Minggu, Desember 22, 2019

MAKALAH "Pembinaan Warga Gereja"


TUGAS MATA KULIAH
PEMBINAAN WARGA GEREJA

MODEL PEMBINAAN WARGA GEREJA YANG EFEKTIF
DI KOTA MULTI ETNIS

Image result for stt rmk" 

DISUSUN OLEH
DIAN VIVIAN MANUMPIL,SS



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI RUMAH MURID KRISTUS
BITUNG
2019




DAFTAR ISI



BAB     I      PENDAHULUAN
                     1.1    Latar Belakang
                     1.2    Perumusan Masalah
BAB     II     PEMBINAAN WARGA GEREJA PERKOTAAN
                     2.1    Pembinaan Warga Gereja
                      2.2    Gambaran Perkotaan
                     2.3    Potensi dan Tantangan PWG di Perkotaan yang Multi Etnis
                              2.3.1   Keterbukaan                              
                              2.3.2   Kaca Pembesar  
BAB     III   MODEL PEMBINAAN WARGA GEREJA YANG EFEKTIF
                     DI KOTA YANG MULTI ETNIS      
                     3.1    Mengembangkan Jaringan dan Kerjasama di Kota Multi Etnis
                              3.1.1   Jaringan Kerjasama Antar Gereja
                              3.1.2   STT sebagai Pengembang SDM
                              3.1.3   Program Jangka Panjang / Pendek Gereja
                              3.1.4   Pengembangan Program  Jaringan Cyber Space
BAB     IV   KESIMPULAN DAN SARAN            
DAFTAR PUSTAKA




BAB   I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Gereja telah ada sejak jaman rasul-rasul mendapatkan perintah dari Tuhan untuk menyebarkan kabar sukacita dan menjadikan semua bangsa sebagai muridNya. Gereja mula-mula saat itu merupakan sekumpulan orang percaya yang bersekutu untuk beribadah kepada Tuhan. Dengan adanya perkembangan gereja yang semakin luas pada setiap jamannya, maka kemudian gereja dibagi kedalam wilayah-wilayah dan tempat yang tetap untuk beribadah, dari hal itu kemudian berkembanglah pengertian akan sebuah gereja, berbagai pengertian dan pemaknaan tersebut sebenarnya menuju kepada esensi yang sama secara non fisik mengenai arti gereja tersebut.
Dalam perkembangannya, secara fisik orang mengenal gereja sebagai sebuah bangunan tempat umat Kristiani berkumpul untuk beribadah. Sebenarnya bangunan gereja tersebut merupakan representasi makna dari gereja sebagai jemaat yang dinaunginya. Tetapi kemudian pada perkembangan selanjutnya gereja hanya dianggap sebagai sebuah bangunan saja, dan hanya sedikit orang yang mengetahui makna dan arti dari gereja yang sebenarnya.
Kata Gereja dalam bahasa Portugis: igreja dan bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari agama Kristiani. Banyak orang yang memandang gereja sebagai gedung atau tempat. Ini bukanlah pengertian Alkitab mengenai gereja. Ekklesia “ek” yaitu keluar dan “kaleo” yang artinya memanggil. Sehingga dapat didefinisikan sebagai “perkumpulan” atau “orang-orang yang dipanggil keluar.” Akar kata dari ”gereja” bukan berhubungan dengan gedung, namun dengan orang dan persekutuan.
Banyak orang menunjuk Gereja pada pengertian denominasi atau sebuah bangunan. Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian Baru biasanya diterjemahkan sebagai "jemaat". Secara Theologis Alkitabiah Gereja merupakan tubuh Kristus (Efesus. 1:22-23) dimana Kristus adalah Kepala. Kristus yang memanggil, maka Gereja berasal dari Kristus sendiri. Gereja bukanlah kelompok manusia "Perkumpulan" yang berdiri atas inisitif sendiri, tetapi Kristuslah yang dengan perantara Firman dan Roh mengumpulkan bagiNya Jemaat itu. Gereja merupakan persekutuan "orang percaya" yang dikumpulkan oleh Kristus. Hari Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan menjadi hari lahirnya Gereja (Kisah Para Rasul 2).
Yesus Kristus adalah titik pusat lingkaran kehidupan kita. Proses kehidupan kita berlangsung "mondar-mandir" yang mengarah kepada Kristus dan bertolak dari Kristus, dengan proses kehidupan yang Kristosentris. Karena itu, Gereja memerlukan pemimpin Gereja yang merupakan pelayan, gembala atau hamba Tuhan agar dapat menghidupkan jemaat, membuat mereka berperan serta dalam setiap kegiatan pelayanan gereja, dan memperlengkapi jemaat agar mampu bersaksi dalam  perkataan dan perbuatan.
Gereja dalam perkembangannya sering menghadapi tantangan dan hambatan, ini berlaku secara menyeluruh kepada gereja di perkotaan ataupun yang ada di pedesaan. Di pedesaan kita melihat ada begitu banyak hambatan dalam perkembangan gereja, dan perspektif warga desa ikut menjadi tantangan tersendiri.
Namun hambatan dan tantangan lebih besar dapat ditemukan di daerah perkotaan. Atmosfer kota membuat individu lebih terbuka dengan berbagai macam paradigma masyarakat. Maka sering kali ide-ide dan pandangan yang baru ini membawa warga gereja berjalan di luar kehendak Tuhan, dan tidak hidup dengan berpusat kepada Kristus. Kita sebagai hamba Tuhan yang memegang kepercayaan Tuhan harus dapat melihat secara jeli masalah-masalah yang timbul dalam lingkup gereja kita, ataupun dari luar.

1.2  Perumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas, maka tugas akhir mata kuliah Pembinaan Warga Gereja akan mengangkat rumusan masalah, yaitu :
·               Bagaimana Model Pembinaan Warga Gereja Efektif di Kota yang Multi Etnis?







BAB  II
PEMBINAAN WARGA GEREJA PERKOTAAN


2.1  Pembinaan Warga Gereja
Pemberitaan Injil merupakan amanat agung Yesus Kristus (Mat. 28:19-20). Secara umum Amanat Agung Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20, dipahami sebagai tugas bagi semua orang Kristen untuk pergi memberitakan kabar baik. Ayat tersebut juga berbicara tentang “ajarlah” warga gereja agar mereka dapat melakukan apa yang Kristus ajarkan. Oleh sebab itu, Matius 28:19-20 juga menekankan pada pembinaan warga gereja. Dengan dasar Alkitab itu, pemberitaan Injil dilakukan agar orang-orang mengenal Kristus Yesus kemudian dibina agar mengalami pertumbuhan.
Bagi orang Kristen Injili, keyakinan bahwa Kristus Juruselamat dan tugas amanat agung tersebut harus terus dilaksanakan kepada dunia ini agar semakin banyak orang yang percaya kepada Kristus dan beroleh hidup kekal. Tugas gereja adalah membantu setiap orang mengenal Kristus kemudian berakar dan dibangun di atas Dia, teguh dalam iman serta hati yang melimpah dalam syukur (Kol. 2:7). Agar warga gereja dapat mengalami pertumbuhan, maka pembinaan warga gereja sangatlah penting.
Gereja yang dilukiskan sebagai Tubuh Kristus merupakan suatu organisme Illahi yang terus menerus berkembang, yang tidak pernah berhenti dalam perkembangannya, karena perkembangannya merupakan tanda-tanda adanya suatu kehidupan. Organisme yang bertumbuh perlu diatur dan ditata pertumbuhannya/perkembangannya, agar dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat sesuai dengan yang diharapkan. Gereja selain secara organisme, ia juga merupakan suatu organisasi yang dalam melaksanakan tugasnya harus tertata rapi secara terstruktur sehingga tercapai hasil yang maksimal.
Pembinaan warga Gereja (PWG) merupakan pembinaan yang berpusat pada Kristus, berdasarkan pengajaran Alkitab dan merupakan proses untuk menghubungkan kehidupan warga Gereja dengan Firman Tuhan, selain membimbing dan mendewasakannya dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus. PWG merupakan proses untuk mendewasakan setiap anggota Tubuh Kristus, dengan  memberdayakan warga gereja menjadi terang dunia. Dan ini merupakan suatu pelayanan yang serius, serta harus dikelola dengan baik. Sehingga nampak jelas bahwa pembinaan warga gereja merupakan hal penting bagi perkembangan gereja. Dengan dilaksanakannya pembinaan warga gereja, anggota jemaat dapat mengalami pertumbuhan rohani, kemudian berdampak pada pertumbuhan gereja secara menyeluruh.

2.2  Gambaran Perkotaan            
         Kota merupakan pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Secara fungsional berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Sistem kota berisi tentang distribusi kota, indeks dan keutamaan kota serta fungsi kota.
             Perkembangan suatu negara dipengaruhi oleh perkembangan kota-kota di dalamnya, mulai dari faktor internal (sosial), faktor eksternal (dinamika, demografi, dan ekonomi), sampai kepada faktor kebijakan (regulasi pemerintah dalam hal perubahan fungsi). Kota-kota merupakan garis depan dari misi Kristen, karena mempertimbangkan ukuran, pengaruh, keragaman dan kebutuhannya. Kota memberikan tantangan yang sangat besar. Mengabaikan kota akan menjadi suatu kesalahan strategis karena, ke mana kota mengarah, ke situlah dunia mengarah. Kota adalah pusat kekuatan politik, aktivitas ekonomi, komunikasi, penelitian ilmiah, pendidikan akademis, dan pengaruh moral dan religius. Apa pun yang terjadi di kota mempengaruhi seluruh negara. Ketika kerajaan Kristus berkembang di kota, jumlah orang yang beribadah dan melayani Allah yang sejati berlipat ganda.
         Berikut ini catatan populasi Kristen di dunia, data 2015 (Johnstone, Patrick; Miller, Duane Alexander (2015). "Believers in Christ from a Muslim Background: A Global Census" dan Religious Composition by Country, 2010–2050 | Pew Research Center. Pewforum.org (2 April 2015).
Negara Berdaulat
KEKRISTENAN MENURUT NEGARA
NEGARA
JUMLAH PENGANUT
%
13.862
0.04%.
43.800.649
79.7%
1.118.000
35.0%
700.000
2.0 %
230.358.554
70.8%
76.000
90.0%
 Angola
23.210.122
90.0%
14.000
90.5%
77.742
77.0%
40.515.025
92.7%
 Armenia 
3.196.000
98.7%
 Aruba
96.000
90.1%
13.506.120
54.6%
5.997.691
68.2%
432.000
4.8%
 Bahama
376.756
96.3%
208.075
14.5%
493.000
0.3%
244.000
95.0%
7.520.460
43.8%
7.598.000
80.0%
 Belgia
7.347.293
65.0%
 Belize
285.478
73.6%
 Benin
4.653.344
42.8%
47.792
74.4%
 Bhutan
7.978
1.0%
11.068.332
97.0%
1.918.000
46.0%
1.732.000
77.0%
 Brazil
190.605.717
91.53%
44.522.000
71.8%
22,000
96.0%
 Brunei
45.892
11.0%
6.364.000
85.0%
4.280.515
23.2%
9.331.246
91.0%
487.000
95.0%
47.088
83.0%
 Chad
5.604.734
41.0%
 Chili
12.964.613
72.0%
15.000
2.1%
9.010.066
33.9%
3.607.722
34%
4.765.730
82.9%
56.540
6.0%
69.425
94.4%
14.099.000
95.0%
5.073.000
85.0%
683.000
98.6%
2.664.000
62.5%
375.877
28.57%
54.978.000
64.5%
3.000
94.3%
46.000
94.0%
 Fiji
578.801
64.4%
4.347.000
81.0%
 Gabon
1.821.403
92.0%
 Gambia
158.000
9.0%
3.930.000
88.6%
 Ghana
16.741.000
68.8%
55.000
96.6%
101.000
97.3%
14.018.000
97.5%
 Guinea
1.239.592
10.0%
401.269
22.1%
 Guyana
444.259
57.4%
 Haiti
8.527.000
83.7%
6.321.000
88.0%
857.182
11.6%
7.450.000
76.0%
296.948
89.3%
 India
30.455.941
2.3%
28.383.250
10.87%
 Iran
300.000
0.4%
 Irak
944.000
3.0%
4.116.000
92.3%
 Israel
266.000
3.5%
 Italia
55.070.000
91.1%
1.985.254
68.9%
 Jepang
2.913.456
2.3%
 Jerman
49.400.000
59.9%
268.000
2.0%
16.407.432
70.0%
 Kanada
27.101.982
77.1%
7.451.000
46.0%
 Kenya
34.774.000
85.1%
19.000
94.3%
44.502.000
97.6%
480.000
4.0%
14.199.151
27.6%
4.094.682
84.3%
4.107.000
92.6%
 Kuba
9.523.000
85.0%
 Kuwait
458.000
15.0%
1.023.311
17.0%
 Laos
114.892
1.7%
 Latvia
1.543.028
79.0%
2.432.700
40.5%
1.876.000
90.0%
3.854.568
85.6%
 Libya
231.000
5.4%
32.000
87.8%
2.827.000
84.9%
437.000
87.0%
21.160.368
85.0%
 Malawi
12.538.000
79.9%
2.921.644
9.2%
300
0.08%
 Mali
726.000
5.1%
 Malta
408.000
98.0%
43.010
1.0%
418.000
32.2%
 Mesir
8.100.000
12.9%
 Mexico
112.956.562
94.5%
106.000
95.4%
3.503.000
98.3%
  Monaco
33.408
87.7%
58.000
2.1%
515.512
75.93%
380.000
1.1%
16.173.336
56.1%
3.192.148
6.2%
1.991.000
90.0%
   Nepal
405.759
1.4%
2.426.000
55.3%
5.217.000
89.6%
 Niger
795.000
5.0%
107.873.991
58.0%
4.195.000
85.6%
 Oman
287.610
6.5%
2.800.000
1.6%
 Palau
18.729
87.1%
 Panama
3.057.000
92.0%
6.640.000
96.4%
6.260.000
96.9%
 Peru
27.635.000
93.8%
93.306.848
92.4%
57
100.0%
36.526.000
95.7%
9.222.000
86.7%
35.014.000
53.5%
3.878.000
97.0%
 Qatar
422.732
15.8%
3.675.697
80.0%
4.403.080
90.7%
70.862.538
90.0%
9.734.000
95.2%
1.352.053
65.2%
35.508.560
2.53%
19.147.050
97.5%
 Rusia 
104.750.000
73.3%
 Rwanda
10.586.810
94.0%
188.495
98.0%
539
0.1%
31.000
97.0%
(Pekerja Asing) 1.500.000
4.54%
1.078.813
7.0%
 Serbia
6.423.073
91.0%
80.000
94.7%
1.751.000
30.0%
1.127.067
20.1%
 Siprus
912.698
78.0%
4.125.425
75.9%
1.258.130
60.9%
1.000[67]
0.01095%
32.620.608
70.2%
1.531.000
7.5%
 Sudan
593.682
1.5%
7.399.592
60.5%
270.250
48.4%
1.208.788
90.0%
 Swedia
7.148.000
76.2%
  Swiss
6.172.000
79.3%
 Syria
2.251.000
11.2%
139.560
1.6%
34.121.332
61.4%
826.362
1.2%
1.156.737
99.1%
 Togo
2.309.866
29.0%
 Tonga
93.763
90.0%
779.843
57.6%
109.828
1.0%
 Turki
1.596.298
2.0%
566.254
10.1%
 Uganda
29.943.000
88.6%
41.973.000
91.5%
1.184.400
12.6%
2.027.000
79.0%
2.968.110
9.0%
800
100%
28.340.000
98.0%
8.443.260
8.4%
 Yaman
3.000
0.013%
388.000
6.0%
 Yunani
11.080.000
98.0%
 Zambia
15.423.596
95.5%
14.050.815
87.0%
Total
2.265.967.127
(7 Milyar Penduduk Dunia 2016)
32.37%

Negara Tidak Berdaulat
         Negara-negara yang tidak termasuk dalam anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan hanya diakui oleh beberapa negara sebagai negara berdaulat:
KEKRISTENAN MENURUT NEGARA
NEGARA
JUMLAH PENGANUT
PERSENTASE
130.000
68.0%
 Kosovo
150.000
8.3%
136.000
95.0%
173,000
6.0%
200
0.03%
69.000
96.4%
 Taiwan
918.453
3.9%
510.000
95.0%
Melihat catatan populasi Kristen di dunia yang telah dijabarkan di atas, begitu besarnya populasi pemeluk agama Kristen. Sehingga membuka pandangan kita, bahwa bagaimana peran kita sebagai umat Kristiani dapat “memberi pengaruh” kepada lingkungannya, masyarakatnya, bahkan negaranya, “tanpa dipengaruhi” oleh faktor-faktor tersebut. Ini merupakan tugas kita sebagai hamba Tuhan yakni, membawa umat Tuhan atau warga gereja kepada Amanat Agung Yesus Kristus.

2.3  Potensi dan Tantangan Pembinaan Warga Gereja di Perkotaan yang Multi Etnis
Ada Potensi sekaligus Tantangan yang dapat kita temui pada Urban Church yang multi etnis ;
2.3.1 Keterbukaan
Orang-orang baru di kota terbuka bagi ide-ide baru, termasuk ide tentang Allah dan agama. Ketika kita melihat arus urbanisasi, sejumlah orang yang mencoba mendapat penghidupan yang lebih layak dari apa yang mereka dapat di desa, baik itu melalui pendidikan, ataupun berusaha mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Mereka ini berbondong-bondong masuk ke kota, disinilah kita dapat melihat bahwa Allah ada di belakang arus urbanisasi ataupun migrasi sejumlah besar orang ke kota-kota. Dia sedang menciptakan kesempatan baru untuk menyebarkan Injil di antara kelompok suku yang belum terjangkau yang datang dari kota-kota dan desa-desa terpencil. Adalah tugas kita untuk mengambil kesempatan itu dan menjalankan amanat misi Kristus.
Orang yang datang ke kota secara mental sadar bahwa ia akan bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai negara, daerah, atau budaya yang berbeda. Cukup kontras dengan lingkungan desa/rural, komposisi dan variasi masyarakat lebih homogen. Sedikit variasi perbedaan mungkin menjadi terlihat begitu mencolok dan cenderung sulit diterima. Maka dari itu, setidaknya orang-orang yang tinggal di lingkungan kota menjadi lebih siap untuk mendengarkan dan berusaha mengerti (walau tidak harus setuju) perspektif lain yang mungkin saja baru ia dengar atau terima. Karena alasan ini pula, proklamasi Injil juga bisa diterima dengan lebih terbuka dan reseptif dalam konteks masyarakat urban. Realitas seperti ini bisa kita lihat dalam Kisah Para Rasul 17. Saat itu, Paulus sedang berada dalam kota Atena. Ternyata di kota itu, ada sekelompok orang yang sangat terbuka dan kerjanya hanya untuk mengatakan dan mendengar segala sesuatu yang baru. Orang-orang ini kemudian mendengarkan dengan seksama pemaparan Injil yang disampaikan Paulus. Walau kita juga tahu, pada akhirnya memang ada orang-orang yang mengejek dan tidak menerima Injil (ayat 32). Tetapi di saat yang sama, juga ada beberapa orang laki-laki yang justru menjadi percaya dan menggabungkan diri dengan Paulus. Salah satunya adalah Dionisius yang adalah anggota majelis Areopagus (ayat 34).
Potensi sekaligus Tantangan dalam budaya masyarakat kota yang terbuka ini, warga kota yang terbuka menerima Injil, namun juga terbuka dengan paham atau idealisme yang baru, dan meninggalkan Injil. Karena kurangnya pemahaman akan Firman Tuhan, orang bisa meninggalkan kepercayaannya karena sifat keterbukaannya. Oleh karena itu banyak anak-anak Tuhan meninggalkan Tuhan dan beralih kepada kepercayaan yang lain. Ataupun mulai hidup dengan pandangan-pandangan di luar Firman.

2.3.2 Kaca Pembesar

         Kaca Pembesar atau  magnifier memiliki fungsi untuk memperbesar serta memperjelas objek, tulisan, atau komponen-komponen kecil yang susah dilihat dengan mata telanjang. Dr. Tim Keller menganalogikan tentang Kota, bahwa kota sebagai sebuah kaca pembesar. Kaca pembesar ini berlaku untuk segala hal yang baik, dan juga sekaligus yang buruk. Segala hal baik dan buruk yang tadinya mungkin sudah ada dan muncul di lingkungan pedesaan/daerah rural/sub-urban, dan akhirnya diekspos dengan lebih jelas dan intens dalam lingkungan urban. Dengan segala kemungkinan solusi, kekayaan perspektif, dan derasnya interaksi dengan berbagai macam kalangan, lingkungan kota yang secara luar biasa telah berhasil menggali dan mengeluarkan segala macam kebaikan dan sekaligus kerusakan dalam diri manusia. Kota telah mengekspor segala pengaruh politik dan ekonomi, kemajuan inovasi, musik, ketajaman pemikiran-pemikiran mutakhir, gaya hidup, sekaligus dengan segala macam berhala dan berbagai jenis kerusakannya. Dalam Alkitab sendiri, salah satu bagian yang menarik untuk kita cermati adalah Kejadian pasal 4. Kain yang ditulis telah pergi dari hadapan Tuhan, akhirnya justru “berhasil” mendirikan suatu kota. Dalam kota yang didirikan Kain, berbagai aspek kebudayaan ternyata berkembang dengan subur dan pesat. Mulai dari peternakan, seni kecapi dan suling, kerajinan tembaga dan besi, dan syair. Namun di saat yang sama, tindakan kriminal, kekerasan, pembunuhan dan lirik-lirik syair yang penuh dengan kedengkian, dendam, dan kebencian juga merebak dengan pesat di tengah-tengah kota yang Kain dirikan.



BAB III
MODEL PEMBINAAN WARGA GEREJA EFEKTIF
DI KOTA YANG MULTI ETNIS

Melihat banyaknya faktor yang mempengaruhi pola pikir masyarakat kota, terlebih khusus warga gereja, sehingga banyak anak Tuhan kehilangan Identitas Diri, Moralitas yang merosot, bertindak secara Hukum Rimba, kurang ber-Etika, masyarakat kota yang seperti Alat Produksi, memiliki Kesadaran Hukum yang Rendah, bersikap Individualis, bahkan Materialistis, juga sering ditemukan dalam komunitas/berkelompok-kelompok SARA, serta dalam pelayananpun ikut terpengaruh layaknya jemaat di Laodikia yang suam-suam.
Karena itu, dibutuhkan perhatian bahkan tindakan yang lebih dari pemimpin-pemimpin gereja, untuk membawa warga gereja kepada perubahan (1 Yoh 2:6, 2 Kor 5:17, Rm 12:1-2), pengembangan diri warga gereja (1 Kor 3:11), agar supaya warga gereja mengerti tugas dan tanggung jawab hidupnya (Ef 2:10).
Model pembinaan warga gereja di kota yang multi etnis dapat diterapkan antara lain dengan  Mengembangkan Jaringan dan Kerjasama,

3.1    Mengembangkan Jaringan dan Kerjasama di Kota Multi Etnis
Gereja harus dan perlu menyadari bahwa fokus penting untuk memperlengkapi warga gereja dalam membangun masyarakat kota yang multi etnis, dengan keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasanya, ekonomi, status sosial, pandangan politik, bahkan agama, ini memerlukan sikap yang terbuka dan realistik.
Sikap terbuka dan realistik ini dilaksanakan dengan cara mengembangkan  kerjasama dengan jaringan kelompok lain, tanpa sikap diri yang “fanatisme” menganggap ajaran gereja kitalah yang paling benar dan yang lain salah.  Berangkat dari keyanikan Iman Kristen bahwa Allah aktif bekerja dalam dunia ini melalui berbagai cara, melampaui batas-batas suku, bangsa, ras, agama dan budaya. (Kisah Para Rasul 10:34-36)
10:34 Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak  membedakan orang.
10:35 Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
10:36 Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.

Contoh Jaringan dan Kerjasama yang harus dikembangan di Kota yang Multi Etnis, antara lain ; Jaringan Kerjasama Antar Gereja, Sekolah Tinggi Teologia sebagai Pengembang SDM, Memberdayakan Warga Gereja melalui program jangka panjang dan pendek di setiap sidang,
3.1.1 Jaringan Kerjasama Antar Gereja
         Model Pembinaan Warga Gereja yang Efektif di Kota yang Multi Etnis, melalui pengembangan jaringan dan kerjasama Antar Gereja, salah satu contoh adalah BAMAG (Badan Musyawarah Antar Gereja). BAMAG memiliki visi-misi mewujudkan kesatuan dan persatuan antar umat Kristiani secara Oikuamenis dalam bingkai NKRI. Bahkan dalam Munas yang diselenggarakan bulan Juni 2019, BAMAG mengangkat tema “Membangun Indonesia dengan cinta kasih”. Mereka melihat bahwa peluang besar  membangun Indonesia, dengan melalui Cinta dan Kasih Kristus.
Melalui cinta dan kasih Kristus kita membangun Indonesia, memberi pengertian bahwa Gereja harus lebih cepat merespons masalah dan persoalan di tengah masyarakat dan gereja, agar setiap pelayan dan warga perlu tahu persoalan-persoalan masyarakat, dengan mengembangkan jaringan dan kerjasama dengan kelompok lain. Tindakan seperti itu mendorong gereja hingga dapat membangun  hubungan  kasih persaudaraan di dalam Kuasa Kasih Kristus secara Oikumenis.  Agar supaya setiap warga mampu menilai orang lain lebih kritis tanpa harus menaruh  rasa curiga atau berprasangka buruk. Karena dalam  kenyataannya yang nampak dalam jemaat bahwa warga gereja belum semua mampu berperan aktif dalam pelayanan di tengah-tengah gereja.
Mengembangkan jaringan kerjasama antar gereja melalui setiap wadah dapat menopang dan mendorong setiap jenis pelayanan gereja ke arah yang semakin baik. Sebab setiap pelayan kristen juga harus mampu menilai kelemahan-kelemahan sendiri agar dapat melakukan perbaikan-perbaikan ke depan. Tuhan menghendaki kita menjadi pelayan yang berkualitas. Tuhan menugaskan kita menjadi contoh, dan  teladan bagi yang lain. Karena itu mengembangkan jaringan dan kerjasama akan memperluas pandangan kita sebagai pelayan, dan dapat menggali potensi-potensi yang ada.
3.1.2 Sekolah Tinggi Teologi sebagai Pengembang Sumber Daya Manusia
         Sekolah Tinggi Teologi sebagai program pendidikan tingkat lanjutan dipandang sangat perlu untuk dikembangkan dan dibangun di setiap kota, bahkan bila memungkinkan dapat menjangkau sampai ke pedesaan. Karena kualitas dan kuantitas pekerja/pelayan Tuhan menjadi sorotan di masa sekarang ini. Begitupun dengan sasaran PWG, dimulai dengan hamba Tuhan yang berkualitas, berwawasan luas, yang mampu menerapkan PWG dalam pelayanan mereka.
         Mutu pendidikanpun harus ikut ditingkatkan, di samping sarana dan prasana yang menunjang, serta tidak hanya berkisar dalam pelajaran umum, namun dapat pula mengembangkan keahlian. Misalnya di STT harus disertakan mata kuliah pengembangan talenta, baik sebagai pemimpin pujian, pengembangan keahlian dalam memainkan alat musik, ataupun pelayanan altar lainnya, maupun sampai kepada memberdayakan lingkungan alam sekitar.
3.1.3 Program Jangka Panjang / Pendek Gereja
Perkembangan penduduk perkotaan telah mengubah banyak tatanan sosial termasuk tatanan kehidupan berjemaat perkotaan (urban parish). Di tengah-tengah perubahan cepat demikian yang menimbulkan dampak luar biasa, mau tidak mau gereja juga diperhadapkan dengan perubahan strategi dan misi pelayanannya yang membutuhkan penyesuaian dan juga antisipasi menghadapi hal itu.
Masalah perkotaan yang timbul belakangan ini seperti soal kejahatan kerah putih, masalah jurang kaya miskin, Lingkungan Hidup, PHK, demonstrasi-demonstrasi perburuhan, bahkan pengrusakan pabrik seperti pernah terjadi di kecamatan Girian, telah menjadi topik liputan masyarakat, tetapi sayang sekali perhatian dan tanggapan gereja pada umumnya sepi kalau tidak mau dibilang sebagai tidak ada sama sekali.
Faktor lain juga yang acap kali terjadi di dalam gereja, yakni; faktor Kecemburuan. Harus diakui bahwa anggota gereja memang memiliki banyak perbedaan, misalnya dalam status sosial, latar belakang budaya, kegemaran, pendidikan, ketrampilan serta minat. Dengan banyaknya perbedaan-perbedaan seperti itu maka perlu pembinaan iman warga untuk mengatasi terhambatnya fungsi rasio dan fungsi emosi yang overload yang sering membuka peluang iblis masuk dan menguasai paradigma anggota gereja. Iblis kemudian menjadi berkuasa, dengan diawali tanda rasa kecemburuan berlebihan, yang mengakibatnya terjadilah persaingan  tidak sehat memfitnah, dan lain sebagainya. Sama halnya sekarang ini oleh karna perkembangan sosialita banyak jemaat perkotaan bahkan sampai pelayan-pelayan disesatkan oleh ramalan-ramalan, horoskop, berdasarkan bintang kelahiran, sekalipun ramalannya tidak terbukti.
Oleh sebab itu, setiap organisasi dalam Gereja harus memiliki program jangka pendek dan jangka panjang yang secara aktif dilaksanakan. Sebagai tolak ukur pelayanan dan tanggung jawab kepada Tuhan. Dapat dilaksanakan secara khusus terhadap wadah-wadah jemaat yang ada, dari muda sampai kepada lansia, dibimbing, diarahkan, diasuh, dan dibentuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam rohaninya maupun dalam jasmaninya.
Jadi baik tua maupun muda harus dibina secara khusus. Memang telah ada wadah-wadah yang seperti dalam gereja yang mengajarkan kebutuhan khusus jemaat, seperti sekolah minggu, remaja, pemuda, pra nikah, pria, wanita, dan lansia. Namun adalah lebih baik jika dalam wadah sekolah minggu, sering diadakan pengkaderan dan pelatihan guru sekolah minggu, guru sekolah minggu dapat lebih kreatif dalam penyajian Firman Tuhan, dsb. Wadah Remaja dan Pemuda, dapat dibuat pembinaan khusus seperti seminar, pelajaran Alkitab, bimbingan pastoral khusus remaja dan pemuda, pelatihan MC, ataupun pemimpin pujian, pengembangan/pelatihan memainkan alat musik gereja, bahkan sampai kepada pelatihan perenungan Firman Tuhan. Agar anak muda sebagai pilar penopang gereja mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka dalam pelayanan.
 Untuk Komisi Dewasapun peningkatan PWG perlu dikembangkan, karena komisi dewasa seperti Pelwap, Pelprip, Lansia, dan Keluarga Muda, merupakan teladan bagi gererasi penerusnya. Model yang efektif dalam pembinaan warga gereja yakni; melaksanakan sarasehan atau seminar (wanita bijak, dsb), pemahaman Alkitab, ataupun kepada warga jemaat usia lanjut  dengan menumbuhkan gairah hidup untuk tetap  melayani Tuhan (membentuk vocal grup lansia, dsb).
3.1.4   Pengembangan Program Jaringan Cyber Space / Network
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak hanya meningkat pesat secara eksponensial tetapi juga semakin luas pemakainya, semakin merata tidak peduli strata sosial dan  ekonomi, semakin bersifat pribadi, semakin membuat pengguna terkoneksi dengan banyak pengguna lain, semakin cepat, semakin mudah dalam penggunaan, semakin tersedia, semakin interaktif dan kolaboratif. Seluruh dunia terkoneksi dalam satu media komunikasi, gadget. Begitu kecil namun menjangkau dunia, dari pengetahuan sampai wawasan global dengan mudah diakses oleh segala umur. Gereja Tuhan terekspos juga mengekspos .
 Tentu saja ada sisi negatifnya, di mana orang semakin dibuat sibuk berinteraksi satu dengan yang lain, semakin kehilangan privasi karena keberadaannya akan semakin terdeteksi. Melihat betapa banyaknya hal-hal buruk yang ditampilkan dalam  media komunikasi modern ini, haruskah kita menutup diri, menjaga jarak dengan segala kemutakhiran teknologi zaman ini?.  
Gereja tidak dapat membatasi mobilitas dan gerak umat, melainkan harus bisa memberikan  layanan kepada mereka, sehingga mereka selalu merasakan sapaan Allah. Gereja harus peka dan cerdas untuk memanfaatkan teknologi. Tuhan Yesus pun cepat berinisiatif naik ke perahu Simon untuk memberikan ceramah di pantai (bdk. Lukas 5:1-11). Dengan demikian, proses pengudusan umat Allah dapat berjalan dengan baik tanpa ketegangan. Melihat peluang dan mengisinya.
Melalui sarana-sarana TI, gereja dapat membangun dialog lintas agama dan komunikasi yang lebih hangat dengan masyarakat. Harapannya, kehadiran gereja makin dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat pula digunakan dalam memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat, khususnya generasi muda agar dapat mengikuti perkembangan dunia. Dengan demikian, kehadiran gereja dan kegiatan misi memberi arti secara praksis bagi masyarakat.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Tantangan besar misi Kristen adalah perkotaan, dimana dari segi keragaman etnisnya, ukuran luasnya, pengaruh budaya di dalamnya, sampai kepada tingkat kebutuhan yang semakin hari semakin beragam dan berkembang ke arah yang negatif. Dan gereja tidak menutup diri, apatis, ataupun melarikan diri dari perkembangan yang sedang dialami masyarakat perkotaan. Melainkan Gereja harus bersikap terbuka untuk mengembalikan makna dan fungsi kota sesuai kehendak Allah.
Mengembangkan Jaringan dan Kerjasama dapat memperlengkapi warga gereja dan membangun masyarakat kota yang multi etnis. Karena melalui pengembangan jaringan dan kerjasama, gereja lebih terbuka dengan segala perkembangan yang ada, dan gmampu memberi dampak kepada perkembangan tersebut.
Dalam jaringan dan kerjasama, pendekatan gereja yang terintegrasi harus semakin ditingkatkan. Khususnya dengan lembaga-lembaga yang memiliki perhatian kepada pembinaan warga gereja. Juga program-program pengembangan pendidikan sebagai hamba Tuhan harus lebih ditingkatkan, termasuk memperhatikan SDM warga gereja.  Kitab Kejadian, Allah yang menciptakan segala ciptaan, kemudian memerintahkan manusia untuk menjaga dan mengusahakan taman. Taman ini nantinya akan diperkembangkan menjadi sebuah kota Ibrani 11:10 “sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah”.  Pembinaan Warga Gereja di Kota yang Multi Etnis memang perlu dibina karena hal tersebut merupakan keinginan hati Tuhan, dan harus berkelanjutan. Ini penting karena akan mempersiapkan umat Tuhan untuk bertemu dengan Juruselamatnya di masa depan.
Melalui pembinaan warga gereja, umat Tuhan benar-benar dipersiapkan sehingga layak untuk bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus Kristus. Pada sisi lain, pembinaan warga gereja juga memiliki dampak yaitu warga gereja tetap kuat di dalam Tuhan ketika menghadapi tantangan sebagai murid Kristus di tengah dunia yang membenci imannya.
Akhir kata, penulis menyadari makalah ini sangatlah jauh dari sempurna, karena keterbatasan waktu dan penelitian. Karena itu diharapkan masukan dan perbaikan dari Pdt. Roland Mokalu, Mth, sebagai dosen Mata Kuliah Pembinaan Warga Gereja.
Atas bimbingannya selama proses belajar mengajar, penulis ucapkan terima kasih, Tuhan Yesus selalu memberkati setiap pelayanan dan pengiringan bapak dosen.



DAFTAR PUSTAKA


Alkitab.Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2009.
Jenson, Ron dan Jim Stevens. 1996. Dinamika Pertumbuhan Gereja. Malang: Yayasan Penerbit:Gandum Mas.
Sanders,J. Oslwald.Kepemimpinan Rohani.Bandung: Kalam Hidup, 2000.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Prayer In The Morning

  Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8  Let the morning bring me word of your unfailin...