Manusia
– Anthropology
I. Teori-teori Mengenai Asal-usul
Manusia
Diantara bidang utama yang menjadi
perhatian yaitu pertanyaan mengenai asal-usul manusia. Ada tiga teori mengenai
asal-usul manusia:
1. Evolusi Ateistis.
Penganut Evolusi Ateistis memang teori
generasi spontan, yaitu bahwa semua bentuk kehidupan hewan berevolusi dari
bentuk kehidupan yang lebih primitif. Secara garis besar teori evolusi
berpegang bahwa materi sel berevolusi menjadi bentuk-bentuk kehidupan, menjadi
ikan, burung, binatang, monyet dan ahkirnya manusia. Tetapi ini masih sebagai
teori yang belum terbukti secara keseluruhan. Kegagalan utama teori ini
karena menolak Allah sebagai pencipta, yang adalah sumber semua materi dan
kehidupan.
2. Evolusi Teistis.
Teori ini juga berpegang bahwa
bentuk-bentuk yang lebih tinggi dari kehidupan berevolusi dari bentuk-bentuk
yang rendah, namun bentuk-bentuk yang lebih rendah itu diciptakan Allah.
Kebenaran teori ini yaitu mengakui Allah sebagai pencipta, namun hanya sebagian
yang benar. Tetapi kekeliruan teori ini adalah karena Alkitab
mengajarkan bahwa Allah menciptakan spesis dan bukan evolusi. Semua
ikan, burung, binatang dan manusia diciptakan dalam aturan untuk memproduksi
menurut jenisnya”, jadi bukan berevolusi ke suatu tingkat yang lebih tinggi.
Jadi monyet hanya menghasilkan monyet, tidak pernah monyet menghasilkan
manusia.
3. Penciptaan Teistis.
Penciptaan Teistis berpegang pada
Alkitab bahwa Allah adalah sumber yang menciptakan semua “menurut jenisnya”. Allah menciptakan ikan di
laut, burung-burung di udara, binatang-binatang di padang serta semua mahkluk
hidup. Makhluk yang terakhir diciptakan adalah manusia, mahkluk yang tertinggi
di bumi.
Jadi manusia adalah hasil penciptaan
Allah. Manusia adalah makhluk ciptaan yang tertinggi. Semua manusia merupakan
satu ras manusia, yang diturunkan dari pasangan manusia pertama di dunia, Adam
dan Hawa (Act 17:26; Rom 5:12-19; Heb 2:16). Semua manusia mempunyai satu
darah, yang berbeda dari darah hewan lainnya. Semua manusia diciptakan “di
dalam Adam”. Inilah jawaban atas pertanyaan di atas, yaitu mengenai asal-usul
manusia. Jawabnya ada di Alkitab : manusia adalah makhluk ciptaan.
II. Apakah Manusia ?
1. Manusia Adalah Mahluk Ciptaan.
Firman Tuhan membuktikan bahwa
manusia adalah mahluk ciptaan (Gen. 1:26-28; 2:7; Job 33:4; Rev. 4:11; Psalm
139:14-16; 104;30; 1 Cor 11:9; Isa 45:12).
Berfirmanlah Allah : “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita . .” (Gen. 1:26). Mengenai kita “menjadikan” ini meliputi kata “menciptakan” dan “membuat” (Gen. 1:26; 2:1-3). Kata “menciptakan” berarti “menjadikan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada”, sedang “membuat” berarti membentuk, seperti seorang penjunan membuat bejana dari tanah liat. Allah menciptakan manusia yaitu roh dan jiwanya (Zak 12:1), tetapi Allah membuat manusia yaitu tubuhnya (Gen 2:7). Jadi manusia adalah makhluk ciptaan, yang berhutang untuk kehidupannya kepada Allah yang menciptakan segala sesuatu.
Berfirmanlah Allah : “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita . .” (Gen. 1:26). Mengenai kita “menjadikan” ini meliputi kata “menciptakan” dan “membuat” (Gen. 1:26; 2:1-3). Kata “menciptakan” berarti “menjadikan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada”, sedang “membuat” berarti membentuk, seperti seorang penjunan membuat bejana dari tanah liat. Allah menciptakan manusia yaitu roh dan jiwanya (Zak 12:1), tetapi Allah membuat manusia yaitu tubuhnya (Gen 2:7). Jadi manusia adalah makhluk ciptaan, yang berhutang untuk kehidupannya kepada Allah yang menciptakan segala sesuatu.
2. Manusia Adalah Mahluk Tergantung.
Fakta bahwa manusia adalah ciptaan
Allah, mengakibatkan manusia itu sebagai mahluk yang tergantung. Manusia tidak
berada dengan sendirinya, tetapi ia tergantung dari Allah. “Sebab itu di dalam
Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada.” (Act 17:28).
3. Manusia Adalah Mahluk Inteligen.
Manusia adalah mahluk yang mempunyai
akal, inteligensi, imajinasi dan kemampuan untuk mengungkapkan pikirannya dalam
bahasa. Manusia jauh lebih tingi dari hewan yang hanya mempunyai instink (Gen.
2:15; Isa 1:18; Mat 16:7; Job 35:11; Rom 1:21).
4. Manusia Adalah Mahluk Moral.
Manusia diciptakan dengan kehendak
bebas, dengan kemampuan untuk memilih. Inilah yang menjadikan manusia sebagai
makhluk moral, mahluk yang bertanggung jawab. Manusia tidak diciptakan sebagai
robot atau makhluk tanpa kehendak. Allah menciptakan manusia yang sesuai dengan
kehendakNya, yaitu mahluk yang berkehendak sendiri.
Mengenai hal ini, memang ada kalangan
yang menyangkal adanya kehendak bebas pada manusia. Tetapi Allah mengokohkan
mengenai kehendak bebas manusia, dengan meminta kepada manusia supaya memberi
respons pada kehendak Allah. Memang harus diakui bahwa kehendak manusia
itu dilemahkan oleh dosa, namun kehendak manusia tetap ada. Walaupun
kehendak manusia tunduk pada sifat dasarnya yang telah rusak dan hatinya
menjadi jahat, tetapi manusia tetap dapat memberi respons kepada
pengaruh Roh Kudus. Ayat-ayat ini membuktikan bagaimana Allah meminta
respons dan tanggung jawab manusia, John 7:17; Heb 3:7, 8, 15; John 1:12.
Allah menempatkan di dalam manusia
itu kata hati, yang memberi kepadanya kesadaran moral, yang membedakan yang
benar dari yang salah. Kata hati berarti “pengetahuan diri dalam hubungan dengan
apa yang benar dan yang salah yang diketahui”. Kata hati adalah
kemampuan manusia yang tidak dimiliki hewan. Pada waktu manusia
diciptakan, ia tidak berdosa, tidak mengetahui dosa. Dalam keadaan benar ini,
manusia mempunyai kata hati tetapi belum berfungsi. Tetapi pada saat manusia
berdosa, kata hatinya mulai bekerja, dan pikirannya mulai menyalahkan dan
membela dia.
Manusia mempunyai intelek yang memampukan
manusia membedakan yang benar dan yang salah. Perasaan manusia mendorong dia
melakukan sesuatu. Kehendaknya memutuskan supaya ia melakukan sesuatu. Tetapi
kata hatinya melibatkan semuanya, intelegensi, perasaan dan kehendaknya, dan
inilah hukum moral yang ada pada setiap manusia. Manusia adalah mahluk moral.
Tetapi harus dikatakan bahwa kata
hati manusia bukannya tak dapat keliru. Sejak manusia jatuh dalam dosa,
pengetahuan manusia tidak dapat menjadi dasar yang sempurna untuk pertimbangan. Kata hati orang berdosa
bukan standar moral. Standard moral adalah Firman Allah, yang
ditafsirkan oleh Roh Kudus. (John 8:9; Act 24:16; Heb 9:14; Rom 2:15;
1 Cor 8:7; Titus 1:15; 1 Tim 4:2). Roh Kudus yang membawa kata hati itu
bersesuaian dengan Firman Allah (Rom 9:1).
5. Manusia Adalah Mahluk Kasih.
Kasih adalah alasan penciptaan
manusia. Allah adalah kasih dan manusia ciptaan Allah, bukan hanya sebagai objek
kasihNya, tetapi juga subyek yang membalas kasih Allah (1 John 4:16-19).
Manusia sebagai ciptaan Allah yang adalah kasih, harus sanggup memberi respons
dengan mengasihi. Manusia sebagai mahluk yang mempunyai intelegensi dan
kemauan, mampu memilih untuk mengasihi. Kasih pada manusia yang menyebabkan ia
mahluk yang berarti. Manusia adalah makhluk kasih.
6. Manusia Adalah Mahluk Tritunggal.
Memang ada dua teori mendasar
mengenai keberadaan manusia, yaitu:
1). Teori Dikhotomi.
Teori ini berpegang bahwa manusia
bersifat dual (rangkap dua) atau biparti (dua pihak) yaitu terdiri dari
jiwa-roh (dua istilah yang sama arti dan dapat dipertukarkan) dan tubuh.
2). Teori Trikhotomi.
Teori ini berpegang bahwa manusia
adalah mahluk triparti (tiga pihak) terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Roh dan jiwa
dapat dibedakan tetapi tak dapat dibagi, dan roh dan jiwa itu berumah dalam tubuh
fisik. Teori ini rupanya lebih konsisten dengan keseluruhan Alkitab.
Karena Allah adalah Tritunggal dalam keberadaanNya, demikian pula manusia yang diciptakan menurut gambar dan teladanNya, diciptakan sebagai mahluk Tritunggal, yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh (1 Tes 5:23; Heb 4:12; Gen 2:7; 1 Cor 2:14; 3:4). Ini adalah ketiga pusat kesadaran dalam kepribadian manusia secara keseluruhan.
Karena Allah adalah Tritunggal dalam keberadaanNya, demikian pula manusia yang diciptakan menurut gambar dan teladanNya, diciptakan sebagai mahluk Tritunggal, yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh (1 Tes 5:23; Heb 4:12; Gen 2:7; 1 Cor 2:14; 3:4). Ini adalah ketiga pusat kesadaran dalam kepribadian manusia secara keseluruhan.
Bahasa asli Alkitab menggunakan
ketiga istilah ini:
Bahasa Ibrani : Ruach – Roh; Naphesh
– Jiwa; Beten – Tubuh.
Bahasa Grika : Pneuma – Roh; Pseuche
– Jiwa; Soma – Tubuh.
Kajian untuk ketiga bagian hidup
manusia itu :
a. Roh.
Roh adalah kesadaran akan Allah, yang
sanggup mengetahui Allah dan berhubungan dengan Allah. Pada waktu Allah
menciptakan manusia, Ia menciptakan roh manusia di dalam dia (Zak 12:1). Allah
dikatakan sebagai Allah segala roh (Num 16:22; 27:16; Heb. 12:9). Roh adalah
bagian yang kekal dari manusia, bagian yang sanggup menyembah Allah yang adalah
Roh (John 4:24). Roh dikatakan sebagai pelita Tuhan (Prov. 20:27), Job 32:8;
Eccl 12:7; 3:19-21; 1 Cor 2:11). Bagian-bagian dari Roh intuisi, kata hati dan
persekutuan.
Pada waktu manusia jatuh dalam dosa, rohnya kehilangan kontak dengan Allah. Hal ini hanya dapat dipulihkan dengan kejadian semula. Di dalam kelahiran baru, roh manusia dilahirkan kembali atau diperbaharui. Apa yang lahir dari Roh adalah roh (John 3:6). Roh manusia yang percaya, saat dihubungkan dengan Tuhan, menjadi satu dengan Roh Kudus (1 Cor 6:17).
Pada waktu manusia jatuh dalam dosa, rohnya kehilangan kontak dengan Allah. Hal ini hanya dapat dipulihkan dengan kejadian semula. Di dalam kelahiran baru, roh manusia dilahirkan kembali atau diperbaharui. Apa yang lahir dari Roh adalah roh (John 3:6). Roh manusia yang percaya, saat dihubungkan dengan Tuhan, menjadi satu dengan Roh Kudus (1 Cor 6:17).
b. Jiwa.
Jiwa adalah kesadaran diri pada
manusia, yang sanggup mengetahui diri seseorang. Inilah “nafas” yang
dihembuskan Allah ke dalam manusia (Gen 2:7). Manusia menerima roh dan jiwanya
sebagai yang dihembuskan Allah ke dalam tubuh manusia yang dibuat dari tanah.
Nafas kehidupan adalah kehidupan roh dan jiwa. Manusia pertama menjadi mahluk
yang hidup (Inggris AV : living soul – jiwa yang hidup), menurut 1 Cor 15:45.
Jiwa adalah pusat atau bagian penghubung manusia, yang menghubungkan roh dengan
tubuh, dan bersama-sama dalam tritunggal. Jiwa dapat mempengaruhi roh dan tubuh
karena kepusatannya.
Mengenai asal jiwa ada tiga teori:
1. Teori Pra-eksistensi:
Teori ini menyatakan bahwa semua jiwa
telah ada sebelumnya dan kemudian masuk tubuh manusia pada suatu saat sesudah
konsepsi. Teori ini tidak mempunyai dasar dalam Firman Allah.
2. Teori Ciptaan:
Teori ini berpegang bahwa setiap jiwa
diciptakan Allah pada suatu saat sesudah konsepsi. Teori ini mengajarkan bahwa
manusia hanya menerima tubuh dari orang tua, tetapi menerima jiwa dari Allah.
Tetapi ajaran Alkitab dan pengajaran manusia menunjukkan bahwa sifat berdosa
dari Adam dan ciri-ciri watak dan persamaan dengan orang tua kelihatan pada
anak yang lahir.
3. Teori Traducianis:
Teori ini berpegang bahwa ras manusia
diciptakan “di dalam Adam”, menyangkut jiwa dan tubuh keduanya sebagai hasil
reproduksi. Rupanya teori ini yang konsisten dengan Firman Allah.
Alkitab secara jelas menyatakan bahwa
semua ras manusia diwakili “di dalam Adam” dan bahwa waktu ia berdosa dan
jatuh, keseluruhan ras manusia jatuh dengannya. Firman Allah dan pengalaman
manusia menunjukkan bahwa sifat berdosa dan ciri-ciri watak orang tua ada pada
keturunan mereka. Adam sebagai jiwa pertama adalah hasil penciptaan Allah.
Karena manusia lain mempunyai orang tua maka semua jiwa ada karena Pencipta dan
orang tua. Allah adalah “Bapa semua roh” (Heb. 12:9), dengan demikian jiwa dan
roh datang dari orang tua menurut hukum-hukum reproduksi.
Teori Penciptaan dan Traducianisme.
Kreasionisme (aliran penciptaan)
memegang pandangan dari Traducianisme bahwa jiwa dilanjutkan dari orang tua,
dengan melihat adanya ciri-ciri dan sifat-sifat orang tua pada anak. Allah
tidak menciptakan jiwa yang tidak berdosa setiap kali ada konsepsi, dan juga
jiwa tidak hidup sebelumnya, tetapi Allah memberikan roh dan anak menerima jiwa
dan tubuh dari orang tua melalui hukum-hukum reproduksi manusia. Inilah rupanya
penyebab dari keadaan berdosa serta sifat-sifat watak orang tua pada anak
(Psalm 5:7; John 3:6; Ep.2:3; Psalm 139:12-16).
Supaya dapat memahami arti “jiwa”
seperti yang digunakan di Alkitab, sebaiknya diperhatikan bahwa “jiwa”
digunakan dalam pengertian:
1). Pribadi.
Bila dikatakan ada 70 jiwa yang
hadir, yang dimaksudkan ada 70 pribadi yang hadir. Contoh : “Keluarga Yakub
yang tiba di Mesir, seluruhnya berjumlah tujuh puluh jiwa” (Gen 46:27). Dalam
Act 2:41, dikatakan bahwa yang dibaptis ada kira-kira tiga ribu jiwa. Dasarnya
adalah dari Gen 2:7 bahwa manusia pertama menjadi mahluk (jiwa) yang hidup.
2). Sama dengan roh.
Dalam Alkitab kata “jiwa” kadang-kadang
digunakan dalam pengertian yang sama (sinonim) dengan “roh”. Sebagai contoh,
dalam kebangkitan anak dalam pelayanan Elia, Firman Allah mengatakan bahwa jiwa
(nyawa) anak itu pulang ke dalam tubuhnya (1 Kings 17:23). Dalam kebangkitan
tubuh anak dalam pelayanan Kristus, Firman Tuhan mengatakan bahwa roh anak itu
kembali (Luk 8:55). Jadi roh dan jiwa dapat dibedakan tapi tak dapat dipisahkan
dan oleh sebab itu dapat digunakan secara bergantian atau secara sinonim. Jadi
dalam kebangkitan anak di atas, jiwa anak itu tidak dapat datang lagi tanpa roh
dan juga roh anak itu tidak dapat kembali tanpa jiwa.
3). Jiwa digunakan untuk bagian dari
jiwa.
Mesias dikatakan susah jiwaNya (Isa
53:11). Di tempat lain, Kristus dikatakan bahwa jiwaNya terharu (John 12:27).
Penggunaan kata “jiwa” disini menunjuk pada bagian dari jiwa yaitu emosi.
4). Jiwa diasosiasikan dengan
bagian-bagian lainnya dari manusia.
(a). Roh, jiwa dan tubuh.
Ini berarti keseluruhan kepribadian manusia (1 Tes 5:23; Heb 4:12).
(b). Roh dan jiwa. Ini berarti bagian yang kekal dan tak kelihatan dari keberadaan
manusia, meliputi bagian yang sadar akan Allah, bagian manusia yang sadar diri,
dengan pikiran, kemauan dan emosi (Isa 57: 15, 16).
(c). Roh dan tubuh. Ini meliputi bagian manusia yang sadar akan Allah sadar diri (Dan
7:15; 1 Cor 14:14).
(d). Tubuh dan jiwa. Ini berbicara tentang bagian manusia sadar diri dan sadar indera
(Mat 10:28; Luk 12:4).
(e). Jiwa dan darah. Ini berbicara tentang kehidupan manusia yang ada dalam darah (Lev
3:17; 17:11; Isa 53:10, 12). Bila jiwa dan darah diasosiasikan dalam Firman
Allah, berbicara kehidupan jiwa yang ada dalam darah, yaitu yang dibawa oleh
darah yang mengalir.
(f). Jiwa, hati, pikiran dan
kekuatan. Jiwa, hati, pikiran dan kekuatan
digunakan membentuk bagian-bagian dari manusia. (Mat 22:37; Mark12:30; Deu
6:11; 4:29).
5). Digunakan untuk jiwa manusia.
Jiwa manusia mempunyai bagian-bagian : pikiran, kemauan dan emosi.
(a) Pikiran yang meliputi pemikiran,
imajinasi, pemahaman, ingatan, akal dan intelek. Hati dan pikiran dihubungkan di dalam Firman Allah. “Sebagaimana
manusia berpikir di dalam hatinya , demikianlah ia” (Prov 23:7 AV). Dari
hatilah pikiran itu muncul (Mark 7:21).
(b) Kemauan adalah kemampuan untuk
memilih dan membuat keputusan. Hati dan kemauan juga
dihubungkan di dalam Firman Allah (Exo. 35:29 Inggris AV- willing heart – hati
yang mau).
(c) Emosi yang meliputi perasaan,
yang baik atau buruk. Emosi sukacita (Isa
65:14), gembira (Act 2:46), sedih (Prov 25:20), susah (Psalm 14:1), kemarahan
(Prov 23:7) dan ketakutan (Jer 32:40) semua berpusat di dalam jiwa.
c. Tubuh.
Tubuh meliputi indera atau bagian
manusia yang sadar dunia, yang sanggup mengetahui dan menerima hal-hal yang
dari luar di sekitarnya. Firman Allah menjelaskan mengenai tubuh manusia:
(1) Tubuh manusia adalah rumah,
kemah (2 Cor 5:1). Sebagaimana rumah didirikan
untuk didiami, demikian pula tubuh manusia dibuat untuk didiami Roh Allah. Pada
waktu kematian, tenda itu dibongkar, dan pada waktu itu roh dan jiwa
meninggalkannya.
(2) Tubuh manusia adalah bait (John
2:21; 1 Corintus 3:16; 6:19).
Tubuh orang percaya menjadi tempat kediaman Allah oleh Roh Kudus. Kita harus menjaga agar bait itu tetap bersih, murni dan kudus untuk tempat kediamanNya (1 Cor 6:20; Rom 12:1; Heb. 10:22).
Tubuh orang percaya menjadi tempat kediaman Allah oleh Roh Kudus. Kita harus menjaga agar bait itu tetap bersih, murni dan kudus untuk tempat kediamanNya (1 Cor 6:20; Rom 12:1; Heb. 10:22).
(3) Tubuh manusia itu duniawi (1 Cor
15:47; Psalm 103:14). Tubuh manusia mempunyai
unsur-unsur yang sama dengan yang dalam debu. Keseluruhan zatnya datang dari
bumi dan semua yang termasuk di dalamnya.
(4) Tubuh manusia adalah hina (Phill
3:21; Job 19:25-27). Dosa telah menundukkan
manusia kepada kesakitan, kebusukan, kematian. Pada waktunya nanti Allah akan
menebus tubuh orang percaya dari semua kebusukan dan kematian dan membuatnya
menjadi tubuh kemuliaan seperti tubuh Kristus yang dimuliakan (Phill 3:21; 1
Tes 4:15-18; 1 Cor 15:51-57; 2 Cor 5:1-5).
III. Maksud Allah Untuk Manusia.
Allah mempunyai maksud dalam
penciptaan manusia. Kita berkenan kepada Allah bila mengetahui maksud pada
manusia ciptaanNya, yang meliputi : (1) Hubungan, (2) Watak, (3) Fungsi, (4)
Reproduksi.
1. Hubungan.
Alasan pertama Allah menciptakan
manusia adalah dengan maksud supaya ada hubungan persekutuan dengan Allah.
Allah berkenan bahwa ada anak-anakNya yang mempunyai hubungan persekutuan
denganNya. Alkitab menyaksikan bahwa sesudah Allah menciptakan manusia, ada
saatnya Allah datang untuk bersama-sama dan bersekutu dengan manusia. “Ketika
mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan di taman itu
pada waktu hari sejuk . . .” (Gen 3:8). Tetapi dosa membuat Adam dan Hawa bersembunyi
dari Allah. Dosa menghalangi hubungan manusia dengan Allah. “Tetapi yang
merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang
membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu sehingga Ia tidak mendengar,
ialah segala dosamu.” (Isa 59:2). Tetapi Yesus Kristus telah menebus dosa semua
manusia, dan siapa yang percaya kepadaNya diampuni dan Allah datang dan berdiam
diri di dalam dia. “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di
tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan
menjadi umatKu” (2 Cor 6:16).
2. Watak.
Alasan kedua Allah menciptakan
manusia adalah supaya manusia menghasilkan sifat dasar dan watak sesuai teladan
Allah. Ia berkenan manusia sesuai maksudNya, yaitu yang sesuai dengan gambar dan
rupa Allah. (Gen 1:26). Watak adalah diantara apa yang dimaksud dengan “gambar”
(Inggris = image) itu. Allah menghendaki manusia mengambil bagian dalam sifat
IlahiNya (2 Pet 1:4-7), untuk menjadi sama dengan gambar AnakNya (Rom 8:28,
29). Kerusakan watak karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, dapat diubah,
diperbaiki dan direstorasi setelah kejadian baru, menuju kepada kesempurnaan
watak seperti sifat Allah sendiri.
3. Fungsi.
Alasan ketiga Allah menciptakan
manusia adalah supaya ada seseorang dengan siapa Ia dapat bersama-sama di dalam
fungsiNya memerintah alam semesta. Ia berkenan supaya manusia melakukan fungsi,
yaitu bersama-sama dengan Dia di dalam pemerintahanNya. Manusia pertama telah
kalah terhadap iblis, tetapi melalui Kristus manusia telah lahir baru dan
dikuasai Roh Kudus dapat mengalahkan iblis bersama Allah. Inilah fungsi manusia
baru yang dikehendaki Tuhan.
4. Berproduksi.
Manusia yang menerima Yesus Kristus
menjadi anak-anakNya (John 1:12), menjadi keluarga Allah. Manusia pertama
mendapat perintah supaya “Beranakcuculah dan bertambah banyak; Penuhilah bumi
dan taklukanlah itu” (Gen 1:28). Ini adalah reproduksi secara alamiah. Tetapi
selain dari reproduksi alamiah, anak-anak Allah mendapat amanat dalam
reproduksi rohani, yaitu melahirkan anak-anak yang baru, yaitu lebih banyak
orang percaya yang diselamatkan karena percya pada penebusan oleh Tuhan Yesus.
Murid-murid Tuhan Yesus akan “berlipat-ganda” (Act 6:1, 7) sampai Ia datang
kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar