TUGAS MATA KULIAH
PEMBINAAN WARGA GEREJA
MODEL PEMBINAAN
WARGA GEREJA YANG EFEKTIF
DI KOTA MULTI ETNIS
DISUSUN OLEH
DIAN VIVIAN MANUMPIL,SS
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI RUMAH MURID KRISTUS
BITUNG
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
BAB II PEMBINAAN WARGA GEREJA PERKOTAAN
2.1 Pembinaan Warga Gereja
2.2 Gambaran
Perkotaan
2.3 Potensi dan Tantangan PWG di Perkotaan yang
Multi Etnis
2.3.1 Keterbukaan
2.3.2 Kaca Pembesar
BAB III MODEL PEMBINAAN WARGA GEREJA YANG EFEKTIF
DI
KOTA YANG MULTI ETNIS
3.1 Mengembangkan Jaringan dan Kerjasama di Kota
Multi Etnis
3.1.1 Jaringan Kerjasama Antar Gereja
3.1.2 STT sebagai Pengembang SDM
3.1.3 Program Jangka Panjang / Pendek Gereja
3.1.4 Pengembangan Program Jaringan Cyber Space
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gereja telah ada sejak jaman rasul-rasul mendapatkan
perintah dari Tuhan untuk menyebarkan kabar sukacita dan menjadikan semua
bangsa sebagai muridNya. Gereja mula-mula saat itu merupakan sekumpulan orang
percaya yang bersekutu untuk beribadah kepada Tuhan. Dengan adanya perkembangan
gereja yang semakin luas pada setiap jamannya, maka kemudian gereja dibagi kedalam
wilayah-wilayah dan tempat yang tetap untuk beribadah, dari hal itu kemudian
berkembanglah pengertian akan sebuah gereja, berbagai pengertian dan pemaknaan
tersebut sebenarnya menuju kepada esensi yang sama secara non fisik mengenai
arti gereja tersebut.
Dalam perkembangannya, secara fisik orang mengenal
gereja sebagai sebuah bangunan tempat umat Kristiani berkumpul untuk beribadah.
Sebenarnya bangunan gereja tersebut merupakan representasi makna dari gereja
sebagai jemaat yang dinaunginya. Tetapi kemudian pada perkembangan selanjutnya
gereja hanya dianggap sebagai sebuah bangunan saja, dan hanya sedikit orang
yang mengetahui makna dan arti dari gereja yang sebenarnya.
Kata Gereja
dalam bahasa
Portugis: igreja dan bahasa Yunani:
εκκλησία (ekklêsia) yang berarti suatu perkumpulan
atau lembaga dari agama Kristiani. Banyak orang yang
memandang gereja sebagai gedung atau tempat. Ini bukanlah pengertian Alkitab
mengenai gereja. Ekklesia “ek” yaitu
keluar dan “kaleo” yang artinya
memanggil. Sehingga dapat didefinisikan sebagai “perkumpulan” atau “orang-orang
yang dipanggil keluar.” Akar kata dari ”gereja” bukan berhubungan dengan
gedung, namun dengan orang dan persekutuan.
Banyak orang menunjuk Gereja pada pengertian
denominasi atau sebuah bangunan. Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul
dalam Perjanjian Baru biasanya diterjemahkan sebagai
"jemaat". Secara Theologis Alkitabiah Gereja
merupakan tubuh Kristus (Efesus. 1:22-23) dimana Kristus adalah Kepala. Kristus
yang memanggil, maka Gereja berasal dari Kristus sendiri. Gereja bukanlah
kelompok manusia "Perkumpulan" yang berdiri atas inisitif sendiri,
tetapi Kristuslah yang dengan perantara Firman dan Roh mengumpulkan bagiNya
Jemaat itu. Gereja merupakan persekutuan "orang percaya" yang
dikumpulkan oleh Kristus. Hari Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan menjadi hari
lahirnya Gereja (Kisah Para Rasul 2).
Yesus Kristus
adalah titik pusat lingkaran kehidupan kita. Proses kehidupan kita berlangsung
"mondar-mandir" yang mengarah kepada Kristus dan bertolak dari
Kristus, dengan proses kehidupan yang Kristosentris. Karena
itu, Gereja memerlukan pemimpin Gereja yang merupakan pelayan, gembala atau
hamba Tuhan agar dapat menghidupkan jemaat, membuat mereka berperan serta dalam
setiap kegiatan pelayanan gereja, dan memperlengkapi jemaat agar mampu bersaksi
dalam perkataan dan perbuatan.
Gereja dalam perkembangannya sering menghadapi
tantangan dan hambatan, ini berlaku secara menyeluruh kepada gereja di
perkotaan ataupun yang ada di pedesaan. Di pedesaan kita melihat ada begitu
banyak hambatan dalam perkembangan gereja, dan perspektif warga desa ikut
menjadi tantangan tersendiri.
Namun hambatan dan tantangan lebih besar dapat
ditemukan di daerah perkotaan. Atmosfer kota membuat individu lebih terbuka
dengan berbagai macam paradigma masyarakat. Maka sering kali ide-ide dan
pandangan yang baru ini membawa warga gereja berjalan di luar kehendak Tuhan,
dan tidak hidup dengan berpusat kepada Kristus. Kita sebagai hamba Tuhan yang
memegang kepercayaan Tuhan harus dapat melihat secara jeli masalah-masalah yang
timbul dalam lingkup gereja kita, ataupun dari luar.
1.2 Perumusan Masalah
Melihat latar belakang
diatas, maka tugas akhir mata kuliah Pembinaan Warga Gereja akan mengangkat
rumusan masalah, yaitu :
·
Bagaimana Model Pembinaan Warga Gereja Efektif
di Kota yang Multi Etnis?
BAB
II
PEMBINAAN WARGA GEREJA PERKOTAAN
2.1 Pembinaan Warga Gereja
Pemberitaan
Injil merupakan amanat agung Yesus Kristus (Mat. 28:19-20). Secara umum Amanat
Agung Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20, dipahami sebagai tugas bagi semua
orang Kristen untuk pergi memberitakan kabar baik. Ayat tersebut juga berbicara
tentang “ajarlah” warga gereja agar mereka dapat melakukan apa yang Kristus
ajarkan. Oleh sebab itu, Matius 28:19-20 juga menekankan pada pembinaan warga
gereja. Dengan dasar Alkitab itu, pemberitaan Injil dilakukan agar orang-orang
mengenal Kristus Yesus kemudian dibina agar mengalami pertumbuhan.
Bagi
orang Kristen Injili, keyakinan bahwa Kristus Juruselamat dan tugas amanat
agung tersebut harus terus dilaksanakan kepada dunia ini agar semakin banyak
orang yang percaya kepada Kristus dan beroleh hidup kekal. Tugas gereja adalah
membantu setiap orang mengenal Kristus kemudian berakar dan dibangun di atas
Dia, teguh dalam iman serta hati yang melimpah dalam syukur (Kol. 2:7). Agar
warga gereja dapat mengalami pertumbuhan, maka pembinaan warga gereja sangatlah
penting.
Gereja
yang dilukiskan sebagai Tubuh Kristus merupakan suatu organisme Illahi yang
terus menerus berkembang, yang tidak pernah berhenti dalam perkembangannya,
karena perkembangannya merupakan tanda-tanda adanya suatu kehidupan. Organisme
yang bertumbuh perlu diatur dan ditata pertumbuhannya/perkembangannya, agar
dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat sesuai dengan yang diharapkan.
Gereja selain secara organisme, ia juga merupakan suatu organisasi yang dalam
melaksanakan tugasnya harus tertata rapi secara terstruktur sehingga tercapai
hasil yang maksimal.
Pembinaan warga Gereja (PWG) merupakan pembinaan
yang berpusat pada Kristus, berdasarkan pengajaran Alkitab dan merupakan proses
untuk menghubungkan kehidupan warga Gereja dengan Firman
Tuhan, selain membimbing dan mendewasakannya dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus.
PWG merupakan proses untuk mendewasakan setiap anggota Tubuh Kristus, dengan memberdayakan warga gereja menjadi terang
dunia. Dan ini merupakan suatu pelayanan yang serius, serta harus dikelola
dengan baik. Sehingga nampak jelas bahwa pembinaan warga gereja merupakan hal
penting bagi perkembangan gereja. Dengan dilaksanakannya pembinaan warga
gereja, anggota jemaat dapat mengalami pertumbuhan rohani, kemudian berdampak
pada pertumbuhan gereja secara menyeluruh.
2.2 Gambaran Perkotaan
Kota
merupakan pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah
administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta pemukiman
yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Secara fungsional
berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Sistem kota berisi tentang distribusi
kota, indeks dan keutamaan kota serta fungsi kota.
Perkembangan
suatu negara dipengaruhi oleh perkembangan kota-kota di dalamnya, mulai dari
faktor internal (sosial), faktor eksternal (dinamika, demografi, dan ekonomi),
sampai kepada faktor kebijakan (regulasi pemerintah dalam hal perubahan
fungsi). Kota-kota merupakan garis depan dari
misi Kristen, karena mempertimbangkan ukuran, pengaruh, keragaman dan
kebutuhannya. Kota memberikan tantangan yang sangat besar. Mengabaikan kota
akan menjadi suatu kesalahan strategis karena, ke mana kota mengarah, ke
situlah dunia mengarah. Kota adalah pusat kekuatan politik, aktivitas ekonomi,
komunikasi, penelitian ilmiah, pendidikan akademis, dan pengaruh moral dan
religius. Apa pun yang terjadi di kota mempengaruhi seluruh negara. Ketika
kerajaan Kristus berkembang di kota, jumlah orang yang beribadah dan melayani
Allah yang sejati berlipat ganda.
Berikut
ini catatan populasi Kristen di dunia, data 2015 (Johnstone, Patrick; Miller, Duane
Alexander (2015). "Believers in Christ from a Muslim Background: A
Global Census" dan Religious Composition by Country, 2010–2050 | Pew Research
Center. Pewforum.org (2 April 2015).
Negara Berdaulat
KEKRISTENAN
MENURUT NEGARA
|
||
NEGARA
|
JUMLAH PENGANUT
|
%
|
13.862
|
0.04%.
|
|
43.800.649
|
79.7%
|
|
1.118.000
|
35.0%
|
|
700.000
|
2.0 %
|
|
230.358.554
|
70.8%
|
|
76.000
|
90.0%
|
|
23.210.122
|
90.0%
|
|
14.000
|
90.5%
|
|
77.742
|
77.0%
|
|
40.515.025
|
92.7%
|
|
3.196.000
|
98.7%
|
|
96.000
|
90.1%
|
|
13.506.120
|
54.6%
|
|
5.997.691
|
68.2%
|
|
432.000
|
4.8%
|
|
376.756
|
96.3%
|
|
208.075
|
14.5%
|
|
493.000
|
0.3%
|
|
244.000
|
95.0%
|
|
7.520.460
|
43.8%
|
|
7.598.000
|
80.0%
|
|
7.347.293
|
65.0%
|
|
285.478
|
73.6%
|
|
4.653.344
|
42.8%
|
|
47.792
|
74.4%
|
|
7.978
|
1.0%
|
|
11.068.332
|
97.0%
|
|
1.918.000
|
46.0%
|
|
1.732.000
|
77.0%
|
|
190.605.717
|
91.53%
|
|
44.522.000
|
71.8%
|
|
22,000
|
96.0%
|
|
45.892
|
11.0%
|
|
6.364.000
|
85.0%
|
|
4.280.515
|
23.2%
|
|
9.331.246
|
91.0%
|
|
487.000
|
95.0%
|
|
47.088
|
83.0%
|
|
5.604.734
|
41.0%
|
|
12.964.613
|
72.0%
|
|
15.000
|
2.1%
|
|
9.010.066
|
33.9%
|
|
3.607.722
|
34%
|
|
4.765.730
|
82.9%
|
|
56.540
|
6.0%
|
|
69.425
|
94.4%
|
|
14.099.000
|
95.0%
|
|
5.073.000
|
85.0%
|
|
683.000
|
98.6%
|
|
2.664.000
|
62.5%
|
|
375.877
|
28.57%
|
|
54.978.000
|
64.5%
|
|
3.000
|
94.3%
|
|
46.000
|
94.0%
|
|
578.801
|
64.4%
|
|
4.347.000
|
81.0%
|
|
1.821.403
|
92.0%
|
|
158.000
|
9.0%
|
|
3.930.000
|
88.6%
|
|
16.741.000
|
68.8%
|
|
55.000
|
96.6%
|
|
101.000
|
97.3%
|
|
14.018.000
|
97.5%
|
|
1.239.592
|
10.0%
|
|
401.269
|
22.1%
|
|
444.259
|
57.4%
|
|
8.527.000
|
83.7%
|
|
6.321.000
|
88.0%
|
|
857.182
|
11.6%
|
|
7.450.000
|
76.0%
|
|
296.948
|
89.3%
|
|
30.455.941
|
2.3%
|
|
28.383.250
|
10.87%
|
|
300.000
|
0.4%
|
|
944.000
|
3.0%
|
|
4.116.000
|
92.3%
|
|
266.000
|
3.5%
|
|
55.070.000
|
91.1%
|
|
1.985.254
|
68.9%
|
|
2.913.456
|
2.3%
|
|
49.400.000
|
59.9%
|
|
268.000
|
2.0%
|
|
16.407.432
|
70.0%
|
|
27.101.982
|
77.1%
|
|
7.451.000
|
46.0%
|
|
34.774.000
|
85.1%
|
|
19.000
|
94.3%
|
|
44.502.000
|
97.6%
|
|
480.000
|
4.0%
|
|
14.199.151
|
27.6%
|
|
4.094.682
|
84.3%
|
|
4.107.000
|
92.6%
|
|
9.523.000
|
85.0%
|
|
458.000
|
15.0%
|
|
1.023.311
|
17.0%
|
|
114.892
|
1.7%
|
|
1.543.028
|
79.0%
|
|
2.432.700
|
40.5%
|
|
1.876.000
|
90.0%
|
|
3.854.568
|
85.6%
|
|
231.000
|
5.4%
|
|
32.000
|
87.8%
|
|
2.827.000
|
84.9%
|
|
437.000
|
87.0%
|
|
21.160.368
|
85.0%
|
|
12.538.000
|
79.9%
|
|
2.921.644
|
9.2%
|
|
300
|
0.08%
|
|
726.000
|
5.1%
|
|
408.000
|
98.0%
|
|
43.010
|
1.0%
|
|
418.000
|
32.2%
|
|
8.100.000
|
12.9%
|
|
112.956.562
|
94.5%
|
|
106.000
|
95.4%
|
|
3.503.000
|
98.3%
|
|
33.408
|
87.7%
|
|
58.000
|
2.1%
|
|
515.512
|
75.93%
|
|
380.000
|
1.1%
|
|
16.173.336
|
56.1%
|
|
3.192.148
|
6.2%
|
|
1.991.000
|
90.0%
|
|
405.759
|
1.4%
|
|
2.426.000
|
55.3%
|
|
5.217.000
|
89.6%
|
|
795.000
|
5.0%
|
|
107.873.991
|
58.0%
|
|
4.195.000
|
85.6%
|
|
287.610
|
6.5%
|
|
2.800.000
|
1.6%
|
|
18.729
|
87.1%
|
|
3.057.000
|
92.0%
|
|
6.640.000
|
96.4%
|
|
6.260.000
|
96.9%
|
|
27.635.000
|
93.8%
|
|
93.306.848
|
92.4%
|
|
57
|
100.0%
|
|
36.526.000
|
95.7%
|
|
9.222.000
|
86.7%
|
|
35.014.000
|
53.5%
|
|
3.878.000
|
97.0%
|
|
422.732
|
15.8%
|
|
3.675.697
|
80.0%
|
|
4.403.080
|
90.7%
|
|
70.862.538
|
90.0%
|
|
9.734.000
|
95.2%
|
|
1.352.053
|
65.2%
|
|
35.508.560
|
2.53%
|
|
19.147.050
|
97.5%
|
|
104.750.000
|
73.3%
|
|
10.586.810
|
94.0%
|
|
188.495
|
98.0%
|
|
539
|
0.1%
|
|
31.000
|
97.0%
|
|
(Pekerja Asing) 1.500.000
|
4.54%
|
|
1.078.813
|
7.0%
|
|
6.423.073
|
91.0%
|
|
80.000
|
94.7%
|
|
1.751.000
|
30.0%
|
|
1.127.067
|
20.1%
|
|
912.698
|
78.0%
|
|
4.125.425
|
75.9%
|
|
1.258.130
|
60.9%
|
|
1.000[67]
|
0.01095%
|
|
32.620.608
|
70.2%
|
|
1.531.000
|
7.5%
|
|
593.682
|
1.5%
|
|
7.399.592
|
60.5%
|
|
270.250
|
48.4%
|
|
1.208.788
|
90.0%
|
|
7.148.000
|
76.2%
|
|
6.172.000
|
79.3%
|
|
2.251.000
|
11.2%
|
|
139.560
|
1.6%
|
|
34.121.332
|
61.4%
|
|
826.362
|
1.2%
|
|
1.156.737
|
99.1%
|
|
2.309.866
|
29.0%
|
|
93.763
|
90.0%
|
|
779.843
|
57.6%
|
|
109.828
|
1.0%
|
|
1.596.298
|
2.0%
|
|
566.254
|
10.1%
|
|
29.943.000
|
88.6%
|
|
41.973.000
|
91.5%
|
|
1.184.400
|
12.6%
|
|
2.027.000
|
79.0%
|
|
2.968.110
|
9.0%
|
|
800
|
100%
|
|
28.340.000
|
98.0%
|
|
8.443.260
|
8.4%
|
|
3.000
|
0.013%
|
|
388.000
|
6.0%
|
|
11.080.000
|
98.0%
|
|
15.423.596
|
95.5%
|
|
14.050.815
|
87.0%
|
|
Total
|
2.265.967.127
(7 Milyar Penduduk Dunia 2016) |
32.37%
|
Negara
Tidak Berdaulat
Negara-negara
yang tidak termasuk dalam anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan hanya
diakui oleh beberapa negara sebagai negara berdaulat:
KEKRISTENAN MENURUT NEGARA
|
||
NEGARA
|
JUMLAH PENGANUT
|
PERSENTASE
|
130.000
|
68.0%
|
|
150.000
|
8.3%
|
|
136.000
|
95.0%
|
|
173,000
|
6.0%
|
|
200
|
0.03%
|
|
69.000
|
96.4%
|
|
918.453
|
3.9%
|
|
510.000
|
95.0%
|
Melihat catatan populasi Kristen di dunia yang telah
dijabarkan di atas, begitu besarnya populasi pemeluk agama Kristen. Sehingga
membuka pandangan kita, bahwa bagaimana peran kita sebagai umat Kristiani dapat
“memberi pengaruh” kepada lingkungannya, masyarakatnya, bahkan negaranya,
“tanpa dipengaruhi” oleh faktor-faktor tersebut. Ini merupakan tugas kita
sebagai hamba Tuhan yakni, membawa umat Tuhan atau warga gereja kepada Amanat
Agung Yesus Kristus.
2.3 Potensi dan Tantangan Pembinaan
Warga Gereja di Perkotaan yang Multi Etnis
Ada Potensi sekaligus
Tantangan yang dapat kita temui pada Urban Church yang multi etnis ;
2.3.1
Keterbukaan
Orang-orang baru di
kota terbuka bagi ide-ide baru, termasuk ide tentang Allah dan agama. Ketika
kita melihat arus urbanisasi, sejumlah orang yang mencoba mendapat penghidupan
yang lebih layak dari apa yang mereka dapat di desa, baik itu melalui
pendidikan, ataupun berusaha mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Mereka ini
berbondong-bondong masuk ke kota, disinilah kita dapat melihat bahwa Allah ada
di belakang arus urbanisasi ataupun migrasi sejumlah besar orang ke kota-kota.
Dia sedang menciptakan kesempatan baru untuk menyebarkan Injil di antara
kelompok suku yang belum terjangkau yang datang dari kota-kota dan desa-desa
terpencil. Adalah tugas kita untuk mengambil kesempatan itu dan menjalankan
amanat misi Kristus.
Orang
yang datang ke kota secara mental sadar bahwa ia akan bertemu dengan berbagai
macam orang dari berbagai negara, daerah, atau budaya yang berbeda. Cukup
kontras dengan lingkungan desa/rural, komposisi dan variasi masyarakat
lebih homogen. Sedikit variasi perbedaan mungkin menjadi terlihat begitu
mencolok dan cenderung sulit diterima. Maka dari itu, setidaknya orang-orang
yang tinggal di lingkungan kota menjadi lebih siap untuk mendengarkan dan
berusaha mengerti (walau tidak harus setuju) perspektif lain yang mungkin saja
baru ia dengar atau terima. Karena alasan ini pula, proklamasi Injil juga bisa
diterima dengan lebih terbuka dan reseptif dalam konteks masyarakat urban.
Realitas seperti ini bisa kita lihat dalam Kisah Para Rasul 17. Saat itu,
Paulus sedang berada dalam kota Atena. Ternyata di kota itu, ada sekelompok
orang yang sangat terbuka dan kerjanya hanya untuk mengatakan dan mendengar segala
sesuatu yang baru. Orang-orang ini kemudian mendengarkan dengan seksama
pemaparan Injil yang disampaikan Paulus. Walau kita juga tahu, pada akhirnya
memang ada orang-orang yang mengejek dan tidak menerima Injil (ayat 32). Tetapi
di saat yang sama, juga ada beberapa orang laki-laki yang justru menjadi
percaya dan menggabungkan diri dengan Paulus. Salah satunya adalah Dionisius
yang adalah anggota majelis Areopagus (ayat 34).
Potensi
sekaligus Tantangan dalam budaya masyarakat kota yang terbuka ini, warga kota yang terbuka menerima Injil, namun juga
terbuka dengan paham atau idealisme yang baru, dan meninggalkan Injil. Karena
kurangnya pemahaman akan Firman Tuhan, orang bisa meninggalkan kepercayaannya
karena sifat keterbukaannya. Oleh karena itu banyak anak-anak Tuhan
meninggalkan Tuhan dan beralih kepada kepercayaan yang lain. Ataupun mulai
hidup dengan pandangan-pandangan di luar Firman.
2.3.2 Kaca Pembesar
Kaca Pembesar atau magnifier memiliki fungsi
untuk memperbesar serta memperjelas objek, tulisan, atau komponen-komponen
kecil yang susah dilihat dengan mata telanjang. Dr. Tim Keller menganalogikan
tentang Kota, bahwa kota sebagai sebuah kaca pembesar. Kaca pembesar ini
berlaku untuk segala hal yang baik, dan juga
sekaligus yang buruk. Segala hal baik dan buruk yang tadinya mungkin sudah ada
dan muncul di lingkungan pedesaan/daerah rural/sub-urban,
dan akhirnya diekspos dengan lebih jelas dan intens dalam lingkungan urban.
Dengan segala kemungkinan solusi, kekayaan perspektif, dan derasnya interaksi
dengan berbagai macam kalangan, lingkungan kota yang secara luar biasa telah berhasil
menggali dan mengeluarkan segala macam kebaikan dan sekaligus kerusakan dalam
diri manusia. Kota telah mengekspor segala pengaruh politik dan ekonomi,
kemajuan inovasi, musik, ketajaman pemikiran-pemikiran mutakhir, gaya hidup, sekaligus dengan segala macam
berhala dan berbagai jenis kerusakannya. Dalam Alkitab sendiri, salah satu
bagian yang menarik untuk kita cermati adalah Kejadian pasal 4. Kain yang
ditulis telah pergi dari hadapan Tuhan, akhirnya justru “berhasil” mendirikan
suatu kota. Dalam kota yang didirikan Kain, berbagai aspek kebudayaan ternyata
berkembang dengan subur dan pesat. Mulai dari peternakan, seni kecapi dan
suling, kerajinan tembaga dan besi, dan syair. Namun di saat yang sama,
tindakan kriminal, kekerasan, pembunuhan dan lirik-lirik syair yang penuh
dengan kedengkian, dendam, dan kebencian juga merebak dengan pesat di
tengah-tengah kota yang Kain dirikan.
BAB
III
MODEL PEMBINAAN WARGA GEREJA EFEKTIF
DI KOTA YANG MULTI ETNIS
Melihat
banyaknya faktor yang mempengaruhi pola pikir masyarakat kota, terlebih khusus
warga gereja, sehingga banyak anak Tuhan kehilangan Identitas Diri, Moralitas
yang merosot, bertindak secara Hukum
Rimba, kurang ber-Etika, masyarakat kota yang seperti Alat Produksi,
memiliki Kesadaran Hukum yang Rendah,
bersikap Individualis, bahkan Materialistis, juga sering
ditemukan dalam
komunitas/berkelompok-kelompok SARA, serta
dalam pelayananpun ikut terpengaruh layaknya jemaat di Laodikia yang
suam-suam.
Karena itu,
dibutuhkan perhatian bahkan tindakan yang lebih dari pemimpin-pemimpin gereja,
untuk membawa warga gereja kepada perubahan (1 Yoh 2:6, 2 Kor 5:17, Rm 12:1-2),
pengembangan diri warga gereja (1 Kor 3:11), agar supaya warga gereja mengerti
tugas dan tanggung jawab hidupnya (Ef 2:10).
Model pembinaan
warga gereja di kota yang multi etnis dapat diterapkan antara lain dengan Mengembangkan Jaringan dan Kerjasama,
3.1 Mengembangkan Jaringan dan Kerjasama di Kota
Multi Etnis
Gereja harus dan perlu
menyadari bahwa fokus penting untuk memperlengkapi warga gereja dalam membangun
masyarakat kota yang multi etnis, dengan keragaman suku, budaya, adat-istiadat,
bahasanya, ekonomi, status sosial, pandangan politik, bahkan agama, ini memerlukan
sikap yang terbuka dan realistik.
Sikap terbuka dan
realistik ini dilaksanakan dengan cara mengembangkan kerjasama dengan jaringan kelompok lain,
tanpa sikap diri yang “fanatisme” menganggap ajaran gereja kitalah yang paling
benar dan yang lain salah. Berangkat
dari keyanikan Iman Kristen bahwa Allah aktif bekerja dalam dunia ini melalui
berbagai cara, melampaui batas-batas suku, bangsa, ras, agama dan budaya.
(Kisah Para Rasul 10:34-36)
10:34 Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya:
"Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.
10:35 Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan
Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
10:36 Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada
orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus
Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.
Contoh Jaringan dan Kerjasama yang harus
dikembangan di Kota yang Multi Etnis, antara lain ; Jaringan Kerjasama Antar
Gereja, Sekolah Tinggi Teologia sebagai Pengembang SDM, Memberdayakan Warga Gereja
melalui program jangka panjang dan pendek di setiap sidang,
3.1.1 Jaringan
Kerjasama Antar Gereja
Model Pembinaan Warga Gereja yang Efektif di Kota
yang Multi Etnis, melalui pengembangan jaringan dan kerjasama Antar Gereja, salah satu contoh adalah BAMAG (Badan Musyawarah Antar Gereja). BAMAG memiliki visi-misi mewujudkan
kesatuan dan persatuan antar umat Kristiani secara Oikuamenis dalam bingkai
NKRI. Bahkan dalam Munas yang diselenggarakan bulan Juni 2019, BAMAG mengangkat
tema
“Membangun Indonesia dengan cinta kasih”. Mereka melihat bahwa peluang
besar membangun Indonesia, dengan melalui
Cinta dan Kasih Kristus.
Melalui
cinta dan kasih Kristus kita membangun Indonesia, memberi pengertian bahwa Gereja
harus lebih cepat merespons masalah dan persoalan di tengah masyarakat dan
gereja, agar setiap pelayan dan warga perlu tahu persoalan-persoalan
masyarakat, dengan mengembangkan jaringan dan kerjasama dengan kelompok lain. Tindakan
seperti itu mendorong gereja hingga dapat membangun hubungan kasih persaudaraan di dalam Kuasa Kasih Kristus
secara Oikumenis. Agar supaya setiap
warga mampu menilai orang lain lebih kritis tanpa harus menaruh rasa curiga atau berprasangka buruk. Karena
dalam kenyataannya yang nampak dalam
jemaat bahwa warga gereja belum semua mampu berperan aktif dalam pelayanan di tengah-tengah
gereja.
Mengembangkan
jaringan kerjasama antar gereja melalui setiap wadah dapat menopang dan
mendorong setiap jenis pelayanan gereja ke arah yang semakin baik. Sebab setiap
pelayan kristen juga harus mampu menilai kelemahan-kelemahan sendiri agar dapat
melakukan perbaikan-perbaikan ke depan. Tuhan menghendaki kita menjadi pelayan
yang berkualitas. Tuhan menugaskan kita menjadi contoh, dan teladan bagi yang lain. Karena itu mengembangkan
jaringan dan kerjasama akan memperluas pandangan kita sebagai pelayan, dan
dapat menggali potensi-potensi yang ada.
3.1.2 Sekolah
Tinggi Teologi sebagai Pengembang Sumber Daya Manusia
Sekolah Tinggi Teologi sebagai program pendidikan tingkat lanjutan
dipandang sangat perlu untuk dikembangkan dan dibangun di setiap kota, bahkan
bila memungkinkan dapat menjangkau sampai ke pedesaan. Karena kualitas dan
kuantitas pekerja/pelayan Tuhan menjadi sorotan di masa sekarang ini. Begitupun
dengan sasaran PWG, dimulai dengan hamba Tuhan yang berkualitas, berwawasan luas,
yang mampu menerapkan PWG dalam pelayanan mereka.
Mutu pendidikanpun harus ikut ditingkatkan, di samping
sarana dan prasana yang menunjang, serta tidak hanya berkisar dalam pelajaran
umum, namun dapat pula mengembangkan keahlian. Misalnya di STT harus disertakan
mata kuliah pengembangan talenta, baik sebagai pemimpin pujian, pengembangan
keahlian dalam memainkan alat musik, ataupun pelayanan altar lainnya, maupun
sampai kepada memberdayakan lingkungan alam sekitar.
3.1.3 Program
Jangka Panjang / Pendek Gereja
Perkembangan
penduduk perkotaan telah mengubah banyak tatanan sosial termasuk tatanan
kehidupan berjemaat perkotaan (urban parish). Di tengah-tengah perubahan cepat
demikian yang menimbulkan dampak luar biasa, mau tidak mau gereja juga
diperhadapkan dengan perubahan strategi dan misi pelayanannya yang membutuhkan
penyesuaian dan juga antisipasi menghadapi hal itu.
Masalah
perkotaan yang timbul belakangan ini seperti soal kejahatan kerah putih,
masalah jurang kaya miskin, Lingkungan Hidup, PHK, demonstrasi-demonstrasi
perburuhan, bahkan pengrusakan pabrik seperti pernah terjadi di kecamatan
Girian, telah menjadi topik liputan masyarakat, tetapi sayang
sekali perhatian dan tanggapan gereja pada umumnya sepi kalau tidak mau
dibilang sebagai tidak ada sama sekali.
Faktor lain juga yang acap kali terjadi
di dalam gereja, yakni; faktor Kecemburuan. Harus diakui bahwa anggota gereja
memang memiliki banyak perbedaan, misalnya dalam status sosial, latar belakang
budaya, kegemaran, pendidikan, ketrampilan serta minat. Dengan banyaknya
perbedaan-perbedaan seperti itu maka perlu pembinaan iman warga untuk mengatasi
terhambatnya fungsi rasio dan fungsi emosi yang overload yang sering membuka
peluang iblis masuk dan menguasai paradigma anggota gereja. Iblis kemudian
menjadi berkuasa, dengan diawali tanda rasa kecemburuan berlebihan, yang mengakibatnya
terjadilah persaingan tidak sehat
memfitnah, dan lain sebagainya. Sama halnya sekarang ini oleh karna perkembangan
sosialita banyak jemaat perkotaan bahkan sampai pelayan-pelayan disesatkan oleh
ramalan-ramalan, horoskop, berdasarkan bintang kelahiran, sekalipun ramalannya
tidak terbukti.
Oleh sebab itu, setiap organisasi dalam
Gereja harus memiliki program jangka pendek dan jangka panjang yang secara
aktif dilaksanakan. Sebagai tolak ukur pelayanan dan tanggung jawab kepada
Tuhan. Dapat dilaksanakan secara khusus terhadap wadah-wadah jemaat yang ada,
dari muda sampai kepada lansia, dibimbing, diarahkan, diasuh, dan dibentuk
menjadi pribadi yang lebih baik dalam rohaninya maupun dalam jasmaninya.
Jadi baik tua maupun muda harus dibina
secara khusus. Memang telah ada wadah-wadah yang seperti dalam gereja yang
mengajarkan kebutuhan khusus jemaat, seperti sekolah minggu, remaja, pemuda,
pra nikah, pria, wanita, dan lansia. Namun adalah lebih baik jika dalam wadah
sekolah minggu, sering diadakan pengkaderan dan pelatihan guru sekolah minggu,
guru sekolah minggu dapat lebih kreatif dalam penyajian Firman Tuhan, dsb.
Wadah Remaja dan Pemuda, dapat dibuat pembinaan khusus seperti seminar,
pelajaran Alkitab, bimbingan pastoral khusus remaja dan pemuda, pelatihan MC,
ataupun pemimpin pujian, pengembangan/pelatihan memainkan alat musik gereja,
bahkan sampai kepada pelatihan perenungan Firman Tuhan. Agar anak muda sebagai
pilar penopang gereja mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka dalam
pelayanan.
Untuk
Komisi Dewasapun peningkatan PWG perlu dikembangkan, karena komisi dewasa
seperti Pelwap, Pelprip, Lansia, dan Keluarga Muda, merupakan teladan bagi
gererasi penerusnya. Model yang efektif dalam pembinaan warga gereja yakni;
melaksanakan sarasehan atau seminar (wanita bijak, dsb), pemahaman Alkitab,
ataupun kepada warga jemaat usia lanjut
dengan menumbuhkan gairah hidup untuk tetap melayani Tuhan (membentuk vocal grup lansia,
dsb).
3.1.4 Pengembangan Program Jaringan Cyber Space /
Network
Perkembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi tidak hanya meningkat pesat secara eksponensial tetapi
juga semakin luas pemakainya, semakin merata tidak peduli strata sosial dan ekonomi, semakin bersifat pribadi, semakin
membuat pengguna terkoneksi dengan banyak pengguna lain, semakin cepat, semakin
mudah dalam penggunaan, semakin tersedia, semakin interaktif dan kolaboratif.
Seluruh dunia terkoneksi dalam satu media komunikasi, gadget. Begitu kecil
namun menjangkau dunia, dari pengetahuan sampai wawasan global dengan mudah
diakses oleh segala umur. Gereja Tuhan terekspos juga mengekspos .
Tentu saja ada sisi negatifnya, di mana orang
semakin dibuat sibuk berinteraksi satu dengan yang lain, semakin kehilangan
privasi karena keberadaannya akan semakin terdeteksi. Melihat betapa banyaknya
hal-hal buruk yang ditampilkan dalam
media komunikasi modern ini, haruskah kita menutup diri, menjaga jarak
dengan segala kemutakhiran teknologi zaman ini?.
Gereja tidak dapat
membatasi mobilitas dan gerak umat, melainkan harus bisa memberikan layanan kepada mereka, sehingga mereka selalu
merasakan sapaan Allah. Gereja harus peka dan cerdas untuk memanfaatkan
teknologi. Tuhan Yesus pun cepat berinisiatif naik ke
perahu Simon untuk memberikan ceramah di pantai (bdk. Lukas 5:1-11). Dengan demikian, proses pengudusan
umat Allah dapat berjalan dengan baik tanpa ketegangan. Melihat peluang dan
mengisinya.
Melalui sarana-sarana
TI, gereja dapat membangun dialog lintas agama dan komunikasi yang lebih hangat
dengan masyarakat. Harapannya, kehadiran gereja makin dapat diterima dan
dipahami oleh masyarakat. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat pula digunakan
dalam memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan
masyarakat, khususnya generasi muda agar dapat mengikuti perkembangan dunia.
Dengan demikian, kehadiran gereja dan kegiatan misi memberi arti secara praksis
bagi masyarakat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
Tantangan
besar misi Kristen adalah perkotaan, dimana dari segi keragaman etnisnya,
ukuran luasnya, pengaruh budaya di dalamnya, sampai kepada tingkat kebutuhan
yang semakin hari semakin beragam dan berkembang ke arah yang negatif. Dan
gereja tidak menutup diri, apatis, ataupun melarikan diri dari perkembangan
yang sedang dialami masyarakat perkotaan. Melainkan Gereja harus bersikap
terbuka untuk mengembalikan makna dan fungsi kota sesuai kehendak Allah.
Mengembangkan Jaringan dan Kerjasama
dapat memperlengkapi warga gereja dan membangun masyarakat kota yang multi
etnis. Karena melalui pengembangan jaringan dan kerjasama, gereja lebih terbuka
dengan segala perkembangan yang ada, dan gmampu memberi dampak kepada
perkembangan tersebut.
Dalam jaringan dan kerjasama, pendekatan
gereja yang terintegrasi harus semakin ditingkatkan. Khususnya dengan
lembaga-lembaga yang memiliki perhatian kepada pembinaan warga gereja. Juga
program-program pengembangan pendidikan sebagai hamba Tuhan harus lebih
ditingkatkan, termasuk memperhatikan SDM warga gereja. Kitab Kejadian, Allah yang menciptakan segala
ciptaan, kemudian memerintahkan manusia untuk menjaga dan mengusahakan taman.
Taman ini nantinya akan diperkembangkan menjadi sebuah kota Ibrani 11:10 “sebab
ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun
oleh Allah”. Pembinaan Warga Gereja
di Kota yang Multi Etnis memang perlu dibina karena hal tersebut merupakan
keinginan hati Tuhan, dan harus berkelanjutan. Ini penting karena akan
mempersiapkan umat Tuhan untuk bertemu dengan Juruselamatnya di masa depan.
Melalui pembinaan warga gereja, umat
Tuhan benar-benar dipersiapkan sehingga layak untuk bertemu muka dengan muka
dengan Tuhan Yesus Kristus. Pada sisi lain, pembinaan warga gereja juga
memiliki dampak yaitu warga gereja tetap kuat di dalam Tuhan ketika menghadapi
tantangan sebagai murid Kristus di tengah dunia yang membenci imannya.
Akhir kata, penulis menyadari makalah
ini sangatlah jauh dari sempurna, karena keterbatasan waktu dan penelitian.
Karena itu diharapkan masukan dan perbaikan dari Pdt. Roland Mokalu, Mth,
sebagai dosen Mata Kuliah Pembinaan Warga Gereja.
Atas bimbingannya selama proses belajar
mengajar, penulis ucapkan terima kasih, Tuhan Yesus selalu memberkati setiap
pelayanan dan pengiringan bapak dosen.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab.Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2009.
Jenson,
Ron dan Jim Stevens. 1996. Dinamika Pertumbuhan Gereja. Malang: Yayasan
Penerbit:Gandum Mas.
Sanders,J. Oslwald.Kepemimpinan
Rohani.Bandung: Kalam Hidup, 2000.