Minggu, November 02, 2025

Yohanes 11 : 25-26

Yohanes 11:25-26 (TB)  Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"

John 11:25-26 (NET)  Jesus said to her, “I am the resurrection and the life. The one who believes in me will live even if he dies,
and the one who lives and believes in me will never die. Do you believe this?”

Ketika Yesus sampai ke dekat Betania, yang dikatakan berjarak kira-kira dua mil jauhnya dari Yerusalem (ay. 18). Hal itu dicatat di sini supaya nyata bahwa mujizat yang hendak dilakukan-Nya itu terjadi masih di sekitar Yerusalem dan dianggap terjadi di sana. Mujizat Kristus di Galilea memang lebih banyak, tetapi mujizat yang dilakukan-Nya di dalam dan sekitar kota Yerusalem lebih gemilang. Di sanalah Ia menyembuhkan seorang yang telah menderita penyakit selama tiga puluh delapan tahun, lalu seorang lagi yang terlahir buta, dan membangkitkan seorang yang telah mati selama empat hari. Maka datanglah Kristus ke Betania, dan perhatikanlah: 

I. Keadaaan yang tengah dialami kawan-kawan-Nya di sana. Saat Ia meninggalkan mereka sebelumnya, kemungkinan besar mereka dalam keadaan yang baik, sehat dan penuh sukacita. Akan tetapi, saat kita berpisah dengan kawan-kawan kita, kita tidak tahu (sekalipun Kristus tahu) perubahan apa yang akan menimpa diri kita atau mereka sebelum kita bertemu lagi dengan mereka.

. Ia mendapati Lazarus sahabat-Nya itu telah terbaring di dalam kubur (ay. 17). Saat Ia sampai di dekat kota, kemungkinan dekat area pemakaman di kota itu, Ia diberi tahu oleh para tetangga atau orang-orang yang berpapasan dengan-Nya, bahwa Lazarus telah dikubur selama empat hari. Beberapa pihak berpendapat bahwa Lazarus mati pada hari yang sama ketika utusan itu datang kepada Yesus dengan kabar sakit penyakit yang menimpanya, dan karena itu diperhitungkan bahwa Ia tetap tinggal di tempat itu dua hari dan dua hari lainnya lagi untuk perjalanan-Nya ke Betania. Saya lebih cenderung berpendapat bahwa Lazarus mati tepat saat Yesus berkata, "Saudara kita itu telah tertidur, ia kini sudah jatuh tertidur," dan bahwa waktu antara kematian dan penguburan Lazarus (yang biasanya berlangsung dengan singkat di antara orang-orang Yahudi), termasuk empat hari terbaringnya ia di dalam kubur, dihabiskan Yesus dalam perjalanan-Nya itu. Kristus bepergian secara terang-terangan, seperti yang terlihat ketika Ia melalui Yerikho dan juga ketika Ia singgah di rumah Zakheus, yang pasti menyita waktu. Meskipun pasti akan terjadi, datangnya keselamatan yang telah dijanjikan sering lambat.

. Ia mendapati kawan-kawan lainnya yang masih hidup sedang dalam kedukaan. Marta dan Maria begitu tenggelam dalam kesedihan akibat kematian saudara mereka, yang terlihat dari pernyataan bahwa banyak orang Yahudi telah datang untuk menghibur mereka.

Percakapan antara Kristus dan Marta.

(1) Diceritakan bahwa ia pergi mendapatkan-Nya (ay. 20).

[1] Kelihatannya Marta benar-benar menunggu dan mengharap-harapkan kedatangan Kristus. Mungkin saja dia telah mengutus orang untuk memberitahukannya jika Kristus telah datang, atau mungkin dia sering kali bertanya, "Apakah kamu melihat jantung hatiku?", sehingga orang pertama yang melihat Kristus datang segera berlari menemui Marta untuk memberitahukan kabar baik itu. Apa pun itu, Marta sudah mendengar tentang kedatangan Kristus bahkan sebelum Dia benar-benar sampai ke sana. Marta telah menunggu begitu lama dan sering kali bertanya, "Sudahkah Ia datang?" tetapi tidak kunjung mendengar kabar berita tentang Dia. Namun akhirnya, yang telah lama dinanti-nantikan itu datang juga. Pada akhirnya, penglihatan pun akan berbicara, tanpa berdusta.

[2] Begitu mendengar kabar baik bahwa Yesus akan segera datang, Marta pun meninggalkan segalanya dan pergi mendapatkan-Nya, untuk menyambut Dia dengan sungguh hati. Dia mengabaikan semua tata krama dan sikap hormat terhadap orang-orang Yahudi yang sedang melayat ke rumahnya, dan bergegas pergi untuk menemui Yesus. Perhatikan, saat Allah melawat kita melalui anugerah atau pemeliharaan-Nya untuk menunjukkan belas kasihan dan menghibur kita, kita pun harus maju dalam iman, pengharapan dan doa untuk menemui-Nya. Beberapa orang berpendapat bahwa Marta pergi ke luar kota untuk menemui Yesus supaya ia dapat memberitahukan-Nya bahwa di rumah mereka kini ada beberapa orang Yahudi yang mungkin tidak menyukai Yesus, sehingga kalau Yesus mau, Ia pun bisa menghindar untuk datang ke sana.

[3] Saat Marta pergi untuk menemui Yesus, Maria tinggal di rumah. Beberapa orang berpendapat bahwa mungkin Maria tidak mendengar kabar itu sebab ia menarik diri ke dalam kamarnya, sambil menerima kunjungan belasungkawa orang-orang, sementara Marta yang menyibukkan diri dalam urusan rumah tangga mendengar kabar itu dengan segera. Mungkin saja Marta tidak mau memberi tahu saudarinya bahwa Kristus hampir tiba, sebab ia ingin mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang menyambut-Nya. Sancta est prudentia clam fratribus clam parentibus ad Christum esse conferre -- Kesigapan yang kudus membimbing kita kepada Kristus, sementara saudara dan orangtua bahkan tidak mengetahui apa yang kita lakukan. -- Maldonat. in locum. Ada beberapa pihak lain juga berpendapat bahwa Maria mendengar kabar bahwa Kristus datang, tetapi terlalu tenggelam dalam kesedihannya sehingga dia tidak mau bergerak sedikit pun, dan memilih untuk terus larut dalam kesedihannya itu, dengan duduk diam sambil terus memikirkan dukacitanya, sambil berkata, "Selayaknyalah aku berkabung." Dengan membandingkan kisah ini dengan kisah yang dicatat dalam Lukas 10:38 dan seterusnya, kita dapat melihat perbedaan sifat di antara kedua saudari itu, beserta dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Sifat temperamen Marta adalah giat dan selalu sibuk. Dia senang mondar-mandir untuk membereskan segala sesuatu. Sifatnya ini telah menjadi perangkap baginya, karena bukan saja membuatnya menjadi cemas dan khawatir mengenai segala sesuatu, tetapi juga menghalanginya untuk menjalankan ibadahnya. Tetapi kini, di masa sulit seperti ini, sifat giatnya itu justru membawa kebaikan baginya, karena dapat menghalau kedukaan dalam hatinya dan membuatnya begitu bersemangat untuk bertemu dengan Kristus. Dan ia pun lebih cepat memperoleh penghiburan dari-Nya. Sebaliknya, sifat Maria adalah lebih pemikir dan menahan diri. Sifat ini merupakan keuntungan baginya sebelum ini, karena membuatnya duduk di bawah kaki Kristus untuk mendengar firman-Nya, dan memungkinkannya lebih memperhatikan Kristus tanpa harus terganggu oleh tetek bengek yang merisaukan Marta. Tetapi kini di saat yang sulit ini, sifatnya itu menjadi suatu perangkap baginya, membuatnya sulit untuk melepaskan diri dari kesedihannya sehingga ia pun terus menerus terlarut di dalamnya: Tetapi Maria tinggal di rumah. Lihatlah di sini bagaimana kita benar-benar harus berhikmat dalam berjaga-jaga terhadap berbagai godaan, dan memanfaatkan sebaik-baiknya sifat temperamen kita untuk keuntungan kita.

(2) Di sini terdapat cerita lengkap mengenai percakapan yang terjadi antara Kristus dan Marta.

[1] Perkataan Marta terhadap Kristus (ay. 21-22).

Pertama, ia mengeluhkan lamanya ketidakhadiran Kristus dan kedatangan-Nya yang tertunda. Dia mengatakan hal itu bukan saja dengan kepedihan karena kematian kakaknya, tetapi juga menyiratkan sedikit sakit hati karena tindakan Guru yang kelihatannya tidak baik itu: Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 

Di sini terdapat: 

. Suatu bukti imannya. Marta percaya kepada kuasa Kristus, yaitu, meskipun penyakit kakaknya itu sungguh berat, Dia pasti sanggup menyembuhkannya dan mencegah kematiannya. Marta juga memercayai belas kasih-Nya, yaitu, jika saja Ia melihat Lazarus dalam kesakitannya yang luar biasa itu, dan bagaimana semua kenalan Lazarus menangis melihat penderitaannya itu, Kristus pasti akan merasa iba dan mencegah terjadinya kesedihan itu, sebab belas kasihan-Nya tidak sia-sia. Tetapi,

. Di sini ada gambaran ketidakpercayaannya. Iman Marta memang tulus, tetapi lemah seperti sebatang buluh yang terkulai, sebab ia membatasi kuasa Kristus dengan berkata, sekiranya Engkau ada di sini. Padahal dia seharusnya tahu bahwa Kristus sanggup menyembuhkan orang dari jarak jauh, dan bahwa cara kerja-Nya yang penuh anugerah itu tidak terbatas oleh kehadiran tubuh jasmani-Nya. Dia juga berpikiran serupa mengenai hikmat dan kebaikan Kristus, yaitu bahwa Dia tidak bergegas mendapati mereka saat mereka memanggil-Nya, seolah-olah Ia tidak mengatur kegiatan-Nya dengan baik, dan malah tetap tinggal di tempat-Nya semula dan tidak segera datang, dan sekarang kedatangan-Nya sudah terlambat. Marta juga sudah tidak terpikir lagi untuk meminta pertolongan apa pun saat itu.

Kedua, Marta kemudian meralat dan menghibur dirinya sendiri dengan memikirkan kebaikan yang Kristus sediakan di sorga. Setidaknya, kini dia menyalahkan dirinya sendiri karena tadi telah mempersalahkan Gurunya dan menyiratkan bahwa kedatangan-Nya itu sudah terlambat: Tetapi sekarang pun aku tahu, separah apa pun keadaannya, Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya. 

Betapa berserahnya pengharapannya itu. Meski ia tidak punya nyali untuk meminta Yesus membangkitkan Lazarus, sebab pada waktu itu belum pernah ada orang yang telah lama mati dibangkitkan lagi, namun, layaknya seorang pemohon yang rendah hati, Marta bersedia menaruh perkara tersebut dalam kehendak Tuhan Yesus, sesuai dengan belas kasihan dan hikmat-Nya. Saat kita tidak tahu hal apa yang seharusnya kita minta atau harapkan, biarlah kita berserah diri kepada Allah dan membiarkan-Nya melakukan yang terbaik. Judicii tui est, non præsumptionis meæ -- Aku menyerahkan hal itu pada keputusan-Mu, dan bukan pada pertimbanganku -- Aug. in locum. Saat kita tidak tahu apa yang harus kita doakan, kita bisa merasa terhibur karena Sang Perantara Agung selalu tahu apa yang harus Ia mintakan bagi kita, dan doa-Nya itu selalu didengar.

. Betapa lemahnya iman Marta itu. Seharusnya dia berkata, "Tuhan, Engkau dapat melakukan apa saja yang Engkau mau;" tetapi dia hanya berkata, "Engkau bisa mendapatkan apa saja yang Kau minta dalam doa-Mu." Dia sudah lupa bahwa Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, bahwa Ia melakukan mujizat-mujizat dengan kuasa-Nya sendiri. Akan tetapi, dua pertimbangan berikut harus diingat dalam mendorong iman dan pengharapan kita, dan satu pun tidak boleh diabaikan: Kuasa Kristus atas seluruh bumi dan hak serta pengantaraan-Nya di sorga. Dia memegang tongkat emas di satu tangan-Nya, sementara tangan yang satunya lagi memegang ukupan emas. Kuasa-Nya selalu unggul, pengantaraan-Nya selalu berhasil.

[2] Kata-kata penghiburan yang diucapkan Kristus kepada Marta, sebagai jawaban terhadap pernyataannya yang menyedihkan tadi (ay. 23): Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." Dalam keluhannya, Marta menoleh ke belakang dan merenung dengan rasa sesal bahwa Kristus tidak ada di sana waktu itu, sebab pikirnya, "kalau saja Ia ada, pastilah saudaraku masih hidup sekarang." Dalam keadaan seperti itu, kita memang sering kali tergoda untuk menambah kesengsaraan kita sendiri dengan mengandai-andaikan hal berbeda yang mungkin bisa terjadi. "Jika saja cara yang itu yang diterapkan, atau tabib itu yang dipanggil, pasti temanku tidak mati." Kalimat-kalimat seperti ini sebenarnya adalah sesuatu yang ada di luar jangkauan pengetahuan kita, jadi apa gunanya berkata seperti itu? Saat kehendak Allah telah terjadi, tugas kita hanyalah berserah kepada-Nya saja. Kristus membimbing Marta (dan melalui itu juga membimbing kita), untuk memandang ke depan dan memikirkan apa yang akan terjadi, sebab di sanalah terletak kepastian dan penghiburan: "Saudaramu akan bangkit."

Pertama, perkataan ini benar bagi Lazarus dalam arti khusus, bahwa sebentar lagi ia akan dibangkitkan. Tetapi Kristus menyatakan hal itu dalam arti yang lebih umum, yaitu sebagai sesuatu yang nanti akan terjadi, yang bukan akan dilakukan-Nya sendiri. Begitulah, betapa rendah hatinya Kristus ketika berbicara mengenai apa yang dilakukan-Nya. Kristus juga mengucapkan perkataan itu dengan makna ganda, yang membuat Marta pada mulanya merasa tidak yakin dengan maksud-Nya, apakah Ia hendak membangkitkan Lazarus sebentar lagi atau menunggu sampai akhir zaman, supaya dengan demikian Ia dapat menguji iman dan kesabarannya. 

Kedua, perkataan Kristus itu berlaku bagi semua orang kudus dan kebangkitan mereka pada akhir zaman. Perhatikan, merupakan penghiburan bagi kita bila saat kita menguburkan teman dan kenalan kita yang saleh, kita tahu bahwa mereka akan bangkit lagi. Sebagaimana jiwa tidak hilang saat kematian, melainkan hanya pergi, begitu juga tubuh tidak lenyap, melainkan hanya dibaringkan saja. Bayangkanlah dirimu mendengar Kristus berkata, "Orangtuamu, anakmu, teman sepenanggunganmu, akan bangkit lagi, tulang-tulang yang kering itu akan hidup lagi." 

[3] Iman Marta yang bercampur dengan perkataan Kristus itu, dan ketidakpercayaan yang bercampur dengan imannya itu (ay. 24).

Pertama, Marta menganggapnya sebagai perkataan yang harus diimani, yaitu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman. Meski ajaran mengenai kebangkitan itu baru benar-benar terbukti penuh dengan terjadinya kebangkitan Kristus, tetapi sebagaimana terlihat di sini, Marta telah mempercayainya dengan teguh (Kis. 24:15), yaitu: 

. Bahwa akan ada akhir zaman, saat seluruh hari dan waktu akan dihitung dan dihentikan.

. Bahwa akan terjadi kebangkitan besar pada saat itu, yaitu ketika bumi dan laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya.

. Bahwa akan ada kebangkitan pribadi bagi setiap orang: "Aku tahu bahwa aku akan bangkit lagi, begitu pula semua orang-orang yang kukasihi." Sebagaimana tulang-tulang akan kembali bertemu satu sama lain pada hari itu, begitu pula seorang teman dengan temannya yang lain.

Kedua, Meski begitu, kelihatannya Marta masih berpikir bahwa perkataan itu tidaklah seberharga kenyataannya: "Aku tahu ia akan bangkit pada akhir zaman, tetapi kami sekarang tidak merasa lebih baik karenanya," seolah-olah penghiburan yang ada dalam kebangkitan menuju hidup yang kekal itu tidak ada gunanya diperbincangkan pada saat itu, atau tidak membantunya meringankan kesedihannya. Lihatlah kelemahan dan kebodohan kita. Kita membiarkan hal-hal indrawi sekarang ini terpatri dalam-dalam pada diri kita, baik itu duka maupun suka, dibandingkan dengan hal-hal yang menjadi sasaran iman kita. Aku tahu ia akan bangkit pada akhir zaman, apakah itu belum cukup? Sepertinya, memang belum cukup bagi Marta. Dengan demikian, ketidakpuasan kita akan salib yang harus kita pikul sekarang dapat membuat kita meremehkan pengharapan kita akan masa depan, seolah-olah pengharapan itu tidak layak untuk diindahkan. 

[4] Arahan dan peneguhan lebih lanjut yang diberikan Kristus kepada Marta, sebab Ia tidak akan memadamkan batang pohon yang terbakar ataupun mematahkan buluh yang terkulai. Kata Yesus kepadanya, Akulah kebangkitan dan hidup (ay. 25-26). Ada dua hal yang Kristus tekankan supaya Marta percaya, berkenaan dengan kesulitan yang sedang dialaminya. Kedua hal itu juga merupakan sesuatu yang harus kita imani saat menghadapi perkara serupa.

Pertama, Kuasa Kristus, kuasa-Nya yang berdaulat: Akulah kebangkitan dan hidup, sumber kehidupan, pemimpin dan pelaku kebangkitan. Marta percaya bahwa melalui doa-Nya, Allah akan memberikan apa saja, tetapi Kristus hendak memberitahukannya bahwa melalui perkataan-Nya, Ia dapat melakukan apa saja. Marta mengimani kebangkitan di akhir zaman, tetapi Kristus memberitahukannya bahwa Ia memiliki kuasa di tangan-Nya, sehingga orang-orang mati pun akan mendengar suara-Nya (5:25). Dengan demikian, mudah saja untuk menyimpulkan bahwa Dia yang dapat membangkitkan seisi dunia orang yang telah mati berabad-abad lamanya di dunia ini, pasti dapat pula melakukan hal yang sama terhadap satu orang yang telah mati selama empat hari saja. Perhatikan, kebenaran mengenai Yesus Kristus sebagai kebangkitan dan hidup merupakan penghiburan yang tidak terucapkan bagi seluruh orang Kristen yang saleh. Kebangkitan adalah kembali kepada kehidupan. Kristus adalah pencipta kebangkitan dan kehidupan dari kembalinya orang kepada hidup itu. Kita menanti-nantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan dunia yang akan datang. Kristus adalah keduanya, yaitu pencipta dan dasar dari kedua hal tersebut, dan juga dasar pengharapan kita akan keduanya. 

Kedua, janji-janji yang terkandung dalam kovenan yang baru itu, yang memperdalam pengharapan kita bahwa kita akan hidup. 

Perhatikanlah: 

a. Untuk siapa janji-janji tersebut dibuat, yaitu bagi semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus, bagi semua orang yang mengakui dan percaya Yesus Kristus sebagai satu-satunya Perantara dalam pendamaian dan persekutuan antara Allah dan manusia, yang menerima pernyataan yang telah diberikan Allah melalui firman-Nya mengenai Anak-Nya, dan secara tulus menaatinya dan berlaku sesuai dengan maksud-maksud agung yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, syarat dari janji yang terakhir itu dapat diungkapkan demikian: Setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, yang bisa saja diartikan sebagai:

(a) Kehidupan jasmani: Setiap orang yang hidup di dunia ini, tidak masalah apakah dia orang Yahudi atau bukan-Yahudi, di mana pun dia tinggal, jika ia percaya kepada Kristus, maka ia akan hidup karena-Nya. Akan tetapi, pengertian ini memiliki keterbatasan waktu: Setiap orang selama ia hidup, selama dia ada di dalam masa ujian di dunia ini, percaya kepada-Ku, akan berbahagia di dalam-Ku, namun setelah kematian, segalanya sudah terlambat. Setiap orang yang hidup dan percaya, yaitu, yang hidup oleh iman (Gal. 2:20), memiliki iman yang mempengaruhi perilakunya. Atau juga,

(b) Kehidupan rohani: Orang yang hidup dan yang percaya adalah orang yang dilahirkan kembali melalui iman ke dalam kehidupan sorgawi dan ilahi. Bagi orang demikian, hidup adalah Kristus, yaitu menjadikan Kristus sebagai kehidupan jiwanya.

b. Hal-hal yang dijanjikan adalah (ay. 25): Ia akan hidup walaupun ia sudah mati, bahkan, tidak akan mati selama-lamanya (ay. 26). Manusia terdiri atas raga dan jiwa, dan kebahagiaan telah disediakan bagi keduanya.

(a) Bagi raga: Inilah janji kebangkitan yang membahagiakan itu. Meskipun tubuh akan mati karena dosa (dan tidak ada obat yang bisa mencegah kematian itu), namun tubuh itu akan hidup lagi. Di sini, seluruh kesulitan yang menyertai kematian tidak dipersoalkan, dan dianggap tidak ada apa-apanya. Meskipun hukuman mati itu adil, meskipun akibat kematian itu menakutkan, meskipun belenggu kematian begitu kencang, meskipun orang akan mati dan dikuburkan, mati dan membusuk, dan meskipun abu jasadnya akan bercampur dengan debu lainnya sampai tidak ada seorang pun yang dapat membedakannya lagi, apalagi memisahkannya, dan Anda bisa saja memikirkan hal-hal terburuk lainnya dari sisi gelap seperti itu, tetapi kita bisa yakin bahwa ia akan hidup lagi: ia akan dibangkitkan lagi sebagai tubuh yang penuh kemuliaan.

(b) Bagi jiwa: Inilah janji dari kekekalan yang membahagiakan. Orang yang hidup dan percaya, yang, setelah bersatu dengan Kristus melalui iman, kehidupan rohaninya disokong oleh persekutuan itu, ia tidak akan mati selama-lamanya. Kehidupan rohani itu tidak akan pernah memudar, melainkan disempurnakan dalam kehidupan yang kekal. Menurut sifat rohaninya sendiri, jiwa itu tidak bisa mati. Karena itu, jika dengan iman jiwa itu menjalankan kehidupan yang rohani, sejalan dengan sifatnya tadi, maka kebahagiaannya juga akan abadi. Jiwa seperti itu tidak akan pernah mati, tidak akan merasakan apa pun lagi selain kenyamanan dan kebahagiaan, dan kehidupannya tidak akan terganggu ataupun terhenti sebagaimana kehidupan tubuh jasmani. Tubuh yang fana itu akhirnya akan ditelan oleh hidup, tetapi kehidupan jiwa yang percaya akan segera ditelan oleh kekekalan setelah dia mati. Dia tidak akan mati, eis ton aiōna, selama-lamanya -- Non morietur in æternum, seperti yang dikutip oleh Cyprianus (seorang martir abad ketiga Masehi -- pen.). Tubuh tidak akan selamanya mati di dalam kubur, tetapi hanya mati (seperti kedua saksi itu) untuk sesaat saja, untuk sementara waktu, dan bila waktu itu sudah tidak ada lagi dan semua pembagiannya dihitung dan diakhiri, maka masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalamnya. Tetapi bukan itu saja, jiwa-jiwa itu tidak akan menderita kematian yang kekal, tidak akan mati selama-lamanya. Berbahagia dan kuduslah, artinya, terberkati dan berbahagialah ia yang melalui imannya mendapat bagian dalam kebangkitan pertama, mendapat bagian dalam Kristus yang merupakan kebangkitan itu sendiri, sebab kematian kedua, yang merupakan kematian kekal, tidak berkuasa lagi atas mereka (6:40). Kristus pun bertanya kepada Marta, "Percayakah engkau akan hal ini? Dapatkah engkau mengimaninya dan berlaku seturut imanmu itu? Percayakah engkau akan perkataan-Ku tadi?" Perhatikan, setelah kita membaca atau mendengarkan firman Kristus mengenai hal-hal besar di dunia yang akan datang, hendaknya kita bersungguh-sungguh menanyakannya kepada diri kita sendiri, "Percayakah kita akan hal ini, khususnya kebenaran ini, kebenaran ini yang disertai dengan begitu banyak kesukaran, yang sesuai dengan perkara yang sedang kuhadapi ini? Apakah imanku akan kebenaran itu nyata bagiku sehingga jiwaku pun diyakinkan mengenainya, sehingga aku tidak hanya dapat berkata, aku percaya akan hal itu, tetapi juga, karena itulah aku percaya akan hal itu?" Marta ingin sekali saudaranya dibangkitkan di dunia ini. Sebelum Kristus memberinya harapan akan hal itu, Ia sudah mengarahkan pikirannya ke kehidupan lain di dunia yang lain: "Lupakanlah dulu yang satu itu, tetapi percayakah engkau akan hal yang Kukatakan padamu tentang kehidupan di masa yang akan datang ini?" Salib yang kita pikul dan kenyamanan yang kita nikmati pada masa kini sebenarnya tidak akan begitu tertanam kuat dalam diri kita jika saja kita mempercayai hal-hal kekekalan sebagaimana yang seharusnya kita perbuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Prayer In The Morning

  Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8  Let the morning bring me word of your unfailin...