Eksposisi Markus 1:40
Markus 1:40-45
Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut q
di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau,
Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."1:42
Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi
tahir.
1:43
Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44"Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, r tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam s dan persembahkanlah untuk pentahiranmu t persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."1:45
Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya
kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke
dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat u yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru. v
“Belas
Kasihan Memenangkan Jiwa”
Dian
Vivian Manumpil, SS
“Berilah Rasa Dalam Pelayananmu”
Markus
1:40
TB (1974) ©
SABDAweb
|
Seorang yang sakit kusta datang
kepada Yesus, dan sambil berlutut q di hadapan-Nya ia memohon
bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan
aku."
|
AYT
|
Lalu, ada seseorang yang sakit
kusta datang kepada Yesus. Ia memohon dan berlutut kepada-Nya dan berkata,
"Jika Engkau mau, Engkau dapat menahirkan aku."
|
TL (1954) ©
SABDAweb
|
Maka datanglah kepada Yesus
seorang yang kena bala zaraat memohon sambil bertelut ke hadapan-Nya,
katanya, "Jikalau kiranya Rabbi kehendaki, niscaya Rabbi dapat
mentahirkan hamba."
|
BIS (1985) ©
ABDAwe
|
Seorang yang berpenyakit kulit
yang mengerikan datang kepada Yesus. Orang itu berlutut, dan berkata,
"Kalau Bapak mau, Bapak dapat menyembuhkan saya."
|
Markus
1:41
TB (1974) ©
SABDAweb
|
Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata
kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
|
AYT
|
Tergerak oleh rasa belas
kasihan, Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menyentuh orang itu sambil
berkata, "Aku mau. Jadilah tahir!
|
TL (1954) ©
|
Maka tergeraklah hati-Nya dengan kasihan,
lalu diulurkan-Nya tangan-Nya, dijamah-Nya dia serta berkata kepadanya,
"Aku kehendaki, jadilah engkau tahir!"
|
BIS (1985) ©
|
Yesus kasihan kepada orang itu.
Jadi, Ia menjamah orang itu sambil berkata, "Aku mau, sembuhlah!"
|
MILT (2008)
|
Dan dengan digerakkan oleh belas
kasihan, seraya mengulurkan tangan, YESUS menjamahnya dan berkata
kepadanya, "Aku mau, biarlah engkau ditahirkan!"
|
Shellabear 2000 (2000)
|
Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan. Isa pun mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu lalu
bersabda, “Aku menghendakinya, tahirlah!”
|
Belas
kasihan sering kali merupakan terjemahan dari kata Ibrani
ra·khamimʹ dan kata
Yunani eʹle·os (kata kerja,
e·le·eʹo). Dengan
memeriksa kata-kata ini dan penggunaannya, kita dibantu untuk mendapatkan makna
dan nuansa artinya yang lengkap. Kata kerja Ibrani ra·khamʹ didefinisikan
sebagai ”bercahaya, mempunyai perasaan hangat karena emosi yang lembut;
. . . beriba hati”. (A
Hebrew and Chaldee Lexicon, diedit oleh B. Davies, 1957, hlm.
590) Menurut seorang leksikograf bernama Gesenius, ”Gagasan utamanya tampaknya
terletak pada tindakan menyayangi, menenteramkan, dan pada keadaan emosi yang
lembut.” (A Hebrew and English
Lexicon of the Old Testament, diterjemahkan oleh E. Robinson,
1836, hlm. 939) Kata ini berkaitan erat dengan kata untuk ”rahim” atau dapat
memaksudkan ”usus besar”, yang terpengaruh sewaktu seseorang mempunyai perasaan
yang hangat dan simpati yang lembut atau rasa kasihan.—Bdk. Yes
63:15, 16; Yer 31:20.
Kata Yunani yang diterjemahkan “belas kasihan” di sini berarti “merasa simpatik, mengasihani,
digerakkan oleh kemurahan hati”. Ini tidak
ditemukan di dalam bahasa Yunani klasik. Ini tidak ditemukan di dalam
Septuaginta , sesungguhnya, ini adalah kata ciptaan para penulis Injil (Matius,
Markus, dan Lukas). Mereka tidak menemukan kata tersebut di dalam seluruh tata
bahasa Yunani yang sesuai dengan tujuan mereka, untuk mengungkapkan perasaan
itu. Sehingga kemudian mereka menciptakan kata sendiri untuk itu. Ini sungguh mengekspresikan emosi yang paling dalam;
menggerakkan hati – suatu kerinduan yang paling dalam yang didorong oleh belas
kasihan…hati Kristus dipenuhi dengan belas kasihan untuk orang-orang yang
menyedihkan itu yang dapat dilihat dari tatapan mata-Nya.
Manusia hidup oleh karena
Belas Kasihan Allah, diselamatkan oleh karena Kasih Karunia Allah, hidup dengan
kuasa oleh karena janji Firman Allah. Banyak orang menjadi percaya karena
mujizat yang diperoleh. Pergumulan hidup, masalah keluarga, financial, ataupun
sakit yang tak kunjung sembuh, orang-orang banyak mencari Tuhan ketika dilanda
badai kehidupan. Begitupun dengan orang sakit umumnya mencari kesembuhan sesuai
dengan keyakinan dan kekuatan finansialnya. Ada yang langsung pergi ke dokter,
cukup ke mantri kesehatan atau ke perawat terdekat, ke tukang pijat, juga pergi
ke paranormal. Ada yang menanti sampai agak parah penyakitnya. Kepercayaan
(keyakinan) seseorang terhadap pilihannya, kitanya juga ikut mempengaruhi kekuatan
penyembuhan penyakitnya, dan Tuhan menjadi pilihan alternatif.
Manusia
rentan dengan sakit penyakit, kusta adalah satu-satunya penyakit yang dikaitkan
dengan dosa oleh hukum Musa. Bukan berarti bahwa menderita kusta itu berdosa,
bukan pula berarti kusta adalah akibat dari dosa. Namun penyakit ini dipandang
sebagai simbol dosa. Seandainya dosa dapat dilihat, maka dosa itu akan tampak
seperti penyakit kusta. Sudah merupakan tradisi bila orang yang
berpenyakit kusta diasingkan dari keluarga dan masyarakat. Selain karena takut
tertular, menurut hukum Musa orang kusta adalah najis (Im 13-14), sehingga
menjadi stigma dalam masyarakat kalau penyakit ini adalah kutukan Allah. Dalam Markus 1 kita membaca
kisah tentang seorang penderita kusta yang berlutut di depan Yesus dan memohon: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku"
(ayat 40). Inilah contoh pertama dalam Injil tentang permohonan akan
kesembuhan, yang dengan
kesederhanaannya begitu menyentuh dan dalam. Itu
sebabnya dalam kisah ini, si kusta meminta supaya ia ditahirkan atau disucikan,
bukan disembuhkan seperti yang lazim. Karena itu dapat dibayangkan bagaimana
menderitanya keadaan seorang yang berpenyakit kusta.
Ungkapan seorang sakit
kusta kepada Yesus, “kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku, mengungkapkan suatu perrasaan “terbuang” ; terbuang dari orang-orang yang
dikasihi, dari lingkungannya, kehilangan semua kesempatan dalam hidup,
kesempatan berkumpul dengan keluarga, kesempatan bersosialisasi, bekerja,
beribadah, dan sebagainya. Sehingga banyak di antara mereka yang didapati
meninggal dunia, bukan karena penyakit kustanya, tetapi karena siksaan batin
yang luar biasa menghadapi dampak ganda dari penyakit itu. Dimana ia
seolah-olah merasa “dihukum” Allah dan juga manusia.
Yang
menarik ialah sikap Tuhan Yesus menganggapi permintaan orang kusta ini. Ternyata
Tuhan Yesus tidak mengusir atau menghindarinya, malahan Dia menyentuhnya dengan
hati yang penuh belas kasihan, bahkan menyembuhkannya seketika itu juga! (ay
41-42). Menurut Firman Tuhan, tindakan Yesus ini didasari oleh belas kasihNya,
“…Lalu tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan….”(ay 41). Kata belas kasih yang
dipakai di sini dari kata Yunani splanchnizomai yang berarti kesayangan, lubuk,
rahmat, terharu, bela rasa (compassion). Itulah kasih sayang yang timbul dari
lubuk hati yang paling dalam ketika melihat penderitaan orang lain, sehingga
perasaan ini memunculkan usaha untuk menolongnya. Belas kasihan lebih kuat dari
pada simpati. Rasa simpati belum sampai pada tindakan yang konkrit, sedangkan
belas kasihan adalah kasih dan kepedulian yang dinyatakan dalam perbuatan. Dan
kita dapat menyaksikan bahwa setiap kali hati Tuhan tergerak oleh belas
kasihan, maka Dia segera bertindak untuk menolong. Sikap belas kasihan Tuhan
Yesus merupakan dasar dari seluruh karyaNya. Itulah isi hati Tuhan kita Yesus
Kristus yang berbelas kasih ketika melihat kesengsaraan manusia, sehingga Dia
hadir juga dalam dunia ini, “menyentuh” kita yang berdosa dan membebaskan kita
dari belenggu dosa dan maut (Rom 5:8). Belas kasihNyalah yang mengalahkan
segalanya.
Cukup dibutuhkan kemauan
dan keyakinan. Ketika Yesus mendengar permohonan itu hatinya penuh belas kasih
kepada si kusta dan sembuhlah ia seketika. Orang itu menyampaikan
permohonannnya sambil berlutut di hadapan Yesus. Berlutut adalah ungkapan
kerendahan hati. Dan permohonan yang disampaikan dengan kerendahan hati
mendapat jawaban yang positif.Maka Yesus pun menjawab, “Aku mau, jadilah engkau
tahir!”.
Disekitar kita (di
lingkungan, tempat kerja kita, sekolah atau kuliah) banyak orang yang mengalami
perlakuan seperti orang kusta: dijauhi/dikucilkan, dicemooh, didiamkan, dan
disingkirkan. Orang yang hidup seperti itu tentu tidak nyaman, tidak tentram.
Mereka sebenarnya dalam hati juga merasakan “kalau engkau mau, sapalah aku!”.
Cukup ke-mau-an dari kita, maka banyak orang bisa kita sembuhkan. Marilah kita
membuka mata dan hati kita terhadap orang-orang disekitar kita. Mungkin
orang-orang itu adalah istri atau suami kita, mungkin juga anak-anak kita yang
sudah lama tidak mendapat perhatian dan sentuhan hati secara khusus. Bisa juga
orang kusta itu adalah orang tua kita, teman sekomunitas/sepanggilan, sekantor,
seperjalanan, dan sebagainya. Kalau kita tidak “tuli”, tenti permohonan orang
kusta dalam perikop injil hari ini dapat kita lakukan. Sapaan kita kepada
mereka yang “sakit kusta” dapat dirasakan sebagai sapaan kasih Tuhan sendiri,
bila disertai dengan hati dan kemauan.
Mau gerakkan hati Tuhan?
gerakkan hatimu untuk lakukan kehendak Tuhan. Maka mujizat ada dalam hidupmu.
Bersyukurlah dalam kelemahan, kepedihan, dan sengsaramu, karena hal kecil ini
dapat menggerakkan hati Tuhan. Belas kasihan Bapa turun atasmu, untuk kau
menangkan jiwa bagi mereka yang sedang menanti belas kasihan.