Mencari
Realitas Tertinggi memunculkan ego yang palsu, sebab wacana intelektual tidak
semata-mata dapat memberikan solusi dalam “kelelahan rohani”
mencari-menemukan-bertambah, berbalik-bergulir-dan kembali.
Maklumat
malaikat, membuat saya tertawa dalam kebodohan diri : "Mengapa kamu
mencari Dia yang hidup. diantara orang mati?" (Lukas 24:5). “Di manakah
engkau ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai
pengertian!” (Ayub 38:4)
Kita
yang bertambah-ataukah Kristus yang berkurang??
“People tend
to believe what they want to believe”
MENGENAL YESUS
I. Tujuh Catatan Bagi Ajaran
Sang Guru
Di abad pertama, dari satu dusun kecil di Nazaret, tampil seorang laki-laki berumur 30 tahun. Ia anak dari seorang tukang kayu yang bernama Yusuf. Namun dilahirkan oleh Maria yang masih perawan, lewat sebuah proses kehamilan non-benih-biologis yang teramat rumit.
Perawakan fisiknya tidak diketahui, namun "perawakan hatinya" dilukiskan secara penuh. Kepadanya diberi satu nama dan sejumlah gelar yang asing bagi telinga manusia. Diberikan bukan oleh orang tuanya, melainkan oleh seorang mahluk dari alam lain yang amat berwibawa. Anak laki-laki ini tumbuh tanpa mendapat pendidikan dari guru-agama manapun. Guru Besar Gamaliel tidak mengenalnya. Namun tiba-tiba dan sekaligus Ia tampil sebagai Maha-Guru dan Dokter spesialis ilmu kehidupan yang paling ulung. Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkannya. Ia hanya mengajar dan berpraktek dalam kurun waktu 3 tahun. Spiritual, moral dan etika tertinggi adalah topiknya. Namun ia amat dibenci, dimata-matai, dijebaki, sampai dikhianati. Dan akhimya Ia dinyatakan bersalah walau tanpa diadili dan tanpa bukti.
Ia diperlakukan sebagai penjahat terbesar, dianiayai, dihukum mati dengan penyaliban, bukan karena apa (yang dilakukan), tetapi karena SIAPA DIA. Namanya: YESUS!
Catatan Satu
Socrates mengajar selama 40 tahun.
Plato 50 tahun.
Aristoteles 40 tahun.
Namun Yesus hanya 3 tahun!
AjaranNya dalam, namun sederhana, untuk orang-orang sederhana.
Apa yang diwariskan Yesus kedunia selama pelayanan 3 tahun itu melewati apa yang dapat diwariskan seluruh filsuf dan guru-guru terbesar dijadikan satu disepanjang abad. Fakta kecil ini sekaligus sudah menempatkan Yesus dalam jajaran Maha-Guru Terbesar.
Catatan Dua
Yesus menyampaikan ajaranNya kepada manusia. Lalu ditulis dan dibukukan dalam sebuah kitab yang sakral dan berwibawa. Yesus sendiri tidak menulis ajaranNya, walau la cakap menulis. Masa pelayananNya didunia amat singkat, dan Dia tidak akan menghabiskan waktuNya untuk menulis. Ia bahkan tidak perlu mengawasi penulisan, atau menyuruh orang-lain untuk menuliskan ajaran-Nya. Bukankah itu aneh? Sama sekali tidak! Alasannya sangat mendasar. AjaranNya yang disebut Injil (yaitu "Kabar Baik" , penyelamatan bagi segenap bangsa) itu terlalu berwibawa untuk bisa didiamkan dan dibendung. Yesus tahu Injil akan ditulis oleh murid¬muridNya kelak SETELAH mereka (dan calon-calon pembacanya) dibukakan mata-batinnya oleh Roh Kudus (Yohanes14:26; 16: 12, 13; 1 Korintus 2: 13). Dan itulah yang terjadi! AjaranNya dibukukan, dan telah memberkati ber miliar hati manusia disepanjang zaman. Kitab yang memberi rahmat ini telah menjadi bacaan renungan dan kupasan yang paling luas diseluruh muka bumi. Kini telah diterjemahkan kedalam 1200 bahasa/ dialek dunia. Suatu prestasi tiada tanding!
Di abad pertama, dari satu dusun kecil di Nazaret, tampil seorang laki-laki berumur 30 tahun. Ia anak dari seorang tukang kayu yang bernama Yusuf. Namun dilahirkan oleh Maria yang masih perawan, lewat sebuah proses kehamilan non-benih-biologis yang teramat rumit.
Perawakan fisiknya tidak diketahui, namun "perawakan hatinya" dilukiskan secara penuh. Kepadanya diberi satu nama dan sejumlah gelar yang asing bagi telinga manusia. Diberikan bukan oleh orang tuanya, melainkan oleh seorang mahluk dari alam lain yang amat berwibawa. Anak laki-laki ini tumbuh tanpa mendapat pendidikan dari guru-agama manapun. Guru Besar Gamaliel tidak mengenalnya. Namun tiba-tiba dan sekaligus Ia tampil sebagai Maha-Guru dan Dokter spesialis ilmu kehidupan yang paling ulung. Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkannya. Ia hanya mengajar dan berpraktek dalam kurun waktu 3 tahun. Spiritual, moral dan etika tertinggi adalah topiknya. Namun ia amat dibenci, dimata-matai, dijebaki, sampai dikhianati. Dan akhimya Ia dinyatakan bersalah walau tanpa diadili dan tanpa bukti.
Ia diperlakukan sebagai penjahat terbesar, dianiayai, dihukum mati dengan penyaliban, bukan karena apa (yang dilakukan), tetapi karena SIAPA DIA. Namanya: YESUS!
Catatan Satu
Socrates mengajar selama 40 tahun.
Plato 50 tahun.
Aristoteles 40 tahun.
Namun Yesus hanya 3 tahun!
AjaranNya dalam, namun sederhana, untuk orang-orang sederhana.
Apa yang diwariskan Yesus kedunia selama pelayanan 3 tahun itu melewati apa yang dapat diwariskan seluruh filsuf dan guru-guru terbesar dijadikan satu disepanjang abad. Fakta kecil ini sekaligus sudah menempatkan Yesus dalam jajaran Maha-Guru Terbesar.
Catatan Dua
Yesus menyampaikan ajaranNya kepada manusia. Lalu ditulis dan dibukukan dalam sebuah kitab yang sakral dan berwibawa. Yesus sendiri tidak menulis ajaranNya, walau la cakap menulis. Masa pelayananNya didunia amat singkat, dan Dia tidak akan menghabiskan waktuNya untuk menulis. Ia bahkan tidak perlu mengawasi penulisan, atau menyuruh orang-lain untuk menuliskan ajaran-Nya. Bukankah itu aneh? Sama sekali tidak! Alasannya sangat mendasar. AjaranNya yang disebut Injil (yaitu "Kabar Baik" , penyelamatan bagi segenap bangsa) itu terlalu berwibawa untuk bisa didiamkan dan dibendung. Yesus tahu Injil akan ditulis oleh murid¬muridNya kelak SETELAH mereka (dan calon-calon pembacanya) dibukakan mata-batinnya oleh Roh Kudus (Yohanes14:26; 16: 12, 13; 1 Korintus 2: 13). Dan itulah yang terjadi! AjaranNya dibukukan, dan telah memberkati ber miliar hati manusia disepanjang zaman. Kitab yang memberi rahmat ini telah menjadi bacaan renungan dan kupasan yang paling luas diseluruh muka bumi. Kini telah diterjemahkan kedalam 1200 bahasa/ dialek dunia. Suatu prestasi tiada tanding!
Catatan
Tiga
Ajaran yang ter mulia tidak akan ada nilainya, bilamana sipengajarnya sendiri tidak berperilaku mulia seperti yang diajarkan. Tetapi Yesus bukan hanya mengajar, melainkan sekaligus mencontohkannya- dalam karakter-karakter, perilaku dan karyaNya. Apa yang keluar dari mulutNya, itu yang diwujudkanNya. Bahkan apa yang terucapkan untuk masa mendatang, itupun terjadi tanpa kecuali! Itu yang disebut orang sebagai pe-nubuat terhadap hal-hal yang akan datang! Keselarasan antara ajaran dan perilaku, antara ucapan dan perbuatan, antara nubuat dan penggenapannya, sungguh merupakan sebuah kesaksian-diri Yesus yang mustahil dapat diduplikatkan Guru lainnya.
Catatan Empat
Setiap kali Yesus muncul mengajar secara terbuka, Ia otomatis menarik perhatian ribuan orang yang datang berhimpun, berjejal-jejal untuk mendengar pengajaranNya. Tidak ada panitia-panitia-an yang dibentuk untuk menarik masa. Tidak perlu alat-bantu semisal sound system untuk menembuskan suaraNya hingga ketelinga barisan paling belakang.
Ia melakukannya secara solo! Ia bahkan tidak memerlukan bendahara dan seksi-konsumsi ketika Ia sendiri menggelar kan sebuah perjamuan spektakuler kepada 5.000 orang laki-laki dewasa (belum termasuk perempuan dan anak-anak) yang tengah lelah dan kelaparan. Setiap hari, selama 1000-an hari, Ia mengajar dan berkarya non-stop, termasuk karya-karya mujizat yang "mustahil" bagi mata dan otak manusia. Dari pagi hingga malam, dari Galilea hingga Yudea, Yesus berjalan kaki berkeliling dari kota kekota dan dari desa kedesa sambil mengajar (Lukas 13:22). Ia menjelajahi seluruh pelosok untuK mencari dan menyelamatkan "domba-dombaNya" (kita-kita) yang tersesat dan yang hilang. Ia berkata tentang diriNya selaku Anak Manusia yang selalu melayani walau tanpa fasilitas fisik apapun: "Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya." (Matius 8:20). Siapa yang menyamaiNya?
Catatan Lima
Yesus bukan mengajar dan berkotbah seperti Guru-agama dan ahli Taurat, namun berkata-kata dalam kepenuhan kuasa. Inilah yang disaksikan dalam Injil:
"Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka" (Matius 7:28-29).
"Mereka takjub .... sebab perkataanNya penuh kuasa" (Lukas 4:32).
Suatu ketika para penjaga Bait Allah diperintahkan untuk menangkap Yesus. Tetapi mereka ternyata pulang dengan tangan hampa, bukan karena tidak bertemu dengan Yesus, atau gagal membekukNya. Mereka ditanyai oleh para pemimpin yang memberi perintah penangkapan: "Mengapa kamu tidak membawa Dia?". Dan para penjaga menjawabnya:
"Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" (Yohanes 7:46). Ya, setiap perkataan Yesus adalah wibawa tersendiri. Sekalipun Ia sering dihadapkan dengan banyak pertanyaan sulit dan penuh jebakan dari musuh-musuhNya, namun tak satupun itu dijawab dengan ragu, kabur, menanti-nanti, keliru, atau menyusulkan koreksi. Ia tidak menunggu wahyu baru bisa menjawab. Setiap perkataanNya adalah total-wahyu, disetiap waktu. Tidak ada yang bertele-tele, mubazir, harus diperbaiki atau digantikan. Semuanya menakjubkan para pendengarNya. Sekali kata-kata keluar dari mulutNya, itulah INJIL-Nya yang kekal! Ia berkata dengan kuasa:
"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu" (Marrkus 13:31).
Catatan Enam
Ajaran Yesus yang terbesar adalah ajaran kasih. Kasih tingkat-tinggi, vertikal dan horizontal, universal, dan cross-emotional. Mengasihi Tuhan, sesama manusia, bahkan musuh-musuh yang menyakitkan: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44). Dan Dia pulalah yang membuktikan perbuatan kasih tingkat tertinggi kepada manusia. Ini dirangkumkan Yesus dalam istilahNya sebagai Gembala yang mengorbankan nyawa bagi domba-dombaNya:
''Aku memberikan nyawaKu bagi domba-domba Ku .... Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali" (Yohanes 10:17).
"Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya, (dan) kamu adalah sahabatKu." (Yohanes 15: 13).
Dan sejarah mencatat bahwa Yesus benar-benar memberikan nyawaNya diatas kayu salib demi manusia, dengan disaksikan oleh puluhan ribu saksi mata.
Memang Tuhan dari agama mana saja dapat mengklaim diriNya maha pengasih dan penyayang. Namun Tuhan manakah yang pernah membuktikan diriNya berkorban bagi umatNya? Hanya Yesus yang menyodorkan satu pembuktian antara ajaran kasihNya dengan perbuatanNya. Itulah pengorbanan nyawaNya diatas kayu SALIB.
Catatan Tujuh
Apa yang dapat dilakukan seseorang yang sedang dieksekusi dengan siksaan yang paling kejam? Ia dicambuk hingga luka-luka terkoyak disekujur badanNya. Sebuah anyaman mahkota-duri "dibenamkan" kepada kepalaNya, dan kepala itu dipukul dengan sebatang kayu. Kemudian Ia diserahkan kepada masa yang memperlakukan Dia semau-maunya. Sambil didera, Ia dipaksa jalan sembari memikul sebuah kayu salib berat hingga kebukit Tengkorak. Ia akhirnya tak kuat meneruskannya lagi, lalu terjatuh ditengah jalan .... Dibukit Tengkorak itulah, Dia disalibkan kekayu balok yang tadinya dipikulNya. Caranya? Dengan menghunjamkan paku-paku ukuran 6 inci kepada' kedua kaki dan pergelangan tanganNya! Ketika kayu salib itu ditegakkan, maka tergantunglah Ia dalam keadaan luka parah, bercucuran darah, mengerang kesakitan, megap-megap kehausan dan kekurangan oksigen!
Produktif Sampai Mati
Di saat-saat terakhir pelepasan nyawa-Nya seperti itu, apakah orang tersebut masih peduli akan dunia, dan mampu menyelamatkan manusia? Mungkin itu hanya ada dalam mimpi saja. Namun, diatas kayu salib itulah, orang yang bernama YESUS, justru sempat memecahkan recor-dunia, mengukir sebuah moral dan katyanya yang terbesar dalam sejarah!
Lihat, seluruh masa telah kerasukan roh jahat untuk mengenyahkan Yesus. Begitu sengitnya kebencian orang-orang Yahudi akan Yesus sehingga lebih memilih bersumpah melaknati diri mereka sendiri ketimbang melepaskan Yesus dari hukuman salib. Mereka berteriak: "Salibkan Dia, salibkan Dia ... Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami". Kayu salib yang setia tidak bisa bicara, namun Yesus yang tersalib menyaksikan diriNya dengan satu moral, ajaran-pengampunan, yang tak 'terhapuskan oleh sejarah. Ia berdoa kepada Sang Bapa, Allah disorga:
"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34)
Lebih dari itu - berjuang ditengah kesakitan dan kesulitan bernafas yang sangat kritis sesaat sebelum nyawaNya tercabut- Yesus tetap produktif menyelamatkan seorang penjahat yang juga tersalib disampingNya. Sipenjahat ini menyesali dosanya. Ia menoleh dan bertobat kepada Yesus sambil memohon: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang (kelak) sebagai Raja." (Lukas 23:42) Yesus dalam keadaan sekarat didetik-detik terakhir, masih peduli dan produktif sepenuhnya untuk menjadikan diriNya sosok Imanuel yang terpercaya bagi manusia, yaitu sosok "Allah menyertai kita". Ia berkata dengan otoritas ilahi:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku didalam Firdaus. " (Lukas 23:43)
Ini bukan sebuah janji moga-moga, bukan juga janji kelak-kelak, bahkan bukan janji 'boleh-boleh saja'. Tetapi janji kepastian, kini, hari ini, 'engkau ber-sama-sama dengan Aku'.
Ajaran yang ter mulia tidak akan ada nilainya, bilamana sipengajarnya sendiri tidak berperilaku mulia seperti yang diajarkan. Tetapi Yesus bukan hanya mengajar, melainkan sekaligus mencontohkannya- dalam karakter-karakter, perilaku dan karyaNya. Apa yang keluar dari mulutNya, itu yang diwujudkanNya. Bahkan apa yang terucapkan untuk masa mendatang, itupun terjadi tanpa kecuali! Itu yang disebut orang sebagai pe-nubuat terhadap hal-hal yang akan datang! Keselarasan antara ajaran dan perilaku, antara ucapan dan perbuatan, antara nubuat dan penggenapannya, sungguh merupakan sebuah kesaksian-diri Yesus yang mustahil dapat diduplikatkan Guru lainnya.
Catatan Empat
Setiap kali Yesus muncul mengajar secara terbuka, Ia otomatis menarik perhatian ribuan orang yang datang berhimpun, berjejal-jejal untuk mendengar pengajaranNya. Tidak ada panitia-panitia-an yang dibentuk untuk menarik masa. Tidak perlu alat-bantu semisal sound system untuk menembuskan suaraNya hingga ketelinga barisan paling belakang.
Ia melakukannya secara solo! Ia bahkan tidak memerlukan bendahara dan seksi-konsumsi ketika Ia sendiri menggelar kan sebuah perjamuan spektakuler kepada 5.000 orang laki-laki dewasa (belum termasuk perempuan dan anak-anak) yang tengah lelah dan kelaparan. Setiap hari, selama 1000-an hari, Ia mengajar dan berkarya non-stop, termasuk karya-karya mujizat yang "mustahil" bagi mata dan otak manusia. Dari pagi hingga malam, dari Galilea hingga Yudea, Yesus berjalan kaki berkeliling dari kota kekota dan dari desa kedesa sambil mengajar (Lukas 13:22). Ia menjelajahi seluruh pelosok untuK mencari dan menyelamatkan "domba-dombaNya" (kita-kita) yang tersesat dan yang hilang. Ia berkata tentang diriNya selaku Anak Manusia yang selalu melayani walau tanpa fasilitas fisik apapun: "Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya." (Matius 8:20). Siapa yang menyamaiNya?
Catatan Lima
Yesus bukan mengajar dan berkotbah seperti Guru-agama dan ahli Taurat, namun berkata-kata dalam kepenuhan kuasa. Inilah yang disaksikan dalam Injil:
"Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka" (Matius 7:28-29).
"Mereka takjub .... sebab perkataanNya penuh kuasa" (Lukas 4:32).
Suatu ketika para penjaga Bait Allah diperintahkan untuk menangkap Yesus. Tetapi mereka ternyata pulang dengan tangan hampa, bukan karena tidak bertemu dengan Yesus, atau gagal membekukNya. Mereka ditanyai oleh para pemimpin yang memberi perintah penangkapan: "Mengapa kamu tidak membawa Dia?". Dan para penjaga menjawabnya:
"Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" (Yohanes 7:46). Ya, setiap perkataan Yesus adalah wibawa tersendiri. Sekalipun Ia sering dihadapkan dengan banyak pertanyaan sulit dan penuh jebakan dari musuh-musuhNya, namun tak satupun itu dijawab dengan ragu, kabur, menanti-nanti, keliru, atau menyusulkan koreksi. Ia tidak menunggu wahyu baru bisa menjawab. Setiap perkataanNya adalah total-wahyu, disetiap waktu. Tidak ada yang bertele-tele, mubazir, harus diperbaiki atau digantikan. Semuanya menakjubkan para pendengarNya. Sekali kata-kata keluar dari mulutNya, itulah INJIL-Nya yang kekal! Ia berkata dengan kuasa:
"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu" (Marrkus 13:31).
Catatan Enam
Ajaran Yesus yang terbesar adalah ajaran kasih. Kasih tingkat-tinggi, vertikal dan horizontal, universal, dan cross-emotional. Mengasihi Tuhan, sesama manusia, bahkan musuh-musuh yang menyakitkan: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44). Dan Dia pulalah yang membuktikan perbuatan kasih tingkat tertinggi kepada manusia. Ini dirangkumkan Yesus dalam istilahNya sebagai Gembala yang mengorbankan nyawa bagi domba-dombaNya:
''Aku memberikan nyawaKu bagi domba-domba Ku .... Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali" (Yohanes 10:17).
"Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya, (dan) kamu adalah sahabatKu." (Yohanes 15: 13).
Dan sejarah mencatat bahwa Yesus benar-benar memberikan nyawaNya diatas kayu salib demi manusia, dengan disaksikan oleh puluhan ribu saksi mata.
Memang Tuhan dari agama mana saja dapat mengklaim diriNya maha pengasih dan penyayang. Namun Tuhan manakah yang pernah membuktikan diriNya berkorban bagi umatNya? Hanya Yesus yang menyodorkan satu pembuktian antara ajaran kasihNya dengan perbuatanNya. Itulah pengorbanan nyawaNya diatas kayu SALIB.
Catatan Tujuh
Apa yang dapat dilakukan seseorang yang sedang dieksekusi dengan siksaan yang paling kejam? Ia dicambuk hingga luka-luka terkoyak disekujur badanNya. Sebuah anyaman mahkota-duri "dibenamkan" kepada kepalaNya, dan kepala itu dipukul dengan sebatang kayu. Kemudian Ia diserahkan kepada masa yang memperlakukan Dia semau-maunya. Sambil didera, Ia dipaksa jalan sembari memikul sebuah kayu salib berat hingga kebukit Tengkorak. Ia akhirnya tak kuat meneruskannya lagi, lalu terjatuh ditengah jalan .... Dibukit Tengkorak itulah, Dia disalibkan kekayu balok yang tadinya dipikulNya. Caranya? Dengan menghunjamkan paku-paku ukuran 6 inci kepada' kedua kaki dan pergelangan tanganNya! Ketika kayu salib itu ditegakkan, maka tergantunglah Ia dalam keadaan luka parah, bercucuran darah, mengerang kesakitan, megap-megap kehausan dan kekurangan oksigen!
Produktif Sampai Mati
Di saat-saat terakhir pelepasan nyawa-Nya seperti itu, apakah orang tersebut masih peduli akan dunia, dan mampu menyelamatkan manusia? Mungkin itu hanya ada dalam mimpi saja. Namun, diatas kayu salib itulah, orang yang bernama YESUS, justru sempat memecahkan recor-dunia, mengukir sebuah moral dan katyanya yang terbesar dalam sejarah!
Lihat, seluruh masa telah kerasukan roh jahat untuk mengenyahkan Yesus. Begitu sengitnya kebencian orang-orang Yahudi akan Yesus sehingga lebih memilih bersumpah melaknati diri mereka sendiri ketimbang melepaskan Yesus dari hukuman salib. Mereka berteriak: "Salibkan Dia, salibkan Dia ... Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami". Kayu salib yang setia tidak bisa bicara, namun Yesus yang tersalib menyaksikan diriNya dengan satu moral, ajaran-pengampunan, yang tak 'terhapuskan oleh sejarah. Ia berdoa kepada Sang Bapa, Allah disorga:
"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34)
Lebih dari itu - berjuang ditengah kesakitan dan kesulitan bernafas yang sangat kritis sesaat sebelum nyawaNya tercabut- Yesus tetap produktif menyelamatkan seorang penjahat yang juga tersalib disampingNya. Sipenjahat ini menyesali dosanya. Ia menoleh dan bertobat kepada Yesus sambil memohon: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang (kelak) sebagai Raja." (Lukas 23:42) Yesus dalam keadaan sekarat didetik-detik terakhir, masih peduli dan produktif sepenuhnya untuk menjadikan diriNya sosok Imanuel yang terpercaya bagi manusia, yaitu sosok "Allah menyertai kita". Ia berkata dengan otoritas ilahi:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku didalam Firdaus. " (Lukas 23:43)
Ini bukan sebuah janji moga-moga, bukan juga janji kelak-kelak, bahkan bukan janji 'boleh-boleh saja'. Tetapi janji kepastian, kini, hari ini, 'engkau ber-sama-sama dengan Aku'.
II. Kenali Yang Benar, Maka Engkau Tahu Yang Palsu
Injil sepenuhnya mengangkat isyu-isyu kehidupan manusia yang super komplex dan kontroversial, sejak 2000 tahun yang lalu. Namun mengherankan bahwa tidak satupun dari pesan-pesan pengajaranNya itu menjadi kuno, atau tidak aktuil lewat waktu, apalagi melisut dan menghilang! Sekalipun ada sejumlah kalimat Yesus yang tidak mudah dimengerti, namun tidak ada kalimat-Nya yang harus "diatur-atur dan dicocok-cocokkan" kedalam kehidupan modern yang pluralistis! Kita bahkan tahu bahwa cikal bakal demokrasi, humanisme dan universalisme dunia dewasa ini justru ter-inspirasi dan berasal dari pesan-pesan Yesus itulah.
Dewasa ini banyak sekali orang yang belum pernah membaca Injil, namun asyik menekuni daftar dari sejumlah ayat-ayat rujukan yang mengkritik Injil Yesus. Para pengkritik ini bahkan berani mengambil kesimpulan-mati bahwa Injil itu kuno, tidak relevan, tak bisa dipercaya, karena merupakan produk 2000-an tahun yang lalu. Tetapi nasihat terbaik buat mereka adalah, bacalah sendiri kitab Injil Yesus, agar dapat memahami kenapa berjuta-juta hati manusia - dalam kepahitan, hampa dan putus asa- telah dihibur, dipulihkan, dan dikuatkan oleh InjilNya. Betapa hati manusia yang "membatu" dan terbelenggu telah dicairkan dalam tangisan pertobatan yang mengharukan, yang diubahkan menjadi baru dan penuh pengharapan. Betapa kasih dan wibawa Yesus yang penuh jamahan perasaan telah menyentuh kerinduan manusia yang terdalam. Ajaran moral dan etika yang paling tinggi ini telah memberikan kedamaian hati, serta memancarkan hikmat bagi kehidupan, makna dan pemahaman akan kehakikian hidup yang sejati....
Ajaran Yesus tidak pernah layu atau diluar konteks zaman. Malahan sebentar lagi Anda akan menyaksikan hal yang sebaliknya. Yaitu bahwa kekuatan ajaranNya justru terletak pada kemurnian dan kehakikiannya, relevansi dan realitasnya ketika kebenaran makin dikaburkan oleh pelbagai ulah dan manipulasi manusia. Lihat betapa manusia dimana-mana terbelenggu dikuasai oleh kekerasan, kebencian dan dendam. Sedemikian tak berdayanya mereka untuk keluar dari belenggu kebencian itu sehingga hanya bisa dibebaskan dengan satu cara yang tidak mendatangkan "rasa bersalah" , yaitu meledakkannya dalam pembunuhan dengan mengatas-namakan Allah!
Licence to kill:
Namun Yesus tidak memberi peluang kepada siapapun untuk membunuh dengan alasan apapun. Makin si calon pembunuh mencari pembenaran diri, makin jauh ia tersesat. Dan tatkala ia membunuh dengan menyerukan dan mengatas-namakan Allah, maka ia telah tersesat sejauh-jauhnya!
Yesus sampai menyampaikan nubuatNya (ramalan suci) tentang hal ini, bahwa akan terjadi kebencian dan pembunuhan terhadap Dia dan para pengikutNya. Dan ternyata memang hal-hal itu terjadi, yang mana turut menandakan kebenaran ajaranNya. Ia berkata kepada murid-muridNya: "Mereka (dunia, orang fasik) membenci Aku tanpa alasan .... Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu .... Akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah" (Yohanes15:25, 18, 16:2).
Yesus tahu tatkala dunia tidak menemukan alasan untuk membenci diriNya, mereka akan menemukannya dengan pelbagai pendalihan dan rekayasa. Mereka akan mengkerdilkan peringkatNya, mengharamkan penebusanNya, atau beragresi dengan dalih defensi. Namun Yesus meluncurkan hukum keadilan baru untuk menggantikan hukum keadilan-pembalasan "mata ganti mata, gigi ganti gigi" (lex talionis). Suatu hukum yang paling efektif untuk mendamaikan semua pihak secara hakiki. Kita akan mengupasnya sebentar nanti.
Yesus menelanjangi pelbagai akal-akalan ego manusia dalam mengaburkan hukum-hukum Allah. Dia juga memurnikan hukum perzinahan, dan meluruskan poligami. Dia menetapkan kasih sebagai Hukum Yang Terutama yang paling mendasar, luhur, dan universal sifatnya. Hingga kini, tak ada ayat suci manapun yang dapat disejajarkan dengan keluhuran dan kehakikiannya.
AjaranNya adalah Firman (kalimatNya, perkataan-Nya), yang mengatasi semua ciptaan (langit dan bumi), kekekalan yang abadi, dan penuh otoritas ilahi. Ia berkata:
"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu" (Markus 13:31).
Jadi, selidikilah terlebih dahulu ajaran Yesus secara benar. Pepatah mengatakan:
"Kenali yang benar, maka engkau tahu yang palsu". Jaman sekarang ini orang mudah sekali percaya pada slogan, simbol, dan penampilan yang terkemas aksi dan heroik, walau kosong tidak bersubstansi, apalagi hakiki.
III. Dari Manakah Yesus
Datang?
Siapapun anda, bila anda menaruh perhatian kepada seseorang, anda akan bertanya:
"Darimana dia datang?" Makin besar sosok orang tersebut, makin getol Anda menanyakan asal-usulnya. Itulah yang terjadi pada Yesus. Maka Injil-pun melukiskan pernik-pernik silsilah dan asal-usul Yesus secara sangat khusus, agar manusia tidak keliru mengidentifikasikanNya.
Ketika orang makin heran akan pemunculan sosok Yesus yang luar biasa, mereka segera bertanya dan menduga-duga dari mana datangnya sosok ini. Ternyata orang-orang ini (dan kita-pun sampai sekarang ini) mengingkari sosokNya gara-gara asal¬kedatanganNya yang tidak memenuhi "kerangka harapan" mereka. Mereka segera memberi kesimpulan logis yang "pintar": "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea" (Yohanes 7 :41).
Ketika Filipus menyampaikan kepada Natanael atas penemuannya:
"Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret".
Namun Natanael cuma berkata hambar, bahkan sinis:
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yohanes 1:44-45)
Yang pertama menolak Mesias datang dari lokasi Galilea, padahal Yesus memang dibesarkan dan datang dari Galilea! Yang kedua menerima fakta bahwa Yesus itu datang dari Nazaret (di Galilea), namun menolak gagasan bahwa dusun semacam itu dapat memunculkan sesuatu yang bersejarah! Jadi betapapun benarnya suatu fakta, manusia yang tidak mengharapkan fakta itu terjadi akan tetap sulit untuk dapat mempercayai fakta tersebut. People tend to believe what they want to believe (Manusia cenderung percaya yang dia mau percaya saja). Manusia hanya ingin melihat seorang Mesias itu datang dengan segala kebesaran duniawi: lahir diistana, duduk disinggasana, memerintah dan menghakimi dengan kuasa, dan dielu-elu dalam kemuliaan dunia ....
Namun justru Yesus menunjukkan diriNya dengan cara yang terbalik, tidak populer-tidak diharapkan oleh orang-orang yang memaksakan kebenarannya sendiri. Yesus justru datang dalam ke-hina-dina-an yang "paling tak masuk diakal manusia":
Ia lahir didesa yang tidak tercari dipeta-dunia, tidak di Yerusalem, tidak di Roma, tidak dipusat-pusat ekonomi, politik, sosial-religi, atau geografi.
Karena kemiskinan dan situasi politik, Ia terpaksa dilahirkan dikandang domba dan dibaringkan dipalungannya, karena tak ada akomodasi gratis lainnya diseluruh kota Daud di tanah Yudea. Namun Ia berkarya tanpa henti-hentinya, walau tanpa fasilitas. Yesus berkata tentang absennya fasilitas fisik bagi diriNya: "Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia (Yesus) tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya" (Matius 8:20).
Makin Dia berkarya, mengajar, melayani dan memulihkan kaumNya; makin Dia ditentang, dibenci, dipermalukan dan difitnah. Padahal sedikitpun Ia tak bersalah, tak berbahaya, kecuali sebaliknya bahwa Ia adalah sosok yang paling berjasa dan berguna bagi manusia dan kemanusiaan. Akhirnya, Dia dikhianati, ditangkap dan disiksa, dihukum mati tanpa pendamping apalagi pembela. Dia disalibkan dan mati. Dikubur bukan dalam kuburan-keluarga .... karena Dia sungguh tak punya apa-apa.Tetapi justru ke-hina-dinaan ini tidak menjadikan diriNya gagal dan kalah. Dia sukses!
Definisi sukses
Sebab sukses bukanlah didefinisikan dengan perolehan medali 3TA (tahta-harta-wanita) melainkan dengan tolak ukur menetapkan sasaran dan berhasil mencapainya, dan Yesus telah mencapai segenap sasaran untuk mana Ia datang ke dunia, yaitu : untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, ... dengan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang. Itulah sebabnya di atas kayu salib Ia berkata "Sudah selesai" (tetelestai) Mission accomplished!
Fakta bisa amat logis, namun Yesus menjungkir-balikkannya!
Semua persepsi manusia tentang asal dan cara kedatangan Yesus -seperti yang diharuskan manusia- tampaknya sangat meyakinkan, namun hanya sebatas sepihak dan secara lahiriah! Orang-orang Yahudi yang telah menanamkan kerangka "kebenaran-besi" mereka untuk ciri-ciri seorang Mesias, tidak menemukan hal itu dalam diri Yesus:
"Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapaNya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?" (Yohanes6:42).
Fakta itu "fakta"
Kebenaran-sepihak adalah pembenaran-diri, dan itu telah membutakan hati mereka untuk menelaah "silsilah" Yesus sebagaimana yang Yesus persaksikan diri-Nya sendiri. Mati-matian memaksakan pandangan kita dari fakta-fakta kita, walau terkesan amat logis, bisa sangat menyesatkan.
Yesus tentu tahu sejarah-hidupNya di bumi ini lebih dari pada siapapun. Namun tidak sekalipun Ia merujukkan asal-diriNya dari segi lahiriah. Bahkan Yesus selalu berusaha untuk mengkoreksi pikiran orang-orang yang terlanjur mengkaitkan jati-diril'[ya secara lahiriah. Misalnya, ketika seseorang mengabarkan kepada Yesus bahwa ibuNya dan saudara-saudaraNya sedang mencari Dia, maka Ia-pun meluruskan "persepsi logis" ini dengan bertanya-balik: "Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu? (dan sambil menunjuk kearah murid-murid-Nya, Ia berkata) Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu disorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu" (Matius 12:48-50).
Alkitab selalu merujukkan diri Yesus yang asali-rohani, dan hampir-hampir tidak menyinggung asalnya yang lahiriah. Ketika orang-orang Farisi berkata bahwa Mesias itu anak (keturunan) Daud, maka Yesus menyempurnakan pandangan mereka:
"Jika demikian, bagaimana Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia (Mesias) Tuannya? .. Jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" (Matius 22:43,45, lihat penjelasan di yesus-kristus-tuan-dan-anak-daud-vt949.html#p2685 ). Dengan perkataan lain, Yesus meneguhkan bahwa Dia-lah Tuan atas segala raja dan nabi dan umat (lihat pula Yohanes13:13).
Memang Yesus dalam dimensi kemanusiaanNya mempunyai silsilah-fisik. Loqis! Ia anak manusia. Namun dalam hal itupun silsilahnya mengagetkan, karena Dialah satu-satunya yang tercatat bersilsilah lurus hingga kepada Adam dan Allah! Lebih jauh dari kelogisan itu, sesungguhnya Yesuspun tidak bersilsilah!
Dalam dimensi roh, Dia adalah Firman Allah (Kalimat Allah), yang telah ada pada awal-mulanya, bersama- sama dengan Allah, dalam keilahian Allah. (Yohanes 1:1, lihat artikel yesus-kristus-sang-firman-vt585.html ).
Dia-lah yang menyebutkan diriNya sebagai sosok yang tak berujung dan tak bersilsilah: "Aku adalah Alfa dan Omega (Yang Awal dan Yang Akhir), firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa" (Wahyu 1:8). Tidakkah wibawa kekekalan ini menghentakkan telinga kita? Ini akan dikupas lebih lanjut dalam bab VII (lihat juga artikel di yesus-kristus-adalah-allah-vt35.html#p1265 ).
Ada pengkritik naif yang menolak gen-surgawi Yesus karena alasan logis yang lain, yaitu jelas-jelas bahwa Yesus dan ibuNya, keduanya sama-sama perlu makan dan minum. Namun Yesus telah menyediakan jawabanNya bagi mereka. Suatu siang, ketika Yesus lapar, haus, dan lelah, Ia diajak oleh murid-muridNya untuk makan: "Rabi, makanlah." Akan tetapi lebih dari sekedar makan-rninum, Yesus menegaskan kepada mereka: "PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal. .. MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya" (Yohanes 4:31,32,34).
Jadi, pengajaran terbaik dari Yesus kepada para kritikus ini adalah bahwa bagiNya, makanan utama tidak diartikan sebagai roti dan ikan sehari-hari.
Percayalah!
Logika sejati tak akan pernah muncul bilamana Anda memperlakukan dan meng-otak-atik keberadaan Yesus hanya sebatas insani. Percayalah!.
Berita Gabriel yang "mustahil" , sehingga perlu diluruskan?
Seperti halnya setiap asal kehidupan, terlebih lagi pemunculan Yesus kedunia tidak bisa dicernakan oleh sains! KedatanganNya bukanlah hasil hubungan fisikal/ biologikal antar sepasang pria dan wanita. Allah tampaknya meminjam rahim seorang perawan Maria yang belum disentuh laki-laki, dan mengutus malaikat Gabriel untuk menyampaikan suatu berita yang "mustahil" kepadanya, dan juga kepada tunangannya, Yusuf, dengan pokok beritanya adalah sbb:
- Bahwa kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi Maria.
- Bahwa maria akan mengandung Roh Kudus
- Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki
- Dan hendaklah Sang Anak dinamai YESUS
- Dan Anak ini akan disebut dengan tambahan 5 nama dan gelar lainnya, yaitu : Kudus, Anak Allah Yang Mahatinggi, Juruselamat, Kristus, dan Tuhan.
Berbohongkah Gabriel? Mungkinkah dan perlukah? Ataukah manusia yang justru tanpa sadar terperangkap dalam "pembohongan diri", karena ingin memaksakan kebenaran pandangannya sendiri? Tanda-tanda itu memang telah muncul secara riil. Sosok Gabriel telah dikaburkan dengan jati-diri yang lain, dan pesannya digeser dengan makna lain:
1. Mengaburkan sosok Roh Kudus menjadi sosok Gabriel (Jibril)
Kita jarang mendengar orang-orang menuduh Roh Allah atau malaikat berbohong. Namun kita banyak mendengar orang-orang yang menafsirkan Roh Kudus itu sebagai mahluk ciptaan, yaitu Gabriel (Jibril) atau bahkan sebagai manusia "nabi terakhir". Padahal diseluruh Alkitab -dalam kitab-kitabnya yang mana saja-selalu Roh Kudus atau Roh Allah itu, adalah Rohnya Allah sendiri yang bersifat kekal, dan yang ada sejak semula (Kejadian 1 :2). Amat sederhana untuk melihat bahwa Roh Kudus itu samasekali tak ada kaitan identitasnya dengan Gabriel! Jibril atau mahluk ciptaan lainnya. Bandingkan saja bagaimana Gabriel memperkenalkan dirinya dan bagaimana ia memperkenalkan Roh Kudus. Kepada Zakharia, ia berkata:
"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus (Nya) .... " (Lukas 1 : 19).
Sebaliknya, kepada Maria (yang sedang berada dihadapannya) ia berkata:
"Roh Kudus akan turun atasmu" (Lukas 1:35). Ia tidak berkata kepada Maria,
"Aku (Jibril), akan turun atasmu ".
Lebih jauh lagi, bilamana manusia yang tidak kenal Roh Allah itu tetap bersikukuh "men-jibrilkan" Roh Kudus, maka tentulah kandungan Maria itu adalah malaikat Jibril yang akan tinggal disana selama 9 bulan masa kehamilan. Maka dapatkah mahluk Jibril yang sama ("Roh Kudus") sekaligus masuk memenuhi Yohanes Pembaptis, dan bapaknya dan ibunya (yaitu Zakharia dan Elizabet), karena mereka inipun semuanya dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum dan semasa Maria mengandung? (Lukas 1: 15, 41, 67). Bukankah keberadaan mahluk manapun tidak bisa Maha-Ada, serentak ada dimana-mana? Injil amat jelas mengatakan bahwa Roh Kudus akan diberikan Allah kepada setiap kita yang memintanya sebagai anak-anak Allah yang dikasihiNya (Lukas 11 : 13). Cukup satu Roh Kudus untuk semua orang!
"Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh." (1 Korintus 12:4). Namun adakah satu Jibril untuk semua?
Sesungguhnyalah, tidak ada satupun kitab suci didunia yang secara explisit menyamakan Gabriel/ Jibril itu dengan Roh Kudus. Tak ada Gabriel yang memperkenalkan dirinya sebagai Roh Kudus dan tak ada Roh Kudus yang mengklaim diriNya sebagai Gabriel. Malahan tak ada Gabriel yang memperkenalkan dirinya sendiri sebagai Gabriel selain di Alkitab (Lukas.l: 19). Jadi dari mana "orang-orang pintar" itu bisa tahu bahwa "dia adalah Roh Kudus", sementara untuk meyakini "dia adalah Gabriel sendiri" saja masih bermasalah. Sesungguhnyalah penyamaan kedua sosok yang amat berbeda itu hanyalah penafsiran yang dipaksakan manusia tertentu, yang tidak mengenal dan mengalami lawatan Roh Kudus. Roh jahat sangat berkepentingan untuk mengacaukan identitas RohNya Allah. Ia tidak mengingini manusia untuk berkenalan dengan Ilahi yang sejati, sebab disitulah terletak titik lemahnya.
Sekali keilahian Roh Kudus dapat dipatahkan maka hubunganNya dengan manusia bisa dialihkan menjadi hubungans esama makhluk saja, yaitu relasi antara manusia dan malaikat (atau setan yang berkedok malaikat). Meninggalkan manusia tetap terasingd ari Roh-Nya Allah justru mampu menyingkapkan kebenaran Allah dalam batinnya. Kebutaan rohani itulah inti keinginan roh-jahat.
Padahal Allah secara pribadi sangat mementingkan relasi diriNya dengan mahlukNya. Dia sampai menyebut diriNya "Bapa", dan memanggil manusia sebagi anak-anakNya! Dia juga menyebut diriNya Gembala yang menghimpun kawanan ternakNya dengan tanganNya, dan meletakkan anak-anak domba dipangkuanNya. Dia dalam RohNya malahan bersedia datang kepada umatNya dan diam bersama-sama dengan mereka (Yohanes 14:23, Yesaya 40:11, 11:13 dan lihat pembahasan selanjutnya pada bab XI : "Relasi Adalah Segalanya").
2. Pengaburan pesan Gabriel tentang "Anak Allah"
Sekalipun Gabriel berpesan kepada Maria dengan mengatas-namakan Allah bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, namun pada awalnya Maria tidak mampu memahami konsep ANAK diluar kerangka biologis. Ia bertanya:
"Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Lukas 1:34) Namun Gabriel segera mengkoreksi konsep ANAK seperti yang ada dibenak Maria yang harus bercirikan sentuhan sex/ biologis. Gabriel menjelaskan, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus. Anak Allah. " (Lukas 1:35)
Sedemikian jelas dan sah-nya sebutan ini berasal dari Allah, namun kita masih menyaksikan bahwa istilah ini tetap dipermasalahkan oleh orang-orang yang merasa lebih mengetahui ketimbang Gabriel dan Maria sendiri. Mereka menyimpangkannya sbb.
a). "Anak Allah" itu dimaknakan dalam pengertian "Allah itu beranak".
Istilah "Anak Allah" ini disebutkan Gabriel sampai dua kali kepada Maria. Sebutan kedua disusulkan untuk mengkoreksi persepsi yang salah dari Maria, dan ternyata ia dapat menerima penjelasan ini, lalu menyerahkan konsepsi (pembuahan) ANAK untuk dikuasai sepenuhnya oleh Allah yang Mahatinggi. Maka terjadilah mujizat yang terbesar dalam sejarah kemanusiaan, yaitu inkarnasi Allah menjadi anak-manusia, yaitu istilah teologis untuk masuknya keilahian dalam ujud dan kehidupan kemanusiaan.
Gabriel dan Maria jelas tidak berkata salah dan menangkap salah tentang istilah "Anak Allah" yang disebut Kudus! Pengertian kudus itu sendiri sudah memustahilkan gagasan yang tidak kudus, yaitu bahwa "Allah itu beranak karena Ia beristeri", seperti yang sering dituduhkan pengkritik. Maria dan Gabriel hanya memahami Sang Anak dari konteks Roh Kudus. Mereka mustahil merupakan nara-sumber bagi "keAnak-an" Yesus dalam konteks "Allah beranak karena Ia beristeri" . Mustahil pula itu merupakan akal-akalan dari para-pengikut Yesus yang justru tidak pernah berurusan dengan Maria dalam kapasitas "trinitas-Maria"? Bukankah dengan memasukkan "sang isteri" (Maria) sebagai ilahi bersama-sama Allah dan Anak. para peng kritik sesungguhnya telah menciptakan sebuah "trinitas-Maria"?
Jadi, dalam kesemrawutan tuduhan yang tidak jernih ini, kita justru ingin bertanya balik kepada para penuduh, "Allah manakah yang dipercaya telah beranak karena Ia beristeri?" Allah Kristianitas? Allah Yudaisme? Tidak ada Allah dan tak ada penganutNya yang berpaham demikian, kecuali mungkin dongeng yang pernah muncul dalam mitos Mesir!
Siapa nara-sumber konsep "trinitas Maria"?
Jadi, siapakah yang meniup konsep “Allah itu beristeri dan beranak?” , suatu konsep “trinitas-maria” yang tidak pernah eksis, tersurat maupun tersirat, dalam Injil manapun!
b. Sang Anak Allah dirancukan dengan anak-Allah
Lebih jauh, kita masih melihat betapa peng kritik mencoba mengaburkan istilah Anak Allah menjadi pengertian insani saja, bukan rohani. Mereka mendalihkan itu sebagai istilah Alkitab yang dikenakan kepada semua orang-orang yang percaya kepada Allah, dan dinamakan anak-anak Allah! Namun mereka sungguh memperlihatkan ketidak-pahaman akan bahasa Alkitab, lalu tersesat sendiri, karena yang dapat disebut "Anak Allah" itu adalah satu-satunya, yaitu singkatan dari "Anak Tunggal Allah" (Yohanes 1:14, 18; 3: 16), atau yang sering disingkat menjadi "Anak" saja. Ini sama halnya dengan istilah "Bapa", Allah surgawi, yang tentu saja bukan "bapa" dalam pengertian kamus dunia, yang bisa banyak jumlahnya. Anak Allah adalah Yesus seorang! Mereka yang mengkritik seharusnya tidak menutup-nutupi fakta kenapa Allah, Yesus, Gabriel, Nabi, Murid, musuh-musuh Yesus -manusia maupun setan-semuanya tanpa kecuali, justru mengakui bahwa Yesus itu Anak Allah! (lihat Matius 17:5; Markus. 14:61, 62; Yohanes 1:34 dll. banyak sekali.), Disini hanya akan dikutib satu teriakan setan yang terpaksa harus mengakui jati-diri Yesus. Dimanapun, pengakuan pihak musuh yang paling musuh itulah yang tak bisa ditolak lagi oleh mitra dan sekondannya: "Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur dihadapanNya dan berteriak: Engkau Anak Allah" (Markus 3: 11).
c). Anak Allah di-inferior-kan terhadap Adam
Para sinis sangat terobsesi untuk mem-bonsai kebesaran Yesus, untuk memaksa Dia menjadi mutlak anak-manusia dan tidak lebih. Dikatakan mereka bahwa mujizat kelahiran Yesus yang "tanpa ayah" itu bukanlah barang baru, tak ada yang khusus ajaib yang harus menempatkan Dia sebagai Anak Allah. BUKTINYA, katanya lagi, Adam dan Hawa justru tercipta lebih ajaib karena yang satu lahir "tanpa ayah dan ibu", dan yang lain lahir dari tulang rusuk Adam saja, namun keduanyapun tetap anak-manusia saja!
Inkarnasi Allah diisyukan sebagai “lahir tanpa ayah”
Lihatlah, betapa permasalahan inti telah sengaja digeser pada kedangkalan. Suatu rahmat SORGAWI yang terbesar dari “kelahiran” Tuhan ke dalam ujud kehidupan manusia demi menyelamatkannya, telah digeser menjadi unsur INSANI saja. Suatu Injil-Kabar-Baik, kini digeser menjadi “kabar aneh” saja, tanpa signifikasi bagi faedah/kemaslahatan umat, yaitu kabar tentang “lahirnya seorang nabi tanpa ayah”.
Mujizat yang total bermuatan rohani, dialihkan menjadi mujizat jasmani. Dan sosok Yesus yang surgawi sekaligus diredupkan dibawah Adam sebagai mahluk yang duniawi. Namun maaf, kita hanya ingin menempatkan makna kelahiran Yesus sebesar sebagaimana yang dimaksudkan Alkitab. Kita tidak bermaksud MENGKATROL status Yesus menjadi lain daripada apa yang dinyatakan Yesus sendiri! Kita sungguh tidak dapat menjadikan Dia Anak Allah dari yang non-Anak Allah semata-mata karena bobot keajaibanNya. Alkitablah yang mengungkap bahwa Ia dalam hakekat dan kekekalan Allah, ada bersama-sama dengan Allah sejak kapanpun (Yohanes 1: 1). Dan ketika Ia di-inkarnasikan ("lahir") kebumi. Ia yang Allah itu disebut sebagai Anak Allah (Lukas l:35, Yohanes 1:14). Berbeda dengan apapun dan siapapun, kelahiran Yesus itu sungguh bukan kelahiran yang "muatanNya" berasal dari fisik dunia. Ia tidak diciptakan dari debu tanah seperti Adam. Juga tidak dari tulang dunia seperti Hawa. Dia tidak membawa gen debu, gen tulang, atau bahkan gen ibu-Nya! Yesus membeberkan kepada semua, dari mana Anda, saya, dan Dia berasal: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini ... Aku keluar dan datang dari Allah"! (Yohanes 8:23, 42).
Siapapun anda, bila anda menaruh perhatian kepada seseorang, anda akan bertanya:
"Darimana dia datang?" Makin besar sosok orang tersebut, makin getol Anda menanyakan asal-usulnya. Itulah yang terjadi pada Yesus. Maka Injil-pun melukiskan pernik-pernik silsilah dan asal-usul Yesus secara sangat khusus, agar manusia tidak keliru mengidentifikasikanNya.
Ketika orang makin heran akan pemunculan sosok Yesus yang luar biasa, mereka segera bertanya dan menduga-duga dari mana datangnya sosok ini. Ternyata orang-orang ini (dan kita-pun sampai sekarang ini) mengingkari sosokNya gara-gara asal¬kedatanganNya yang tidak memenuhi "kerangka harapan" mereka. Mereka segera memberi kesimpulan logis yang "pintar": "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea" (Yohanes 7 :41).
Ketika Filipus menyampaikan kepada Natanael atas penemuannya:
"Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret".
Namun Natanael cuma berkata hambar, bahkan sinis:
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yohanes 1:44-45)
Yang pertama menolak Mesias datang dari lokasi Galilea, padahal Yesus memang dibesarkan dan datang dari Galilea! Yang kedua menerima fakta bahwa Yesus itu datang dari Nazaret (di Galilea), namun menolak gagasan bahwa dusun semacam itu dapat memunculkan sesuatu yang bersejarah! Jadi betapapun benarnya suatu fakta, manusia yang tidak mengharapkan fakta itu terjadi akan tetap sulit untuk dapat mempercayai fakta tersebut. People tend to believe what they want to believe (Manusia cenderung percaya yang dia mau percaya saja). Manusia hanya ingin melihat seorang Mesias itu datang dengan segala kebesaran duniawi: lahir diistana, duduk disinggasana, memerintah dan menghakimi dengan kuasa, dan dielu-elu dalam kemuliaan dunia ....
Namun justru Yesus menunjukkan diriNya dengan cara yang terbalik, tidak populer-tidak diharapkan oleh orang-orang yang memaksakan kebenarannya sendiri. Yesus justru datang dalam ke-hina-dina-an yang "paling tak masuk diakal manusia":
Ia lahir didesa yang tidak tercari dipeta-dunia, tidak di Yerusalem, tidak di Roma, tidak dipusat-pusat ekonomi, politik, sosial-religi, atau geografi.
Karena kemiskinan dan situasi politik, Ia terpaksa dilahirkan dikandang domba dan dibaringkan dipalungannya, karena tak ada akomodasi gratis lainnya diseluruh kota Daud di tanah Yudea. Namun Ia berkarya tanpa henti-hentinya, walau tanpa fasilitas. Yesus berkata tentang absennya fasilitas fisik bagi diriNya: "Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia (Yesus) tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya" (Matius 8:20).
Makin Dia berkarya, mengajar, melayani dan memulihkan kaumNya; makin Dia ditentang, dibenci, dipermalukan dan difitnah. Padahal sedikitpun Ia tak bersalah, tak berbahaya, kecuali sebaliknya bahwa Ia adalah sosok yang paling berjasa dan berguna bagi manusia dan kemanusiaan. Akhirnya, Dia dikhianati, ditangkap dan disiksa, dihukum mati tanpa pendamping apalagi pembela. Dia disalibkan dan mati. Dikubur bukan dalam kuburan-keluarga .... karena Dia sungguh tak punya apa-apa.Tetapi justru ke-hina-dinaan ini tidak menjadikan diriNya gagal dan kalah. Dia sukses!
Definisi sukses
Sebab sukses bukanlah didefinisikan dengan perolehan medali 3TA (tahta-harta-wanita) melainkan dengan tolak ukur menetapkan sasaran dan berhasil mencapainya, dan Yesus telah mencapai segenap sasaran untuk mana Ia datang ke dunia, yaitu : untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, ... dengan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang. Itulah sebabnya di atas kayu salib Ia berkata "Sudah selesai" (tetelestai) Mission accomplished!
Fakta bisa amat logis, namun Yesus menjungkir-balikkannya!
Semua persepsi manusia tentang asal dan cara kedatangan Yesus -seperti yang diharuskan manusia- tampaknya sangat meyakinkan, namun hanya sebatas sepihak dan secara lahiriah! Orang-orang Yahudi yang telah menanamkan kerangka "kebenaran-besi" mereka untuk ciri-ciri seorang Mesias, tidak menemukan hal itu dalam diri Yesus:
"Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapaNya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?" (Yohanes6:42).
Fakta itu "fakta"
Kebenaran-sepihak adalah pembenaran-diri, dan itu telah membutakan hati mereka untuk menelaah "silsilah" Yesus sebagaimana yang Yesus persaksikan diri-Nya sendiri. Mati-matian memaksakan pandangan kita dari fakta-fakta kita, walau terkesan amat logis, bisa sangat menyesatkan.
Yesus tentu tahu sejarah-hidupNya di bumi ini lebih dari pada siapapun. Namun tidak sekalipun Ia merujukkan asal-diriNya dari segi lahiriah. Bahkan Yesus selalu berusaha untuk mengkoreksi pikiran orang-orang yang terlanjur mengkaitkan jati-diril'[ya secara lahiriah. Misalnya, ketika seseorang mengabarkan kepada Yesus bahwa ibuNya dan saudara-saudaraNya sedang mencari Dia, maka Ia-pun meluruskan "persepsi logis" ini dengan bertanya-balik: "Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu? (dan sambil menunjuk kearah murid-murid-Nya, Ia berkata) Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu disorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu" (Matius 12:48-50).
Alkitab selalu merujukkan diri Yesus yang asali-rohani, dan hampir-hampir tidak menyinggung asalnya yang lahiriah. Ketika orang-orang Farisi berkata bahwa Mesias itu anak (keturunan) Daud, maka Yesus menyempurnakan pandangan mereka:
"Jika demikian, bagaimana Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia (Mesias) Tuannya? .. Jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" (Matius 22:43,45, lihat penjelasan di yesus-kristus-tuan-dan-anak-daud-vt949.html#p2685 ). Dengan perkataan lain, Yesus meneguhkan bahwa Dia-lah Tuan atas segala raja dan nabi dan umat (lihat pula Yohanes13:13).
Memang Yesus dalam dimensi kemanusiaanNya mempunyai silsilah-fisik. Loqis! Ia anak manusia. Namun dalam hal itupun silsilahnya mengagetkan, karena Dialah satu-satunya yang tercatat bersilsilah lurus hingga kepada Adam dan Allah! Lebih jauh dari kelogisan itu, sesungguhnya Yesuspun tidak bersilsilah!
Dalam dimensi roh, Dia adalah Firman Allah (Kalimat Allah), yang telah ada pada awal-mulanya, bersama- sama dengan Allah, dalam keilahian Allah. (Yohanes 1:1, lihat artikel yesus-kristus-sang-firman-vt585.html ).
Dia-lah yang menyebutkan diriNya sebagai sosok yang tak berujung dan tak bersilsilah: "Aku adalah Alfa dan Omega (Yang Awal dan Yang Akhir), firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa" (Wahyu 1:8). Tidakkah wibawa kekekalan ini menghentakkan telinga kita? Ini akan dikupas lebih lanjut dalam bab VII (lihat juga artikel di yesus-kristus-adalah-allah-vt35.html#p1265 ).
Ada pengkritik naif yang menolak gen-surgawi Yesus karena alasan logis yang lain, yaitu jelas-jelas bahwa Yesus dan ibuNya, keduanya sama-sama perlu makan dan minum. Namun Yesus telah menyediakan jawabanNya bagi mereka. Suatu siang, ketika Yesus lapar, haus, dan lelah, Ia diajak oleh murid-muridNya untuk makan: "Rabi, makanlah." Akan tetapi lebih dari sekedar makan-rninum, Yesus menegaskan kepada mereka: "PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal. .. MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya" (Yohanes 4:31,32,34).
Jadi, pengajaran terbaik dari Yesus kepada para kritikus ini adalah bahwa bagiNya, makanan utama tidak diartikan sebagai roti dan ikan sehari-hari.
Percayalah!
Logika sejati tak akan pernah muncul bilamana Anda memperlakukan dan meng-otak-atik keberadaan Yesus hanya sebatas insani. Percayalah!.
Berita Gabriel yang "mustahil" , sehingga perlu diluruskan?
Seperti halnya setiap asal kehidupan, terlebih lagi pemunculan Yesus kedunia tidak bisa dicernakan oleh sains! KedatanganNya bukanlah hasil hubungan fisikal/ biologikal antar sepasang pria dan wanita. Allah tampaknya meminjam rahim seorang perawan Maria yang belum disentuh laki-laki, dan mengutus malaikat Gabriel untuk menyampaikan suatu berita yang "mustahil" kepadanya, dan juga kepada tunangannya, Yusuf, dengan pokok beritanya adalah sbb:
- Bahwa kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi Maria.
- Bahwa maria akan mengandung Roh Kudus
- Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki
- Dan hendaklah Sang Anak dinamai YESUS
- Dan Anak ini akan disebut dengan tambahan 5 nama dan gelar lainnya, yaitu : Kudus, Anak Allah Yang Mahatinggi, Juruselamat, Kristus, dan Tuhan.
Berbohongkah Gabriel? Mungkinkah dan perlukah? Ataukah manusia yang justru tanpa sadar terperangkap dalam "pembohongan diri", karena ingin memaksakan kebenaran pandangannya sendiri? Tanda-tanda itu memang telah muncul secara riil. Sosok Gabriel telah dikaburkan dengan jati-diri yang lain, dan pesannya digeser dengan makna lain:
1. Mengaburkan sosok Roh Kudus menjadi sosok Gabriel (Jibril)
Kita jarang mendengar orang-orang menuduh Roh Allah atau malaikat berbohong. Namun kita banyak mendengar orang-orang yang menafsirkan Roh Kudus itu sebagai mahluk ciptaan, yaitu Gabriel (Jibril) atau bahkan sebagai manusia "nabi terakhir". Padahal diseluruh Alkitab -dalam kitab-kitabnya yang mana saja-selalu Roh Kudus atau Roh Allah itu, adalah Rohnya Allah sendiri yang bersifat kekal, dan yang ada sejak semula (Kejadian 1 :2). Amat sederhana untuk melihat bahwa Roh Kudus itu samasekali tak ada kaitan identitasnya dengan Gabriel! Jibril atau mahluk ciptaan lainnya. Bandingkan saja bagaimana Gabriel memperkenalkan dirinya dan bagaimana ia memperkenalkan Roh Kudus. Kepada Zakharia, ia berkata:
"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus (Nya) .... " (Lukas 1 : 19).
Sebaliknya, kepada Maria (yang sedang berada dihadapannya) ia berkata:
"Roh Kudus akan turun atasmu" (Lukas 1:35). Ia tidak berkata kepada Maria,
"Aku (Jibril), akan turun atasmu ".
Lebih jauh lagi, bilamana manusia yang tidak kenal Roh Allah itu tetap bersikukuh "men-jibrilkan" Roh Kudus, maka tentulah kandungan Maria itu adalah malaikat Jibril yang akan tinggal disana selama 9 bulan masa kehamilan. Maka dapatkah mahluk Jibril yang sama ("Roh Kudus") sekaligus masuk memenuhi Yohanes Pembaptis, dan bapaknya dan ibunya (yaitu Zakharia dan Elizabet), karena mereka inipun semuanya dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum dan semasa Maria mengandung? (Lukas 1: 15, 41, 67). Bukankah keberadaan mahluk manapun tidak bisa Maha-Ada, serentak ada dimana-mana? Injil amat jelas mengatakan bahwa Roh Kudus akan diberikan Allah kepada setiap kita yang memintanya sebagai anak-anak Allah yang dikasihiNya (Lukas 11 : 13). Cukup satu Roh Kudus untuk semua orang!
"Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh." (1 Korintus 12:4). Namun adakah satu Jibril untuk semua?
Sesungguhnyalah, tidak ada satupun kitab suci didunia yang secara explisit menyamakan Gabriel/ Jibril itu dengan Roh Kudus. Tak ada Gabriel yang memperkenalkan dirinya sebagai Roh Kudus dan tak ada Roh Kudus yang mengklaim diriNya sebagai Gabriel. Malahan tak ada Gabriel yang memperkenalkan dirinya sendiri sebagai Gabriel selain di Alkitab (Lukas.l: 19). Jadi dari mana "orang-orang pintar" itu bisa tahu bahwa "dia adalah Roh Kudus", sementara untuk meyakini "dia adalah Gabriel sendiri" saja masih bermasalah. Sesungguhnyalah penyamaan kedua sosok yang amat berbeda itu hanyalah penafsiran yang dipaksakan manusia tertentu, yang tidak mengenal dan mengalami lawatan Roh Kudus. Roh jahat sangat berkepentingan untuk mengacaukan identitas RohNya Allah. Ia tidak mengingini manusia untuk berkenalan dengan Ilahi yang sejati, sebab disitulah terletak titik lemahnya.
Sekali keilahian Roh Kudus dapat dipatahkan maka hubunganNya dengan manusia bisa dialihkan menjadi hubungans esama makhluk saja, yaitu relasi antara manusia dan malaikat (atau setan yang berkedok malaikat). Meninggalkan manusia tetap terasingd ari Roh-Nya Allah justru mampu menyingkapkan kebenaran Allah dalam batinnya. Kebutaan rohani itulah inti keinginan roh-jahat.
Padahal Allah secara pribadi sangat mementingkan relasi diriNya dengan mahlukNya. Dia sampai menyebut diriNya "Bapa", dan memanggil manusia sebagi anak-anakNya! Dia juga menyebut diriNya Gembala yang menghimpun kawanan ternakNya dengan tanganNya, dan meletakkan anak-anak domba dipangkuanNya. Dia dalam RohNya malahan bersedia datang kepada umatNya dan diam bersama-sama dengan mereka (Yohanes 14:23, Yesaya 40:11, 11:13 dan lihat pembahasan selanjutnya pada bab XI : "Relasi Adalah Segalanya").
2. Pengaburan pesan Gabriel tentang "Anak Allah"
Sekalipun Gabriel berpesan kepada Maria dengan mengatas-namakan Allah bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, namun pada awalnya Maria tidak mampu memahami konsep ANAK diluar kerangka biologis. Ia bertanya:
"Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Lukas 1:34) Namun Gabriel segera mengkoreksi konsep ANAK seperti yang ada dibenak Maria yang harus bercirikan sentuhan sex/ biologis. Gabriel menjelaskan, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus. Anak Allah. " (Lukas 1:35)
Sedemikian jelas dan sah-nya sebutan ini berasal dari Allah, namun kita masih menyaksikan bahwa istilah ini tetap dipermasalahkan oleh orang-orang yang merasa lebih mengetahui ketimbang Gabriel dan Maria sendiri. Mereka menyimpangkannya sbb.
a). "Anak Allah" itu dimaknakan dalam pengertian "Allah itu beranak".
Istilah "Anak Allah" ini disebutkan Gabriel sampai dua kali kepada Maria. Sebutan kedua disusulkan untuk mengkoreksi persepsi yang salah dari Maria, dan ternyata ia dapat menerima penjelasan ini, lalu menyerahkan konsepsi (pembuahan) ANAK untuk dikuasai sepenuhnya oleh Allah yang Mahatinggi. Maka terjadilah mujizat yang terbesar dalam sejarah kemanusiaan, yaitu inkarnasi Allah menjadi anak-manusia, yaitu istilah teologis untuk masuknya keilahian dalam ujud dan kehidupan kemanusiaan.
Gabriel dan Maria jelas tidak berkata salah dan menangkap salah tentang istilah "Anak Allah" yang disebut Kudus! Pengertian kudus itu sendiri sudah memustahilkan gagasan yang tidak kudus, yaitu bahwa "Allah itu beranak karena Ia beristeri", seperti yang sering dituduhkan pengkritik. Maria dan Gabriel hanya memahami Sang Anak dari konteks Roh Kudus. Mereka mustahil merupakan nara-sumber bagi "keAnak-an" Yesus dalam konteks "Allah beranak karena Ia beristeri" . Mustahil pula itu merupakan akal-akalan dari para-pengikut Yesus yang justru tidak pernah berurusan dengan Maria dalam kapasitas "trinitas-Maria"? Bukankah dengan memasukkan "sang isteri" (Maria) sebagai ilahi bersama-sama Allah dan Anak. para peng kritik sesungguhnya telah menciptakan sebuah "trinitas-Maria"?
Jadi, dalam kesemrawutan tuduhan yang tidak jernih ini, kita justru ingin bertanya balik kepada para penuduh, "Allah manakah yang dipercaya telah beranak karena Ia beristeri?" Allah Kristianitas? Allah Yudaisme? Tidak ada Allah dan tak ada penganutNya yang berpaham demikian, kecuali mungkin dongeng yang pernah muncul dalam mitos Mesir!
Siapa nara-sumber konsep "trinitas Maria"?
Jadi, siapakah yang meniup konsep “Allah itu beristeri dan beranak?” , suatu konsep “trinitas-maria” yang tidak pernah eksis, tersurat maupun tersirat, dalam Injil manapun!
b. Sang Anak Allah dirancukan dengan anak-Allah
Lebih jauh, kita masih melihat betapa peng kritik mencoba mengaburkan istilah Anak Allah menjadi pengertian insani saja, bukan rohani. Mereka mendalihkan itu sebagai istilah Alkitab yang dikenakan kepada semua orang-orang yang percaya kepada Allah, dan dinamakan anak-anak Allah! Namun mereka sungguh memperlihatkan ketidak-pahaman akan bahasa Alkitab, lalu tersesat sendiri, karena yang dapat disebut "Anak Allah" itu adalah satu-satunya, yaitu singkatan dari "Anak Tunggal Allah" (Yohanes 1:14, 18; 3: 16), atau yang sering disingkat menjadi "Anak" saja. Ini sama halnya dengan istilah "Bapa", Allah surgawi, yang tentu saja bukan "bapa" dalam pengertian kamus dunia, yang bisa banyak jumlahnya. Anak Allah adalah Yesus seorang! Mereka yang mengkritik seharusnya tidak menutup-nutupi fakta kenapa Allah, Yesus, Gabriel, Nabi, Murid, musuh-musuh Yesus -manusia maupun setan-semuanya tanpa kecuali, justru mengakui bahwa Yesus itu Anak Allah! (lihat Matius 17:5; Markus. 14:61, 62; Yohanes 1:34 dll. banyak sekali.), Disini hanya akan dikutib satu teriakan setan yang terpaksa harus mengakui jati-diri Yesus. Dimanapun, pengakuan pihak musuh yang paling musuh itulah yang tak bisa ditolak lagi oleh mitra dan sekondannya: "Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur dihadapanNya dan berteriak: Engkau Anak Allah" (Markus 3: 11).
c). Anak Allah di-inferior-kan terhadap Adam
Para sinis sangat terobsesi untuk mem-bonsai kebesaran Yesus, untuk memaksa Dia menjadi mutlak anak-manusia dan tidak lebih. Dikatakan mereka bahwa mujizat kelahiran Yesus yang "tanpa ayah" itu bukanlah barang baru, tak ada yang khusus ajaib yang harus menempatkan Dia sebagai Anak Allah. BUKTINYA, katanya lagi, Adam dan Hawa justru tercipta lebih ajaib karena yang satu lahir "tanpa ayah dan ibu", dan yang lain lahir dari tulang rusuk Adam saja, namun keduanyapun tetap anak-manusia saja!
Inkarnasi Allah diisyukan sebagai “lahir tanpa ayah”
Lihatlah, betapa permasalahan inti telah sengaja digeser pada kedangkalan. Suatu rahmat SORGAWI yang terbesar dari “kelahiran” Tuhan ke dalam ujud kehidupan manusia demi menyelamatkannya, telah digeser menjadi unsur INSANI saja. Suatu Injil-Kabar-Baik, kini digeser menjadi “kabar aneh” saja, tanpa signifikasi bagi faedah/kemaslahatan umat, yaitu kabar tentang “lahirnya seorang nabi tanpa ayah”.
Mujizat yang total bermuatan rohani, dialihkan menjadi mujizat jasmani. Dan sosok Yesus yang surgawi sekaligus diredupkan dibawah Adam sebagai mahluk yang duniawi. Namun maaf, kita hanya ingin menempatkan makna kelahiran Yesus sebesar sebagaimana yang dimaksudkan Alkitab. Kita tidak bermaksud MENGKATROL status Yesus menjadi lain daripada apa yang dinyatakan Yesus sendiri! Kita sungguh tidak dapat menjadikan Dia Anak Allah dari yang non-Anak Allah semata-mata karena bobot keajaibanNya. Alkitablah yang mengungkap bahwa Ia dalam hakekat dan kekekalan Allah, ada bersama-sama dengan Allah sejak kapanpun (Yohanes 1: 1). Dan ketika Ia di-inkarnasikan ("lahir") kebumi. Ia yang Allah itu disebut sebagai Anak Allah (Lukas l:35, Yohanes 1:14). Berbeda dengan apapun dan siapapun, kelahiran Yesus itu sungguh bukan kelahiran yang "muatanNya" berasal dari fisik dunia. Ia tidak diciptakan dari debu tanah seperti Adam. Juga tidak dari tulang dunia seperti Hawa. Dia tidak membawa gen debu, gen tulang, atau bahkan gen ibu-Nya! Yesus membeberkan kepada semua, dari mana Anda, saya, dan Dia berasal: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini ... Aku keluar dan datang dari Allah"! (Yohanes 8:23, 42).
IV. Warta Malaikat Gabriel Yang Otentik Tentang Yesus
Aneh tapi benar, kedatangan dan kelahiran Yesss kedunia telah mengundang begitu banyak jenis saksi mata. Dan para undangan ini tidak satupun diundang secara tidak-khusus atau diluar tuntunan Allah dan kuasaNya. Mereka berturut-turut adalah Gabriel dan diteruskan kepada Maria, Yusuf, Elisabet dan suaminya imam Zakharia. Juga dipersaksikan oleh sejumlah besar malaikat bala tentara sorga, dan diteruskan kepada para gembala. Bahkan Allah lewat kuasaNya menuntun orang-orang asing, yaitu para majus dari negeri Timur untuk melihat sendiri keberadaan AnakNya. Tidak cukup dengan itu, Roh Kudus masih melibatkan Simeon dan nabi perempuan Hana yang sudah amat lanjut usianya untuk turut menjadi saksi mata tentang Sang Anak. Ini memberi kita banyak bahan untuk menyelidiki dan memahami sosok Yesus seperti yang mereka saksikan. Cukuplah disini kita membahasnya dari nara-sumber yang paling kaya, yaitu dari Gabriel, utusan Allah yang khusus untuk berbicara tentang kedatangan Sang Anak. Sekarang mari kita simak ke 6 nama Isebutan yang diberikan Allah kepada Anak ini lewat Gabriel, agar dapat menjawab dengan yakin dari mana datangnya Yesus secara asali. Keenam nama/ sebutan bagi Anak ini samasekali bukan bikinan dan akal-akalan manusia. Bukan pula pemberian dari bapak-ibu atau paman dan kakek. Semuanya justru berunsurkan keilahian, yang diberikan oleh Allah sendiri, disampaikan oleh Gabriel, dikenakan kepada Sang Anak, disaat menjelang dan pada hari kelahiranNya yang ajaib! Tidak seperti manusia, Allah tidak main-main dengan harapan bagi setiap nama/gelar yang berasal dari mulutNya. Itu bukan nama yang diseyogyakan Allah mudah-mudahan akan terjadi, melainkan akan sangat konsekwen mencerminkan hakekat, keberadaan, dan fungsinya untuk apa seseorang itu dinamakan.
1. Malaikat menyampaikan nama Yesus.
Tidak ada nama manusia yang diberikan Allah langsung kepada kedua orang tua sang anak. Namun nama Yesus telah diberikan Allah lewat Gabriel diteruskan kepada Maria: "Hendaklah engkau menamai Dia Yesus". Dan diulangi sekali lagi kepada Yusuf tunangannya, "dan engkau akan menamakan Dia Yesus" (Luk. 1:31, Mat.1:21). Nama ini berarti "Allah Juru Selamat"; jelas suatu nama keilahian yang berperan bagi penyelamatan umat manusia.
2. Malaikat menyampaikan gelar Kudus (Yang Kudus)
Ini bukan kudus dalam istilah etika umum, semacam saleh, bersih, takut akan Allah, dekat dengan Allah dll. Melainkan kudusnya Allah, Sang Kudus, suatu sifat yang penuh misteri, tanpa dosa dan tanpa berbuat dosa, yang hanya berasal dari Zatnya Allah sendiri. Lebih jauh, Sang Kudus sebagai pusat kekudusan juga mampu dan siap mengkuduskan orang-orang yang dengan sepenuh hatinya meminta pengampunan kepadaNya. Gelar dengan hakekat ini tidak pernah bisa disandangkan kepada manusia. Hanya Tuhanlah yang kudus dari diriNya, dan tak satupun manusia itu kudus. "Kekudusan" manusia hanyalah perolehan, dalam batas-batas tertentu.
3. Malaikat menyebutNya Juru Selamat
Gelar ini isampaikan dua kali, kepada Yusuf dan kepada para gembala:
"karena Dia-lah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka"
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat" (Matius 1:21, Lukas 2: 11). Suatu gelar yang paralel menegaskan ulang peran dan makna Yesus, yaitu 'Allah Juruselamat'. (lihat artikel nama-yesus-vt52.html#p115 )
Gelar ini menantang setiap orang Yahudi (maupun kita semua) untuk bertanya :
"Apakah seseorang yang 'kurang dari Allah' dapat menyelamatkan umatNya?"
4. Malaikat menyampaikan gelar Kristus (yaitu Sang Mesias, atau Al-Masih)
yang telah dinubuatkan Musa dan para-nabi tentang kedatanganNya sebagai Raja Penyelamat. Bila mesias-mesias adalah para raja dan imam yang secara tradisionil dimeteraikan dengan pengurapan minyak suci, maka Sang Mesias secara revolusioner diurapi dengan Roh Kudus (Lukas 4: 18, 21). Bila para nabi membaptis dengan air, Dia akan membaptis umatNya dengan Roh Kudus (Yohanes 1:33). Didalam diri Kristus (Mesias atau Al-Masih), Roh Kudus berada dan berkarya penuh, dan menjadi Pemimpin Agung bagi umatNya (Matius 23:10).
5. Malaikat menyebutNya Tuhan
Gelar Rajawi semesta alam, didunia dan diakhirat, dengan kuasa yang tidak terbatas dan kekal, karena "KerajaanNya tidak akan berkesudahan" (Lukas 1:33). Secara ajaib, ini telah pula dirujukkan dalam kitab Yesaya 9:5, dan 6, bagi satu sosok ANAK yang mempunyai suatu "lambang pemerintahan" diatas bahuNya .... dengan kekuasaan besar, damai sejahtera yang tidak berkesudahan ... dengan keadilan dan kebenaran sampai selama-lamanya ....
Kedudukan Yesus sebagai Tuhan atas semesta alam juga diteguhkan oleh Dia sendiri (Yohanes 13:13, Matius 28:18). Dengan otoritas itulah Ia menggenapi diriNya menjadi Immanuel yang mampu menjanjikan:
"Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman" (Matius 28:20).
6. Malaikat menyebutNya sebagai Anak Allah Yang Maha Tinggi.
Istilah "Anak Allah" ini disebutkan sampai 2x oleh Gabriel kepada Maria. Maksudnya amat jelas, yaitu untuk meluruskan pengertian Maria yang tadinya masih berpandangan tentang konsep anak sebagai pembuahan sex-biologis.
"Anak Allah" yang dimaksud samasekali bukan istilah insani, melainkan total rohaniah. Istilah ini tepat karena memang terjadi suatu "kelahiran" (ke-anakan), dimana Firman atau Kalimat Allah telah berinkarnasi menjadi manusia dan diam diantara kita (Yohanes 1:14). Sebagai Anak Allah, Ia berkarya untuk menyatakan diri Allah sedemikian lengkap dan sempurnanya sehingga Allah yang tadinya tidak dapat dipahami, menjadi dapat dipahami dan diikuti (dalam keteladanan dan intimitas). Itu sebabnya Yesus dapat berkata: "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9).
Gelar-gelar Lain
Dibandingkan dengan siapapun didunia ini, Yesus adalah seseorang yang mendapatkan gelar dan sebutan jabatan yang paling banyak sepanjang sejarah manusia. Tak kurang dari 40 gelar dan sebutan yang sangat spesifik, dan 40 gelar dan sebutan jabatan lainnya yang telah disandangkan oleh Alkitab kepada Yesus. Diantaranya adalah nama Imanuel. Ini suatu nama keilahian yang berjajaran dengan sebutan Yesus, yang berarti "Allah Menyertai Kita ". Pemberian nama Imanuel secara tepat telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya 700 tahun sebelumnya, "Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: sesungguhnya seorang perempuan muda (gadis perawan) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (Yesaya 7: 14), dan kini dipenuhi dalam Injil Matius 1:23. Nama ini mengungkapkan sifat keilahian yang merujuk kepada keberadaan, kedekatan, dan peran aktif Yesus dalam sejarah manusia disepanjang waktu.
Beberapa nama/ gelar yang lain dari Yesus adalah:
Yang Awal dan Yang Akhir,
Firman Allah,
Bapa Yang Kekal,
Pembela yang Adil,
Penasihat Ajaib,
Terang Dunia,
Kebenaran,
Kebangkitan Dan Hidup,
Allah Yang Perkasa,
Anak Domba Allah,
Raja Kemuliaan,
Raja Damai dll.
Tak ada gen-dunia yang sanggup memikul gelar-gelar kekekalan seperti ini. Alkitab mengajarkan bahwa perjalanan gen dunia adalah "dari debu kembali kedebu". Namun Yesus yang gen aslinya kekal dari atas, akan kembali keatas lagi secara kekal. Dan itu pula yang membedakan para nabi lainnya dengan diriNya: kubur lainnya berisi jasadnya, namun kubur Yesus kosong (!) karena Ia telah bangkit dari kematian dan naik kesorga secara langsung, bukan menanti-nanti "dialam barzakh" atau firdaus seperti pada para nabi laianya, Satu hari kelak, Yesus akan datang lagi dari sorga, dan kembali kebumi sebagai Hakim Dunia. Ketika itu orang-orang semacam Farisi yang menyebut dirinya- Yesus sekedar sebagai "anak Daud" dan bukan "Tuannya Daud" akan terbalik menjadi terdakwa.
Kepada mereka setidaknya akan dimintakan pertanggungannya, "Kenapa kalian mati-matian mengharuskan Aku bukan Tuhan dan membonsai diriKu dibawah Adam, Abraham dan Musa? Padahal seluruh otoritas-ilahi membenarkan Aku Mesias, Tuhan, Anak Allah Yang Maha Tinggi?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar