Apapun masalahmu,, Tuhan tak pernah terlambat memberi pertolongan...
Rabu, Januari 29, 2025
Khotbah Ibadah Mezbah Karmel
Minggu, Januari 26, 2025
Khotbah Minggu 26 Januari 25
Sabtu, Januari 25, 2025
Khotbah Doa Subuh 25 Januari 2025
Senin, Januari 20, 2025
Renungan Malam, Minggu 19 Januari 2025
Bacaan Alkitab hari ini mengajar kita untuk menjaga kelayakan hidup di hadapan Tuhan dengan memahami apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, sehingga kita tidak jatuh dalam dosa (menjadi najis) di hadapan Tuhan. Bila kita jatuh dalam dosa yang sama, kita perlu mengintrospeksi diri dan memohon pengampunan Tuhan. Bila kita berada dalam kondisi tahir, kita harus menjaga diri agar kita jangan sampai jatuh ke dalam dosa. Kita dipanggil untuk menolong rekan-rekan seiman yang sedang bergumul melawan dosa, sehingga mereka segera sadar bila melakukan dosa dan mereka bisa menerima pengampunan dari Tuhan.
Apakah Anda memiliki kerinduan untuk dipakai oleh Allah guna membantu sesama yang sedang bergumul melawan dosa agar bisa melepaskan diri dari jerat dosa dan kembali kepada Tuhan? Ingatlah bahwa sebenarnya banyak orang yang membutuhkan pertolongan dari sesama saudara seiman. Mereka yang memerlukan pertolongan kita itu mungkin adalah keluarga, tetangga, teman, atau mereka yang selama ibadah minggu duduk di sebelah Anda. Mereka yang membutuhkan pertolongan Anda itu mungkin sengaja Tuhan tempatkan di dekat diri Anda agar Anda bisa menolong mereka, sehingga kita semua memiliki kehidupan yang berkenan pada Tuhan.
Minggu, Januari 19, 2025
Khotbah Ibadah Minggu, 19 Januari 2025
Sabtu, Januari 18, 2025
Khotbah Fasting Week Sabtu, 18 Januari 2025
Jumat, Januari 17, 2025
Renungan Malam, 17 Januari 2025
Bilangan 17:1-13 (TB) TUHAN berfirman kepada Musa:
"Katakanlah kepada orang Israel dan suruhlah mereka memberikan kepadamu satu tongkat untuk setiap suku. Semua pemimpin mereka harus memberikannya, suku demi suku, seluruhnya dua belas tongkat. Lalu tuliskanlah nama setiap pemimpin pada tongkatnya.
Pada tongkat Lewi harus kautuliskan nama Harun. Bagi setiap kepala suku harus ada satu tongkat.
Kemudian haruslah kauletakkan semuanya itu di dalam Kemah Pertemuan di hadapan tabut hukum, tempat Aku biasa bertemu dengan kamu.
Dan orang yang Kupilih, tongkat orang itulah akan bertunas; demikianlah Aku hendak meredakan sungut-sungut yang diucapkan mereka kepada kamu, sehingga tidak usah Kudengar lagi."
Setelah Musa berbicara kepada orang Israel, maka semua pemimpin mereka memberikan kepadanya satu tongkat dari setiap pemimpin, menurut suku-suku mereka, dua belas tongkat, dan tongkat Harun ada di antara tongkat-tongkat itu.
Musa meletakkan tongkat-tongkat itu di hadapan TUHAN dalam kemah hukum Allah.
Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.
Kemudian Musa membawa semua tongkat itu keluar dari hadapan TUHAN kepada seluruh orang Israel; mereka melihatnya lalu mengambil tongkatnya masing-masing.
TUHAN berfirman kepada Musa: "Kembalikanlah tongkat Harun ke hadapan tabut hukum untuk disimpan menjadi tanda bagi orang-orang durhaka, sehingga engkau mengakhiri sungut-sungut mereka dan tidak Kudengar lagi, supaya mereka jangan mati."
Dan Musa berbuat demikian; seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, demikianlah diperbuatnya.
Tetapi orang Israel berkata kepada Musa: "Sesungguhnya kami akan mati, kami akan binasa, kami semuanya akan binasa.
Siapa pun juga yang mendekat ke Kemah Suci TUHAN, niscayalah ia akan mati. Haruskah kami habis binasa?"
Numbers 17:1-13 (NET) The Lord spoke to Moses:
“Speak to the Israelites, and receive from them a staff from each tribe, one from every tribal leader, twelve staffs; you must write each man’s name on his staff.
You must write Aaron’s name on the staff of Levi; for one staff is for the head of every tribe.
You must place them in the tent of meeting before the ark of the covenant where I meet with you.
And the staff of the man whom I choose will blossom; so I will rid myself of the complaints of the Israelites, which they murmur against you.”
So Moses spoke to the Israelites, and each of their leaders gave him a staff, one for each leader, according to their tribes – twelve staffs; the staff of Aaron was among their staffs.
Then Moses placed the staffs before the Lord in the tent of the testimony.
On the next day Moses went into the tent of the testimony – and the staff of Aaron for the house of Levi had sprouted, and brought forth buds, and produced blossoms, and yielded almonds!
So Moses brought out all the staffs from before the Lord to all the Israelites. They looked at them, and each man took his staff.
The Lord said to Moses, “Bring Aaron’s staff back before the testimony to be preserved for a sign to the rebels, so that you may bring their murmurings to an end before me, that they will not die.”
So Moses did as the Lord commanded him – this is what he did.
The Israelites said to Moses, “We are bound to die! We perish, we all perish!
Anyone who even comes close to the tabernacle of the Lord will die! Are we all to die?”
Sering kali kita perlu bukti untuk percaya. Setelah melihat baru kita percaya. Hal ini juga yang terjadi atas bangsa Israel ketika mereka meragukan kepemimpinan Musa dan Harun atas bangsa Israel. Mereka tidak percaya Musa dan Harun dipilih dan diangkat Tuhan untuk memimpin.
Allah mengetahui ketidakpercayaan mereka atas kepemimpinan Musa. Allah menyuruh Musa untuk mengumpulkan tongkat dari setiap suku bangsa Israel. Semua tongkat ditaruh di dalam Kemah Pertemuan. Allah menumbuhkan tunas atas tongkat Harun sebagai bukti Allah memilih Harun dari suku Lewi.
Hal ini terjadi atas Tomas, murid Yesus. Tomas tidak percaya kalau Yesus sudah bangkit. Tomas perlu bukti kalau Gurunya sudah bangkit dari kematiannya, sampai akhirnya ia melihat Gurunya dan mencucukkan jarinya ke lubang bekas paku di tangan Gurunya. Tomas baru percaya kalau Yesus bangkit.
Berbeda dengan Abraham yang percaya kepada janji Allah sekalipun tidak ada dasar untuk percaya. Di usianya yang hampir seratus tahun bisa mempunyai keturunan. Tetapi Abraham percaya dengan janji Allah. Dan Allah menggenapi janji-Nya. Abraham memiliki anak yaitu Ishak.
Demikian juga sebagai anak Tuhan. Kita harus percaya dengan janji-Nya. Untuk mendapatkan janji Tuhan, hanya satu KUNCINYA YAITU PERCAYA SEKALIPUN MUSTAHIL. LAKUKAN PERINTAH-NYA, MAKA JANJI-NYA PASTI DIGENAPI.
Berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya (Yoh. 20:29).
Khotbah Doa dan Puasa Jumat, 17 Januari
Kamis, Januari 16, 2025
Renungan Malam, 16 Januari 2025
Rabu, Januari 15, 2025
Renungan Malam 15 Januari 2025
When this verse says, “the person who does anything presumptuously,” it literally reads, “with a high hand.” The New American Standard Version reads “the person who does anything defiantly.” This kind of sin, committed knowingly and deliberately, is described as high-handed because these are arrogant or defiant acts against God. So here the Old Testament Law is distinguishing between mistakes and willful failure.
Everyone makes mistakes, stumbles into sin. Some people don’t even know they have done anything wrong. But once sin is realized, they are commanded to confess it and then take steps to repair their relationship with God. He called for the death of an animal and the spreading of its innocent blood so that they would understand that sin always brings death. However, the animal sacrifices would not atone for deliberate or premeditated sin. That person was guilty of a capital offense and the penalty was death.
How does this impact our lives today as New-Covenant believers? Sin still carries a high price. “For the wages of sin is death, but the free gift of God is eternal life in Christ Jesus our Lord” (Rom. 6:23). It still requires that someone be separated from God to pay for that sin. The good news is that this is not the end of the story and is in fact the reason Jesus came to die, so we would not have to. He was separated from Father God on our behalf. Jesus became sin. 2 Corinthians 5:21 says, “For He made Him who knew no sin to be sin for us, that we might become the righteousness of God in Him.” So Jesus Christ, God the Son, paid the high price for high-handed sin—His blood.
“LORD, we don’t ever want to be high-handed in regards to our relationship with You. We desire to walk humbly with You today. In Jesus’ Name, Amen.”
Khotbah Doa dan Puasa Rabu, 15 Januari 2025
Selasa, Januari 14, 2025
Renungan Malam, 14 Januari 2025
Khotbah Puasa Sepekan 14 Januari 2025
Senin, Januari 13, 2025
Renungan Malam 13 Januari 2025
Bilangan 13:1-33 (TB) TUHAN berfirman kepada Musa:
"Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka haruslah kausuruh seorang, semuanya pemimpin-pemimpin di antara mereka."
Lalu Musa menyuruh mereka dari padang gurun Paran, sesuai dengan titah TUHAN; semua orang itu adalah kepala-kepala di antara orang Israel.
Dan inilah nama-nama mereka: Dari suku Ruben: Syamua bin Zakur;
dari suku Simeon: Safat bin Hori;
dari suku Yehuda: Kaleb bin Yefune;
dari suku Isakhar: Yigal bin Yusuf;
dari suku Efraim: Hosea bin Nun;
dari suku Benyamin: Palti bin Rafu;
dari suku Zebulon: Gadiel bin Sodi;
dari suku Yusuf, yakni dari suku Manasye: Gadi bin Susi;
dari suku Dan: Amiel bin Gemali;
dari suku Asyer: Setur bin Mikhael;
dari suku Naftali: Nahbi bin Wofsi;
dari suku Gad: Guel bin Makhi.
Itulah nama orang-orang yang disuruh Musa untuk mengintai negeri itu; dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua.
Maka Musa menyuruh mereka untuk mengintai tanah Kanaan, katanya kepada mereka: "Pergilah dari sini ke Tanah Negeb dan naiklah ke pegunungan,
dan amat-amatilah bagaimana keadaan negeri itu, apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak;
dan bagaimana negeri yang didiaminya, apakah baik atau buruk, bagaimana kota-kota yang didiaminya, apakah mereka diam di tempat-tempat yang terbuka atau di tempat-tempat yang berkubu,
dan bagaimana tanah itu, apakah gemuk atau kurus, apakah ada di sana pohon-pohonan atau tidak. Tabahkanlah hatimu dan bawalah sedikit dari hasil negeri itu." Waktu itu ialah musim hulu hasil anggur.
Mereka pergi ke sana, lalu mengintai negeri itu mulai dari padang gurun Zin sampai ke Rehob, ke jalan yang menuju ke Hamat.
Mereka berjalan melalui Tanah Negeb, lalu sampai ke Hebron; di sana ada Ahiman, Sesai dan Talmai, keturunan Enak. Hebron didirikan tujuh tahun lebih dahulu dari Soan di Mesir.
Ketika mereka sampai ke lembah Eskol, dipotong merekalah di sana suatu cabang dengan setandan buah anggurnya, lalu berdualah mereka menggandarnya; juga mereka membawa beberapa buah delima dan buah ara.
Tempat itu dinamai orang lembah Eskol, karena tandan buah anggur yang dipotong orang Israel di sana.
Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu,
dan langsung datang kepada Musa, Harun dan segenap umat Israel di Kadesh, di padang gurun Paran. Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu.
Mereka menceritakan kepadanya: "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya.
Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana.
Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan."
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"
Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."
Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya.
Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."
Numbers 13:1-33 (NET) The Lord spoke to Moses:
“Send out men to investigate the land of Canaan, which I am giving to the Israelites. You are to send one man from each ancestral tribe, each one a leader among them.”
So Moses sent them from the wilderness of Paran at the command of the Lord. All of them were leaders of the Israelites.
Now these were their names: from the tribe of Reuben, Shammua son of Zaccur;
from the tribe of Simeon, Shaphat son of Hori;
from the tribe of Judah, Caleb son of Jephunneh;
from the tribe of Issachar, Igal son of Joseph;
from the tribe of Ephraim, Hoshea son of Nun;
from the tribe of Benjamin, Palti son of Raphu;
from the tribe of Zebulun, Gaddiel son of Sodi;
from the tribe of Joseph, namely, the tribe of Manasseh, Gaddi son of Susi;
from the tribe of Dan, Ammiel son of Gemalli;
from the tribe of Asher, Sethur son of Michael;
from the tribe of Naphtali, Nahbi son of Vopshi;
from the tribe of Gad, Geuel son of Maki.
These are the names of the men whom Moses sent to investigate the land. And Moses gave Hoshea son of Nun the name Joshua.
When Moses sent them to investigate the land of Canaan, he told them, “Go up through the Negev, and then go up into the hill country
and see what the land is like, and whether the people who live in it are strong or weak, few or many,
and whether the land they live in is good or bad, and whether the cities they inhabit are like camps or fortified cities,
and whether the land is rich or poor, and whether or not there are forests in it. And be brave, and bring back some of the fruit of the land.” Now it was the time of year for the first ripe grapes.
So they went up and investigated the land from the wilderness of Zin to Rehob, at the entrance of Hamath.
When they went up through the Negev, they came to Hebron where Ahiman, Sheshai, and Talmai, descendants of Anak, were living. (Now Hebron had been built seven years before Zoan in Egypt.)
When they came to the valley of Eshcol, they cut down from there a branch with one cluster of grapes, and they carried it on a staff between two men, as well as some of the pomegranates and the figs.
That place was called the Eshcol Valley, because of the cluster of grapes that the Israelites cut from there.
They returned from investigating the land after forty days.
They came back to Moses and Aaron and to the whole community of the Israelites in the wilderness of Paran at Kadesh. They reported to the whole community and showed the fruit of the land.
They told Moses, “We went to the land where you sent us. It is indeed flowing with milk and honey, and this is its fruit.
But the inhabitants are strong, and the cities are fortified and very large. Moreover we saw the descendants of Anak there.
The Amalekites live in the land of the Negev; the Hittites, Jebusites, and Amorites live in the hill country; and the Canaanites live by the sea and along the banks of the Jordan.”
Then Caleb silenced the people before Moses, saying, “Let us go up and occupy it, for we are well able to conquer it.”
But the men who had gone up with him said, “We are not able to go up against these people, because they are stronger than we are!”
Then they presented the Israelites with a discouraging report of the land they had investigated, saying, “The land that we passed through to investigate is a land that devours its inhabitants. All the people we saw there are of great stature.
We even saw the Nephilim there (the descendants of Anak came from the Nephilim), and we seemed liked grasshoppers both to ourselves and to them.”
Melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang jelas dan benar merupakan hal yang sangat penting dalam hidup kita, supaya kita tidak salah persepsi dan tidak salah dalam bereaksi. Kita bisa melihat hal yang sama, objek yang sama, tetapi jika sudut pandang kita berbeda maka itu akan menghasilkan persepsi kita tentang hal itu juga berbeda. Persepsi yang berbeda akan menghasilkan reaksi atau respons yang berbeda pula. Inilah yang terjadi dengan kedua belas pengintai di dalam Ulangan 13-14. Sudut pandang kesepuluh (10) pengintai berbeda dengan dua (2) orang pengintai lainnya, yaitu Yosua dan Kaleb. Perbedaan sudut pandang mereka menghasilkan perbedaan persepsi mereka tentang tanah Kanaan. Dan perbedaan persepsi itu menghasilkan reaksi atau respons yang berbeda pula.
Bilangan 13-14 menceritakan kepada kita bahwa Allah menyuruh Musa untuk mengutus 12 orang pengintai untuk mengintai atau mengamati tanah Kanaan yang telah dijanjikan Allah kepada nenek moyang bangsa Israel. Maka Musa memanggil satu orang pemimpin dari masing-masing suku Israel, sehingga terpilih 12 orang pemimpin dari tiap-tiap suku. Mereka ada Syamua, Safat, Gadiel, Amiel, Kaleb, Yosua, dan sebagainya. Musa kemudian menyuruh mereka pergi untuk mengintai tanah Kanaan. Apa yang Musa minta untuk mereka amati di tanah Kanaan? Di pasal 13:18-19 Musa memberikan rincian hal yang perlu mereka amati baik-baik. Para pengintai ini harus mengamati bangsa itu apakah mereka kuat atau lemah, sedikit atau banyak; mereka juga harus mengamati negeri itu apakah baik atau buruk; lalu perhatikan juga kota-kotanya, apakah mereka berdiam di tempat terbuka atau di tempat yang berkubu; lalu mereka juga harus memperhatikan tanah mereka apakah gemuk atau kurus, apakah banyak pohon-pohon atau tidak. Semua itu harus mereka amati dengan baik agar laporan yang mereka sampaikan kepada Musa benar-benar akurat. Maka mulailah ke 12 pengintai itu berjalan dan mengintai tanah Kanaan itu dengan seksama. Mereka mengamati baik-baik keadaan bangsa itu, keadaan negeri mereka, keadaan kota-kota mereka, tanah mereka dan sebagainya.
Apa yang mereka temukan di sana? Pasal 13:22 menyebutkan bahwa di sana ada keturunan orang Enak, yaitu orang-orang raksasa. Seberapa besar mereka? Menurut ke 10 pengintai, jika dibandingkan dengan mereka, mereka hanya seperti belalang jika dibandingkan dengan orang-orang Enak itu. Artinya mereka tinggi besar, gagah perkasa, dan layaknya seperti raksasa jika dibandingkan dengan mereka. Namun di balik orang-orang raksasa yang gagah perkasa itu, tanah Kanaan adalah tanah yang subur dan indah. Pasal 13:23 menceritakan ketika para pengintai itu tiba di lembah Eskol, maka mereka memotong satu cabang dengan setandan buah anggur dan diangkat atau dipikul oleh 2 orang. Saudara bayangkan 1 tandan buah anggur dipikul oleh 2 orang. Betapa bagus dan lebatnya buah anggur itu. Dan betapa suburnya tanah di sana sehingga menghasilkan buah anggur yang sedemikian baiknya. Sehingga tidak heran apabilan tanah Kanaan itu dijuluki tanah yang berlimpah dengan susu dan madunya.
Lalu di pasal 13:27-29 para 10 pengintai itu memberikan laporan kepada Musa hasil pengintaian dan pengamatan mereka terhadap tanah Kanaan. Mereka mengatakan bahwa memang negeri itu berlimpah susu dan madunya, hanya bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu sangat besar. Orang Amalek, orang Het, orang Yebus, dan orang Amori berdiam di pegunungan. Jadi tidak mungkin bisa menyerang mereka dari sisi pegunungan. Demikian juga orang Kanaan mereka diam di sepanjang laut dan di sepanjang tepi sungai Yordan. Jadi tidak mungkin juga menyerang dari sisi laut atau sungai Yordan, karena mereka pun berdiam di sana. Artinya tidak ada celah untuk mereka menyerang bangsa Kanaan itu, baik dari sisi pegunungan mau pun dari laut. Tidak ada jalan masuk untuk menyerang tanah Kanaan itu. Atau kalaupun berhasil masuk, juga tidak mungkin dapat melawan orang-orang Enak yang seperti raksasa itu. Karena itu kesepuluh pengintai itu mengatakan di ayat 10, “Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.”
Situasi ini muncul, atau respons semacam ini muncul di tengah umat Israel, adalah karena kesepuluh pengintai itu melaporkan hal-hal buruk tentang tanah Kanaan? Mereka tidak melihat tanah Kanaan dari kacamata iman kepada Tuhan. Mereka tidak melihat tanah Kanaan itu dari sudut pandang yang benar sebagai umat Allah. Mereka hanya melihat bangsa-bangsa Kanaan sebagai bangsa yang menakutkan dan lebih kuat daripada mereka. Mereka melihat orang-orang Enak yang tinggi besar dan gagah perkasa, sementara mereka seperti belalang besarnya. Bahkan mereka menambahkan bahwa orang-orang Kanaan itu adalah orang-orang yang memakan penduduknya. Sehingga hal ini membuat mereka mengatakan bahwa tidak mungkin kita dapat mengalahkan bangsa Kanaan, kita tidak dapat maju menyerang mereka, sebab mereka lebih kuat dari pada kita (13:31). Mereka terlalu kuat bagi kita untuk kita taklukkan. Karena itu lebih baik kita mundur dan kembali ke Mesir. Itulah yang ada di pikiran kesepuluh pengintai dan juga orang-orang Israel pada waktu itu.
Namun tindakan yang berbeda justru ditunjukan oleh Kaleb dan Yosua. Di tengah kesepuluh pengintai itu melemahkan semangat bangsa Israel dan mengajak bangsa Israel untuk mundur dan kembali ke Mesir, namun Kaleb dan Yosua justru mengajak mereka untuk maju dan berperang untuk menduduki negeri Kanaan itu (13:30). Kaleb bahkan mengatakan di pasal 13:30 bahwa kita pasti akan mengalahkannya atau dengan kata lain ia ingin mengatakan bahwa kita pasti akan mengalahkan bangsa Kanaan itu. Lalu di pasal 14:8 mereka menambahkan dengan berkata: “Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” Mereka yakin betul bahwa Tuhan pasti akan memberikan negeri Kanaan itu kepada bangsa Israel. Mereka yakin bahwa Tuhan pasti akan menolong mereka mengalahkan bangsa-bangsa Kanaan dan menduduki negeri itu. Inilah mata iman yang dimiliki oleh Kaleb dan Yosua di dalam menghadapi kesulitan dan tantangan yang ada di depan mereka. Mereka melihat negeri itu dengan mata iman kepada Tuhan, bahwa Tuhan pasti akan memberikan negeri itu kepada umat Israel.
Di sini kita melihat dua sikap yang berbeda antara kesepuluh pengintai itu dengan Kaleb dan Yosua. Mereka sama-sama masuk tanah Kanaan. Mereka sama-sama melihat kedaan negeri itu dan bangsa yang diam di sana. Tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda. Kaleb dan Yosua melihat negeri Kanaan dari sudut pandang iman kepada Tuhan. Mereka melihat dengan kacamata iman kepada Tuhan. Sementara kesepuluh pengintai itu melihat dari sudut pandang ketakutan dan ketidakmungkinan. Perbedaan cara melihat dan sudut pandang mereka itu menghasilkan persepsi mereka yang berbeda. Dan perbedaan persepsi itu menghasilkan reaksi atau respons yang berbeda.
1. Janganlah takut menghadapi tantangan,
2. Miliki Persepsi Iman, menyertai
3. Percayalah pada kekuatan dan kehadiran Tuhan,
4. Tetap Setia dalam segala keadaan.
Pandangan kita, persepsi kita akan masalah-masalah kita, akan memberi reaksi yang berbeda dengan saat kita melihatnya melalui kacamata Tuhan, pandangan Tuhan, pandangan iman kita, terhadap situasi-situasi dihadapan kita. Tidak ada persoalan yang terlalu besar bagi Tuhan, sehingga Ia tidak mampu menaklukkannya. Seperti kata Yosua dan Kaleb, jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan memberikan kepada kita kemenangan atas persoalan dalam hidup kita.
God Strengthens ❤️🔥
Entri yang Diunggulkan
Prayer In The Morning
Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8 Let the morning bring me word of your unfailin...

-
Bila Kuingat Cinta Tuhan Bila kuingat cinta Tuhanku Ku tidak akan mundur lagi Bila kuingat cinta Tuhanku Ku tidak akan mundur...
-
Allah yang Kekal Pujian dan hormat, k'mulyaan dan kuasa Bagi Allah yang kekal Dan segala bangsa, s'gala ciptaan Sujud di...