenjata, mengawasi proyek-proyek raksasa, melaksanakan jabatan imam besar di kuil-kuil utama propinsi, atau bahkan pengurus tanah milik istana atau milik kuil.
Lagipula, sebagai keturunan Sem yang tinggal di Mesir, tak mungkin Musa mendapat kesukaran dalam mempelajari dan menggunakan ke-20 huruf 9atau lebih) abjad linear Kanaan (bukan berupa gambar seperti hieoglif), mengingat ia tentu saja lebih dahulu menjalani pendidikan dalam jurusan yang lebih ketat, yaitu mempelajari tumpukan huruf dan kelumpok tanda-tanda dari tulisan Mesir (walaupun ini hanya menuntut lahitan, nbukan kejeniusan untuk mempelajarinya). Kenyataan bahwa tempat tinggal Musa adalah di Mesir, bukan palestina, tidak menjadi penghalang baginya untuk menguasai tulisan linear yang begitu sederhana. Tulisan ukiran 'asli Sinai' bertarikh awal abad 15 sM pastilah hanya merupakan peringatan khusus, catatan kerja dan tulisan singkat pada batu-batu nissan (untuk persembahan) oleh orang-orang Sem yang ditawan di Delta Timur Mesir (atau pendudukan-pendudukan di memfis), yang dipekerjakan di tambang-tambang batu pirus, dan menggambarkan pemakaian bebas tulisan itu oleh orang Sem dibawah pemerintahan Mesir, hampir 2 abad sebelum Musa. Keterangan yang lebih jelas tentang pemakaian tulisan linear oleh bangsa Sem di mesir terdapat pada satu tembikar, yang ditemuka di Lembah Ratu di Tebes, + 560 km sebelah selatan Palestina, Sinai, atau Delta. Satu-satunya kata yang masih lengkap terpelihara dan pata dibaca dengan agak mudah ialah 'mht', artinya 'pelayan perempuan'.
Jika buruh biasa (atau mandor-mandor mereka) di tempat-tempat pemakaman di tebes dan juga tambang-tambang Sinai, tidak mendapat kesulitan memakai tulisan ini untuk mendaftarkan kegiatan biasa dan peringatan keagamaan, maka tidak benar dan tidak realistis menganggap bahwa seorang calon pemimpin suatu bangsa yang sedang bertumbuh, apalagi yang dididik dalam disiplin orang Mesir terhadap karya tulis akan mengalami kesulitan. Teori demikian, yang dijadikan alasan menduga bahwa Pentateukh tidak mungkin ditulis pada zaman Musa, jelas bertentangan dengan bukti gamblang Asia Barat Kuno. Dan jika ada orang yang membatasi pemakaian aksara itu, hanya di kalangan 'ahli-ahli khusus' saja, hal itu sangat menggelikan.



c. Orang-orang asing di istana Mesir
Orang Sem dan orang Asia lainnya terdapat pada setiap lapisan masyarakat Mesir zaman Kerajaan Baru. Disamping ribuan tahanan yag dibawa dari Kanaan untuk menjadi budak, ada para mengerajin bangsa asing, orang-orang Siria yang berdinas sebagai tentara Mesir, pemuda-pemuda Asia sebagai pesuruh, juru kipas dll. Orang Sem yang tinggal di Mesir bisa mencapai kedudukannya sampai tingkat tertinggi dalam piramida sosial. Mereka menjadi pesuruh kilat antara Mesir dan Siria, kusir kereta perang dan pedagang. Putri dari seorang kapten laut Siria, Gen-’Anat, bisa kawin dengan anak raja (W Spiegelberg, Recueil de Travaux, 16, 1894, hlm 64).
Yang paling peruntung, beberapa yang mencapai kedudukan berpengaruh dan tanggung jawab tinggi dalam negara dan pemerintahan Mesir, seorang diantaranya ialah arsitek Bunaia (+ tahun 1440 sM), anak Arteni, orang Hori. Dia berulang-ulang menyebut dirinya hrd-n-k’p, 'anak (istana) harim', yaitu dibesarkan di istana. Kemudian pelayan kepala Hekaresyu dan Heka-er-neheh, orang asing yang memakai nama Mesir, menjadi guru bagi anak-anak raja. Pada zaman Surat-surat Amarna, (± tahun 1360 sM), Yanhamu, orang Sem, menjadi gubernur propinsi Kanaan wilayah kerajaan Mesir (Helck, Mitteilungen der Deutschen Orient-Gesellschaft, no. 92, 1960, hlm 7 dan catatan 38), dan Dudu atau Tutu dalam surat-surat ini (sebenarnya Menteri Luar Negeri) mungkin adalah juga orang Sem. Pada zaman raja-raja Ramesida orang Asia lebih ter¬hormat lagi. Seorang dari juru minuman kepercayaan Raja Merenpetah adalah orang Siria, bernama Ben-'Ozen dari Tsur-Basan ('Gunung Batu Basan'), yg menemani menteri mengawasi pekerjaan di kuburan Firaun di Lembah Raja (JEA, 34, 1948, hlm 74). Lalu, pada akhir Dinasti XIX, seorang Siria untuk kurun waktu singkat mengambil alih kekuasan di Mesir: sangat mungkin dialah Menteri Bay yg sangat berkuasa (Cerny dlm Gardiner, JEA, 44, 1958, hlm 21-22). Informasi lebih lanjut mengenai orang-orang Sem yg berkedudukan tinggi pada zaman Kerajaan Mesir Baru.
Pada zaman Kerajaan Mesir Baru, dewa-dewa Kanaan dan dewa-dewa Asia disembah juga di Mesir (Baal, Resyef, Astarot, Anat, dst; bnd ANET, hlm 249-250); demikian juga tak terkira kata-kata pinjaman, dan pokok-pokok sastra Kanaan banyak beredar, dipinjam atau dibaurkan dengan tema-terna Mesir (W.F Albright, Archaeology and the Re¬ligion of Israel, 1953, hlm 197-198 (pemerkosaan Anat); T.H Gaster, BO, 9, 1952, hlm 82-85, 232; dan G Posener, Melanges Isidore Levy, 1955, hlm 461 -478 (Ketamakan Laut); dan acuan kepada cerita Kazardi (ANET, hlm 477b). Beberapa pegawai Mesir bangga karena bisa berbicara bh Kanaan dan mengetahui geografisnya (ANET, hlm 477b), dan belum disebut lagi mereka yg harus mempelajari tulisan paku Babel demi tujuan-tujuan diplomatik (bnd Albright, Vocalization of the Egyptian Syllabic Orthography, 1934, hlm 13, catatan 50, danJEA,23, 1937,hlm 191, 196-202).
Gambaran di ataslah yang melatar-belakangi melatarbelakangi awal kehidupan Musa. Gambaran itu tidak dapat dijadikan bukti, juga . dengan sendirinya memastikan bahwa tokoh Musa yang diceritakan dalam Alkitab mendapat pendidikan, sastra dan administrasi Mesir. Tapi acuan-acuan berikut memaksa kita mempertimbangkan dua hal. Pertama, dibesarkan dan pelatihan orang-orang asing, khususnya orang-orang Sem, di harim dan di istana, dan penugasan mereka melakukan tugas-tugas terpercaya (ump menjadi guru keluarga kerajaan) atau memangku jabatan penuh tanggungjawab yg besar (ump gubernur propinsi terbesar) menunjukkan bahwa perihal Musa dibesarkan di istana kerajaan seperti diceritakan dalam Keluaran 2:l0a,11, bukanlah sesuatu yg luar biasa, karena memang merupakan ciri khas Kerajaan Mesir Baru. Kedua, menerima bahwa Keluaran 2:10a, 11 adalah benar, yakni bahwa Musa dibesarkan di istana (hal yg lumrah dan khas di Mesir), maka harus diterima bahwa Musa diwajibkan mengikuti pendidikan intelektual seperti dikemukakan di atas meliputi tulisan, sastra dan tata administrasi Mesir. Tapi disamping itu ia bebas memakai bahasa ibunya dan tulisan aksara bangsa Sem baratlaut, sambil menghirup iklim sosial di mana cara-cara, ungkapan-ungkapan dan sastra' Asia' menjadi mode.
d. Musa di Mudian dan di Sinai
Musa sangat prihatin dengan nasib saudara-saudaranya sebangsa yg kerja paksa (bnd Kisah 7:24). Ia membunuh seorang mandor Mesir yg dia lihat memukuli seorang Ibrani (Keluaran 2: 11-12). Tindakannya itu sampai kepada Firaun. Karena itu Musa lari ke arah timur menyeberangi perbatasan menuju Midian demi keselamatannya (Keluaran 2:15 dab). Lari menyeberangi perbatasan timur adalah pilihan yg ditempuh Sinuhe 600 thn sebelumnya (ANET, hlm 19) demikian juga hamba-hamba yg lari sesudahnya pada abad 13 sM (ANET, hlm 259b). Di sana Musa menolong gadis-gadis gembala putri dari seorang Midian, imam, bernama Rehuel atau Yitro. Musa memberi minum kambing domba mereka. Kemudian Musa kawin dengan seorang gadis gembala itu, yakni Zipora, yg melahirkan baginya seorang putra, Gersom (Keluaran 2: 16-22). Sementara Musa menggembalakan domba-domba Yitro - yg memberikan kepadanya pengetahuan tentang daerah Sinai dan Midian, yg di kemudian hari tak ternilai harganya baginya - Firaun silih berganti naik takhta. Tapi orang Israel terus diharuskan kerja paksa.
Allah telah mempersiapkan bentara-Nya, yg telah terlatih dalam keterampilan Mesir, dan sekarang jiwanya sudah ditempa selama bertahun-tahun hidup dalam keangkeran padang gurun sunyi (Kisah 7:29-30). Melalui mujizat semak duri yg bernyala-nyala tapi tidak habis dilalap api, Allah memanggilnya, yaitu Allah dari nenek moyangnya Abraham, Ishak dan Yakub (Keluaran 3:6), bukan Allah dari keluarganya orang Midian atau Keni, kecuali dalam arti bahwa mereka juga keturunan Abraham (bnd Kejadian 25: 1-6) sehingga mungkin masih memelihara kebaktian kepada Allah Abraham. Sesudah tertunda sejenak, Musa mematuhi panggilannya (Keluaran 3-4). Nampaknya Musa alpa menyu¬natkan salah seorang anaknya, mungkin karena pengaruh Zipora. Tapi kemudian, untuk menghindari Musa mati dibunuh oleh suruhan Allah, Zipora menyunat anaknya itu, dan menyebut suaminya 'pengantin darah' (Keluaran 4:24-26) sebab sunat bersifat mengikat bagi Musa dan bangsanya (tapi barangkali tidak bagi bangsa Zipora?). Agaknya dari tempat ini Musa melanjutkan perjalanannya sendirian, karena di kemudian hari Zipora kembali kepada Musa dari asuhan Yitro (Keluaran 18:1-6).
e. Menjelang Keluaran
Setelah berjumpa dengan kakaknya, Harun, juga dengan tua-tua Israel (Keluaran 4:27-31), Musa dan Harun menghadap Firaun. Dalam Nama Allah Israel, mereka memohon supaya Firaun membebaskan orang Israel untuk beribadat kepada YHVH di padang gurun. Tapi dengan keji Firaun menghina Allah, sebagai satu lagi ilah bangsa Sem yg belum dikenal - sebab sudah demikian banyaknya hari besar agamawi yg untuk merayakannya orang Israel tidak bekerja. Jadi bagi Firaun permohonan ini hanyalah dalih untuk tidak bekerja (Keluaran 5:8, 17). Maka untuk membuat mereka kapok 'bermalas-malasan', Firaun memerintahkan mulai dari saat itu orang Israel harus mencari sendiri jerami untuk membuat batu bata dengan jumlah yg tetap sama (Keluaran 5:7-14). Gagal memenuhi kuota yg ditentukan, maka mandor Israel bersangkutan diganjar cambukan oleh pemberi tugas, dan nampaknya keadaan umat Israel menjadi lebih parah dari sebelumnya.
Peristiwa-peristiwa ini jelas dicatat dalam monumen-monumen dan naskah-naskah Mesir. Bahwa Musa bisa menghadap Firaun, bukanlah hal luar biasa, apalagi bila Firaun zaman Keluaran itu ialah Rameses II. P Montet (L 'Egypte et la Bible, 1959, hlm 71) tepat sekali menunjuk kepada Papirus Anastasi I1I, yg menerangkan bagaimana 'orang-orang muda (Pi-Rarnesse) pahlawan Kemenangan-kemenangan Akbar ... berdiri di muka pintu-pintu mereka ... waktu Wosermaetre'-Setepenre' datang (yaitu Rameses II) ... tiap orang turut mengucapkan permohonannya' (artinya, kepada raja); bndANET, hlm 471 b. Mengenai pembuatan batu bata oleh orang Israel dengan menggunakan jerami, dan mengenai pemberi tugas (pengawas, orang Mesir) beserta tongkatnya saat mengawasi pekerja-pekerja orang Sem, Libia dan pekerja-pekerja lain membuat batu bata.
Pengorganisasian pekerja dalam kelompok-kelompok kerja yg dipimpin oleh seorang mandor yg bertanggung jawab kepada pemberi tugas adalah asli dan lumrah. Mengenai bolos kerja, tembikar-tembikar Mesir memuat catatan kerja, mencakup catatan harian yg bolos, nama-nama yg bolos dan alasan-alasannya. Sebuah tembikar mencatat bahwa pembuat makam raja istirahat 30 hari dari satu kurun waktu kerja yg lamanya 48 hari. Suatu daftar bolos mencatat beberapa pekerja yg 'membawa korban persembahan kepada allahnya' (A Erman, Life in Ancient Egypt, 1894, hlm 1, 124-125), dan catatan pendek wsf, 'berpangku tangan', tidaklah jarang dalam catatan-catatan harian seperti itu. Bahwa orang Ibrani hendak pergi tiga hari perjalanan ke padang gurun untuk beribadat dan tidak menimbulkan pertentangan agama dengan pihak Mesir (Keluaran 8:26-27; 10:9, 25-26) sekali lagi sungguh-sungguh cocok dengan keadaan, seperti diterangkan oleh Montet, dengan keterangan tentang binatang-binatang suci, terutama pendewaan lembu jantan di propinsi-propinsi Delta di Mesir.
Sesudah Firaun menolak, hati Musa diteguhkan oleh Allah. Allah telah memberikan janji-Nya kepada nenek moyang mereka, dan akan menggenapinya kepada keturunannya, yakni membawa mereka keluar dari Mesir ke Palestina (Keluaran 6:2-9). Perlu kita perhatikan bahwa Keluaran 6:3 tidak menyangkal pengetahuan akan nama YHVH pada nenek moyang mereka, walaupun mungkin disangkal pengertian yg sungguh akan makna Nama itu: mengenai hal ini lihat W.J Martin, Stylistic Criteria and the Analysis of the Pentateuch, 1955, hlm 16-19, dan J.A Motyer, The Revelation of the Divine Name, 1959, hlm 11-17. Karya Allah menyelamatkan umat-Nya akan dilakukan melalui hukuman-hukuman berat atas tanah Mesir, rajanya, allah-allahnya dan bangsanya. Mengenai tulah yg berturut-turut, yg membuktikan kekuasaan Allah Israel dalam hukuman-Nya atas Firaun, dan memaksa raja itu membiarkan Israel pergi (Keluaran 7:14-12:26).
Pada malam tulah terakhir, yaitu pembunuhan anak sulung, keluarga-keluarga Israel harus memotong seekor domba yg tak bercacat, dan menandai ambang atas dan tiang pintu rumah mereka dengan darah domba itu, sehingga Allah tidak menjerumuskan juga anak sulung mereka: korban Paskah bagi YHVH (Keluaran 12:27). B Couroyer (RB 62, 1955, hlm 481-496) mengemukakan bahwa bahasa Ibrani פסח – PESAKH (pe-semekh-khet) diturunkan dari kata Mesir p(')-sh, artinya 'pukulan, hantaman' (yaitu dari pihak Allah). Tapi arti ini tidak cocok dengan semua bukti Ibrani, maka masih tetap diragukan.
f. Dari Sukat sampai ke Sinai
Mengenai hari Keluaran, juga J.J Bimson, Redating the Exodus and Conqt:test, 1978; tentang perjalanan dari Ramses dan Sukot, yaitu keluar dari Mesir,; tentang perjalanan di Sinai. Tatkala Israel berkemah dekat yam suf, 'laut teberau', Firaun dan tentaranya menyangka orang Israel sudah terperangkap oleh kendala-kendala alami, maka ia memimpin pasukan kereta perang andalannya untuk menyergap mereka (Keluaran 14:1-9). Mengenai bilangan 600 kereta (Keluaran 14:7), bnd bilangan 730 dan 1.092 (yaitu 60 + 1.032). kereta perang Siria yg ditawan dalam dua pertempuran di Ka!laan oleh Amenofis II (ANET, hlm 246-247); mengenal peranan kereta perang dalam tentara Mesir, bnd R.O Faulkner, JEA 39, 1953, hlm 43. Tapi Allah membelah air laut terbagi dua, memimpin umat-Nya kepada keselamatan, kemudian menumpahkan air itu menenggelamkan tentara Mesir. Lalu Musa dan seluruh umat Israel menyanyikan kemenangan yg diberikan Allah (Keluaran 15), dipimpin oleh Miryam dan kaum perempuan. Dalam tiga bulan berikutnya Israel belajar hidup dari manna (Keluaran 16), mengalahkan orang Amalek (Keluaran 17), berjumpa kembali dengan yang mengembalikan Zipora kepada Musa, dan sampai di Sinai (Keluaran 19;1). Mengenai perjalanan hingga sejauh itu dan sesudah meninggalkan Sinai, dan mengenai bilangan-bilangan bangsa Israel.
Umat Israel berkemah di kaki G Sinai, dan Musa naik ke puncak gunung menemui Allah dan menerima syarat-syarat perjanjian (yaitu 'Sepuluh Firman' yg tertulis dalam Kel 20), yg menjadi asas peranan Israel di kemudian han sebagai umat Allah (dan Dia menjadi Raja Agung mereka), dan demikian juga sejumlah peraturan yg berkaitan dengan penerapan 'Sepuluh Firman' itu dalam hidup sehari-hari (Keluaran 21-23). Kemudian diadakan upacara dan pesta khidmat untuk memeteraikan perjanjian Allah dengan umat-Nya (Keluaran 24). Sesudah itu kembalilah Musa ke puncak gunung itu dan tinggal di sana selama 40 hari 40 malam (Keluaran 24: 12-18) untuk menerima (kedua) loh batu tempat 'Sepuluh Firman' dituliskan, yaitu bukti Israel memiliki perjanjian itu. Dan Allah menyuruh Musa mengumpulkan bahan-bahan dari umat Israel untuk membuat suatu tempat suci yg dapat dibawa-bawa, yaitu Kemah Suci, alat-alatnya, dan tabut perjanjian, semua menurut pola yg digambarkan Allah kepadanya (Keluaran 25-31).
Sesudah umat itu jatuh menyembah berhala anak lembu emas, dan pemulihan perjanjian yg begitu segera dilanggar, maka sambil mengukuhkan kembali hukum-hukum terkait (Keluaran 32-35:3) dibuatlah Kemah SUCI, tabut perjanjian dan semua peralatannya, dan ditahbiskan untuk dipakai dalam ibadah kepada Allah (Keluaran 35:4-40:33). Perincian ibadah itu diuraikan dalam Kitab Imamat, Seni teknik yg dipedomani membuat Kemah Suci yg dapat dibawa-bawa itu (kerangkanya yg terdiri dari batang-batang kayu dan papan-papan dibaut, dilapisi dgn emas, mudah. dibongkar-pasang, dan ditutupi dgn tenda-tenda, menyingkapkan pendidikan Musa di Mesir, seberapa Jauh teknik pertukangan seperti itu sudah dipraktikkan di sana untuk membuat barang-barang yg dapat diangkut (alat-alat untuk upacara keagamaan ataupun yg lain), lebih 1.000 thn sebelum zaman Musa (bnd Kitchen, Tyndale House Bulletin, 5/6, 1960, hlm 7-13).
Namun demikian sifat representatif dan didaktik persembahan-persembahan yg dipersembahkan di Kemah Suci sangat bertentangan dengan upacara-upacara Mesir. Korban-korban persembahan Israel menggunakan bahasa-gambar untuk menunjukkan betapa menjijikkan dosa di hadapan Allah, dan betapa perlunya pendamaian untuk menghapuskannya. Korban-korban persembahan itu bukanlah melulu tindakan gaib berupa suatu kegiatan harian untuk pengadaan pangan supaya sang ilah dapat hidup subur, seperti tersirat dalam upacara-upacara Mesir.
Di Sinai diadakan sensus, ditentukan cara Israel berkemah dan tertib berjalan. Kepada orang Lewi dipercayakan aturan pemeliharaan Kemah Suci dengan segala isinya (Bilangan 1-4) antara lain pada malam keberangkatan dan Sinai (Bilangan 5:1-10:10). Tempat suku-suku Israel diatur mengelilingi Kemah Suci menurut panji-panji mereka dalam bentuk persegi empat yg di tengah-tengahnya kosong, dan hal ini bisa menjadi pertanda bahwa Allah menggunakan pendi: dikan Musa di Mesir (bnd Kitchen, buku tsb, hlm 11). Nafin perak yg panjang dan yg gunanya mengh.impun umat Israel untuk urusan sipil, militer dan agama (Bilangan 10: 1-10),. adalah sama dengan nafiri yg digunakan oleh orang Mesir pada zaman itu untuk maksud yg sama (bnd Hickmann, La Trompette dans I'Egypte Ancienne, 1946, terutama hlm 46-50); nafiri perak ditemukan dalam kuburan Tutankhamun (kr thn 1350 sM). Keenam kereta lembu untuk pengangkutan Kemah Suci memang adalah angkutan utama zaman itu. Kereta-kereta lembu biasa dipakai dalam pertempuran di Siria oleh para Firaun, sejak Tutmosis III (± thn 1470 sM) dan seterusnya (ANET, hlm 240a, 'kereta perang'), ump oleh Rameses II, ± thn 1270 sM, di Kadesy (C Kuentz, La Bataille de Qadech, 1928/1934, gbr 39, kiri pusat pusat) kereta-kereta Musa yg ditarik oleh (dua) lembu di Sinai, dengan sepuluh kereta (bh Mesir, 'grt dari bh Ibrani עגלה - 'AGALAH, Bilangan 7:3, 6-7), yg masing-masing ditarik oleh 6 pasang lembu, yg mengangkut persediaan untuk 8.000 orang penggali batu yg dikerahkan oleh raja Remeses IV (kr th.n 1160 sM) di lembah Nil dan mengangkutnya ke gurun pasir Wadi Hamarnat antara S Nil dan Laut Merah, yg keadaannya mirip sekali dengan Sinai (ARE 4, § 467).
g. Dari G Sinai ke S Yordan
Tahun kedua sesudah keluar dari Mesir (Bilangan 10: 11), Israel meninggalkan Sinai dan sampai di Kadesy-Barnea di daerah Paran, tidak jauh dari tanah yg dijanjikan, Kanaan. Pada waktu itu Miryam dan Harun mengkritik Musa karena menikah dengan perempuan Kusy (Bilangan 12:1). Dari daerah Kadesy tentu Israel lebih suka terus memasuki Kanaan, maka Musa mengutus penyelidik ke Kanaan. Negeri itu baik sekali, tapi penduduknya sangat kuat (Bilangan 13: 17-33).
Mendengar berita ini, umat Israel yg tak setia memberontak terhadap Musa dan Harun, memutuskan kembali ke Mesir, dan mereka pasti telah melempari kedua pemimpinnya itu dengan batu seandainya Allah tidak campur tangan. Di tengah-tengah semua kemelut itu dengan kelapangan hati yg luhur, Musa masih memohonkan pengasihan bagi Israel di hadapan Allah, kiranya Allah melindungi Israel demi nama-Nya yg kudus, bukan membinasakan mereka dengan hukuman (Bilangan 14:5-19). Karena doa syafaat Musa ini, Yahweh mengganti hukuman kemusnahan dengan mengharuskan Israel mengembara selama 40 thn di padang gurun, sampai seluruh umat dewasa yg memberontak itu mati dan diganti oleh generasi baru (Bilangan 14:20-35).
Mudah sekali terlupakan, bahwa sebelum peristiwa tragis ini, orang Israel setelah meninggalkan Mesir via Sinai - berharap tidak berapa tahun kemudian akan dapat langsung memasuki tanah yg dijanjikan; mengembara selama 40 thn di padang gurun adalah murni hukuman yg diperingan (Bilangan 14: 12,20-30), bukan merupakan bagian dari rencana 'awal dan yg terbaik' bagi Israel seperti telah direncanakan Allah. Hal ini akan teringat bila membaca hukum-hukum dalam Keluaran 22-23, berkaitan dengan pertanian, kebun anggur, dll. Umat Israel yg berkumpul di Sinai itu adalah keturunan dari generasi Israel yg sudah tinggal 4 abad di Mesir, di tengah-tengah lingkungan bangsa penggembala dan petani (bnd Ulangan 11: 10). Baik mereka maupun nenek moyang mereka tidak pernah hidup sebagai pengembara asli yg menghuni padang gurun (bnd Kejadian 26: 12 dan 37:6-8), dan di Sinai sangat mungkin mereka menganggap sudah dekat sekali ke Kanaan, dimana hukum pola hidup lama dapat dipraktikkan dengan segera. Umat Israel tidak harus menduduki dulu tanah Kanaan, sebelum hukum-hukum seperti itu dapat diberikan, demikian sering diungkapkan oleh ahli kritikus (bnd Kitchen, buku tsb, hlm 13-14).
Masa pengembaraan yg begitu lama dan menyeramkan ditandai dengan kesukaran-kesukaran yg menyusul; pemberontakan ganda yg dilakukan Korah terhadap peranan Musa dan Harun dalam jemaat (Bilangan 16:3), pemberontakan Datan dan Abiram terhadap kekuasaan sipil Musa dan Harun (Bilangan 16:13). Pemberontakan ganda ini disusuli ancaman pemberontakan umum. Lagi-lagi Musa dan Harun memohon pengasihan bagi umat itu, kendati banyak yg sudah terbunuh karena tulah, sebagai hukuman yg ditimpakan Allah (Bilangan 16:41-50).
Kembali ke Kadesy-Barnea, di mana Miryam meninggal, Musa dan Harun terang-terangan melakukan dosa di hadapan Allah; Allah menjanjikan air akan keluar dari gunung batu, tapi Musa dan Harun secara menghina menempatkan diri mereka di tempat Allah, 'Hai orang-orang durhaka, apakah kami (bukan Allah) harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?' (Bilangan 20: 10). Hukuman mereka ialah, mereka berdua tidak boleh masuk ke tanah yg dijanjikan, dan di kemudian hari Musa merasa hukuman ini sangat berat (Ulangan 3:24-27).
Orang Edom (Bilangan 20: 14-21; juga orang Moab, bnd Hakim 11: 17) menolak Israel melewati wilayah mereka, sehingga Israel harus mengelilingi perbatasan kedua negeri itu. Pada waktu inilah Harun meninggal dan dikuburkan di G Hor (Bilangan 20:22-29). Tapi Israel kembali memberontak, dan Allah menghukum mereka dengan tulah ular tedung. Sekali lagi Musa mensyafaati mereka. Allah menyuruh Musa membuat ular tembaga menyerupai ular tedung, meletakkannya pada sebatang tiang dan menancapkannya di tanah (Bilangan 21 :4-9). Siapa dipagut ular memandang kepada ular tembaga itu akan hidup, karena iman kepada Sang Penyembuh itu. Begitu melewati daerah Edom dan Moab, umat Israel menghadapi Sihon, raja orang Amori. Orang Israel mohon izin untuk lewat. Tapi Sihon tidak hanya menolak, bahkan bangkit - walau tanpa penentangan pihak Israel - menyerang Israel. Akhirnya Allah menyerahkan dia dan tanahnya ke tangan Israel; demikian juga raja ag dari Basan, yg bersifat bermusuhan, mengalami nasib yg sama (Bilangan 21 :21-35).
Akhirnya umat Israel berkemah di dataran Moab dekat Yordan yg berseberangan dengan Yerikho (Bilangan 22:1; 25:1). Di sini orang Israel bergumul melawan ancaman penyembahan berhala dan percabulan dari bangsa Moab dan Midian. Sensus kedua dilaksanakan, dan mulailah dipersiapkan pembagian tanah yg dijanjikan. Israel berperang menghajar dan menghukum orang Midian. Suku Ruben, Gad dan setengah suku Manasye diizinkan mendiami Trans-yordan sebagai bagian mereka, dengan syarat supaya mereka menolong saudara-saudaranya di seberang Yordan sesudah Musa mati.
Kitab Ulangan menceritakan kata perpisahan Musa kepada umatnya, dengan menekankan kembali memperbaiki dan memperluas beberapa peraturan yg diberikan Allah di Sinai beberapa tahun sebelumnya. Di atas semuanya diperba¬harui lagi perjanjian Allah dengan Israel, yaitu sumber dari semua peraturan sebagai persyaratan pertama, dan perjanjian itu disertai janji berkat atau kutuk. Hal itu biasa dan diketahui secara luas pada abad 14-13 sM (seperti terlihat dari perjanjian atau persetujuan pada arsip kerajaan Het zaman itu, bnd G.E Mendenhall, BA 17, 1954, hlm 53-60). Akhirnya Musa bekerja supaya Israel mempunyai hukum perjanjian itu dalam bentuk tertulis, yg ditempatkan dengan tepat di dalam tabut perjanjian (Ulangan 31 :24), lalu meninggalkan sebuah nyanyian untuk mengukirkan dalam hati mereka ketaatan kepada hukum itu (Ulangan 32, terutama ay 44-47), dan mengucapkan kepada mereka berkat-berkatnya sebelum ia mati (Ulangan 33). Kemudian ia mendaki G Nebo untuk menatap negeri yg tidak boleh dimasukinya, dan YHVH menentukan peristirahatannya yg terakhir di negeri Moab (Ulangan 32:48-52; 34:1-8).
Related image
III. TUGAS MUSA
a. Sebagai pemimpin
Sebagai pemimpin umatnya, Musa tidak hanya diperlengkapi secara teknis dengan pertumbuhannya dan pendidikannya di Mesir (Kisah 7:22). Tapi dalam hal yg jauh lebih asasi, ia juga dibina menjadi pemimpin ulung berkat kesetiaannya mengikuti Allah oleh iman (Ibrani 11 :23-29; bnd Kisah 7:23-37). Orang seperti itulah yg dibangkitkan Allah untuk memimpin umat-Nya dari perhambaan ke kelepasan. Berulang kali, mulai dari pembicaraan Musa yg pertama dengan Firaun (Keluaran 5: 19-21) sampai ke peperangan melawan Midian menjelang kematian Musa (Bilangan 31: 14-16), Israel tidak percaya kepada kuasa penyelamatan Allah dalam segala hal, melanggar perjanjian-perjanjian, menolak Allah sebagai pemimpin mereka melalui pemberontakan melawan Musa (kadang-kadang Musa dan Harun) melalui siapa kepemimpinan itu dimanifestasikan (ump Bilangan 14:4, 10; 16:41-42).
Keluarga Musa sendiri tidak setia, terbukti dari kemurtadan Harun dalam hal anak lembu emas (Keluaran 32:1 dab; 21), kecemburuan Miryam dan Harun akan kedudukan Musa dan kecaman mereka terhadap perkawinannya (Bilangan 12:1-2). Betapa luhur kelembutan hati dan panjang sabarnya menghadapi semuanya ini (Bilangan 12:3); ia terus-menerus mensyafaati Israel yg berdosa itu di hadapan Allah (ump Bilangan 14:5-9). Yg mengherankan bukanlah, bahwa Musa pernah berbuat dosa di hadapan umum (walaupun itu sangat menyedihkan, Bilangan 20:10 dab), tapi bahwa dia tidak serta-merta putus asa menghadapi bangsa 'yg tegar tengkuk dan pemberontak' itu, dan, sebagai akibatnya, menganggap tugasnya terlalu berat dan bahwa dalam banyak hal dia tidak gagal. Bahwa dia mempunyai iman baja kepada Allah yg tak kelihatan (Ibrani 11 :27b) dan sangat bergiat bekerja bagi Nama Allah (bnd Bilangan 14:13 dab), hanya itulah yg dapat menerangkan betapa besarnya apa yg sudah dicapainya (bnd Filipi 4:13).
b. Sebagai nabi dan pemberi hukum
Sebagai yg paling unggul menerangkan dan mengajarkan kehendak Allah, perintah-perintah-Nya dan kodrat-Nya dan dengan sifat-sifat yg demikian Musa-lah yg secara khas merupakan teladan dari semua nabi sejati di kemudian hari, sampai datang Seorang itu, yg bagi-Nya Musa merupakan perintis (Ulangan 18:18; Kisah 3:22) dan yg tentang Dia semua nabi bersaksi (Kisah 10:43). Musa dipanggil oleh Allah (Keluaran 3:1-4: 17) bukan hanya untuk membawa umat Israel keluar dari perbudakan, tapi juga untuk menyatakan kehendak Allah. Dan itulah yg dilakukannya dalam memberitahukan kelepasan yg akan datang (Keluaran 4:30-31; 6:8-9), dalam mengumumkan perintah-perintah Allah kepada Israel pada malam penyelamatan, khususnya mengenai Paskah (Keluaran 11:1-3; 12:21,28,35-36; 13:3 dab; 14:1), dan dalam memberitakan dengan kata dan perbuatan penyelamatan Allah menyeberangi Laut Merah (Keluaran 14:13,21-28). Khas mencolok ialah Keluaran 19:3, 7: Allah berbicara kepada Musa, dan Musa kepada bangsa itu.
Musa bercakap-cakap lama dengan Allah (Keluaran 24:18) dan sering (ump Keluaran 33:7-11), seperti para nabi di kemudian hari (bnd hidup doa Samuel, 1 Samuel 7:5; 8:6; 12:23; 15: 11). Kepada Musa diberikan keistimewaan yg luar biasa, yaitu menyatakan perjanjian Allah melalui mana Israel menaati Yahweh, Allah mereka, Dasa Firman dan pengenaannya (Keluaran 20; 21-23; bndjuga Ul5:2-5). Tepat seperti perjanjian itu dinyatakan dan diulangi (Ulangan 29:1) melalui Musa, de¬mikianlah di kemudian hari nabi-nabi berulang-ulang menempelak Israel karena melanggar perjanjian dengan syarat-syaratnya (ump 1 Raja 18:18; 2 Raja 17:15,35-40; 2 Tawarikh 15:1-2,12; Yeremia 6:16,19; 8:7-8; 11:1-10; Hosea 6:7; Amos 2:4; Hagai 2:5; Mal 2:4 dab), walaupun Yeremia (31:31-34) bisa juga memandang ke suatu perjanjian baru.
Istilah 'kode' atau 'kitab undang-undang', yaitu nama yg sering dipakai untuk bagian-bagian Pentateukh yg berbeda-beda itu sebetulnya kurang tepat: Musa bukanlah melulu mengumumkan semacam kitab undang-undang sipil yg dicita-citakan seperti 'kode Napoleon' bagi Israel. Dokumen-dokumen perjanjian di Asia Barat dari abad 13 sM menunjukkan, bahwa Musa digerakkan oleh Allah untuk mengungkapkan hubungan Israel dengan Allah dalam bentuk persetujuan atau perjanjian 'suzeranitas' (kekuasaan dan kedaulatan tertinggi pada Allah). Dalam perjanjian suzeranitas ini raja agung (dlm hal ini, Allah segala raja) mengikat bagi diriNya sendiri suatu bangsa taklukan (di sini, Israel), dan bentuk ini sudah diterapkan secara khas sekali dalam agama dan kerohanian. Hal ini merupakan rumusan yg dipahami di seluruh dunia pada waktu itu. Perjanjian demikian berakar pada 'kasih karunia yg lebih dulu' datang dari Raja Agung (di sini, dilepaskannya Israel oleh Allah dari perhambaan, Kel 20: 1) dan menempatkan rakyat-Nya dalam ikatan hutang budi dan berterima kasih; dan hal ini harus ditunjukkan dalam hidup sehari-hari dengan menaati persyaratan-persyaratan yg mengikat dan peraturan-peraturan terperinci, yg dikenakan kepada mereka dan para pemimpinnya oleh Raja Agung itu.
Bagi Israel, persyaratan dasar dari perjanjian itu ialah Dasa Firman, yg pada hakikatnya merupakan hukum moral, sebagai pengungkapan kehendak Allah. Perincian dari kewajiban-kewajiban perjanjian ini mempunyai bentuk ketetapan-ketetapan 'sipil', yg berakar pada hukum susila yg tertuang dalam Dasa Firman (yaitu Keluaran 21-23; Ulangan 12-26, dll), peraturan-peraturan pelaksanaan yg diperbolehkan dan dikuatkan yg berkaitan dengan agama juga terdapat di situ (ump Keluaran 25:1 dab; 35:10 dab; Imamat). Pendeknya, kehidupan Israel dalam setiap bentuknya harus mencerminkan kebenaran dan kekudusan, yg terpancar dari ketaatan kepada perjanjian itu, atau, dengan kalimat lain, menggenapi hukum itu. Tapi apakah itu akan tercapai, masih menunggu apa yg disediakan Allah, bnd Galatia 3:23 dab (ayat 15-22 juga, terutama ayat 21-22).
Karena perjanjian Israel dengan Allah bukanlah mutlak persetujuan kewajiban politik, tapi juga mengatur kehidupan mereka sehari-hari di hadapan Allah, maka peraturannya pun berlaku sebagai dasar minimum undang-undang 'sipil' bagi bangsa itu. Sebab dalam bentuk biasa kehidupan masyarakat, sumber-sumber ekonomi, keadaan geografis, macam-macam kejahatan dll, kehidupan sehari-hari Israel banyak persamaannya dengan bangsa-bangsa lain yg ada di dunia kuno zaman Alkitab. Karena itu baik Israel maupun tetangganya sampai batas tertentu, adalah sama-sama memiliki warisan zaman kuno dalam hal hukum dan kebiasaan-kebiasaan yg berkaitan dengan soal-soal itu. Maka tidaklah mengejutkan menjumpai persamaan-persamaan mengenai berbagai hal dalam persyaratan-persyaratan Musa dengan hukum Hammurabi (5 abad lebih dini) dan raja-raja Mesopotamia yg lain, yg masih jauh lebih dini (bnd W.J Martin, DOIT, hlm 28, 36, 37). Adapun deretan hukum yg panjang, yg dikembangkan oleh beberapa kepala negara mulai dari akhir milenium 3 sM dan sesudahnya, menghambat kita untuk menentukan saat pemberian hukum Pentateukh sesudah zaman Musa (yaitu abad 13 sM). Perlu diingat, bahwa Israel yg terkuno agak lambat terhisab dalam sejarah Asia Barat Kuno yg panjang dan jalin-berjalin yg lamanya beberapa milinium, sehingga tidak ada kesempatan bagi Israel untuk memulai sejarahnya sendiri dari tahapan yg sungguh-sungguh primitif. Ini terlalu sering dilupakan atau secara praktis disangkal dalam penelitian PL modern.
Jumlah atau kuantita hukum 'sipil' yg ada dalam Pentateukh sama sekali tidak luarbiasa juga bukan kekecuaian, jika dibandingkan dengan kumpulan hukum yg diundangkan di tempat-tempat lain. Dalam Keluaran 21-23 mungkin terdapat ± 40 'pasal', dalam Imamat 18-20 lebih dari 20 'pasal', dan dalam Ulangan 12-26 hampir 90 'pasal', yg panjangnya bervariasi dari satu bab atau setengah bab dalam ukuran pembagian naskah zaman sekarang sampai kepada hanya satu kalimat pendek; katakanlah ± 150 'pasal' yg ada seluruhnya, dengan mengesampingkan peraturan-peraturan yg kelihatannya lebih bersifat agama. Jika angka ini dibandingkan dengan hukum Hammurabi yg 282 pasal, dengan hukum Asyur Zaman Pertengahan yg masih ada 115 pasal (banyak yg sudah hilang), atau hukum bangsa Het yg 200 pasal, perbandingannya masih lumayan.
c. Sebagai penulis
Pada zaman modern ini penilaian akan peranan Musa sebagai penulis adalah bermacam-macam dalam semua bentuk pendapat yg pernah dikemukakan. Penilaian itu berada antara dua pendapat yg sangat berbeda, yakni pendapat yg mengatakan bahwa setiap kata dari Kitab Pentateukh yg ada sekarang berasal dari Musa, atau sama sekali menolak Musa sebagai penulisnya. Data-data dalam Pentateukh patut dinalar secara sungguh-sungguh dan tanpa prasangka dalam kaitannya dengan naskah-naskah dari Asia Barat Kuno, dan pertentangan lama maupun metode kecaman subyektif dapat dilupakan.
Bahwa nama Musa dihubungkan dengan bagian-bagian tertentu Pentateukh sejak dari awal jelas kelihatan pada naskah Alkitab sendiri. Jadi, seminim-minimnya, Musa tidak dapat disangkal sebagai penulis dari bagian-bagian berikut: dokumen ringkas tentang hukuman Allah atas bangsa Amalek (Kel 17:14); 'kitab perjanjian' (Keluaran 24:4-8; dgn memperhatikan ay-ay sejajar, 'kitab perjanjian' ini harus mencakup Keluaran 20 dan 21-23, yaitu perintah-perintah dan hukum-hukum yg menyertainya), pemulihan perjanjian (Kel 34:27, yg menunjuk ke 34:10-26); risalah perjalanan di padang gurun (Bilangan 33:1-2, yg menunjuk kepada dokumen yg menghasilkan 33 :3-40); bagian terbesar Kitab Ulangan sampai ps 31 (Ulangan 31 :9-13, 24 dab, yg menunjuk kepada pembaharuan perjanjian dan diperkuatnya hukum-hukumnya, yg mendahului pasal 31); dan dua syair (Ulangan 32; bnd 31 :22; dan yg berjudul Mazmur 90; ttg ini tidak ada bukti yg obyektif untuk meragukannya). Ay-ay selanjutnya dari PL dan PB yg menunjuk kepada Musa dalam hubungan ini telah dikumpulkan oleh berbagai ahli, ump oleh E.J Young, An Introduction to the Old Testament, 1949, hlm 50-51.
Kemampuan menuliskan berita-berita sejarah, mencatat undang-undang, dan membuat syair dalam diri satu orang bukanlah hal yg ganjil. Suatu contoh dari Mesir tentang kemampuan sejenis pada 7 abad sebelum Musa, agaknya dimiliki oleh Kheti (atau Akhtoi), anak Duauf, penulis pada pemerintahan Amenemhat I (± tahun 1991-1962 sM); jelas dia ahli pendidik, propagandis politik dan penyair. Ia menulis Satire of the Trades untuk dipakai di sekolah-sekolah penulis, dan agaknya dia ditugaskan untuk memberi bagian bentuk sastra kepada 'Teaching of Amenemhat 1', sebuah pamflet politik, dan mungkin dialah penulis nyanyian terkenal mengenai S Nil, yg biasanya disalin oleh para penulis bersama kedua karyanya yg lain (bnd Gardiner, Hieratic Papyri in the British Museum, Third Series, 1935, 1, hlm 40, 43-44, dan Posener, Litterature et Politique dans I'Egypte de la XIIe Dynastie, 1956, hlm 4-7, h. 7, 72-73).
Tapi 'yg paling seminim-minimnya' seperti disebutkan di atas, tak ada alasan obyektif kenapa bukan Musa yg menulis, atau yg menyuruh menuliskan (dlm bentuk imla - dari situlah kata ganti diri 3), bagian terbanyak isi Pentateukh yg ada sekarang, walaupun persis betapa banyak dari situ harus tetap tinggal hanya soal pendapat.
Hampir seluruh batang tubuh Pentateukh yg sekarang sudah bisa diatur pada zaman sedini zaman Yosua, dengan perbaikan yg minim di kemudian hari mengenai ejaan bahasa. Seperti sudah diterangkan dan dilukiskan di atas dalam bagian IIb dan c (terutama akhirnya), - jika kebenaran berita Kel 2 tentang awal kehidupan Musa di Mesir masih dapat dipercayai - pengetahuan modern tentang suasana Kerajaan Mesir Baru membuat anggapan bahwa Musa mendapat pendidikan sastra dan lain-lain di Mesir hampir tidak dapat dielakkan, atau paling sedikit pandangan satu-satunya yg masuk akal. Kewajiban untuk membuktikan kebalikannya terletak di atas pundak orang-orang yg mendukung kebalikan itu. Pada dewasa ini, keberatan terhadap Musa sebagai penulis, seringkali bukanlah, bahwa dia tidak dapat menulis, tapi bahwa dia tidak hendak menulis, dan orang berbicara tentang 'tradisi lisan' dan penulisan beserta pengaturan dokumen di kemudian hari. Seluruh kenyataan dari Asia Barat Kuno bertentangan dengan jalan pikiran ini. Bahan-bahan yg dianggap penting atau yg harus disimpan dalam risalah yg menetap untuk keturunan (di kemudian hari), ditulis, bahkan diukirkan pada saat itu di negeri-negeri Asia Barat, dan tidak diserahkan kepada asuhan penyanyi-penyanyi atau pendongeng-pendongeng..
d. Kemasyhuran kemudian
Sejak Yosua (Yosua 8:31; bnd 1 Raja 2:3; 2 Raj 14:6; Ezra 6: 18, dll) sampai zaman PH (Markus 12:26; Lukas 2:22; Yoh 7:23), nama Musa selalu dihubungkan dengan PL terutama Kitab-kitab Pentateukh; perhatikan 2 Korintus 3:15; di situ 'Musa' berarti seluruh PL. Dan Musa beserta Elia, sebagai mewakili Taurat dan nabi-nabi PL, yg mendampingi Kristus di atas Bukit Pemuliaan (Matius 17:3-4). Karena terbatasnya tempat maka tak bisa dicantumkan di sini nilai pengaruh dari tokoh Musa terhadap penulis-penulis dan pemimpin-pemimpin dalam sejarah zaman terakhir ini, terutama dalam zaman kita ini.

KEPUSTAKAAN :
- O.T Allis, God Spake by Moses, 1951; G von Rad, Moses, 1960;
- H.H Rowley, Men of God, 1963, hlm 1-36; id. From Moses to Qumran, 1963, hlm 35-63;
- R Smend, Das Mosebild von Heinrich Ewald bis Martin Noth, 1959; H Schmid, Mose, Uberlieferung und Geschicte, 1968.
- Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Vol 2, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995, hlm 102-109

MUSA DAN PENTATEUKH

Seorang Kristen yang berupaya berpegangan pada pimpinan Kristus dalam penyelidikannya tentang Perjanjian Lama, tidak terikat pada tradisi tentang penulis sebuah kitab. Bahkan diperingatkan jangan memandang tradisi manusia setaraf dengan firman Allah (Markus 7:13), tetapi ia terikat pada segala sesuatu yang dengan tegas diajarkan dalam Perjanjian Lama, karena "bagi Kristus Perjanjian Lama adalah benar, berwibawa dan diilhamkan. Bagi Dia, Allah dari Perjanjian Lama adalah Allah yang hidup, dan ajaran Perjanjian Lama adalah ajaran dari Allah yang hidup. Bagi Dia, apa yang dikatakan Alkitab adalah dikatakan oleh Allah." (Our Lord's View of the Old Testament, J.W. Wenham).
Mungkin kelihatannya seorang ahli sejarah yang mau menyelidiki Alkitab, dengan percaya bahwa ungkapan-ungkapan Alkitab semuanya benar, adalah penuh dengan prasangka sehingga kesimpulan-kesimpulannya tidak bernilai. Sebab seringkali dikatakan, bahwa seorang, yang benar-benar ahli, haruslah orang yang pikirannya terbuka. Tetapi pemikiran yang kedengarannya baik ini sebenarnya menyembunyikan suatu kekeliruan. Sebab teranglah, bahwa tidak ada orang yang dapat menjalankan penyelidikan ilmiah kalau pikirannya belum pernah dilengkapi dengan banyak bahan dan gagasan-gagasan. Sama seperti tidak ada orang yang patut untuk mengerjakan penelitian ilmiah kalau ia belum menguasai bahan dan asas dari bidangnya dalam ilmu pengetahuan.
Kecakapan orang untuk mengadakan penyelidikan yang berhasil tergantung pada pengertiannya tentang asas-asas yang menjadi dasar dari yang diselidiki. Pikiran yang terbuka tentang hukum-hukum yang sudah dirumuskan dengan teliti bagi seorang ahli fisika tidak ada gunanya. Penguasaan yang baik tentang yang diketahui adalah kunci bagi penyelidikan tentang yang tidak diketahui. Ini memang tidak berarti, bahwa hukum-hukum tertentu tidak dapat dirumuskan lebih tepat atau lebih memuaskan; hal ini memang merupakan suatu bagian dari tugas penyelidikan. Tetapi tiap ahli harus membangun atas dasar yang sudah diketahui, kalau tidak, ia tidak dapat maju ke dalam yang belum diketahui.
Kepercayaan bahwa Yesus adalah Guru yang dapat dipercaya, datang dari kesaksian Allah sendiri di dalam hati. Kesaksian ini menyebabkan orang percaya mempercayai firman Allahnya, "Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu" (Markus 13:31). "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu" (Matius 7:24). Jadi ia cenderung menerima pandangan Kristus tentang Perjanjian Lama, ia percaya, bahwa ini merupakan kunci untuk mengerti Perjanjian Lama. Dia ia tidak dikecewakan.
Teori yang paling berpengaruh dalam kritik terhadap Pentateukh menghubungkan dua aliran -- yaitu teori dokumen dan teori perkembangan. Kedua-duanya berdasarkan anggapan, bahwa dalam Perjanjian Lama ada pertentangan-pertentangan yang besar. Teori ini telah diserang dengan keras. Banyak dari yang dianggap bertentangan adalah terang bukan pertentangan, dan semua yang dianggap demikian masih perlu dipersoalkan. Pintu terbuka lebar-lebar bagi mereka yang percaya, bahwa ini Perjanjian Lama, asal dimengerti dengan baik, merupakan kesatuan yang serasi dan organik.
Kalau kepercayaan ini tepat -- jadi berdasarkan asas teologi yang sehat -- maka tidak usahlah jawaban-jawaban disembunyikan. Asas ini akan membantu untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi kesukaran yang belum dipecahkan. Asas ini seharusnya memberikan kesabaran besar dan kejujuran yang sungguh-sungguh dalam memikirkan soal yang berat. Dan asas ini seharusnya memberikan kerelaan untuk membiarkan tidak terpecahkan suatu soal yang memang tidak terpecahkan. Karena sama sekali tidak merendahkan orang kalau ia mengakui bahwa ia tidak mengetahui segala sesuatu. Lagi pula pasti kebenaran Allah tidak dapat dibantu dengan alasan yang tidak jujur. Karena itu, Kristus memerintahkan kita untuk mendekati persoalan kita dengan berpegangan pada kebenaran Alkitab, tetapi pikiran kita harus terbuka lebar bagi segala kemungkinan yang tidak bertentangan dengan ungkapan-ungkapan yang telah diilhamkan oleh Roh.
Dalam kita berusaha untuk merumuskan dengan lebih teliti ajaran Alkitab tentang Kitab Suci, kita memperhatikan dua hal. Pertama, tujuan segala Kitab Suci yang diilhamkan oleh Allah, adalah untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian setiap orang kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:16-17). Jadi hal-hal yang jelimet, yang berhubungan dengan keadaan dan waktu peristiwa-peristiwa dalam Alkitab, tidak penting pada dirinya, hanya penting karena peranannya dalam karya untuk menyatakan jalan-jalan Allah dengan manusia. Karena itu hal-hal yang tidak terang dalam Alkitab belum pernah menjadi penghalang bagi orang untuk mengetahui kehendak Allah, asal ia mau mengetahui yang benar. Pokok ajaran Alkitab selalu tetap terang, juga bagi orang kendati hanya mempunyai naskah dan terjemahan yang jelek. Perbedaan-perbedaan kecil dalam naskah dan kadang-kadang juga dalam maksud terjemahan-terjemahan diketahui juga pada zaman Perjanjian Baru, tapi itu semua tidak mengakibatkan keragu-ragian akan ke-bisa-annya dipercaya dalam Alkitab.
Kedua, rumusan, bahwa Alkitab "diilhamkan Allah" menunjukkan bahwa dasar yang tepat bagi pembicaraan yang mendalam dan ilmiah adalah Alkitab seperti mula-mula diberikan. Saat pengilhaman adalah saat Allah berfirman, waktu Allah mengilhamkan firman yang harus ditulis. Ini berarti dua hal: pertama, bahwa naskah yang terbaik adalah yang paling dekat dengan naskah asli (Tugas kritik naskah adalah untuk menentukan antara perbedaan-perbedaan kecil yang manakah yang mungkin cocok dengan yang asli). Kedua, naskah dalam bahasa asli harus dihargai lebih tinggi daripada terjemahan-terjemahan. Memang suatu terjemahan, baik kuno atau baru, mungkin berfaedah untuk menunjuk suatu segi yang istimewa dalam naskah asli, dan seorang penafsir yang baru (seperti penulis-penulis Perjanjian Baru) dapat mengutip dari suatu terjemahan tanpa menentang kewibawaan dari naskah asli.
Hal di atas memberikan tiga asas dalam meninjau soal tentang siapa penulis Pentateukh itu.
1. Kita tidak diikat oleh tradisi.
2. Kita diikat oleh naskah Alkitab seperti diberikan sebagai asli.
3. Kita sadar tentang adanya kerusakan-kerusakan waktu naskah diteruskan, tetapi tidak merusak pernyataan Pentateukh sendiri, tetapi yang harus diperhitungkan dalam menilai bukti-bukti yang rinci tentang persoalan penulis.
Pentateukh baik sebagai satu buku maupun sebagai lima buku sebenarnya anonim. Ada bagian-bagian yang dikatakan ditulis oleh Musa pada asalnya (Keluaran 17:14, 24:4, 34:28; Bilangan 33:2; Ulangan 31:9, 22, 24), tetapi tidak ada tertulis bahwa Musa adalah penulis sebuah buku yang lengkap. Ada tradisi Yahudi purba yang ekstrim dan ada yang agak moderat. Yang ekstrim -- bahkan Yosefus dan Plato membelanya -- mengatakan, bahwa Musa telah menulis segenap Pentateukh, juga nubuat tentang wafatnya sendiri dan tentang peristiwa-peristiwa segera sesudahnya. Yang lebih moderat -- disebut dalam Talmud -- mengatakan, bahwa Musa telah menulis segala sesuatu kecuali bagian yang mengakhiri Ulangan, yang ditulis oleh Yosua. Tetapi dalam peninjauan ini, kita tidak terikat pada tradisi Yahudi purba ini.
Memang kecuali penutupnya masih ada unsur-unsur lain yang dari zaman sesudah Musa dalam Pentateukh. Dalam hal ini, Ulangan agak lain dari kitab-kitab yang lain. Dalam Kejadian sampai Bilangan, terang sekali hanya seedikit saja yang dengan meyakinkan dapat dikatakan berasal dari zaman sesudah Musa. Dan lebih sedikit lagi yang dapat dibuktikan asalnya dari zaman sesudah Musa; tetapi cukup untuk menunjukkan, bahwa pemecahan yang lazim dari orang Yahudi adalah agak terlalu mudah.
Dalam Kejadian 14:14 disebut-sebut kota Dan, menurut nama orang-orang Dan, yang kemudian menaklukkannya (Yosua 19:47; Hakim-hakim 18:29). Dalam Kejadian 36:31 dan ayat-ayat berikutnya tertulis daftar raja-raja orang Edom "yang memerintah di tanah Edom, sebelum ada seorang raja memerintah atas orang Israel". Keluaran 16:35, "orang Israel makan manna 40 tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan", kalimat ini mungkin ditambahkan kepada cerita tentang perjalanan-perjalanan yang pertama dari Musa, dekat sebelum wafatnya, tetapi lebih mungkin kalau kalimat ini merupakan suatu keterangan dari penyusunan. Dan juga kata-kata yang terkenal itu, "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi" (Bilangan 12:3). Memang dapat dikatakan, bahwa ungkapan ini tanpa disadari keluar dari seorang yang sangat rendah hati. Tetapi kebanyakan orang menganggapnya seperti dari penyusun. Mungkin sekali hal yang sama dapat dikatakan tentang Keluaran 11:3, "Musa adalah seorang yang sangat terpandang di tanah Mesir."'
Persoalan jumlah-jumlah yang sangat besar menimbulkan pertanyaan juga, tetapi ini mengenai penyalinan naskah, tidak mengenai soal tentang penulis. Dikatakan bahwa jumlah-jumlah dalam penghitungan suku dalam Bilangan 1 dan 26 adalah kekeliruan, yaitu bahwa dijadikan satu jumlah 'ALÛPÎM (tentara dengan senjata lengkap) dan jumlah ME'ÔT (pasukan-pasukan tempur terdiri dari ± 100 orang). Kata pertama diucapkan 'ALAPÎM (beribu-ribu) dengan keliru, dan ditambahkan kepada jumlah terakhir (yaitu 12 sampai 27 ratusan tergantung pada suku yang berbeda-beda, yaitu satu 'ELEP dua ME'ÔT dan dua 'ALAPÎM tujuh ME'ÔT), sehingga jumlah yang sekarang menjadi tertulis.
Dalam penghitungan ini, tentara perang Israel akan berjumlah ± 18.000 orang dan semua orang yang menuju Kanaan ± 72.000. Daftar-daftar sensus dan beberapa persoalan tentang jumlah memang memandai suatu waktu ketika para pembaca tidak mengerti tulisan itu kuno, dan banyak usaha telah dilakukan untuk memperbaiki keadaan itu. Tetapi usaha-usaha itu, yang dilakukan lama sesudah Musa meninggal, tidak dapat dijadakan bukti, bahwa naskah asli adalah dari zaman sesudah Musa. Ada orang-orang yang berpandangan konservatif yang berpikir, bahwa mereka dapat menunjukkan bagian-bagian lain yang dari zaman sesudah Musa, seperti Bilangan 21:41, dan seterusnya; 32:34 dan seterusnya. Memang ada kemungkinan semua ini dari zaman sesudah Musa, tetapi terlalu tidak pasti untuk menjadi patokan dalam mencari waktu hidup si penulis. Hanya kalau waktu yang sesudah zaman Musa itu sudah dipastikan sebagai waktu penghimpunan bilangan itu atas dasar yang lain, barulah ayat-ayat ini dapat dikatakan ditulis sesudah zaman Musa.
Dari uraian di atas menjadi terang, bahwa dalam Kejadian sampai Ulangan tidak cukup bahan yang dari waktu kemudian untuk menentukan, bahwa si penulis hidup sesudah Musa. Dokumen-dokumen ini merupakan laporan-laporan nasional dan TÔRÂH buat pelajaran agama, jadi dapat diharapkan, bahwa dalam waktu 1.000 tahun ada nama purba yang diberi bentuk baru, ada daftar silsilah yang dipermodern, ada catatan yang memberi sedikit keterangan atau ada usaha untuk memecahkan kesukaran-kesukaran dalam naskah.
Aalders mengatakan, berdasarkan Kejadian 36:31, bahwa waktu perbaikan yang terakhir dari Pentateukh pasti pada zaman monarki. Dan berdasarkan Hakim-hakim 1:16 (penulisnya pasti sebelum pendudukan Yerusalem, lihat Hakim-hakim 1:21) waktu tadi tidak lebih kemudian dari tahun ketujuh dari pemerintahan Daud. Ia sangat berhati-hati dalam mengatakan berapa besar peranan Musa dan berapa pesar peranan penghimpun kemudian. Tetapi agaknya ia cenderung kepada pandangan, bahwa para penghimpunan mempunyai peranan yang diilhamkan oleh Tuhan dan kreatif, dan bahwa tambahan-tambahan yang mereka berikan bukan hanya catatan-catatan untuk menerangkan saja. Tapi dengan jujur harus diakui, betapa sedikitnya unsur-unsur yang dapat dibuktikan sebagai dari zaman sesudah Musa. Karena itu tidak bijak sekali untuk mengambil kesimpulan yang penting tentang sejarah, berdasarkan itu.
Tapi kalau kita meninjau Ulangan, maka halnya agak berbeda. Di situ dengan tegas dikatakan, bahwa segenap bahannya ditulis oleh Musa. "Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab sampai perkataan yang penghabisan" (Ulangan 31:24), ia menyerahkannya kepada orang Lewi yang harus menyimpannya di sisi tabut perjanjian. Suruhan yang ditulis dengan kata aku dan kami tetap berbentuk perintah. Tapi Ulangan yang kita punyai sekarang pasti disusun sesudah zaman Musa. Hal ini terang dalam pasal-pasal penutup dan mungkin dalam pendahuluannya (Ulangan 1:1-5), juga dalam beberapa catatan dan kata-kata yang menerangkan (Ulangan 2:10, 20-23; 3:9, 11; 4:45-49).
Memang menarik sekali untuk menganggap, bahwa semua atau hampir semua ayat di mana Musa disebut dengan dia adalah dari orang lain yang menceritakan, meskipun sama sekali tidak jarang seorang menulis tentang dirinya sendiri dan menyebut diri sendiri dia. Penulis ini menulis seakan-akan ia menyaksikan sendiri peristiwa yang terjadi. Dalam tulisannya tidak ada yang dapat dikatakan ditulis lama sesudah Musa meninggal. Tapi penulis ini tidak mungkin Yosua, meskipun tradisi Talmud mengatakan begitu, karena Yosua tidak mungkin mengatakan dirinya sendiri "penuh dengan roh kebijaksanaan" (Ulangan 34:9).
Kalau kita dengan jujur menghormati ungkapan-ungkapan yang tegas dalam Perjanjian Lama, kita dapat memilih antara dua hal. Kita dapat menempatkan bahan-bahan tulisan dari zaman Musa atau zaman sebelumnya pada zaman monarki. Kita dapat menerima Pentateukh dalam bentuknya sekarang, kecuali kesukaran-kesukaran tentang jumlah-jumlah sebagai karya tanpa nama pada zaman Saul atau Daud. Sebagai alternatifnya, kita dapat menganggap Kejadian sampai Bilangan sebagai buah karya Musa, yang telah mengalami sedikit perubahan-perubahan kecil selama penyalinannya. Kita dapat menganggap Ulangan sebagai kata-kata perpisahan yang ditulis oleh Musa, tapi diedit oleh seorang yang menceritakannya beberapa waktu kemudian, yaitu pada zaman kepemimpinan Yosua.
Ada baiknya cenderung membela pandangan terakhir. Dasarnya ialah, bahwa kalau kita menerimanya, maka kedua hal, yaitu sifat-sifatnya yang sangat tinggi dan apa yang dapat dianggap kekurangan-kekurangannya, dapat menjadi terang. Makna sejarah dunia hilang kalau Musa tidak diakui, bukan hanya sebagai tokoh sejarah tetapi sebagai salah seorang yang paling besar dari segala waktu. Dengan pasti dapat dikatakan, bahwa timbulnya monoteisme etis bangsa Yahudi merupakan pengaruh yang paling besar dalam segenap sejarah manusia. Dari Yudaisme lahirlah agama Kristen dan agama Islam, dan ilmu-ilmu pengetahuan (secara tidak langsung) dan (secara salah) komunisme. Pengaruh yang besar ini pastilah lahir dari pribadi yang besar juga. Pastilah pribadi ini seorang jenius, dan mungkin Musalah jenius yang paling besar dari segala zaman.
Memang benar juga, bahwa semua kitab sejarah yang lain dalam Alkitab adalah kitab-kitab yang bernilai tinggi, dan bahwa kita tidak memiliki pengatuhuan yang pasti tentang penulis-penulisnya, tetapi Pentateukh -- dan teristimewa Kejadian -- tidak ada taranya. Dengan cara yang polos dan sederhana di sini diletakkan dasar bagi segenap tradisi Yahudi-Kristen. Seperti dikatakan oleh F.D. Kidner, "Kalau arsitek utamanya bukan Musa, pastilah arsiteknya orang yang sebesar Musa juga" (Genesis, Tyndale Old Testament Commentary, 1967, halaman 16). Tetapi di manakah orang sekaliber Musa dapat ditemukan? Musa tidak hanya memiliki bakat-bakat yang besar, tetapi ia juga "yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka" (Ulangan 34:10).
Karena ia hidup di perbatasan antara kebudayaan Mesir yang tinggi dan kepercayaan Israel yang amat sederhana tapi dalam itu, maka ia memiliki kemungkinan-kemungkinan yang tidak dipunyai orang lain. Di tengah-tengah kedahsyatan penderitaan di Mesir, ia memikirkan dengan mendalam tradisi campuran yang dalam bentuk kesusasteraan atau lisan, berperan kuat pada bangsa Israel. Ia memiliki kecakapan untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang salah dan hal-hal yang tepat dan yang tidak tepat. Dan pada akhirnya dalam pikirannya timbullah gagasan yang terang-benderang tentang Dia, Allah yang hidup, yang telah memilih Israel untuk menjadi umat pilihan-Nya. Kejadian merupakan inti dari agama yang diajarkan Musa dan juga merupakan dasar dari agama dari segenap Alkitab.
Bahwa Musa adalah penulisnya tidak hanya diterangkan oleh isinya, tetapi juga oleh gaya bahasanya. Dalam karangannya yang mendalam The Glosses in the Book of Genesis and the J.E. Theory (Expository Times, 67, 1956, halaman 333), M.S. Seale mengatakan bahwa selama ia menerjemahkan Kejadian ke dalam bahasa Arab, tiap hari ia ditakjubkan oleh banyaknya pemakaian kata searti dan catatan. Kenapa? "Hanya karena hal itu perlu. Ia menulis bagi suatu bangsa tetapi juga bagi rakyat campuran (Keluaran 12:38 dan Bilangan 11:4); tetapi bangsa-bangsa itu sendiri adalah campuran: mereka Badui asalnya, rumah mereka di Tanah Aram, mereka dididik di tanah Mesir, dan berhubungan dengan orang-orang Kanaan. Keterangan dan penjelasan dan pemakaian banyak kata dari bahasa Arab, Akadia, Aram, dan Mesir, adalah mutlak perlu bagi bangsa yang demikian itu."
Kejadian adalah satu kesatuan yang dengan singkat menceritakan pernyataan Allah yang diberikan sebelum zaman Musa. Imamat, yang merupakan buku pegangan bagi pada imam, adalah juga satu kesatuan. Ulangan, hukum kedua juga suatu kesatuan. Tetapi Keluaran dan Bilangan sebaliknya, kelihatannya bukan karya penyusun yang rapi. Kitab-kitab ini kumpulan dari campuran undang-undang dan sejarah, jadi kelihatannya tidak direncanakan sebagai kesatuan. Lebih mudah untuk menganggap isi kitab-kitab ini sebagai catatan-catatan dari kenang-kenangan Musa yang mula-mula tidak tersusun, yang generasi kemudian tidak berani mengubahnya, daripada memandangnya sebagai kitab-kitab yang tersusun baik dari zaman monarki.
Kita dapat memikirkan, bahwa segala dokumen diserahkan kepada Imam Besar untuk dipelihara, bersama-sama dengan hukum Taurat dari Ulangan, yang harus dibacakan kepada orang-orang Israel yang berkumpul sekali tiap tujuh tahun (Ulangan 31:9 dan ayat-ayat berikutnya). Mungkin, seperti dikatakan oleh G.T. Manley (The Book of the Law, 1957, halaman 162), Imam Besar Eleazar sendiri yang telah menyiapkan Ulangan bagi pembacaan untuk umum. Uraian-uraian Musa tidak dapat dibaca dalam kata aku kalau tidak diterangkan. Dan dengan sendirinya pemimpin tua yang menyiapkan pembacaan ini menambahkan keterangan dan kenang-kenangannya. (Dengan demikian, tanda kurung dalam Ulangan 10:6-9 menjadi terang).
Tetapi hal-hal kecil ini adalah sepele. Tokoh Musa yang besar itu adalah kunci bagi sejarah dan kesusasteraan.




Berapa kali Musa Puasa 40Hari-40Malam?
Berdasar yang dicatat dalam Ulangan 9, Musa berpuasa 40 hari 40 malam selama Tiga kali, sbb:
1. Saat menerima 2 loh batu
* Keluaran 24:18
LAI TB, Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan mendaki gunung itu. Lalu tinggallah ia di atas gunung itu empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya.
KJV, And Moses went into the midst of the cloud, and gat him up into the mount: and Moses was in the mount forty days and forty nights.
Hebrew,
וַיָּבֹא מֹשֶׁה בְּתֹוךְ הֶעָנָן וַיַּעַל אֶל־הָהָר וַיְהִי מֹשֶׁה בָּהָר אַרְבָּעִים יֹום וְאַרְבָּעִים לָיְלָה׃ פ
Translit, VAYAVO MOSYEH BETOKH HE'ANAN VAYA'AL 'EL-HAHAR VAYEHI MOSYEH BAHAR 'ARBA'IM YOM VE'ARBA'IM LAYLAH
 * Ulangan 9:9,11
9:9 LAI TB, Setelah aku mendaki gunung untuk menerima loh-loh batu, loh-loh perjanjian yang diikat TUHAN dengan kamu, maka aku tinggal empat puluh hari empat puluh malam lamanya di gunung itu; roti tidak kumakan dan air tidak kuminum.
KJV, When I was gone up into the mount to receive the tables of stone, even the tables of the covenant which the LORD made with you, then I abode in the mount forty days and forty nights, I neither did eat bread nor drink water:
Hebrew,
בַּעֲלֹתִי הָהָרָה לָקַחַת לוּחֹת הָֽאֲבָנִים לוּחֹת הַבְּרִית אֲשֶׁר־כָּרַת יְהוָה עִמָּכֶם וָאֵשֵׁב בָּהָר אַרְבָּעִים יֹום וְאַרְבָּעִים לַיְלָה לֶחֶם לֹא אָכַלְתִּי וּמַיִם לֹא שָׁתִֽיתִי׃
Translit, BA'ALOTI HAHARAH LAQAKHAT LUKHOT HA'AVANIM LUKHOT HABERIT 'ASYER-KARAT YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) 'IMAKHEM VA'ESYEV BAHAR 'AR'BA'IM YOM VE'AR'BA'IM LAILAH LEKHEM LO 'AKHALTI UMAYIM LO SYATITI
9:11 LAI TB, Sesudah lewat empat puluh hari empat puluh malam itu, maka TUHAN memberikan kepadaku kedua loh batu, loh-loh perjanjian itu.
KJV, And it came to pass at the end of forty days and forty nights, that the LORD gave me the two tables of stone, even the tables of the covenant.
Hebrew,
וַיְהִי מִקֵּץ אַרְבָּעִים יֹום וְאַרְבָּעִים לָיְלָה נָתַן יְהוָה אֵלַי אֶת־שְׁנֵי לֻחֹת הָאֲבָנִים לֻחֹות הַבְּרִֽית׃
Translit, VAYEHI MIQETS 'AR'BA'IM YOM VE'AR'BA'IM LAILAH NATAN YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) 'ELAY 'ET-SYENEY LUKHOT HA'AVANIM LUKHOT HABERIT
2. Setelah Musa tahu bahwa orang Israel menyembah anak lembu emas
* Keluaran 34:28
LAI TB, Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.
KJV, And he was there with the LORD forty days and forty nights; he did neither eat bread, nor drink water. And he wrote upon the tables the words of the covenant, the ten commandments.


Hebrew,
וַיְהִי־שָׁם עִם־יְהוָה אַרְבָּעִים יֹום וְאַרְבָּעִים לַיְלָה לֶחֶם לֹא אָכַל וּמַיִם לֹא שָׁתָה וַיִּכְתֹּב עַל־הַלֻּחֹת אֵת דִּבְרֵי הַבְּרִית עֲשֶׂרֶת הַדְּבָרִים׃
Translit, VAYEHI-SYAM 'IM-YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) 'ARBA'IM YOM VE'ARBA'IM LAYLAH LEKHEM LO 'AKHAL UMAYIM LO' SYATAH VAYIKHTOV 'AL-HALUKHOT 'ET DIVREY HABERIT 'ASERET HADEVARIM
* Ulangan 9:18; 10:10
9:18 LAI TB, Sesudah itu aku sujud di hadapan TUHAN, empat puluh hari empat puluh malam lamanya, seperti yang pertama kali--roti tidak kumakan dan air tidak kuminum--karena segala dosa yang telah kamu perbuat, yakni kamu melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, sehingga kamu menimbulkan sakit hati-Nya.
KJV, And I fell down before the LORD, as at the first, forty days and forty nights: I did neither eat bread, nor drink water, because of all your sins which ye sinned, in doing wickedly in the sight of the LORD, to provoke him to anger.
Hebrew,
וָֽאֶתְנַפַּל לִפְנֵי יְהוָה כָּרִאשֹׁנָה אַרְבָּעִים יֹום וְאַרְבָּעִים לַיְלָה לֶחֶם לֹא אָכַלְתִּי וּמַיִם לֹא שָׁתִיתִי עַל כָּל־חַטַּאתְכֶם אֲשֶׁר חֲטָאתֶם לַעֲשֹׂות הָרַע בְּעֵינֵי יְהוָה לְהַכְעִיסֹֽו׃
Translit, VA'ET'NAPAL LIF'NEY YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) KARISYONAH 'AR'BA'IM YOM VE'AR'BA'IM LAILAH LEKHEM LO 'AKHALTI UMAYIM LO SYATITI 'AL KOL-KHATAT'KHEM 'ASYER KHATATEM LA'ASOT HARA BE'EINEY YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) LEHAKH'ISO
10:10 LAI TB, Maka aku ini berdiri di atas gunung seperti yang pertama kali, empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan sekali inipun TUHAN mendengarkan aku: TUHAN tidak mau memusnahkan engkau.
KJV, And I stayed in the mount, according to the first time, forty days and forty nights; and the LORD hearkened unto me at that time also, and the LORD would not destroy thee.
Hebrew,
וְאָנֹכִי עָמַדְתִּי בָהָר כַּיָּמִים הָרִאשֹׁנִים אַרְבָּעִים יֹום וְאַרְבָּעִים לָיְלָה וַיִּשְׁמַע יְהוָה אֵלַי גַּם בַּפַּעַם הַהִוא לֹא־אָבָה יְהוָה הַשְׁחִיתֶֽךָ׃
Translit, VE'ANOKHI 'AMAD'TI VAHAR KAYAMIM HARISYONIM 'AR'BA'IM YOM VE'AR'BA'IM LAILAH VAYISY'MA YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) 'ELAY GAM BAPA'AM HAHIV LO-'AVAH YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) HASYEKHITEKHA
3. Di tengah perjalanan orang Israel, saat Tuhan menyuruh orang Israel berangkat dari Kadesh-Barnea, rupa-rupanya Musa berpuasa sekali lagi Ulangan 9:25. Peristiwa yang terakhir ini memang tidak dicatat di tempat yang lain.
* Ulangan 9:25
LAI TB, Maka aku sujud di hadapan TUHAN--empat puluh hari empat puluh malam lamanya aku sujud--,karena TUHAN telah berfirman akan memunahkan kamu,
KJV, Thus I fell down before the LORD forty days and forty nights, as I fell down at the first; because the LORD had said he would destroy you.
Hebrew,
וָֽאֶתְנַפַּל לִפְנֵי יְהוָה אֵת אַרְבָּעִים הַיֹּום וְאֶת־אַרְבָּעִים הַלַּיְלָה אֲשֶׁר הִתְנַפָּלְתִּי כִּֽי־אָמַר יְהוָה לְהַשְׁמִיד אֶתְכֶֽם׃
Translit, VA'ET'NAPAL LIF'NEY YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) 'ET-'AR'BA'IM HAYOM VE'ET-'AR'BA'IM HALAILAH 'ASYER HIT'NAPAL'TI KI-'AMAR YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) LEHASY'MID 'ET'KHEM
Note:
Ada yang berpendapat bahwa puasa Musa dalam Ulangan 9:25 sebenarnya menerangkan peristiwa yang sama dengan puasa yang kedua Ulangan 9:18 (karena Ulangan 9:19-24 adalah penjelasan dari kekerasan hati bangsa Israel).
Barangkali ini yang menyebabkan adanya anggapan bahwa Musa berpuasa 40hari-40Malam sebanyak 2X dan yang lainnya menganggap 3x.




Kemungkinan Lain Nama MUSA
I. MOSHEH/ MUSA: Nama yang diberikan Putri Fir'aun)
Putri Firaun ( ‎בִּתְיָה - BIT'YAH, biasanya diterjemahkan "Bithiah") yang memberi nama bayi Musa itu setelah ia disapih dari inang penyusu (yang adalah ibunya sendiri: Yokhebed):
* Keluaran 2:9-10
2:9 LAI TB, Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.
KJV, And Pharaoh's daughter said unto her, Take this child away, and nurse it for me, and I will give thee thy wages. And the women took the child, and nursed it.
Hebrew,

וַתֹּאמֶר לָהּ בַּת־פַּרְעֹה הֵילִיכִי אֶת־הַיֶּלֶד הַזֶּה וְהֵינִקִהוּ לִי וַאֲנִי אֶתֵּן אֶת־שְׂכָרֵךְ וַתִּקַּח הָאִשָּׁה הַיֶּלֶד וַתְּנִיקֵהוּ׃
Translit, VATOMER LAH BAT-PAR'OH HEILIKHI 'ET-HAYELED HAZEH VEHEINIKIHU LI VA'ANI 'ETEN 'ET-SEKHAREKH VATIQAKH HA'ISYAH HAYELED VATENIQEHU
2:10 LAI TB, Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
KJV, And the child grew, and she brought him unto Pharaoh's daughter, and he became her son. And she called his name Moses: and she said, Because I drew him out of the water.
Hebrew,

וַיִגְדַּל הַיֶּלֶד וַתְּבִאֵהוּ לְבַת־פַּרְעֹה וַיְהִי־לָהּ לְבֵן וַתִּקְרָא שְׁמֹו מֹשֶׁה וַתֹּאמֶר כִּי מִן־הַמַּיִם מְשִׁיתִהוּ׃
Translit, VAYIG'DAL HAYELED VATEVI'EHU LEVAT-PAR'OH VAYEHI-LAH LEVEN VATIQ'RA SYEMO MOSYEH VATOMER KI MIN-HAMAYIM MESYITIHU
Kita akan mencoba untuk memahami bersama arti dari nama yang unik ini. Tapi kita juga harus bertanya: "Bagaimana mungkin bahwa putri Firaun memberinya nama dalam bahasa Ibrani? Tentunya dia akan memilih nama Mesir"

ARTI LINGUISTIK NAMA "MOSHEH" (MUSA)
Jelas bahwa nama מֹשֶׁה - MOSHEH/ MOSYEH ini didasarkan pada koneksi kata, sesuatu yang sangat menonjol dalam Alkitab. Nama ini mengungkapkan kegiatan menarik sesuatu, biasanya dari air. Sebagaimana putri Firaun menjelaskan: וַתִּקְרָא שְׁמֹו מֹשֶׁה וַתֹּאמֶר כִּי מִן־הַמַּיִם מְשִׁיתִהוּ - VATIQ'RA SYEMO MOSYEH VATOMER KI MIN-HAMAYIM MESYITIHU, dan ia menamainya Musa, sebab katanya: Karena aku telah menariknya dari air.

Kita harus menggarisbawahi bahwa seharusnya namanya itu dalam bentuk "passive": מָשׁוּי - MASUI, ditarik/ diangkat. Namun, putri Firaun memberinya nama dalam bentuk "active-participal": מֹשֶׁה - MOSHEH/ MOSYEH, menarik/ mengangkat, makna participal-nya itu mengandung ide, "seorang yang menarik (sesuatu) dari...."
Para penafsir berpendapat bahwa putri Firaun ingin memberikan ''anaknya" nama dalam bentuk yang aktif, yang memulai melakukan tindakan, dan bukan seseorang pasif yang tergantung kepada tindakan dan inisyatif orang lain.
BAGAIMANA PUTRI FIRAUN MEMBERI NAMA DALAM ARTI BAHASA IBRANI?
Ini adalah pertanyaan para peneliti Alkitab dan mereka telah membahasnya secara luas. Putri Firaun menamai anak itu berdasarkan peristiwa: "Karena aku telah menariknya ( משיתהו - 'MESYITIHU' dari air".
Jika pembicara adalah putri Firaun – maka nama מֹשֶׁה - MOSYEH adalah berasal dari bahasa Mesir, dan sangat mungkin pula artinya adalah 'anak' atau 'yang dilahirkan'.
Namun ada pendapat pula yang mengatakan bahwa putri Firaun (Bithiah) hanya mengadopsi nama ini, yang sebenarnya telah diberikan oleh si inang penyusu yang adalah ibu kandungnya sendiri (demikian pendapat ahli sejaran Alkitab WJ Martin). Keluaran 2:10 jelas menghubungkan nama מֹשֶׁה - MOSYEH dengan hal diambil atau ditariknya dia dari air ( מָשָׁה - MASYAH, mengambil atau menarik dari air).
Hal di atas memang dapat dijadikan satu kemungkinan. Namun kita dapat mendiskusikan kemungkinan lain dari sekedar apa yang tertulis dalam teks Alkitab saja. Jadi, dalam diskusi selanjutnya, kita boleh bertanya: "Bagaimana nama Ibrani itu diberikan oleh seseorang yang tidak berbahasa Ibrani?"
Para peneliti Alkitab yang lainnya ada yang mengklaim bahwa nama מֹשֶׁה - MOSYEH berasal dari "ms" kata benda dalam bahasa Mesir, yang berarti "anak/ son". Ini adalah penjelasan yang masuk akal; adalah mungkin bahwa Musa tidak memiliki nama sampai dia disapih. Ini berarti, sampai berusia sekitar tiga tahun, ia dipanggil dengan panggilan "anak" - sesuatu julukan bagi anak yang belum diberi nama. Dan kemudian setelah ia disapih dia baru menerima nama sebenarnya. Namun, sulit untuk percaya bahwa mereka akan tetap memanggilnya terus dengan "anak" sampai si anak itu menjadi orang dewasa. Oleh karena itu, penafsir tsb mengarahkan kepada sumber linguistik Mesir yang berbeda - Ah Mose, yang berarti "New Moon", atau sumber lain berpendapat namanya adalah Ramose (Re, sudah lahir) diucapkan "mase", dan sama sekali tidak ada alasan filosofi atau alasan lain bagi putri Firaun yang menjadi ibu angkat Musa supaya jangan membaurkan kata mase, mosye, dalam bahasanya sendiri.
Jadi nama Musa bisa saja dari bahasa Ibrani yang dibaurkan dengan bahasa Mesir, waktu berada di Mesir. Tapi pandangan kebanyakan ahli berpendapat bahwa putri Firaun menyebut dia "MOSYEH", dalam artian "anak" (atau – walaupun kurang cocok – nama yang mengandung 'dewa' Mesir dalam mose); sebutan tab. yang dalam bahasa Ibrani menjadi "MOSYEH". Tapi pandangan ini tidak dapat secara wajar menerangkan kata julukan Ibrani itu; padahal tidak ada alasan objektif untuk mengatakannya tidak benar atau tidak bersejarah, sebab hal ini biasa di Mesir dan tempat-tempat lain (termasuk PL) lama sebelum Musa. Lagipula, pandangan seperti itu menghadapi kesukaran-kesukaran fonetika dalam hal s bahasa Mesir yang kelihatannya menjadi sy dalam "MOSYEH".
Seperti yang kita lihat, berdasarkan pendapat para penafsir tersebut, putri Firaun tidak berbahasa Ibrani. Dia hanya memberi nama "MOSYEH" dalam bahasa ibunya dan ini tentu adalah logis. Menurut penafsir ini, bahasa Ibrani juga berhasil menemukan arti untuk nama ini, dengan cara yang juga pas dengan kepribadian dan tindakan Musa - mengacu ke masa depan ketika ia menarik/ mengangkat Bani Israel keluar dari perbudakan menuju kebebasan.
Bagaimanapun penjelasan diatas mungkin masih tidak sempurna karena kita tidak bertanya sendiri kepada Putri Firaun (Bithiah) tentang alasan dia memberikan nama "MOSYEH":
וַתִּקְרָא כִּי מִן־הַמַּיִם מְשִׁיתִהוּ - KI MIN-HAMAYIM MESYITIHU, Karena aku telah menariknya dari air (Keluaran 2:10).
Kita tentu masih diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap latar belakang pemberian nama bagi Musa. Di ​​satu sisi, Bithiah memilih nama dan menjelaskan itu dalam bahasa Ibrani. Di sisi lain, sulit untuk percaya bahwa putri Mesir menggunakan bahasa Ibrani bagi nama dari anak yang diangkatnya itu dan dibesarkan di lingkungan istana penguasa Mesir. Sulit untuk menerima bagaimana Bithiah itu menggunakan "nama dalam bahasa Ibrani" yang merupakan bahasa kaum budak.
Dari pemahaman di atas, mari kita melihat sumber Literatur Yahudi yang membahas Nama Musa:
1. Menurut Buku Tafsir Taurat: "Chizkuni" (Ibrani: חזקוני - KHIZ'QUNI). Nama מֹשֶׁה - MOSHEH/ MOSYEH adalah benar-benar yang diberikan oleh ibu kandung Musa, Yokhebed kepada Musa, bahwa memang namanya adalah מֹשֶׁה - MOSHEH/ MOSYEH. Yokhebed kemudian mengatakan kepada putri Firaun, Bithiah, bahwa nama Ibrani bayi itu adalah מֹשֶׁה - MOSHEH/ MOSYEH, sebab itulah nama yang paling cocok bahwa memang bayi itu diangkat/ diambil dari air.
2. Rabbi Abraham ibn Ezra (1089-1167) menafsirkan 2 kemungkinan:
a. Bahwa Bithiah memberi Musa nama Mesir: "MUNIUS", yang diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani Taurat sebagai מֹשֶׁה - MOSHEH/ MOSYEH.
b. Rabbi Abraham ibn Ezra menunjukkan kemungkinan bahwa Bithiah sebenarnya telah belajar untuk berbicara bahasa Ibrani, dan dialah yang memberi nama Ibrani tsb kepada Musa. Penafsiran yang kedua ini umumnya diterima oleh para penafsir lainnya.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Prayer In The Morning

  Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8  Let the morning bring me word of your unfailin...