Sabtu, Maret 16, 2024

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT TEOLOGI "Keindahan Firman Tuhan, dalam ; Mazmur 19 :8-11, Mazmur 119, dan Ulangan 6 : 4-9"


TUGAS MATA KULIAH
FILSAFAT TEOLOGI

Keindahan Firman Tuhan, dalam ;
Mazmur 19 :8-11, Mazmur 119, dan Ulangan 6 : 4-9

Hasil gambar untuk STT RMK

DISUSUN OLEH
DIAN VIVIAN MANUMPIL,SS



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI RUMAH MURID KRISTUS
BITUNG
2020

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran, untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang layak atau tidak untuk dilakukan, yang dapat memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) bagi diri sendiri. Manusia secara umum merupakan makhluk pribadi dan makhluk sosial. Karena manusia bukan hanya hidup bagi diri sendiri saja manusia perlu bantuan dari orang lain serta berinteraksi dengan setiap objek di sekelilingnya. Maka sebab itu manusia merupakan makhluk pribadi sekaligus sosial.
Manusia pada umumnya senang dengan sesuatu yang indah. Ada pendapat dalam dunia filsafat seni, dalam kajian sastra khususnya, bahwa manusia adalah makhluk pemuja keindahan. Melalui panca indera manusia menikmati keindahan dan setiap saat, dan tidak dapat berpisah darinya, serta selalu berupaya untuk menikmatinya. Manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan, lingkungan, dan sebagainya agar supaya segala yang kelihatan itu akan mempesona dan menyenangkan bagi setiap orang yang melihatnya. Hal itu menunjukkan bahwa manusia sangat mencintai keindahan, dan keindahan menjadi konsumsi vital bagi indera manusia.
      Keindahan itu sendiri sering diutarakan kepada situasi tertentu, arti kata keindahan yaitu berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran, dan sesuatu yang indah itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya tidak indah.
                Keindahan bersifat universal, artinya keindahan yang tak terikat oleh selera perorangan, waktu, tempat atau daerah tertentu, bersifat menyeluruh. Segala sesuatu yang mempunyai sifat indah antara lain segala hasil seni, pemandangan alam, manusia dengan segala anggota tubuhnya dan lain sebagainya
            Hikmat merupakan keindahan dari kekudusan. Yakobus berkata “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik”. (Yak. 3:17).
Dari mana hikmat berasal? Hikmat berasal dari surga (1:5). Charles Spurgeon menulis, “Hikmat adalah keindahan hidup yang hanya bisa dihasilkan karya Allah dalam diri kita.”
KEINDAHAN FIRMAN DALAM
MAZMUR 19 :8-11, MAZMUR 119, DAN ULANGAN 6 : 4-9


1.      Mazmur 19 : 8-11 
19:7 (19-8)     Taurat TUHAN  itu sempurna, menyegarkan jiwa;  peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.
19:8 (19-9)     Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.
19:9 (19-10)   Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil  semuanya,
19:10 (19-11)     lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.

      Lembaga Alkitab Indonesia, memberi judul "Kemuliaan TUHAN dalam pekerjaan tangan-Nya dan dalam Taurat-Nya". Pasal 19 ini terdiri atas 15 ayat, dan dalam KJV terdiri atas 14 ayat (lihat "Penomoran Ayat"). Pasal ini dibacakan sebagai bagian persiapan Ibadah Yahudi pada hari Sabat pagi dan pada hari-hari raya.
      Secara keseluruhan pasal 19 dibagi dalam tiga bagian:
a.   Melukiskan keagungan ciptaan TUHAN dan bagaimana ciptaan itu memberi kesaksian keberadaan TUHAN pada semua bangsa.
b.   Menggambarkan Keindahan Hukum-hukum TUHAN yang tidak berubah.
c.   Doa Daud untuk meminta ampun atas kesalahan serta perlindungan untuk tidak berbuat kesalahan.
Daud menaikkan Pujian atas kemuliaan Tuhan dalam pekerjaan tangan-Nya, dan dalam Taurat-Nya. Ia menggunakan bahasa kiasan di dalam menuliskan Mazmur ini, tentang bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan mengenai kemuliaan Allah atau Allah sendiri
Pada ayat 8–11 Daud menceritakan bahwa Taurat Tuhan atau perintah Tuhan adalah benar dan tulus, sehingga diibaratkan lebih indah daripada emas dan lebih manis dari pada madu.
Ayat 8          :  Taurat Tuhan begitu sempurna menguasai setiap manusia.
Ayat 9          :  Titah Tuhan itu tepat dan murni serta menyukakan hati.
Ayat 10-11   :  Takut akan Tuhan adalah suci hukum-hukum Tuhan itu benar dan adil, serta lebih indah dari emas dan lebih manis dari tetesan madu.
Dalam suratnya di Roma 1:20, rasul Paulus mengacu pada mazmur ini, di mana kekuatan dan keilahian Allah yang tidak kelihatan itu dapat dilihat dalam bentuk ciptaanNya, sehingga manusia tidak bisa mengingkari keberadaan Allah.
Kekayaan taurat membuktikan keasliannya, yang direkomendasikan kepada kecintaan umat, dan harus dipuji di atas dari semua hukum-hukum yang berlaku. Ini merupakan dampak atau pengaruh yang baik dari hukum di atas pikiran dari manusia, dan menunjukkan kegunaan dibuatnya Taurat atau Firman Tuhan ini, serta betapa baiknya kemanjurannya dalam menunjukkan janji Anugrah Tuhan yang berjalan seirama dengan  taurat itu.
Ayat-ayat ini terjalin dengan baik dalam pararelisme, Taurat diuraikan dalam natur dan kualitasnya. Untuk alasan puitis pararelisme, kata-kata yang lain digunakan secara sinonim untuk “Taurat Tuhan” sinonim itu adalah; “penyaksian Tuhan”, “Peraturan Tuhan”, “Ketakutan akan Tuhan”, dan “peraturan-peraturan Tuhan”. Karena kualitas inilah Taurat atau Firman Tuhan, orang-orang yang percaya Tuhan di dalam tiap generasi dibawa kepada keadaan untuk menghargai dan mengaplikasikan Firman Tuhan setiap hari. Orang-orang percaya patut dan harus untuk memuji dan menyembah Tuhan karena keindahan di dalam hukumNya.
Sifat, keuntungan, dan nilai dari hukum dan Firman Tuhan dalam pasal 19:8-11 ini dapat dilihat dalam beberapa bagian, yakni;
1)   "Taurat" -- istilah umum bagi penyataan kehendak Allah yang mengerahkan orang dalam hubungan yang benar dengan diri-Nya (ayat Maz 19:8).
2)   "Peraturan" -- Firman Allah yang benar memberikan kesaksian tentang sifat dan kehendak-Nya (1Yoh 5:9), yang dapat menjadikan kita bijaksana jika kita mempelajarinya (Maz 19:8).
3)   "Titah" -- peraturan-peraturan tertentu mengenai hidup benar yang merupakan sukacita orang saleh (Maz 19:9).
4)   "Perintah" -- sumber yang absah dari terang yang menuntun orang percaya yang mencari jalan-Nya (Maz 19:9; Kis 26:18); tanggapan yang tepat kepada perintah Allah ialah "takut akan Tuhan" yang mendatangkan kebebasan dari kehidupan yang berdosa (Mazm 19:10).
5)   "Hukum" -- hukum-hukum yang mengatur kehidupan sosial yang mendatangkan keadilan dan kebenaran (Maz 19:10). Hukum Tuhan melebihi apapun yang manusia banggakan di dunia ini. (11)
1.1 Keindahan Firman Tuhan
“Sempurna dan Menyegarkan Jiwa”
19:7 (19-8)     Taurat TUHAN  itu sempurna, menyegarkan jiwa; 
Taurat Tuhan itu sempurna, benar-benar bersih dari segala kenajisan, benar-benar dipenuhi oleh segala hal yang baik dan betul-betul cocok dengan tujuan yang telah dirancangkan baginya, dan akan membuat hamba Allah sempurna (2 Tim. 3:17). Tidak boleh ada yang ditambahkan atau dikurangi darinya.Taurat Tuhan menjadi peraturan hukum yang sempurna, teguh dan murni. Menjadi pembimbing, penuntun, serta sumber hikmat bagi orang-orang muda dan yang tak berpengalaman. Keindahan Firman Tuhan memberi kita kekuatan yang baru dan menyegarkan setiap jiwa kita. Titah Tuhan itu memberi kekuatan dalam segala hal. “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." Roma 1:16-17. Firman Tuhan adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap kita. Saat kita rajin membaca Alkitab berarti kita sedang memasukan Firman Allah dalam hidup kita. “Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Matius 4:4. Makanan rohani orang percaya adalah Firman Tuhan. Senangi membaca Firman Tuhan sebab Firman Tuhanlah yang member kita kekuatan.

            “Memberi Hikmat”
19:7 (19-8)b   peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.
Firman Tuhan memberi hikmat kepada orang pecaya. Bila kita mengingat ada lima kecerdasan manusia, IQ: Intellegensi Quotient adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah secara logis. EQ: Emosinal Quotient, Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik, dan berhubungan dengan orang lain, kemampuan untuk mengendalikan emosi. CQ: Creativity Quotient adalah potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu  yang merupakan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya, kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru. SQ: Spiritual Quotient yaitu sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan kepada Tuhan. Orang yang memiliki SQ yang tinggi mampu memaknai kehidupan. AQ: Adversity Qountient adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Daud merupakan salah satu contoh tokoh Alkitb yang memiliki Hikmat dan kecerdasan yang tinggi, apapun masalah yang ada ia tetap percaya bahwa Tuhan mereka-rekakan yang baik buat kehidupannya, apapun masalahnya ia mampu mengatasi segala tantangan yang ada, dengan berpegang kepada Firman Tuhan. Rajin membaca Firman Tuhan membuat kita lebih berhikmat dalam menghadapi pergumulan hidup.
           
            “Menyukakan Hati”
19:8 (19-9)     Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.
Titah Tuhan itu tepat, benar-benar sesuai dengan aturan-aturan dan pegangan-pegangan kekal mengenai hal yang baik dan yang jahat, yaitu sesuai dengan akal sehat manusia dan hikmat Allah yang benar. Semua titah Allah mengenai segala sesuatu itu benar (119:128), seperti yang seharusnya. Titah itu akan membimbing kita kepada kebenaran jika kita menerima dan mematuhinya, sebab titah Tuhan itu tepat dan menyukakan hati.
Firman Tuhan itu menyukakan hati kita. Salah satu tujuan Alkitab ditulis adalah agar kita berbahagia, sebab Injil adalah kabar baik. Dalam Mazmur 1:1-3, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
Perintah Tuhan itu murni. Jernih, tanpa sedikit pun kegelapan di dalamnya. Bersih, tanpa noda atau kotoran. Perintah itu sendiri telah dimurnikan dari segala kecemaran dan bersifat menyucikan semua orang yang menerima dan memeluknya. Perintah itu merupakan sarana biasa yang dipakai Roh untuk membuat mata terang. Mata manusia dapat melihat (secara rohani) dengan baik dan tepat apa yang baik dan benar. Menerangi mata berarti baik memberi daya maupun pengertian dan paham akan Kebenaran Firman Tuhan. Ia membuat kita bahagia, dan menyukakan hati kita.

            “Suci”
19:9 (19-10)   Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil  semuanya,
Takut akan Tuhan itu suci, bersih, dan akan membersihkan kita (Yoh. 15:3). Ia akan mempertahankan kelakuan bersih kita (Mzm. 119:9). Dan takut akan Tuhan itu tetap ada untuk selamanya, merupakan kewajiban yang harus dilakukan terus-menerus dan tidak bisa dibatalkan. Hukum lahiriah (yang hanya berupa upacara semata) telah lama berlalu, tetapi hukum tentang takut akan Allah selalu tetap sama. Waktu tidak akan mengubah sifat moral yang baik dan yang jahat.
Hukum-hukum Tuhan itu benar. Hukum-hukum itu didasarkan pada kebenaran yang paling sakral dan tidak dapat dipungkiri lagi. Hukum-hukum itu adil, seluruhnya berkesuaian dengan keadilan alamiah, dan semuanya demikian adanya: tidak ada kecurangan di dalam hukum-hukum itu, semuanya merupakan satu kesatuan.

“Lebih Manis”
19:10 (19-11)     lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.
Firman Tuhan lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. Apapun kepahitan hidup kita, Firman Tuhan itu manis dan akan menghilangkan segala kepahitan hidup kita. Firman Tuhan seperti madu yang begitu saja keluar dari sarang lebah tanpa diperas. Madu yang dianggap paling halus dan paling lezat. Sebab itu Firman Tuhan lebih berharga dari apapun yang ada di dunia ini. Melebihi emas yang berharga. Takut akan Tuhan berarti melakukan kebenaran Tuhan yang adalah adil dan benar.
Jadi, Mazmur 19 mulai ayat 8 sampai dengan 11 Daud menggambarkan Allah sebagai Allah yang hidup, aktif, selalu berbicara dengan manusia dan memberikan segala aturan untuk manusia. Itulah Allah yang memberikan Taurat atau Firman-Nya. Dalam perspektif Perjanjian Baru, Firman Allah itu adalah Allah sendiri yang telah menjadi manusia (Yesus Kristus) yang sejak semula bersama-sama dengan Allah dan segala sesuatu dijadikan oleh Allah ( Yoh 1:1-18); Di dalam Firman Allah, Allah menyatakan diri dengan jelas sebagai Allah  yang sempurna, tak berubah, tepat, murni, suci. Taurat atau Firman Allah yang diberikan pada manusia itu bersifat:  menyegarkan jiwa, memberi hikmat, menyukakan hati, membuat manusia hidup takut akan Tuhan, membuat manusia bebas dari tindakan-tindakan yang tak disadari (8-11). Tujuan utama Allah memberikan Taurat/Firman-Nya bagi Daud selain memampukan manusia untuk memahami karya ciptaan dan menyembah-Nya, untuk memperingatkan orang percaya, menuntun orang percaya dan sebagai aturan yang teguh dalam menjalani hidup agar tidak tersesat. Taurat Tuhan diberikan pada umat-Nya melalui Musa sebagai petunjuk dan penuntun hidup umat agar menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan.  Buat hidup manusia makin dekat, takut dan menyembah Tuhan dalam hidup. Itu berarti setiap orang percaya harus beri diri dan hati dikuasai Firman dan aturan Tuhan agar jalani hidup secara baik dan benar sesuai kehendak Tuhan.
2.      Mazmur 119 : 1-176
Mazmur 119 ditulis oleh Daud, Raja Israel, untuk menyatakan kekaguman dan memuji Firman Allah. Mazmur 119 merupakan mazmur yang paling panjang dan mazmur yang mempunyai konsep paling formal serta rumit. Mazmur 119 memiliki 22 bagian, masing-masing terdiri atas delapan ayat.
Prinsip akrostik sangat dikembangkan dalam mazmur ini, dengan menggunakan dua puluh empat huruf dari abjad Ibrani. Masing-masing stanza atau bait terdiri dari delapan baris, dimulai dengan huruf yang menjadi ciri khas bait tersebut. Susunan artifisial namun artistik ini menimbulkan suasana monoton tertentu karena banyaknya pengulangan kata-kata dan frasa-frasa. Tetapi, keadaan monoton yang mekanis ini diatasi oleh tingginya pengabdian pemazmur sendiri pada ajaran-ajaran Allah.
Pola gaya penulisan akrostik ini, pemazmur membuat serangkaian pernyataan mengenai “Taurat” (Ajaran Allah), dan orang-orang yang melakukannya, sering pula diselingi dengan doa.
Keindahan Firman Tuhan dapat dilihat dari kesepuluh kata dibawah ini :

1.         Taurat TUHAN, karena Taurat ditetapkan oleh-Nya sebagai Kedaulatan tertinggi atas kita.
2.         Jalan-Nya, karena jalan-Nya adalah ketentuan perihal penyelenggaraan-Nya dan juga ketaatan kita.
3.         Peringatan-peringatan-Nya, (kjv: “kesaksian”) karena peringatan-peringatan ini sungguh-sungguh telah dinyatakan kepada dunia dan telah terbukti tidak mengandung pertentangan di dalamnya.
4.         Perintah-perintah-Nya, karena perintah-perintah ini diberikan dengan kuasa, dan (seperti yang ditunjukkan kata itu) tinggal di dalam kita dalam bentuk kepercayaan.
5.         Titah-titah-Nya, karena titah-titah ini dikeluarkan bagi kita, dan tidak boleh dibiarkan begitu saja.
6.         Firman-Nya atau perkataan-Nya, karena firman itu merupakan pengungkapan buah pikiran-Nya, dan Kristus, Sang Firman kekal yang hakiki, menjadi segala-galanya di dalam Firman-Nya itu.
7.         Hukum-hukum-Nya, karena hukum-hukum-Nya dibingkai dalam kebijaksanaan yang tidak terbatas, dan karena dengan hukum inilah kita akan menghakimi dan dihakimi.
8.         Keadilan-Nya, karena semua hukum-Nya itu kudus, adil, dan baik, serta menjadi pedoman dan norma keadilan.
9.         Ketetapan-ketetapan-Nya, karena ketetapan-ketetapan itu bersifat tetap dan pasti, serta menjadi kewajiban turun-temurun.
10.       Kebenaran atau kesetiaan-Nya, karena dasar-dasar yang di atasnya Taurat ilahi dibangun merupakan kebenaran kekal.
Mazmur yang pada dasarnya adalah sebuah syair didaktis ini berbentuk sebuah kesaksian pribadi. Kendatipun syair tersebut berisi kiasan-kiasan mengenai penganiayaan dan memperlihatkan ciri-ciri khas tertentu dari ratapan, tujuan utamanya ialah mengagungkan Tôrâ (Taurat atau Ajaran Allah). Pemazmur menujukan hampir setiap ayat untuk Allah, dengan menggunakan berbagai bentuk permohonan. Pada saat bersamaan, dia menggunakan sinonim tertentu untuk Taurat itu, kecuali pada tujuh ayat. Seperti penggambaran sepuluh kata diatas, yakni; taurat, peringatan-peringatan, titah-titah, hukum-hukum, perintah-perintah, ketetapan-ketetapan, perkataan-perkataan, firman, hidup, dan jalan. Mungkin, ketika memakai sepuluh istilah tersebut untuk menerangkan Taurat Allah, dia sedang mengikuti petunjuk dari Mazmur 19:8-10, di mana enam sinonim untuk taurat itu dipergunakan.
Mazmur ini mengungkapkan kasih yang agung untuk firman Allah yang tertulis. Firman Allah disebutnya sebagai janji, perintah, pedoman, kesaksian, ajaran, hikmat, kebenaran, keadilan, dan teguran. Firman Allah disajikan sebagai penghiburan, perlindungan, harta, patokan hidup, kebahagiaan hati dan jiwa, dan sumber jawaban segala kebutuhan.
Pemazmur mengungkapkan kasih yang mendalam bagi Allah dengan membaca, merenungkan, dan mendoakan Firman-Nya. Ia mengajarkan bahwa kita akan bertumbuh dalam kasih karunia dan kebenaran hanya bila kasih akan Firman itu bertumbuh dalam diri kita.
Daud sangat menyukai pengaturan ketat bentuk puisi yang kompleks ini, dan bukan hanya itu, Daud juga adalah seorang yang sangat suka menyelidiki Taurat itu sendiri. Dalam mazmur kita melihat bagaimana ia dengan bersungguh-sungguh serta tekun berusaha keras untuk mengerti Taurat itu. Ia menghafalkannya. Ia rindu mengetahui lebih banyak. Ia tidak membiarkan suatu apapun mengalihkan perhatiannya dari Taurat itu.
Firman Allah memerintah kehidupan Daud dan mengendalikan tingkah lakunya, memberikan kepadanya pengharapan dan damai, memimpinnya kepada kehidupan. Keyakinannya terhadap firman Allah begitu besar, dan ia sangat sedih apabila melihat firman itu dilanggar. Sekalipun di masa ini kita memiliki berbagai bentuk cetakan Alkitab, namun kecintaan Daud terhadap firman Allah begitu besar pada saat itu. Kita dapat mempelajari dari Daud bagaimana seharusnya kita menghargai, mencintai, menghormati, menghayati, dan melakukan firman Tuhan dalam hidup kita.

2.1 Keindahan Firman Tuhan
1-8. Berkat karena Ketaatan. Berbahagialah ... yang hidup menurut Taurat Tuhan. Tema mazmur ini dikemukakan di sini secara jelas. Perhatikan bahwa sebagian besar dari sepuluh kata sinonim untuk taurat digunakan dalam bait pertama.
9-16. Cara Menjaga Kekudusan. Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Pertanyaan dan jawaban disesuaikan dengan penekanan para penulis Hikmat. Kapan pun dalam sejarah, jawaban untuk persoalan-persoalan anak muda ialah agar memperhatikan Firman Allah dengan cara merenungkannya (ay. 15) dan menyimpannya dalam hati (ay. 11) dan dengan menceritakannya kepada orang lain (ay. 13).
17-24. Kegemaran akan Pengalaman. Peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku. Kegemaran ini didasarkan pada pengalamannya yang lalu dengan Allah, dalam masa-masa penganiayaan. Nada duka serta kerinduan melintasi stanza ini, tetapi bagian tersebut berakhir dengan sukacita.
25-32. Kekuatan dalam Pengertian. Hidupkanlah ... ajarkanlah ... buatlah aku mengerti. Bahaya yang dihadapi pemazmur menyebabkan dia membutuhkan kekuatan serta penghiburan. Dia menyadari bahwa hidup yang sangat diinginkannya datang dari pengertian akan ajaran-ajaran Allah.
33-40. Kebutuhan akan Petunjuk. Perlihatkanlah ... aku hendak memegangnya. Melalui frasa demi frasa pembicara memohon petunjuk Allah untuk mengatur hidupnya dan untuk menjauhkan dirinya dari kebodohan.
41-48. Keberanian untuk Bersaksi. Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku. Permohonan akan pertolongan ini bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan didorong oleh keinginan untuk dapat memberi jawab kepada orang yang mencela aku. Lebih jauh, si pembicara menyatakan bahwa dia akan bersaksi kepada raja-raja tanpa malu-malu.
49-56. Sumber Penghiburan. Ingatlah firman yang Kaukatakan kepada hamba-Mu ... inilah penghiburanku. Pada masa sengsara, ajaran Allah menjadi penopangnya dan nyanyian mazmur bagiku di rumah yang kudiami sebagai orang asing.
57-64. Ketetapan Hati untuk Setia. Aku telah berjanji untuk berpegang pada firman-firman-Mu. Memikirkan jalan-jalan hidupnya membawa dia pada satu titik di mana dia dapat mengalihkan kakinya menuju peringatan-peringatan Allah. Sikap terima kasihnya terbukti melalui janji untuk bangun pada tengah malam guna bersyukur kepada Allah.
65-72. Hukuman berupa Penindasan. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku. Setelah berjalan tidak benar sebelum datang penindasan, pemazmur kini melihat maksud yang baik, dalam penderitaannya.
73-80. Adilnya Hukuman. Biarlah orang-orang yang kurang ajar mendapat malu. Sesudah sekali lagi menyuarakan hasratnya akan pengertian, dia memohon berkat-berkat Allah untuk dirinya dan malu bagi musuh-musuhnya. Keinginannya yang terakhir ialah agar dia bisa menguatkan iman orang lain.
81-88. Harapan dalam Kegelapan. Habis jiwaku ... aku berharap kepada firman-Mu. Melalui rangkaian sedu-sedan, pemazmur mengungkapkan harapannya dan ketetapan hatinya dalam saat yang paling gelap. Setiap dia memohon penghiburan, dia menegaskan kerinduannya untuk setia.
89-96. Kemenangan Iman. Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa (ay. 92). Harapan yang terdapat pada bait sebelumnya berubah menjadi kemenangan yang pasti di sini. Dia menegaskan bahwa dia tidak akan pernah melupakan titah-titah Allah, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku.
97-104. Kebahagiaan ke dalam Pencerahan. Betapa kucintai Taurat-Mu! Dengan tidak memakai permohonan Yang lazim, pemazmur menceritakan bagaimana dia mempelajari Taurat Allah dan dia menjadi lebih bijaksana daripada para musuhnya, para pengajarnya, dan orang-orang yang lebih tua. Penekanannya di sini lebih pada Taurat itu sendiri sebagai sumber pengetahuan bukan pada akal pikiran yang dibawa sejak lahir.
105-112. Terang Kehidupan. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Perjalanan rohani pemazmur dalam hidup ini dibimbing oleh Firman Allah. Kemudian dia berjanji mengikuti ke mana terang itu memimpinnya dan apa pun bahaya yang mungkin dihadapinya.
113-120. Dorongan Kesetiaan. Engkaulah persembunyianku dan perisaiku. Perbedaan tajam yang dibuat antara orang tidak beriman dengan pemazmur menekankan kesetiaan sang pemazmur. Kesetiaan ini memberinya rasa aman dan dorongan untuk menghadapi masa yang akan datang Taurat Allah.
121-128. Waktu untuk Intervensi. Waktu untuk bertindak telah tiba bagi Tuhan. Setelah menyatakan bahwa dia akan mengikuti kebenaran, pemazmur meminta Allah bertindak. Begitu hebatnya para penindasnya telah mengabaikan Taurat Allah, sehingga mereka layak menerima hukuman ilahi.
129-136. Keajaiban Pencerahan. Peringatan-peringatan-Mu ajaib. Keajaiban paling besar ialah terang dari dalam batin yang memberikan pengertian bahkan kepada orang-orang bodoh. Hati pemazmur sedih melihat orang-orang yang tidak taat kepada
137-144. Tantangan Keadilan. Engkau adil, ya Tuhan. Konsep keadilan Allah di sini ditonjolkan dalam ayat 137, 138, 142, dan 144. Karena Allah adil, maka hukum-hukum dan peringatan-peringatan-Nya selamanya juga adil.
145-152. Kepastian dari Doa. Aku berseru ... jawablah aku, ya Tuhan. Dengan mengingat banyak doa yang selama itu ia panjatkan tanpa henti untuk memohon pertolongan ilahi, dia berseru kembali memohon kuasa yang menghidupkan dari Allah. Kemudian dia menegaskan kembali imannya bahwa Tuhan ada dekat dan ajaran-Nya adalah kebenaran.
153-160. Kesadaran akan Kebutuhan. Lihatlah sengsaraku dan luputkanlah aku. Perulangan kata-kata hidupkanlah aku pada ayat 154, 156, dan 159 secara jelas menunjukkan betapa hebat kesengsaraan si pembicara serta pemahamannya tentang kebutuhan pribadinya. Pemazmur mempunyai harapan dan keyakinan bahwa selama-lamanya hukuman-hukuman Allah itu adil.
161-168. Ketenteraman di dalam Kasih. Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu. Bahkan ketika musuh-musuh mengejar, pemazmur merasakan ketenteraman yang tumbuh dari kecintaannya akan Taurat Allah. Perhatikan bahwa di sini tidak muncul permintaan apa pun, seperti dalam ayat 97-104.
169-176. Ketetapan Hati untuk Setia. Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian. Pemazmur meringkaskan pesannya dengan berseru meminta pertolongan rohani lebih lanjut, sementara dia menyatakan niatnya untuk berdiri teguh di atas dasar ajaran-ajaran Allah.
Permohonan yang menutup rangkaian panjang Mazmur ps. 119 ini, sebenarnya merupakan pengakuan kerendah-hatian pemazmur. Walaupun selama ini ia telah mempertahankan hidup taat dan setia terhadap Firman Tuhan, tekanan yang bertubi-tubi dari pihak musuh dapat saja membuat ia lemah dan tidak mawas diri sampai dosa kesombongan menjeratnya jatuh.
Dengan pengakuan yang merendahkan hati seperti itu, pemazmur hendak mengingatkan kita semua agar waspada terhadap segala tipu daya yang dapat membawa kita keluar dari menikmati Firman Tuhan. Kita harus melawan dan sedikit pun tidak boleh menyerah terhadap hujatan orang yang meremehkan Firman Tuhan sebagai tidak relevan untuk hidup ini. Sebaliknya, kita harus ikrarkan tekad untuk mengiring Tuhan senantiasa sehingga kita dapat menikmati hadirat-Nya lewat persekutuan dalam Firman-Nya (162-167). Kita harus terbuka di hadapan Tuhan agar Firman- Nya senantiasa mengoreksi hidup kita (168).
Dua hal bisa kita lakukan dengan meneladani pemazmur. Pertama, kita tidak boleh lengah. Jangan sedikit pun kita biarkan fokus kita beralih dari Tuhan kepada dunia. Kedua, kita harus selalu terbuka kepada teguran firman Tuhan. Siap berpaling dari pelanggaran yang sudah disingkapkan oleh firman dan terimalah perbaikan dari Tuhan Yesus, agar kita menjadi lebih sempurna dalam ketaatan dan kesetiaan pada firman-Nya.

3.   Ulangan 6 : 4-9
Sebagian besar orang Kristen maupun orang Yahudi meyakini bahwa kitab Ulangan ditulis oleh Musa sebelum kematiannya pada sekitar tahun 1405 SM. Tema kitab ini tentang ‘Pembaharuan Perjanjian’ dimana Musa menyampaikan pidato kepada orang Israel sebelum memasuki tanah Kanaan.
Kitab ini berisi amanat perpisahan Musa yang dalamanya ia mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel demi angkatan Israel yang baru. Mereka kini sudah mencapai akhir dari pengembaraahan dipadang gurun dan siap masuk kekanaan. Sebagian besar angkatan ini tidak mengingat paskah yang pertama, penyebrangan laut merah atau pemberian hukum digunung Sinai. Mereka memerlukan pengisahan kembali yang bersemangat mengenai perjanjian hukum taurat, dan kesetian Allah dan suatu pernyataan baru mengenai berbagai berkat yang menyertai ketaatan dan kutuk yang menyertai ketidaktaatan. Berbeda dengan kitab Bilangan yang mencatat pengembaraan “ angkatan keluaran” bangsa Israel yang memberontak selama 39 tahun, kitab ulangan meliputi masa yang pendek sekitar satu bulan pada satu tempat didaratan moab sebelah timur Yerikho dan sungai Yordan.
Ulangan ditulis oleh Musa ( 39: 9,24-26; bd 4: 44-46; 29:1) dan diwariskan kepda Israel sebagai dokumen perjanjian untuk dibacakan seluruhnya dihadapan seluruh bangsa setiap 7 tahun ( 31: 10-13). Musa mungkin menyelesaikan penulisan kitab ini menjelang kematiannya sekitar tahun 1405 SM.
      Ulangan 6, oleh lembaga Alkitab Indonesia diberi judul “Kasih kepada Allah adalah Perintah yang Utama”. Ayat 4-9, Ibrani  ש מ ע (shāma)  yang berarti to hear intelligently (mendengarkan dengan penuh perhatian dan ketaatan), give ear (memberi telinga), understand (mengerti). Bagian ini sangat di kenal orang yahudi pada zaman Yesus karena di ucapkan setiap hari oleh orang Yahudi yang saleh dan secara tetap dalam kebaktian di sinagoge. Shema ini merupakan pernyataan terbaik tetang kodrat monotheistis Allah dan merupakan pernyataan bangsa Israel (1) untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan dan (2) untuk mengajarkan iman mereka dengan tekun kepada anak mereka.
3.1 Keindahan Firman Tuhan
“Keesaan”
Ayat 4 -- bersama dengan ayat Ul 6:5-9; 11:13-21; Bil 15:37-41 -- mengajarkan monoteisme; doktrin ini menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang esa dan benar, bukan sekelompok dewa, yang berbeda-beda, dan mahakuasa di antara semua dewa dan roh di dunia ini (Kel 15:11). Allah ini harus dijadikan satu-satunya sasaran kasih dan ketaatan Israel (ayat Ul 6:4-5). Aspek "keesaan" ini merupakan dasar dari larangan untuk menyembah dewa lainnya (Kel 20:3). Ayat ini tidak bertentangan dengan penyataan Allah tritunggal dalam PB yang sekalipun satu hakikat, dimanifestasikan sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Mat 3:17, Mr 1:11 untuk ulasan tentang tabiat tritunggal Allah).

“Kasihilah Tuhan, Allahmu”
      Ayat 5, Allah mendambakan persekutuan dengan umat-Nya dan memberikan mereka satu perintah yang sangat perlu ini untuk mengikat mereka kepada-Nya.
1)   Dengan menanggapi kasih-Nya dengan kasih, rasa bersyukur, dan kesetiaan (Ul 4:37), mereka akan mengenal dan bergembira karena Dia dalam hubungan perjanjian.
2)   Pada "perintah yang utama dan pertama" ini bersamaan dengan perintah yang kedua untuk mengasihi sesama manusia (bd. Im 19:18), tergantunglah seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat 22:37-40).
3)   Ketaatan sejati kepada Allah dan perintah-perintah-Nya dimungkinkan hanya apabila itu bersumber pada iman dan kasih kepada Allah (bd. Ul 7:9; 10:12; 11:1,13,22; 13:3; 19:9; 30:6,16,20; dan Yoh 14:15; Yoh 21:16; 1Yoh 4:19; Mat 22:39).

Apa Yang Kuperintahkan ... Engkau perhatikan”
Ayat 6, Allah benar-benar menginginkan bahwa firman-Nya tersimpan dalam hati umat-Nya (Mazm 119:11; Yer 31:33). Rasul Paulus menyatakan dengan jelas, "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu" (Kol 3:16; bd. 2Tim 3:15-17). Hal ini hanya dapat dicapai dengan terus-menerus mempelajari Alkitab hari lepas hari (Mazm 119:97-100; Yoh 8:31-32); salah satu cara ialah membaca seluruh PB dua kali setiap tahun dan PL satu kali (Yes 29:13;Yak 1:21).
“ Mengajarkannya Berulang-Ulang Kepada Anak-Anakmu”
Ayat 7, salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (ayat Ul 6:5) ialah mempedulikan kesejahteraan rohani anak-anak kita dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.
1) Pembinaan rohani anak-anak seharusnya merupakan perhatian utama semua orang-tua (Mazm 103:13; Luk 1:17; 2Tim 3:3).
2) Pengarahan rohani harus berpusat di rumah, dan melibatkan ayah dan ibu. Pengabdian kepada Allah di dalam rumah tangga wajib dilakukan; hal itu adalah perintah langsung dari Tuhan (ayat Ul 6:7-9; bd. Ul 21:18; Kel 20:12; Im 20:9; Ams 1:8; 6:20; 2Tim 1:5).
3) Tujuan dari pengarahan oleh orang-tua ialah mengajar anak-anak untuk takut akan Tuhan, berjalan pada jalan-Nya, mengasihi dan menghargai Dia, serta melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa (Ul 10:12; Ef 6:4).
4) Orang percaya harus dengan tekun memberikan kepada anak-anaknya pendidikan yang berpusatkan Allah di mana segala sesuatu dihubungkan dengan Allah dan jalan-jalan-Nya (Ul 4:9; 11:19; 32:46; Kej 18:19; Kel 10:2; 12:26-27; 13:14-16; Yes 38:19).

“Mengajar Melalui Simbol-Simbol”
      Pengajaran di ayat 7 dilakukan secara verbal. Pengajaran di ayat 8-9 lebih ke arah visual. Keduanya penting. Yang satu tidak meniadakan yang lain. Yang satu tidak menggantikan yang lain.
Jikalau kita mengamati kehidupan bangsa Israel, anak-anak sejak kecil sudah diperkenalkan dan dikondisikan dengan nuansa relijius. Bayi laki-laki disunat pada hari ke-8. Pada perayaan-perayaan tertentu, ayah memimpin doa dan menerangkan makna di balik setiap ritual. Walaupun anak-anak mungkin tidak sepenuhnya memahami hal itu, namun kebiasaan ini tetap perlu untuk dilakukan. Pada waktu anak-anak beranjak dewasa, mereka akan memahami makna di balik setiap simbol tersebut.
Yang perlu ditekankan di sini adalah maknanya. Kata “tanda” atau “lambang” di ayat 8-9 secara eksplisit mendorong kita untuk melangkah lebih jauh daripada sekadar simbol relijius. Apa yang ditandakan, itulah yang terpenting. Sebuah tanda tidak berguna apabila tidak mengarahkan seseorang pada realita yang ditandakan.
Sayangnya, sebagian orang Yahudi telah memahami perintah ini secara hurufiah. Mereka benar-benar meletakkan kutipan firman TUHAN di dahi, lengan, intu rumah dan pintu gerbang. Tindakan ini pada dirinya sendiri memang tidak salah. Namun, jikalau tindakan ini tidak disertai dengan pemahaman yang benar dan ketaatan yang sungguh, semua itu hanyalah simbol tanpa makna.
Meletakkan firman TUHAN di tempat-tempat tertentu (tangan, dahi, pintu rumah, dan pintu gerbang) menyiratkan otoritas firman Allah pada wilayah-wilayah tersebut. Bukan sekadar ornamen yang menimbulkan kesan mistis. Bukan pula sebuah dekorasi yang memberi kesan estetika tinggi. Ini tentang pengakuan terhadap otoritas firman Allah dalam kehidupan seseorang.  
Kata “tangan” melambangkan tindakan. Kita melakukan semua aktivitas menggunakan tangan. Artinya, apapun yang kita lakukan harus mewujudkan kasih kita kepada TUHAN. Kebenaran menghasilkan kesalehan. Kitab suci menghasilkan budi pekerti.
Kata “dahi” (LAI:TB/NASB/NIV) sebenarnya kurang begitu tepat. Kata Ibrani yang digunakan lebih mengarah pada area di antara dua mata KJV/ASV/RSV/ESV). Ini berbicara tentang cara pandang. Bukan hanya apa yang sebaiknya dipandang, melainkan bagaimana kita memandang segala sesuatu. Bagaimana, bukan sekadar apa.
Meletakkan firman TUHAN di pintu rumah dan pintu gerbang menandakan sebuah pergeseran dari wilayah personal (tindakan dan penilaian) ke wilayah sosial (relasi dengan komunitas). Spiritualitas pribadi tidak pernah berhenti pada diri sendiri. Keintiman dengan TUHAN bukan pengasingan dari lingkungan. Sebaliknya, kualitas kerohanian seringkali tergambar jelas dalam kehidupan bersama orang lain.
Rumah merupakan tempat di mana ada perlindungan dan perhatian. Ada keamanan dan kasih sayang. Ada kenyamanan dan kedekatan. Semua ini bukan hanya harus ada dalam suatu keluarga, tetapi keberadaannya dinafasi oleh nilai-nilai firman Tuhan. Bukan sembarang moralitas. Bukan sekadar filantropi manusiawi.
Pintu gerbang merupakan tempat berkumpul para pemimpin kota. Para tua-tua biasanya mengambil keputusan-keputusan penting di sana. Meletakkan firman Tuhan di pintu gerbang berarti mengakui otoritas firman Tuhan dalam setiap keputusan yang diambil.
Di dalam konteks kekristenan, tidak ada yang lebih penting untuk diajarkan kepada anak-anak selain Injil Yesus Kristus yang benar dan menghidupkan. Kematian-Nya yang menyelesaikan persoalan terbesar kita, yaitu dosa. Kebangkitan-Nya yang mengalahkan ketakutan terbesar kita, yaitu kematian. Kasih Kristus yang dcurahkan oleh Roh Kudus ke dalam hati kita akan memampukan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap totalitas kehidupan kita. Kasih itu pula yang mendorong kita untuk mendidik anak-anak dalam kebenaran. Tanpa kuasa Roh Kudus melalui injil, anak-anak tidak akan sanggup untuk mengerti, mengakui, dan mempercayai kebenaran.

Kesimpulan
            Dari uraian di atas, sesuai dengan judul tugas Filsafat Teologi mengenai “Keindahan Firman Tuhan dalam Mazmur 19:8-11, Mazmur 119, dan Ulangan 6:4-9” dapat ditarik kesimpulan bahwa Firman Tuhan bertujuan untuk membaharui hidup manusia yang telah jatuh dalam dosa. Tepat seperti konsep ortodoks mengenai wahyu Allah, wahyu khusus diberikan Allah karena manusia telah jatuh dalam dosa sehingga kerusakan akibat dosa membuat manusia tidak mampu mengenal Allah yang benar melalui wahyu umum. Namun di dalam keseluruh kitab suci yang Allah berikan kepada manusia, Allah menyatakan kehendakNya dalam bagian-bagian yang lebih detil. Dalam pengertian tertentu, kita dapat membedakan mana yang disebut sebagai hukum dan mana bagian yang disebut Injil kasih karunia.
Dalam perspektif kristiani, hidup berarti hubungan – antara Allah dan manusia. Sebagai Pencipta manusia, Allah sangat mengetahui bagaimana manusia seharusnya hidup. Seluruh keberadaan, kecendrungan, kesukaan dan segala hal yang berhubungan dengan manusia dirancang sedemikian rupa oleh Tuhan.
Kristenan yang baik haruslah mempertimbangkan kebenaran-kebenaran Tuhan dalam menciptakan keindahannya. Jika kita melihat proses penciptaan alam semesta, kita akan melihat solusi dari berbagai dilema yang dialami oleh para filsuf sepanjang zaman. Misalnya, Tuhan tidak mencipta untuk membuktikan diri, tapi menyatakan diri. Tuhan tidak pernah membuat ciptaan yang identik, jadi seni non-representatif itu sah, tetapi sekedar meniru karya orang lain tidak sah. Ciptaan penuh dengan representasi, yaitu hal-hal yang memiliki kemiripan, misalnya ayah-anak, sehingga seni representatif yang konservatif itu tidak dapat dikatakan kurang kreatif. Ciptaan yang beragam itu tetap mencerminkan satu style yang unik dari Tuhan, jadi subjektifitas dalam keindahan penting juga. Tuhan tidak pernah memisahkan fungsi dari estetika; Ia menciptakan tubuh manusia superior baik secara fungsional maupun estetis. Terakhir, Tuhan tidak membuat hirarki keindahan; semua ciptaan sama-sama diciptakan dengan ketelitian tinggi. Dari lalat sampai gajah, dari atom sampai galaksi Tuhan ciptakan dengan nilai estetis dan fungsional yang tinggi, dalam cover Firman Tuhan.
Keindahan dalam Mazmur 19:8-11, Mazmur 119, dan Ulangan 6:4-9, bagi orang Ibrani adalah cerminan perasaan keindahan mereka bersama Tuhan. Pengalaman keindahan orang Ibrani yang tertinggi ada pada lingkup pengalaman religiusnya. Mereka diteguhkan, dikuatkan, dihiburkan, dituntun dalam jalan kebenaran Tuhan, dan ganjaran untuk berbahagia bila hidup menurut Taurat Tuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Prayer In The Morning

  Prayer To God in the Morning Psalm 143:8 New International Version (NIV) 8  Let the morning bring me word of your unfailin...