Bilangan 19
Pasal ini hanya membahas tentang penyiapan dan penggunaan abu yang harus dibubuhkan ke dalam air pentahiran. Sebelumnya umat mengeluhkan ketatnya hukum, yang melarang mereka untuk mendekat ke Kemah Suci (17:13). Sebagai jawaban atas keluhan ini, mereka di sini diperintahkan untuk menahirkan diri mereka, supaya mereka dapat mendekat ke Kemah Suci sejauh mereka perlu tanpa rasa takut. Di sini ada,
I. Cara untuk menyiapkan abu ini, yaitu dengan membakar seekor lembu betina merah, dengan sebuah upacara yang besar (ay. 1-10).
II. Cara menggunakan abu itu.
1. Abu itu dimaksudkan untuk menahirkan orang-orang dari kecemaran akibat terkena mayat (ay. 11-16).
2. Abu itu harus dimasukkan ke dalam air yang mengalir (dalam jumlah sedikit), yang dengannya orang yang akan dibersihkan harus ditahirkan (ay. 17-22). Dan penahiran yang bersifat keupacaraan ini merupakan bayangan dan gambaran dari dibersihkannya hati nurani orang-orang percaya dari kecemaran-kecemaran dosa. Hal itu tampak dari penjelasan sang rasul (Ibr. 9:13-14), di mana ia membandingkan percikan darah Kristus yang mampu menguduskan hati nurani, seperti “percikan abu lembu muda yang menguduskan mereka yang najis.”
Bacaan Alkitab hari ini mengajar kita untuk menjaga kelayakan hidup di hadapan Tuhan dengan memahami apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, sehingga kita tidak jatuh dalam dosa (menjadi najis) di hadapan Tuhan. Bila kita jatuh dalam dosa yang sama, kita perlu mengintrospeksi diri dan memohon pengampunan Tuhan. Bila kita berada dalam kondisi tahir, kita harus menjaga diri agar kita jangan sampai jatuh ke dalam dosa. Kita dipanggil untuk menolong rekan-rekan seiman yang sedang bergumul melawan dosa, sehingga mereka segera sadar bila melakukan dosa dan mereka bisa menerima pengampunan dari Tuhan.
Apakah Anda memiliki kerinduan untuk dipakai oleh Allah guna membantu sesama yang sedang bergumul melawan dosa agar bisa melepaskan diri dari jerat dosa dan kembali kepada Tuhan? Ingatlah bahwa sebenarnya banyak orang yang membutuhkan pertolongan dari sesama saudara seiman. Mereka yang memerlukan pertolongan kita itu mungkin adalah keluarga, tetangga, teman, atau mereka yang selama ibadah minggu duduk di sebelah Anda. Mereka yang membutuhkan pertolongan Anda itu mungkin sengaja Tuhan tempatkan di dekat diri Anda agar Anda bisa menolong mereka, sehingga kita semua memiliki kehidupan yang berkenan pada Tuhan.
Bilangan 19:22 (TB) Segala yang diraba orang yang najis itu menjadi najis dan orang yang kena kepadanya menjadi najis juga sampai matahari terbenam."
Numbers 19:22 (NET) And whatever the unclean person touches will be unclean, and the person who touches it will be unclean until evening.’”
God wants us to live in Holiness
Allah menghendaki agar bangsa Israel hidup kudus dan menjauhi segala yang najis. Untuk itu Allah memberikan berbagai aturan praktis yang wajib dipatuhi bangsa Israel. Aturan itu dimulai dari kasus tersentuh mayat.
Aturannya sangat jelas bahwa orang yang tersentuh mayat akan menjadi najis selama tujuh hari (11) dan harus tinggal di luar perkemahan. Tidak hanya orang itu saja, semua yang disentuhnya dan lingkungan sekitarnya menjadi najis (22). Hal ini memperlihatkan bahwa kenajisan merupakan persoalan serius bagi Allah jika dikaitkan dengan kekudusan hidup. Sebab, kenajisan bisa menjadi "virus" yang menggerogoti kerohanian seseorang. Jika kehidupan rohani seseorang sakit, berarti kemanusiaannya pun ikut sakit.
Karena itu, orang yang terjangkiti kenajisan membutuhkan penahiran dari Allah. Dalam hal ini, Allah memberikan solusinya, yaitu penyembelihan lembu betina merah dan air penahiran sebagai penghapus dosa. Jika seseorang menjadi najis karena menyentuh mayat, imam harus menyembelih lembu betina merah, memercikkan air penahiran kepada orang tersebut, lalu membasuh pakaiannya dengan air. Dengan begitu, orang tersebut akan menjadi tahir kembali saat matahari terbenam.
Kematian dan kebangkitan Yesus telah menyempurnakan ritual kurban dan Hukum Taurat pada Perjanjian Lama. Pengurbanan Yesus terjadi sekali untuk selamanya, dan berkuasa membersihkan siapa pun yang percaya kepada-Nya dari segala dosa.
Kita seharusnya sungguh-sungguh hidup kudus dan tidak menajiskan diri dengan dosa, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Hidup suci karena mengasihi Tuhan semestinya kita wujudkan setiap waktu di dalam keluarga, gereja, dan masyarakat. [SDL]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar