Rabu, Januari 15, 2025

Renungan Malam 15 Januari 2025

Bilangan 15
Baca Seluruh Bilangan 15

Persembahan yang menyenangkan Tuhan 
Persembahan yang menyenangkan Tuhan Allah sungguh baik. Sesudah pemberontakan Israel yang membuat Dia murka, Allah menegaskan aturan persembahan. Meski tidak dijelaskan persembahan apa yang dimaksud, paling tidak ini memperlihatkan jaminan dari Allah bahwa umat boleh mendekati Allah melalui kurban yang Tuhan karuniakan. Aturan tentang persembahan ini menegaskan bahwa ada masa depan bagi Israel. 

Ungkapan kunci dari bagian ini adalah "menyenangkan bagi Tuhan" (3, 7, 10, 14). Sebanyak apa pun persembahan, tidak otomatis berkenan kepada Tuhan. Kepada Israel, Musa mengajarkan dua syarat utama tentang persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Keduanya berlaku baik untuk persembahan yang bersifat nazar khusus, sukarela, maupun yang menyangkut perayaan tertentu (3). 
Pertama, persembahan harus sesuai dengan kehendak Allah. Unsur roti dan anggur harus menyertai korban bakaran atau korban sembelihan yang dipersembahkan kepada Tuhan (4-5, 6-7, 9-10). Kenapa? Dalam bagian ini tidak dijelaskan. Kita boleh menduga-duga bahwa dua hal itu ada dalam suatu perjamuan makan, maka bisa melambangkan persekutuan umat dengan Tuhan. Dalam pernyataan Yesus saat Perjamuan. Terakhir, unsur roti dan anggur diberi-Nya makna sebagai lambang tubuh dan darah-Nya, yang diserahkan bagi keselamatan umat-Nya (Luk. 22:19-20).
Kedua, persembahan itu harus yang terbaik, bukan yang sisa. Kata "terbaik" berulang kali digunakan untuk menegaskan pokok ini (4, 6, 9). 

Kita bersyukur bahwa melalui persembahan Kristus yang sempurna, kita menerima pengampunan dan beroleh persekutuan dengan Tuhan. Anugerah Tuhan ini membukakan kemungkinan lebih jauh yaitu hidup sebagai persembahan yang kudus yang menyenangkan hati Tuhan. Tuhan layak menerima hanya yang terbaik dari umat-Nya, karena Dia telah terlebih dulu memberikan yang terbaik kepada kita. Mari kita bersungguh hati mensyukuri kurban Kristus dengan hidup layak memuliakan Tuhan. 


Numbers 15

When this verse says, “the person who does anything presumptuously,” it literally reads, “with a high hand.” The New American Standard Version reads “the person who does anything defiantly.” This kind of sin, committed knowingly and deliberately, is described as high-handed because these are arrogant or defiant acts against God. So here the Old Testament Law is distinguishing between mistakes and willful failure.

Everyone makes mistakes, stumbles into sin. Some people don’t even know they have done anything wrong. But once sin is realized, they are commanded to confess it and then take steps to repair their relationship with God. He called for the death of an animal and the spreading of its innocent blood so that they would understand that sin always brings death. However, the animal sacrifices would not atone for deliberate or premeditated sin. That person was guilty of a capital offense and the penalty was death.

How does this impact our lives today as New-Covenant believers? Sin still carries a high price. “For the wages of sin is death, but the free gift of God is eternal life in Christ Jesus our Lord” (Rom. 6:23). It still requires that someone be separated from God to pay for that sin. The good news is that this is not the end of the story and is in fact the reason Jesus came to die, so we would not have to. He was separated from Father God on our behalf. Jesus became sin. 2 Corinthians 5:21 says, “For He made Him who knew no sin to be sin for us, that we might become the righteousness of God in Him.” So Jesus Christ, God the Son, paid the high price for high-handed sin—His blood.

“LORD, we don’t ever want to be high-handed in regards to our relationship with You. We desire to walk humbly with You today. In Jesus’ Name, Amen.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Prayer In The Morning

  Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8  Let the morning bring me word of your unfailin...