TUGAS MATA KULIAH
FILSAFAT TEOLOGI
Keindahan Firman Tuhan, dalam ;
Mazmur 19
:8-11, Mazmur 119, dan Ulangan 6 : 4-9
DISUSUN OLEH
DIAN VIVIAN MANUMPIL,SS
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI RUMAH MURID KRISTUS
BITUNG
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk
lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran, untuk berfikir secara
logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang layak atau tidak untuk dilakukan, yang
dapat
memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) bagi diri sendiri. Manusia secara umum merupakan makhluk pribadi dan
makhluk sosial. Karena manusia
bukan hanya hidup bagi diri sendiri saja manusia perlu bantuan dari orang lain serta berinteraksi dengan setiap objek di sekelilingnya. Maka sebab itu manusia merupakan makhluk pribadi sekaligus sosial.
Manusia pada umumnya senang dengan sesuatu yang
indah. Ada pendapat dalam dunia filsafat seni, dalam kajian sastra
khususnya, bahwa manusia adalah
makhluk pemuja keindahan. Melalui panca indera manusia menikmati keindahan dan
setiap saat, dan tidak dapat berpisah darinya, serta selalu berupaya untuk menikmatinya. Manusia setiap waktu memperindah
diri, pakaian, rumah, kendaraan, lingkungan, dan sebagainya agar supaya segala yang kelihatan itu akan mempesona dan menyenangkan bagi setiap orang yang melihatnya. Hal itu menunjukkan bahwa manusia sangat mencintai
keindahan, dan keindahan menjadi konsumsi vital bagi indera manusia.
Keindahan itu sendiri sering diutarakan kepada situasi tertentu, arti kata keindahan
yaitu berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik,
elok, molek dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran, dan sesuatu yang indah itu selalu mengandung
kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal
itu pada prinsipnya tidak indah.
Keindahan bersifat
universal, artinya keindahan yang tak terikat oleh selera perorangan, waktu,
tempat atau daerah tertentu, bersifat menyeluruh. Segala sesuatu yang mempunyai
sifat indah antara lain segala hasil seni, pemandangan alam, manusia dengan
segala anggota tubuhnya dan lain sebagainya
Hikmat merupakan keindahan dari kekudusan. Yakobus berkata “Tetapi
hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah,
penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak
munafik”. (Yak.
3:17).
Dari mana hikmat berasal?
Hikmat berasal dari surga (1:5). Charles Spurgeon menulis, “Hikmat adalah
keindahan hidup yang hanya bisa dihasilkan karya Allah dalam diri kita.”
KEINDAHAN FIRMAN DALAM
MAZMUR 19 :8-11, MAZMUR 119, DAN ULANGAN 6 : 4-9
1.
Mazmur 19 : 8-11
19:7 (19-8) Taurat
TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh,
memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.
19:8 (19-9) Titah
TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata
bercahaya.
19:9 (19-10) Takut
akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar,
adil semuanya,
19:10 (19-11) lebih
indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari
pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.
Lembaga Alkitab Indonesia, memberi judul
"Kemuliaan TUHAN dalam pekerjaan tangan-Nya dan dalam Taurat-Nya".
Pasal 19 ini terdiri atas 15 ayat, dan dalam KJV terdiri atas 14 ayat (lihat
"Penomoran Ayat"). Pasal ini dibacakan sebagai bagian persiapan Ibadah Yahudi
pada hari Sabat
pagi dan pada hari-hari raya.
Secara keseluruhan pasal 19 dibagi dalam tiga bagian:
a. Melukiskan keagungan
ciptaan TUHAN dan bagaimana ciptaan itu memberi kesaksian keberadaan TUHAN pada
semua bangsa.
b. Menggambarkan Keindahan
Hukum-hukum TUHAN yang tidak berubah.
c. Doa Daud untuk meminta
ampun atas kesalahan serta perlindungan untuk tidak berbuat kesalahan.
Daud menaikkan Pujian atas kemuliaan
Tuhan dalam pekerjaan tangan-Nya, dan dalam Taurat-Nya. Ia menggunakan bahasa
kiasan di dalam menuliskan Mazmur ini, tentang bagaimana manusia dapat
memperoleh pengetahuan mengenai kemuliaan Allah atau Allah sendiri
Pada ayat 8–11 Daud
menceritakan bahwa Taurat Tuhan atau perintah Tuhan adalah benar dan
tulus, sehingga diibaratkan lebih indah daripada emas dan lebih manis
dari pada madu.
Ayat 8 : Taurat
Tuhan begitu sempurna menguasai setiap manusia.
Ayat 9 : Titah
Tuhan itu tepat dan murni serta menyukakan hati.
Ayat 10-11 : Takut
akan Tuhan adalah suci hukum-hukum Tuhan itu benar dan adil, serta lebih indah
dari emas dan lebih manis dari tetesan madu.
Dalam suratnya di Roma 1:20,
rasul Paulus
mengacu pada mazmur ini, di mana kekuatan dan keilahian Allah yang tidak
kelihatan itu dapat dilihat dalam bentuk ciptaanNya, sehingga manusia tidak
bisa mengingkari keberadaan Allah.
Kekayaan taurat membuktikan
keasliannya, yang direkomendasikan kepada kecintaan umat, dan harus dipuji di atas
dari semua hukum-hukum yang berlaku. Ini merupakan dampak atau pengaruh yang
baik dari hukum di atas pikiran dari manusia, dan menunjukkan kegunaan dibuatnya
Taurat atau Firman Tuhan ini, serta betapa baiknya kemanjurannya dalam
menunjukkan janji Anugrah Tuhan yang berjalan seirama dengan taurat itu.
Ayat-ayat ini terjalin dengan baik dalam
pararelisme, Taurat diuraikan dalam natur dan kualitasnya. Untuk alasan puitis pararelisme, kata-kata yang lain
digunakan secara sinonim untuk “Taurat Tuhan” sinonim itu adalah; “penyaksian
Tuhan”, “Peraturan Tuhan”, “Ketakutan akan Tuhan”, dan “peraturan-peraturan
Tuhan”. Karena kualitas inilah Taurat atau Firman Tuhan, orang-orang yang
percaya Tuhan di dalam tiap generasi dibawa kepada keadaan untuk menghargai dan
mengaplikasikan Firman Tuhan setiap hari. Orang-orang percaya patut dan harus
untuk memuji dan menyembah Tuhan karena keindahan di dalam hukumNya.
Sifat, keuntungan, dan
nilai dari hukum dan Firman Tuhan dalam pasal 19:8-11 ini dapat dilihat dalam
beberapa bagian, yakni;
1) "Taurat" --
istilah umum bagi penyataan kehendak Allah yang mengerahkan orang dalam
hubungan yang benar dengan diri-Nya (ayat Maz 19:8).
2) "Peraturan" --
Firman Allah yang benar memberikan kesaksian tentang sifat dan kehendak-Nya (1Yoh 5:9),
yang dapat menjadikan kita bijaksana jika kita mempelajarinya (Maz 19:8).
3) "Titah" --
peraturan-peraturan tertentu mengenai hidup benar yang merupakan sukacita orang
saleh (Maz 19:9).
4) "Perintah" --
sumber yang absah dari terang yang menuntun orang percaya yang mencari
jalan-Nya (Maz 19:9;
Kis 26:18);
tanggapan yang tepat kepada perintah Allah ialah "takut akan Tuhan"
yang mendatangkan kebebasan dari kehidupan yang berdosa (Mazm 19:10).
5) "Hukum" --
hukum-hukum yang mengatur kehidupan sosial yang mendatangkan keadilan dan
kebenaran (Maz 19:10).
Hukum Tuhan melebihi apapun yang manusia banggakan di dunia ini. (11)
1.1
Keindahan Firman Tuhan
“Sempurna
dan Menyegarkan Jiwa”
19:7
(19-8) Taurat
TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa;
Taurat Tuhan itu sempurna, benar-benar bersih dari
segala kenajisan, benar-benar dipenuhi oleh segala hal yang baik dan
betul-betul cocok dengan tujuan yang telah dirancangkan baginya, dan akan
membuat hamba Allah sempurna (2 Tim. 3:17).
Tidak boleh ada yang ditambahkan atau dikurangi darinya.Taurat Tuhan menjadi peraturan hukum yang sempurna, teguh dan
murni. Menjadi pembimbing, penuntun, serta sumber hikmat bagi orang-orang muda
dan yang tak berpengalaman. Keindahan Firman Tuhan memberi kita kekuatan yang
baru dan menyegarkan setiap jiwa kita. Titah Tuhan itu memberi kekuatan dalam
segala hal. “Sebab aku mempunyai keyakinan
yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin
kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh
iman." Roma 1:16-17. Firman Tuhan adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap kita. Saat kita rajin membaca Alkitab berarti kita sedang
memasukan Firman Allah dalam hidup kita. “Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup
bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah." Matius 4:4. Makanan rohani orang percaya adalah Firman Tuhan.
Senangi membaca Firman Tuhan sebab Firman Tuhanlah yang member kita kekuatan.
“Memberi Hikmat”
19:7
(19-8)b peraturan
TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.
Firman Tuhan memberi hikmat
kepada orang pecaya. Bila kita mengingat ada lima kecerdasan manusia, IQ:
Intellegensi Quotient adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan
bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif. Kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah secara logis. EQ:
Emosinal Quotient, Kemampuan
untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan
baik, dan berhubungan dengan orang lain, kemampuan untuk mengendalikan
emosi. CQ: Creativity Quotient adalah potensi seseorang
untuk memunculkan sesuatu yang merupakan penemuan-penemuan baru dalam
bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya, kemampuan
untuk menciptakan ide-ide baru. SQ: Spiritual
Quotient yaitu sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan kepada Tuhan. Orang
yang memiliki SQ yang tinggi mampu memaknai kehidupan. AQ: Adversity Qountient adalah kemampuan /
kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan
mampu mengatasi tantangan hidup. Daud merupakan salah satu
contoh tokoh Alkitb yang memiliki Hikmat dan kecerdasan yang tinggi, apapun
masalah yang ada ia tetap percaya bahwa Tuhan mereka-rekakan yang baik buat
kehidupannya, apapun masalahnya ia mampu mengatasi segala tantangan yang ada,
dengan berpegang kepada Firman Tuhan. Rajin membaca Firman Tuhan membuat kita
lebih berhikmat dalam menghadapi pergumulan hidup.
“Menyukakan Hati”
19:8
(19-9) Titah
TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata
bercahaya.
Titah Tuhan itu tepat, benar-benar sesuai dengan aturan-aturan dan
pegangan-pegangan kekal mengenai hal yang baik dan yang jahat, yaitu sesuai
dengan akal sehat manusia dan hikmat Allah yang benar. Semua titah Allah
mengenai segala sesuatu itu benar (119:128),
seperti yang seharusnya. Titah itu akan membimbing kita kepada kebenaran jika
kita menerima dan mematuhinya, sebab titah Tuhan itu tepat dan menyukakan hati.
Firman
Tuhan itu menyukakan hati kita. Salah satu tujuan Alkitab ditulis adalah agar
kita berbahagia, sebab Injil adalah kabar baik. Dalam
Mazmur 1:1-3, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang
fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang
merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi
aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu
daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
Perintah Tuhan itu murni. Jernih, tanpa sedikit
pun kegelapan di dalamnya. Bersih, tanpa noda atau kotoran. Perintah itu
sendiri telah dimurnikan dari segala kecemaran dan bersifat menyucikan semua
orang yang menerima dan memeluknya. Perintah itu merupakan sarana biasa yang
dipakai Roh untuk membuat mata terang. Mata manusia dapat melihat (secara rohani) dengan baik dan tepat
apa yang baik dan benar. Menerangi
mata berarti baik memberi
daya maupun pengertian dan paham akan Kebenaran Firman Tuhan. Ia membuat kita bahagia, dan menyukakan
hati kita.
“Suci”
19:9
(19-10) Takut
akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar,
adil semuanya,
Takut akan Tuhan itu suci, bersih, dan akan membersihkan kita (Yoh. 15:3).
Ia akan mempertahankan kelakuan bersih kita (Mzm. 119:9).
Dan takut akan Tuhan itu tetap ada
untuk selamanya, merupakan
kewajiban yang harus dilakukan terus-menerus dan tidak bisa dibatalkan. Hukum
lahiriah (yang hanya berupa upacara semata) telah lama berlalu, tetapi hukum
tentang takut akan Allah selalu tetap sama. Waktu tidak akan mengubah sifat
moral yang baik dan yang jahat.
Hukum-hukum Tuhan itu benar. Hukum-hukum itu didasarkan pada
kebenaran yang paling sakral dan tidak dapat dipungkiri lagi. Hukum-hukum itu adil, seluruhnya berkesuaian dengan
keadilan alamiah, dan semuanya demikian
adanya: tidak ada kecurangan di dalam hukum-hukum itu, semuanya merupakan satu
kesatuan.
“Lebih Manis”
19:10 (19-11) lebih
indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari
pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.
Firman
Tuhan lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih
manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. Apapun kepahitan hidup kita, Firman Tuhan itu manis dan akan
menghilangkan segala kepahitan hidup kita. Firman Tuhan seperti madu yang
begitu saja keluar dari sarang lebah tanpa diperas. Madu yang dianggap paling
halus dan paling lezat. Sebab itu Firman Tuhan lebih berharga dari apapun yang
ada di dunia ini. Melebihi emas yang berharga. Takut akan Tuhan berarti
melakukan kebenaran Tuhan yang adalah adil dan benar.
Jadi, Mazmur 19 mulai
ayat 8 sampai dengan 11 Daud menggambarkan Allah sebagai Allah yang hidup,
aktif, selalu berbicara dengan manusia dan memberikan segala aturan untuk
manusia. Itulah Allah yang memberikan Taurat atau Firman-Nya. Dalam perspektif
Perjanjian Baru, Firman Allah itu adalah Allah sendiri yang telah menjadi
manusia (Yesus Kristus) yang sejak semula bersama-sama dengan Allah dan segala
sesuatu dijadikan oleh Allah ( Yoh 1:1-18); Di dalam Firman Allah, Allah
menyatakan diri dengan jelas sebagai Allah
yang sempurna, tak berubah, tepat, murni, suci. Taurat atau Firman Allah
yang diberikan pada manusia itu bersifat:
menyegarkan jiwa, memberi hikmat, menyukakan hati, membuat manusia hidup
takut akan Tuhan, membuat manusia bebas dari tindakan-tindakan yang tak
disadari (8-11). Tujuan utama Allah memberikan Taurat/Firman-Nya bagi Daud
selain memampukan manusia untuk memahami karya ciptaan dan menyembah-Nya, untuk
memperingatkan orang percaya, menuntun orang percaya dan sebagai aturan yang
teguh dalam menjalani hidup agar tidak tersesat. Taurat Tuhan diberikan pada
umat-Nya melalui Musa sebagai petunjuk dan penuntun hidup umat agar menjaga
hubungan yang harmonis dengan Tuhan.
Buat hidup manusia makin dekat, takut dan menyembah Tuhan dalam hidup.
Itu berarti setiap orang percaya harus beri diri dan hati dikuasai Firman dan
aturan Tuhan agar jalani hidup secara baik dan benar sesuai kehendak Tuhan.
2.
Mazmur 119 : 1-176
Mazmur 119 ditulis oleh Daud, Raja Israel, untuk menyatakan
kekaguman dan memuji Firman Allah. Mazmur 119 merupakan mazmur yang paling
panjang dan mazmur yang mempunyai konsep paling formal serta rumit. Mazmur 119
memiliki 22 bagian, masing-masing terdiri atas delapan ayat.
Prinsip akrostik sangat
dikembangkan dalam mazmur ini, dengan menggunakan dua puluh empat huruf dari
abjad Ibrani. Masing-masing stanza atau bait terdiri dari delapan baris,
dimulai dengan huruf yang menjadi ciri khas bait tersebut. Susunan artifisial
namun artistik ini menimbulkan suasana monoton tertentu karena banyaknya
pengulangan kata-kata dan frasa-frasa. Tetapi, keadaan monoton yang mekanis ini
diatasi oleh tingginya pengabdian pemazmur sendiri pada ajaran-ajaran Allah.
Pola gaya penulisan akrostik ini,
pemazmur membuat serangkaian pernyataan mengenai “Taurat” (Ajaran Allah), dan
orang-orang yang melakukannya, sering pula diselingi dengan doa.
Keindahan Firman Tuhan dapat dilihat dari kesepuluh kata dibawah ini :
1.
Taurat TUHAN, karena Taurat ditetapkan oleh-Nya sebagai Kedaulatan
tertinggi atas kita.
2.
Jalan-Nya, karena jalan-Nya adalah ketentuan perihal
penyelenggaraan-Nya dan juga ketaatan kita.
3.
Peringatan-peringatan-Nya, (kjv: “kesaksian”) karena
peringatan-peringatan ini sungguh-sungguh telah dinyatakan kepada dunia dan telah terbukti tidak mengandung
pertentangan di dalamnya.
4.
Perintah-perintah-Nya, karena perintah-perintah ini diberikan
dengan kuasa, dan (seperti yang ditunjukkan kata itu) tinggal di dalam kita
dalam bentuk kepercayaan.
5.
Titah-titah-Nya, karena titah-titah ini dikeluarkan bagi kita, dan
tidak boleh dibiarkan begitu saja.
6.
Firman-Nya atau perkataan-Nya, karena firman itu merupakan
pengungkapan buah pikiran-Nya, dan Kristus, Sang Firman kekal yang hakiki,
menjadi segala-galanya di dalam Firman-Nya itu.
7.
Hukum-hukum-Nya, karena hukum-hukum-Nya dibingkai dalam
kebijaksanaan yang tidak terbatas, dan karena dengan hukum inilah kita akan
menghakimi dan dihakimi.
8.
Keadilan-Nya, karena semua hukum-Nya itu kudus, adil, dan baik,
serta menjadi pedoman dan norma keadilan.
9.
Ketetapan-ketetapan-Nya, karena ketetapan-ketetapan itu bersifat
tetap dan pasti, serta menjadi kewajiban turun-temurun.
10.
Kebenaran
atau kesetiaan-Nya, karena dasar-dasar yang di atasnya Taurat ilahi
dibangun merupakan kebenaran kekal.
Mazmur yang pada dasarnya
adalah sebuah syair didaktis ini berbentuk sebuah kesaksian pribadi. Kendatipun
syair tersebut berisi kiasan-kiasan mengenai penganiayaan dan memperlihatkan
ciri-ciri khas tertentu dari ratapan, tujuan utamanya ialah mengagungkan Tôrâ
(Taurat atau Ajaran Allah). Pemazmur menujukan hampir setiap ayat untuk Allah,
dengan menggunakan berbagai bentuk permohonan. Pada saat bersamaan, dia
menggunakan sinonim tertentu untuk Taurat itu, kecuali pada tujuh ayat. Seperti
penggambaran sepuluh kata diatas, yakni; taurat, peringatan-peringatan,
titah-titah, hukum-hukum, perintah-perintah, ketetapan-ketetapan,
perkataan-perkataan, firman, hidup, dan jalan. Mungkin, ketika memakai sepuluh
istilah tersebut untuk menerangkan Taurat Allah, dia sedang mengikuti petunjuk
dari Mazmur 19:8-10,
di mana enam sinonim untuk taurat itu dipergunakan.
Mazmur ini mengungkapkan
kasih yang agung untuk firman Allah yang tertulis. Firman Allah disebutnya
sebagai janji, perintah, pedoman, kesaksian, ajaran, hikmat, kebenaran,
keadilan, dan teguran. Firman Allah disajikan sebagai penghiburan,
perlindungan, harta, patokan hidup, kebahagiaan hati dan jiwa, dan sumber
jawaban segala kebutuhan.
Pemazmur mengungkapkan kasih
yang mendalam bagi Allah dengan membaca, merenungkan, dan mendoakan Firman-Nya.
Ia mengajarkan bahwa kita akan bertumbuh dalam kasih karunia dan kebenaran
hanya bila kasih akan Firman itu bertumbuh dalam diri kita.
Daud sangat menyukai
pengaturan ketat bentuk puisi yang kompleks ini, dan bukan hanya itu, Daud juga
adalah seorang yang sangat suka menyelidiki Taurat itu sendiri. Dalam mazmur
kita melihat bagaimana ia dengan bersungguh-sungguh serta tekun berusaha keras
untuk mengerti Taurat itu. Ia menghafalkannya. Ia rindu mengetahui lebih
banyak. Ia tidak membiarkan suatu apapun mengalihkan perhatiannya dari Taurat
itu.
Firman Allah memerintah
kehidupan Daud dan mengendalikan tingkah lakunya, memberikan kepadanya
pengharapan dan damai, memimpinnya kepada kehidupan. Keyakinannya terhadap
firman Allah begitu besar, dan ia sangat sedih apabila melihat firman itu
dilanggar. Sekalipun di masa ini kita memiliki berbagai bentuk cetakan Alkitab,
namun kecintaan Daud terhadap firman Allah begitu besar pada saat itu. Kita
dapat mempelajari dari Daud bagaimana seharusnya kita menghargai, mencintai,
menghormati, menghayati, dan melakukan firman Tuhan dalam hidup kita.
2.1 Keindahan Firman Tuhan
1-8. Berkat karena Ketaatan. Berbahagialah ... yang hidup menurut
Taurat Tuhan. Tema mazmur ini dikemukakan di sini secara jelas. Perhatikan
bahwa sebagian besar dari sepuluh kata sinonim untuk taurat digunakan dalam
bait pertama.
9-16. Cara Menjaga Kekudusan. Dengan
apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Pertanyaan dan jawaban
disesuaikan dengan penekanan para penulis Hikmat. Kapan pun dalam sejarah,
jawaban untuk persoalan-persoalan anak muda ialah agar memperhatikan Firman
Allah dengan cara merenungkannya (ay. 15) dan
menyimpannya dalam hati (ay. 11) dan
dengan menceritakannya kepada orang lain (ay. 13).
17-24.
Kegemaran akan Pengalaman. Peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku.
Kegemaran ini didasarkan pada pengalamannya yang lalu dengan Allah, dalam
masa-masa penganiayaan. Nada duka serta kerinduan melintasi stanza ini, tetapi
bagian tersebut berakhir dengan sukacita.
25-32.
Kekuatan dalam Pengertian. Hidupkanlah ... ajarkanlah ... buatlah aku mengerti.
Bahaya yang dihadapi pemazmur menyebabkan dia membutuhkan kekuatan serta
penghiburan. Dia menyadari bahwa hidup yang sangat diinginkannya datang dari
pengertian akan ajaran-ajaran Allah.
33-40.
Kebutuhan akan Petunjuk. Perlihatkanlah ... aku hendak memegangnya. Melalui
frasa demi frasa pembicara memohon petunjuk Allah untuk mengatur hidupnya dan untuk
menjauhkan dirinya dari kebodohan.
41-48.
Keberanian untuk Bersaksi. Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku. Permohonan
akan pertolongan ini bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan didorong
oleh keinginan untuk dapat memberi jawab kepada orang yang mencela aku. Lebih
jauh, si pembicara menyatakan bahwa dia akan bersaksi kepada raja-raja tanpa
malu-malu.
49-56.
Sumber Penghiburan. Ingatlah firman yang Kaukatakan kepada hamba-Mu ... inilah
penghiburanku. Pada masa sengsara, ajaran Allah menjadi penopangnya dan
nyanyian mazmur bagiku di rumah yang kudiami sebagai orang asing.
57-64.
Ketetapan Hati untuk Setia. Aku telah berjanji untuk berpegang pada
firman-firman-Mu. Memikirkan jalan-jalan hidupnya membawa dia pada satu titik
di mana dia dapat mengalihkan kakinya menuju peringatan-peringatan Allah. Sikap
terima kasihnya terbukti melalui janji untuk bangun pada tengah malam guna
bersyukur kepada Allah.
65-72.
Hukuman berupa Penindasan. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku. Setelah
berjalan tidak benar sebelum datang penindasan, pemazmur kini melihat maksud
yang baik, dalam penderitaannya.
73-80.
Adilnya Hukuman. Biarlah orang-orang yang kurang ajar mendapat malu. Sesudah
sekali lagi menyuarakan hasratnya akan pengertian, dia memohon berkat-berkat
Allah untuk dirinya dan malu bagi musuh-musuhnya. Keinginannya yang terakhir
ialah agar dia bisa menguatkan iman orang lain.
81-88.
Harapan dalam Kegelapan. Habis jiwaku ... aku berharap kepada firman-Mu.
Melalui rangkaian sedu-sedan, pemazmur mengungkapkan harapannya dan ketetapan
hatinya dalam saat yang paling gelap. Setiap dia memohon penghiburan, dia
menegaskan kerinduannya untuk setia.
89-96.
Kemenangan Iman. Sekiranya Taurat-Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah
binasa (ay. 92).
Harapan yang terdapat pada bait sebelumnya berubah menjadi kemenangan yang
pasti di sini. Dia menegaskan bahwa dia tidak akan pernah melupakan titah-titah
Allah, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku.
97-104.
Kebahagiaan ke dalam Pencerahan. Betapa kucintai Taurat-Mu! Dengan tidak
memakai permohonan Yang lazim, pemazmur menceritakan bagaimana dia mempelajari
Taurat Allah dan dia menjadi lebih bijaksana daripada para musuhnya, para
pengajarnya, dan orang-orang yang lebih tua. Penekanannya di sini lebih pada Taurat
itu sendiri sebagai sumber pengetahuan bukan pada akal pikiran yang dibawa
sejak lahir.
105-112.
Terang Kehidupan. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Perjalanan rohani pemazmur dalam hidup ini dibimbing oleh Firman Allah.
Kemudian dia berjanji mengikuti ke mana terang itu memimpinnya dan apa pun
bahaya yang mungkin dihadapinya.
113-120.
Dorongan Kesetiaan. Engkaulah persembunyianku dan perisaiku. Perbedaan tajam
yang dibuat antara orang tidak beriman dengan pemazmur menekankan kesetiaan
sang pemazmur. Kesetiaan ini memberinya rasa aman dan dorongan untuk menghadapi
masa yang akan datang Taurat Allah.
121-128.
Waktu untuk Intervensi. Waktu untuk bertindak telah tiba bagi Tuhan. Setelah
menyatakan bahwa dia akan mengikuti kebenaran, pemazmur meminta Allah
bertindak. Begitu hebatnya para penindasnya telah mengabaikan Taurat Allah,
sehingga mereka layak menerima hukuman ilahi.
129-136.
Keajaiban Pencerahan. Peringatan-peringatan-Mu ajaib. Keajaiban paling besar
ialah terang dari dalam batin yang memberikan pengertian bahkan kepada
orang-orang bodoh. Hati pemazmur sedih melihat orang-orang yang tidak taat
kepada
137-144.
Tantangan Keadilan. Engkau adil, ya Tuhan. Konsep keadilan Allah di sini
ditonjolkan dalam ayat 137, 138, 142, dan
144. Karena Allah adil, maka hukum-hukum dan
peringatan-peringatan-Nya selamanya juga adil.
145-152.
Kepastian dari Doa. Aku berseru ... jawablah aku, ya Tuhan. Dengan mengingat
banyak doa yang selama itu ia panjatkan tanpa henti untuk memohon pertolongan
ilahi, dia berseru kembali memohon kuasa yang menghidupkan dari Allah. Kemudian
dia menegaskan kembali imannya bahwa Tuhan ada dekat dan ajaran-Nya adalah
kebenaran.
153-160.
Kesadaran akan Kebutuhan. Lihatlah sengsaraku dan luputkanlah aku. Perulangan
kata-kata hidupkanlah aku pada ayat 154, 156, dan 159
secara jelas menunjukkan betapa hebat kesengsaraan si pembicara serta
pemahamannya tentang kebutuhan pribadinya. Pemazmur mempunyai harapan dan
keyakinan bahwa selama-lamanya hukuman-hukuman Allah itu adil.
161-168.
Ketenteraman di dalam Kasih. Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang
mencintai Taurat-Mu. Bahkan ketika musuh-musuh mengejar, pemazmur merasakan
ketenteraman yang tumbuh dari kecintaannya akan Taurat Allah. Perhatikan bahwa
di sini tidak muncul permintaan apa pun, seperti dalam ayat 97-104.
169-176.
Ketetapan Hati untuk Setia. Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian. Pemazmur
meringkaskan pesannya dengan berseru meminta pertolongan rohani lebih lanjut,
sementara dia menyatakan niatnya untuk berdiri teguh di atas dasar
ajaran-ajaran Allah.
Permohonan yang menutup rangkaian
panjang Mazmur ps. 119 ini, sebenarnya merupakan pengakuan kerendah-hatian
pemazmur. Walaupun selama ini ia telah mempertahankan hidup taat dan setia
terhadap Firman Tuhan, tekanan yang bertubi-tubi dari pihak musuh dapat saja
membuat ia lemah dan tidak mawas diri sampai dosa kesombongan menjeratnya
jatuh.
Dengan pengakuan yang merendahkan hati
seperti itu, pemazmur hendak mengingatkan kita semua agar waspada terhadap
segala tipu daya yang dapat membawa kita keluar dari menikmati Firman Tuhan.
Kita harus melawan dan sedikit pun tidak boleh menyerah terhadap hujatan orang
yang meremehkan Firman Tuhan sebagai tidak relevan untuk hidup ini. Sebaliknya,
kita harus ikrarkan tekad untuk mengiring Tuhan senantiasa sehingga kita dapat
menikmati hadirat-Nya lewat persekutuan dalam Firman-Nya (162-167). Kita harus
terbuka di hadapan Tuhan agar Firman- Nya senantiasa mengoreksi hidup kita
(168).
Dua hal bisa kita lakukan dengan
meneladani pemazmur. Pertama, kita tidak boleh lengah. Jangan sedikit pun kita
biarkan fokus kita beralih dari Tuhan kepada dunia. Kedua, kita harus selalu
terbuka kepada teguran firman Tuhan. Siap berpaling dari pelanggaran yang sudah
disingkapkan oleh firman dan terimalah perbaikan dari Tuhan Yesus, agar kita
menjadi lebih sempurna dalam ketaatan dan kesetiaan pada firman-Nya.
3. Ulangan 6 : 4-9
Sebagian besar orang Kristen maupun orang Yahudi meyakini
bahwa kitab Ulangan ditulis oleh Musa sebelum kematiannya pada sekitar tahun
1405 SM. Tema kitab ini tentang ‘Pembaharuan Perjanjian’ dimana Musa
menyampaikan pidato kepada orang Israel sebelum memasuki tanah Kanaan.
Kitab ini berisi amanat perpisahan Musa yang dalamanya ia
mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel demi angkatan
Israel yang baru. Mereka kini sudah mencapai akhir dari pengembaraahan dipadang
gurun dan siap masuk kekanaan. Sebagian besar angkatan ini tidak mengingat
paskah yang pertama, penyebrangan laut merah atau pemberian hukum digunung
Sinai. Mereka memerlukan pengisahan kembali yang bersemangat mengenai
perjanjian hukum taurat, dan kesetian Allah dan suatu pernyataan baru mengenai
berbagai berkat yang menyertai ketaatan dan kutuk yang menyertai ketidaktaatan.
Berbeda dengan kitab Bilangan yang mencatat pengembaraan “ angkatan keluaran”
bangsa Israel yang memberontak selama 39 tahun, kitab ulangan meliputi masa
yang pendek sekitar satu bulan pada satu tempat didaratan moab sebelah timur
Yerikho dan sungai Yordan.
Ulangan ditulis oleh Musa ( 39: 9,24-26; bd 4: 44-46; 29:1)
dan diwariskan kepda Israel sebagai dokumen perjanjian untuk dibacakan
seluruhnya dihadapan seluruh bangsa setiap 7 tahun ( 31: 10-13). Musa mungkin
menyelesaikan penulisan kitab ini menjelang kematiannya sekitar tahun 1405 SM.
Ulangan 6, oleh lembaga
Alkitab Indonesia diberi judul “Kasih kepada Allah adalah Perintah yang Utama”.
Ayat 4-9, Ibrani ש מ ע (shāma)
yang berarti to hear intelligently (mendengarkan dengan penuh perhatian
dan ketaatan), give ear (memberi telinga), understand (mengerti).
Bagian ini sangat di kenal orang yahudi pada zaman Yesus karena di ucapkan
setiap hari oleh orang Yahudi yang saleh dan secara tetap dalam kebaktian di
sinagoge. Shema ini merupakan pernyataan terbaik tetang kodrat monotheistis
Allah dan merupakan pernyataan bangsa Israel (1) untuk mengasihi Allah dengan
segenap hati, jiwa dan kekuatan dan (2) untuk mengajarkan iman mereka dengan tekun
kepada anak mereka.
3.1 Keindahan Firman Tuhan
“Keesaan”
Ayat 4 -- bersama
dengan ayat Ul 6:5-9;
11:13-21; Bil 15:37-41
-- mengajarkan monoteisme; doktrin ini menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang
esa dan benar, bukan sekelompok dewa, yang berbeda-beda, dan mahakuasa di
antara semua dewa dan roh di dunia ini (Kel 15:11).
Allah ini harus dijadikan satu-satunya sasaran kasih dan ketaatan Israel (ayat Ul 6:4-5).
Aspek "keesaan" ini merupakan dasar dari larangan untuk menyembah
dewa lainnya (Kel 20:3).
Ayat ini tidak bertentangan dengan penyataan Allah tritunggal dalam PB yang
sekalipun satu hakikat, dimanifestasikan sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Mat 3:17,
Mr 1:11
untuk ulasan tentang tabiat tritunggal Allah).
“Kasihilah Tuhan, Allahmu”
Ayat 5, Allah mendambakan persekutuan dengan umat-Nya dan
memberikan mereka satu perintah yang sangat perlu ini untuk mengikat mereka
kepada-Nya.
1)
Dengan menanggapi kasih-Nya dengan
kasih, rasa bersyukur, dan kesetiaan (Ul 4:37),
mereka akan mengenal dan bergembira karena Dia dalam hubungan perjanjian.
2)
Pada "perintah yang utama dan
pertama" ini bersamaan dengan perintah yang kedua untuk mengasihi sesama
manusia (bd. Im 19:18),
tergantunglah seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat 22:37-40).
3)
Ketaatan sejati kepada Allah dan
perintah-perintah-Nya dimungkinkan hanya apabila itu bersumber pada iman dan
kasih kepada Allah (bd. Ul 7:9;
10:12; 11:1,13,22; 13:3; 19:9; 30:6,16,20; dan Yoh 14:15;
Yoh 21:16;
1Yoh 4:19;
Mat 22:39).
“Apa Yang Kuperintahkan ...
Engkau perhatikan”
Ayat 6, Allah benar-benar menginginkan bahwa
firman-Nya tersimpan dalam hati umat-Nya (Mazm 119:11;
Yer 31:33).
Rasul Paulus menyatakan dengan jelas, "Hendaklah perkataan Kristus diam
dengan segala kekayaannya di antara kamu" (Kol 3:16;
bd. 2Tim 3:15-17).
Hal ini hanya dapat dicapai dengan terus-menerus mempelajari Alkitab hari lepas
hari (Mazm 119:97-100;
Yoh 8:31-32);
salah satu cara ialah membaca seluruh PB dua kali setiap tahun dan PL satu kali
(Yes 29:13;Yak 1:21).
“ Mengajarkannya
Berulang-Ulang Kepada Anak-Anakmu”
Ayat 7, salah satu cara utama untuk
mengungkapkan kasih kepada Allah (ayat Ul 6:5)
ialah mempedulikan kesejahteraan rohani anak-anak kita dan berusaha menuntun
mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.
1) Pembinaan rohani anak-anak seharusnya
merupakan perhatian utama semua orang-tua (Mazm 103:13;
Luk 1:17;
2Tim 3:3).
2) Pengarahan rohani harus berpusat di
rumah, dan melibatkan ayah dan ibu. Pengabdian kepada Allah di dalam rumah
tangga wajib dilakukan; hal itu adalah perintah langsung dari Tuhan (ayat Ul 6:7-9;
bd. Ul 21:18;
Kel 20:12;
Im 20:9;
Ams 1:8; 6:20;
2Tim 1:5).
3) Tujuan dari pengarahan oleh orang-tua
ialah mengajar anak-anak untuk takut akan Tuhan, berjalan pada jalan-Nya,
mengasihi dan menghargai Dia, serta melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa (Ul 10:12;
Ef 6:4).
4) Orang percaya harus dengan tekun
memberikan kepada anak-anaknya pendidikan yang berpusatkan Allah di mana segala
sesuatu dihubungkan dengan Allah dan jalan-jalan-Nya (Ul 4:9;
11:19; 32:46; Kej 18:19;
Kel 10:2;
12:26-27; 13:14-16; Yes 38:19).
“Mengajar Melalui Simbol-Simbol”
Pengajaran di ayat 7 dilakukan secara verbal.
Pengajaran di ayat 8-9 lebih ke arah visual. Keduanya penting. Yang satu tidak
meniadakan yang lain. Yang satu tidak menggantikan yang lain.
Jikalau kita mengamati
kehidupan bangsa Israel, anak-anak sejak kecil sudah diperkenalkan dan
dikondisikan dengan nuansa relijius. Bayi laki-laki disunat pada hari ke-8.
Pada perayaan-perayaan tertentu, ayah memimpin doa dan menerangkan makna di
balik setiap ritual. Walaupun anak-anak mungkin tidak sepenuhnya memahami hal
itu, namun kebiasaan ini tetap perlu untuk dilakukan. Pada waktu anak-anak
beranjak dewasa, mereka akan memahami makna di balik setiap simbol tersebut.
Yang perlu ditekankan
di sini adalah maknanya. Kata “tanda” atau “lambang” di ayat 8-9 secara
eksplisit mendorong kita untuk melangkah lebih jauh daripada sekadar simbol
relijius. Apa yang ditandakan, itulah yang terpenting. Sebuah tanda tidak
berguna apabila tidak mengarahkan seseorang pada realita yang ditandakan.
Sayangnya, sebagian
orang Yahudi telah memahami perintah ini secara hurufiah. Mereka benar-benar
meletakkan kutipan firman TUHAN di dahi, lengan, intu rumah dan pintu gerbang.
Tindakan ini pada dirinya sendiri memang tidak salah. Namun, jikalau tindakan
ini tidak disertai dengan pemahaman yang benar dan ketaatan yang sungguh, semua
itu hanyalah simbol tanpa makna.
Meletakkan firman TUHAN
di tempat-tempat tertentu (tangan, dahi, pintu rumah, dan pintu gerbang)
menyiratkan otoritas firman Allah pada wilayah-wilayah tersebut. Bukan
sekadar ornamen yang menimbulkan kesan mistis. Bukan pula sebuah dekorasi yang
memberi kesan estetika tinggi. Ini tentang pengakuan terhadap otoritas firman
Allah dalam kehidupan seseorang.
Kata “tangan”
melambangkan tindakan. Kita melakukan semua aktivitas menggunakan tangan. Artinya,
apapun yang kita lakukan harus mewujudkan kasih kita kepada TUHAN. Kebenaran
menghasilkan kesalehan. Kitab suci menghasilkan budi pekerti.
Kata “dahi”
(LAI:TB/NASB/NIV) sebenarnya kurang begitu tepat. Kata Ibrani yang digunakan
lebih mengarah pada area di antara dua mata KJV/ASV/RSV/ESV). Ini berbicara
tentang cara pandang. Bukan hanya apa yang sebaiknya dipandang, melainkan
bagaimana kita memandang segala sesuatu. Bagaimana, bukan sekadar apa.
Meletakkan firman TUHAN
di pintu rumah dan pintu gerbang menandakan sebuah pergeseran dari wilayah
personal (tindakan dan penilaian) ke wilayah sosial (relasi dengan komunitas).
Spiritualitas pribadi tidak pernah berhenti pada diri sendiri. Keintiman dengan
TUHAN bukan pengasingan dari lingkungan. Sebaliknya, kualitas kerohanian
seringkali tergambar jelas dalam kehidupan bersama orang lain.
Rumah merupakan tempat
di mana ada perlindungan dan perhatian. Ada keamanan dan kasih sayang. Ada
kenyamanan dan kedekatan. Semua ini bukan hanya harus ada dalam suatu keluarga,
tetapi keberadaannya dinafasi oleh nilai-nilai firman Tuhan. Bukan sembarang
moralitas. Bukan sekadar filantropi manusiawi.
Pintu gerbang merupakan
tempat berkumpul para pemimpin kota. Para tua-tua biasanya mengambil
keputusan-keputusan penting di sana. Meletakkan firman Tuhan di pintu gerbang
berarti mengakui otoritas firman Tuhan dalam setiap keputusan yang diambil.
Di dalam konteks
kekristenan, tidak ada yang lebih penting untuk diajarkan kepada anak-anak
selain Injil Yesus Kristus yang benar dan menghidupkan. Kematian-Nya yang
menyelesaikan persoalan terbesar kita, yaitu dosa. Kebangkitan-Nya yang
mengalahkan ketakutan terbesar kita, yaitu kematian. Kasih Kristus yang
dcurahkan oleh Roh Kudus ke dalam hati kita akan memampukan kita untuk
mengasihi Allah dengan segenap totalitas kehidupan kita. Kasih itu pula yang
mendorong kita untuk mendidik anak-anak dalam kebenaran. Tanpa kuasa Roh Kudus
melalui injil, anak-anak tidak akan sanggup untuk mengerti, mengakui, dan
mempercayai kebenaran.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, sesuai dengan judul tugas Filsafat Teologi mengenai “Keindahan Firman Tuhan dalam Mazmur 19:8-11, Mazmur
119, dan Ulangan 6:4-9” dapat ditarik kesimpulan bahwa Firman Tuhan bertujuan
untuk membaharui hidup manusia yang telah jatuh dalam dosa. Tepat seperti
konsep ortodoks mengenai wahyu Allah, wahyu khusus diberikan Allah karena
manusia telah jatuh dalam dosa sehingga kerusakan akibat dosa membuat manusia
tidak mampu mengenal Allah yang benar melalui wahyu umum. Namun di dalam
keseluruh kitab suci yang Allah berikan kepada manusia, Allah menyatakan
kehendakNya dalam bagian-bagian yang lebih detil. Dalam pengertian tertentu,
kita dapat membedakan mana yang disebut sebagai hukum dan mana bagian yang
disebut Injil kasih karunia.
Dalam perspektif kristiani, hidup
berarti hubungan – antara Allah dan manusia. Sebagai Pencipta manusia, Allah
sangat mengetahui bagaimana manusia seharusnya hidup. Seluruh keberadaan,
kecendrungan, kesukaan dan segala hal yang berhubungan dengan manusia dirancang
sedemikian rupa oleh Tuhan.
Kristenan
yang baik haruslah mempertimbangkan kebenaran-kebenaran Tuhan dalam menciptakan
keindahannya. Jika kita melihat proses penciptaan alam semesta, kita akan
melihat solusi dari berbagai dilema yang dialami oleh para filsuf sepanjang
zaman. Misalnya, Tuhan tidak mencipta untuk membuktikan diri, tapi menyatakan
diri. Tuhan tidak pernah membuat ciptaan yang identik, jadi seni
non-representatif itu sah, tetapi sekedar meniru karya orang lain tidak sah.
Ciptaan penuh dengan representasi, yaitu hal-hal yang memiliki kemiripan,
misalnya ayah-anak, sehingga seni representatif yang konservatif itu tidak
dapat dikatakan kurang kreatif. Ciptaan yang beragam itu tetap mencerminkan
satu style yang unik dari Tuhan, jadi subjektifitas dalam keindahan
penting juga. Tuhan tidak pernah memisahkan fungsi dari estetika; Ia
menciptakan tubuh manusia superior baik secara fungsional maupun estetis.
Terakhir, Tuhan tidak membuat hirarki keindahan; semua ciptaan sama-sama
diciptakan dengan ketelitian tinggi. Dari lalat sampai gajah, dari atom sampai
galaksi Tuhan ciptakan dengan nilai estetis dan fungsional yang tinggi, dalam
cover Firman Tuhan.
Keindahan dalam Mazmur 19:8-11, Mazmur 119, dan
Ulangan 6:4-9, bagi orang Ibrani adalah cerminan perasaan
keindahan mereka bersama Tuhan. Pengalaman keindahan orang Ibrani yang
tertinggi ada pada lingkup pengalaman religiusnya. Mereka diteguhkan,
dikuatkan, dihiburkan, dituntun dalam jalan kebenaran Tuhan, dan ganjaran untuk
berbahagia bila hidup menurut Taurat Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar