KISAH PARA RASUL
PENGANTAR
KEPADA KISAH PARA RASUL
PERNYATAAN PEMBUKA
A. Kitab Kisah para rasul membentuk
suatu kaitan yang tak dapat diabaikan antara catatan-catatan tentang kehidupan
Yesus (Injil) dan penafsiran, khotbah dan penerapan dari tindakan dan
kata-kataNya oleh para muridNya di dalam Surat-surat dari Perjanjian Baru.
B. Gereja mula-mula mengembangkan dan
mengedarkan dua kumpulan dari tulisan-tulisan Perjanjian baru:
(1) kitab-kitab Injil (empat kitab Injil) dan (2) Rasul
(surat-surat Paulus). Namun demikian, dengan
kesesatan Kristologi mula-mula di abad kedua, nilai dari kitab
Kisah Para Rasul menjadi tampak nyata.
Kisah mengungkapkan isi dan maksud tujuan dari khotbah Kerasulan (kerygma)
dan hasil injil yang luar
biasa mengagumkan.
C. Keakuratan kesejarahan dari Kisah
Para Rasul telah ditekankan dan diteguhkan oleh penemuan-penemuan arkeologis
moderen, khususnya dalam hubungannya dengan gelar dari para pegawai
pemerintahan Romawi (mis. stratēgoi, 16:20,22,35,36
[juga digunakan untuk pimpinan Bait Suci, Luk 22:4,52; Kis 4:1; 5:24-26]; politarchas,
17:6,8; and prōtō, Kis 28:7, lih. A. N. Sherwin-White, Masyarakat Romawi dan
Hukum Romawi dalam
Perjanjian Baru). Lukas mencatat ketegangan-ketegangan di dalam gereja mulamula,bahkan
pertengkaran antara Paulus dan Barnabas (lih. Kis 15:39). Ini menerminkan suatu
tulisan historis/teologis yang, adil,
seimbang, berdasarkan penelitian.
D. Judul dari buku ini didapati dalam
bentuk-bentuk yang agak berbeda dalam naskah-naskah Yunani kuno:
1. Naskah Kuno א
(Sinaitikus),
Tertullian, Didimus, dan Eusebius memiliki “Kisah” (ASV, NIV)
2. Naskah Kuno B (Vatikanus), D (Bezae)
dalam sebuah dokumen,Irenaeus, Tertullian, Cyrian, dan
Athanasius mempunyai “Kisah Para Rasul”
(KJV, RSV, NEB)
3. Naskah Kuno A2 (koreksi pertama dari
Aleksandrinus), E, G, dan Chrysostom mempunyai “Kisah
Para Rasul yang Kudus”
Ada kemungkinan bahwa kata-kata Yunani praxeis,
praxis (kisah, cara-cara, tingkah laku, perbuatan,
pelaksanaan) mencerminkan suatu jenis
sastra Mediterania kuno yang menyatakan kehidupan dan
tindakan dari orang-orang terkenal atau
yang berpengaruh (mis. Yohanes, Petrus, Stefanus, Filipus,
Paulus). Kitab ini kemungkinan aslinya
tidak memilikii judul (seperti Injil Lukas).
E. Ada dua tradisi kenaskahan yang
berbeda dalam buku Kisah ini. Yang lebih pendek adalah Aleksandria
(MSS P45, P74, א, A, B, C). Keluarga
nasah-naskah kuno Barat (P29, P38, P48 dan D) sepertinya mengikut
sertakan lebih banyak rincian-rincian.
Tidaklah pasti apakah rincian ini berasal dari si penulis atau
merupakan sisipan-sisipan oleh si
penyalin di kemudian hari, berdasarkan tradisi-tradisi gereja mulamula.
Kebanyakan ahli kenaskahan percaya bahwa
naskah-naskah Barat mengandung tambahantambahan
di kemudian hari karena hal tersebut (1)
menghaluskan atau menconba membetulkan naskahnaskah
yang sukar dan tidak umum; (2) menambah
rincian tambahan; (3) menambah frasa-frasa khusus
untuk menonjolkan Yesus sebagai Kristus;
dan (4) tidak dikutip oleh satupun penulis-penulis Kristen
mula-mula dalam tiga abad pertama (lih.
F. F. Bruce, Kisah: Nskah Yunani, hal. 69-80). Untuk suatu
diskusi yang lebih rinci lagi periksa Sebuah
Komentari Kenaskahan pada Perjanjian Baru Yunani oleh
Bruce M. Metzger, terbutan the United
Bible Societies, hal. 259-272.
Karena begitu banyaknya
tambahan-tambahan kemudian tersebut, komentar ini tidak akan membahas
seluruh pilihan-pilihan naskah. Jika
suatu variasi naskah bersifat krusial bagi penafsiran, maka dan hanya
dalam keadaan ini naskah tersebut akan
dibahas dalam komentari ini.
PENULIS
A. Buku ini tak menyebutkan nama, namun
kepenulisan Lukas diisyaratkan dengan sangat kuat.
1. Bagian-bagian “kita” yang unik dan
mengejutkan (16:10-17 [perjalanan penginjilan kedua di Filipi];
20:5-15; 21:1-18 [akhir dari perjalanan
penginjilan ketiga] dan 27:1-28:16 [Paulus dikirim ke Roma
sebagai tawanan]) secara kuat mengisyaratkan
Lukas sebagai penulisnya.
2. Hubungan antara Injil ketiga dan
Kisah sangatlah nyata bila seseorang membandingkan Lukas 1:1-4
dengan Kisah 1:1-2.
3. Lukas, seorang tabib bukan Yahudi,
disebutkan sebagai seorang kawan dari Paulus dalam Kol 4:10-
14, Filemon 24, dan II Timotius 4:11.
Lukas adalah satu-satunya penulis Non Yahudi dalam PB.
4. Kesaksian bulat dari gereja mula-mula
adalah bahwa penulisnya adalah Lukas.
a. Fragmen Muratoria (180-200 M dari
Roma mengatakan, “dipenuhi oleh Lukas si tabib”)
b. tulisan-tulisan Irenaeus (130-200 M)
c. tulisan-tulisan Klemens dari
Aleksandria (156-215 M)
d. tulisan-tulisan Tertullian (160-200
M)
e. tulisan-tulisan Origen (185-254 M)
5. Bukti internal dari gaya dan kosa
kata (khususnya istilah-istilah medis) meneguhkan Lukas sebagai
penulis (Sir William Ramsay dan A.
Harnack).
B. Kita mempunyai tiga sumber informasi
mengenai Lukas.
1. Ke tiga perikop dalam PB (Kol 4:10-4;
Fil 24; II Tim 4:11) dan kitab Kisah ini sendiri.
2. Kata Pengantar untuk Lukas yang
bersifat Anti-marcion di abad kedua (160-180 M)
3. Sejarahwan gereja mula-mula dari abad
ke empat, Eusebius, dalam karyanya Sejarah Ekklesiastis,
3:4, mengatakan “Lukas”, yang berdasarkan
rasnya, seorang penduduk asli Antiokhia, dan yang
berdasarkan pekerjaannya, seorang tabib,
yang telah berhubungan erat terutama dengan Paulus dan
berkawan dengan para rasul lainnya (tidk
sedekat Paulus), telah meninggalkan teladan bagi kita
mengenai penyembuhan jiwa yang
diperolehnya dari mereka dalam dua kitab yang terilhami, yaitu
Injil dan Kisah dari Para Rasul.”
4. Ini adalah rangkuman profil dari
Lukas.
a. Orang Bukan Yahudi (disebutkan dalam
Kol 4:12-14 dengan Epafras dan Demas, bukan dengan
pembantu-pembantu Yahudi)
b. dari Antiokhia di Syria (kata
pengantar Lukas yang Anti-Marcion) atau Fiipi di Macedonia (Sir
William Ramsay pada Kis 16:19)
c. seorang tabib (lih. Kol 4:14), atau
setidaknya seorang yang berpendidikan tinggi
d. menjadi Kristen di masa dewasa
setelah gereja didirikan di Antiokhia (Pengantar Anti-Marcion)
e. Kawan seperjalanan Paulus
(bagian-bagian “kita” dari Kisah)
f. tidak menikah
g. menulis Injil yang ketiga dan Kisah
(pengantar yang serupa dan gaya dan kosa kata yang serupa)
h. meninggal pada usia 84 di Boeotia
C. Tantangan terhadap Lukas sebagai
penulis
1. Khotbah Paulus di Bukit Mars di
Athena menggunakan kategori-kategori dan istilah-istilah filsafat
Yunani untuk membentuk suatu landasan
bersama (lih. Kis 17), namun Paulus, dalam Rom 1-2,
sepertinya menganggap “landasan bersama”
apapun (alam, kesaksian moral batiniah) sebagai kesiasiaan.
2. Khotbah dan komentar Paulus dalam
Kisah melukiskannya sebagai seorang Kristen Yahudi yang
bersikap serius terhadap Musa, namun
surat-surat Paulus menurunkan nilai Taurat sebagai penuh
masalah dan akan berlalu.
3. Khotbah Paulus dalam Kisah tidak
memiliki fokus eskatologis yang dimiliki oleh buku-buku awalnya
(yaitu I dan II Tesalonika).
4. Kekontrasan istilah-istilah, gaya,
dan penekanan ini sungguh menarik, namun tidak bisa disimpulkan.
Bila kriteria yang sama diterapkan pada
kitab-kitab Injil, Yesus di Injil Sinoptik berbicara sangat
3
berbeda dengan Yesus di Injil Yohanes.
Namun, sedikit saja ahli yang akan menolak bahwa keduanya
mencerminkan kehidupan Yesus.
D. Ketika mendiskusikan kepenulisan
kitab Kisah ini, sangatlah krusial bahwa kita harus mendiskusikan
sumber-sumber Lukas karena banyak ahli
(mis. C. C. Torrey, ) percaya bahwa Lukas menggunakan
dokumen-dokumen sumber berbahasa Aram
(atau tradisi lisan) untuk banyak hal dari pasal pertama
sampai pasal ke lima belas. Jika ini
benar, maka Lukas hanyapah penyunting dari bahan ini, dan bukan
penulisnya. Bahkan dalam khotbah-khotbah
Paulus di kemudian hari, Lukas hanya memberikan pada kita
rangkuman dari kata-kata Paulus, bukan
suatu catatan kata demi kata. Penggunaan sumber-sumber oleh
Lukas merupakan sebuah pertanyaan yang
sama krusialnya dengan kepenulisannya akan buku ini.
TANGGAL
A. Ada banyakj diskusi dan ketidak
setujuan mengenai waktu penulisan bukau Kisah, namun peristiwaperistiwanya
itu sendiri mencakup dari tahun 30-63 M
(Paulus dibebaskan dari penjara di Roma di
pertengahan tahun 60 an dan ditahan
kembali dan dieksekusi di bawah Nero, kemungkinan dalam
penganiayaan di tahun 65 M).
B. Jika seseorang menganggap sifat
apologetik dari kitab ini mengenai pemerintah Romawi, maka
tanggalnya adalah (1) sebelam tahun 64 M
(permulaan penganiayaan Nero terhadap orang Kristen di
Roma) dan/atau (2) berhubungan dengan
pemberontakan orang Yahudi tahun 66-73 M.
C. Jika seseorang mencoba untuk
menghubungkan Kisah dengan Injil Lukas dalam suatu rangkaian, maka
tanggal penulisan Injil ini akan
mempengaruhi tanggap penulisan buku Kisah. Berhubung kejatuhan
Yerusalem pada Titus di tahun 70 M
dinubuatkan (mis. Luk 21), namun tidak dijelaskan, ini sepertinya
menuntut suatu tanggal sebelum tahun 70
M. Jika demikian, maka Kisah, yang ditulis sebagai suatu
lanjutan, pasti bertanggalkan beberapa
lama setelah Injil tersebut.
D. Jika seseorang terganggu dengan
penutupannya yang mendadak (Paulus masih ada di penjara Roma, F. F.
Bruce), maka suatu tanggal yang
berhubungan dengan akhir dari pemenjaraan paulus di Roma yang
pertama, tahun 58-63 M, lebih disukai.
E. Beberapa tanggal bersejarah yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang dicatat dalam
kitab Kisah.
1. kelaparan yang tersebar luas di bawah
pemerintahan Klaudius (Kis 11:28, th. 44-48 M)
2. kematian Herodes Agripa I (Kis
12:20-23, th. 44 M [musim semi])
3. kepemimpinan daerah dari Sergius
Paulus (Kis 13:7, ditunjuk dalam th. 53 M)
4. pengusiran orang Yahudi dari Roma
oleh Klaudius (Kis 18:2, th. 49 M [?])
5. kepemimpinan daerah dari Gallio, Kis
18:12 (th. 51 or 52 M [?])
6. kepemimpinan daerah dari Felix (Kis
23:26; 24:27, th. 52-56 M [?])
7. Penggantian Feliks oleh Festus (Kis
24:27, th. 57-60 M [?])
8. Pejabat-pejabat Romawi di Yudea
a. Prokurator/Gubernur
(1) Pontius Pilatus, 26-36 M
(2) Marcellus, 36-37 M
(3) Marullus, 37-41 M
b. Dalam th. 41 M metode perwakilan
pemerintahan Romawi dirubah menjadi suatu model empiris.
Kaisar Romawi, Klaudius,
mengangkat/menugaskan Herodes Agripa I dalam th 41 M.
c. Setelah kematian Herodes Agripa I,
th. 44 M, metode perwakilan pemerintahan di gunakan
kembali sampai tahun 66 M,
(1) Antonius Feliks
(2) Perkius Festus
MAKSUD DAN STRUKTUR
A. Salah satu maksud dari kitab Kisah
adalah untuk mendokumentasikan pertumbuhan yang cepat dari para
pengikut Yesus dari akar Yahudi sampai
pada pelayanan yang mendunia, dari ruang loteng yang terkunci
sampai ke istana Kaisar:
1. Pola geografis ini mengikuti Kisah
1:8, yang merupakan Amanat Agung dari Kisah (Mat 28:19-20).
2. Perluasan geografis ini dinyatakan
dalam beberapa cara.
a. Menggunakan kota-kota utama dan
perbatasan bangsa. Dalam Kisah ada 32 negara, 54 kota, dan
9 pulau di Laut Tengah yang disebutkan.
Tiga kota utamanya adalah Yerusalem, Antiokhia, dan
Roma (lih. Kis 9:15).
b. Menggunakan orang-orang kunci. Kisah
hampir bisa dibagi ke dalam dua bagian: pelayanan
Petrus dan Paulus. Ada lebih dari 95
orang disebutkan dalam Kisah, namun yang utama adalah:
Petrus, Stefanus, Filipus, Barnabas,
Yakobus dan Paulus.
c. Ada dua atau tiga bentuk kesastraan
yang nampak secara berulang dalam Kisah yang sepertinya
mencerminkan upaya secara sadar dari si
penulis terhadap struktur:
(1) Pernyataan rangkuman (2) pernyataan
pertumbuhan (3) pemakaian angka-angka
1:1 - 6:7 (di Yerusalem) 2:47 3:41
6:8 - 9:31 (di Palestina) 5:14 4:4
9:32 - 12:24 (ke Antiokhia) 6:7 5:14
12:25 - 15:5 (ke Asia Kecil) 9:31 6:7
16:6 - 19:20 (ke Yunani) 12:24 9:31
19:21 - 28:31 (ke Roma) 16:5 11:21,24
19:20 12:24
14:1
19:20
B. Kisah secara nyata berhubungan dengan
kesalahpahaman yang diseputar kematian Yesus untuk
berkhianat. Tampaknya, Lukas menulis
kepada orang non-Yahudi (Teofilus, kemungkinan seorang
pejabat Romawi). Ia menggunakan (1)
pidato-pidato Petrus, Stefanus, dan Paulus untuk menunjukkan
kelicikan orang Yahudi dan (2)
kepositifan para pejabat Romawi terhadap KeKristenan. Tak ada yang
perlu ditakutkan oleh orang Romawi dari
para pengikut Yesus.
1. pidato-pidato para pemimpin Kristen
a. Petrus, 2:14-40; 3:12-26; 4:8-12;
10:34-43
b. Stefanus, 7:1-53
c. Paulus, 13:10-42; 17:22-31; 20:17-25;
21:40-22:21; 23:1-6; 24:10-21; 26:1-29
2. kontak-kontak dengan para pejabat
pemerintah
a. Pontius Pilatus, Lukas 23:13-25
b. Sergius Paulus, Kisah 13:7,12
c. Kepala Penjara Filipi, Kisah 16:35-40
d. Galio, Kisah 18:12-17
e. Pembesar-pembesar Asia dari Efesus,
Kisah 19:23-41 (khususnya, ay 31)
f. Klaudius Lisias, Kisah 23:29
g. Feliks, Kisah 24
h. Perkius Festus, Kisah 24
i. Agripa II, Kisah 26 (khususnya. ay
32)
j. Publius, Kisah 28:7-10
3. Ketika seseorang membandingkan
khotbah-khotbah Petrus dengan Paulus, nyatalah bahwa Paulus
bukanlah seorang pembaharu, namun
seorang proklamator yang setia dari kebenaran-kebenaran Injil
dan Kerasulan. Jika ada yang
menyalin/menirukan oran lain, maka itu adalah Petrus (lih I Petrus)
yang menggunakan frasa dan kosa kata
Paulus. Kerygma nya menyatu!
C. Lukas tidak hanya membela KeKristenan
di hadapan Pemerintah Romawi, namun ia juga membela
Paulus dihadapan gereja orang
non-Yahudi. Paulus berulang-ulang diserang oleh kelompok-kelompok
Yahudi (Yudaizer dari orang Galatia,
“para rasul super” dari II Kor 10-13); dan kelompok-kelompok
Helenistik (gnostisisme dari orang-orang
Kolose dan Efesus). Lukas menunjukkan kenormalan Paulus
melalui pengungkapan secara jelas hati
dan teologinya dalam perjalanan-perjalanan dan khotbahkhotbahnya.
D. Walaupun Kisah tidak dimaksudkan
untuk menjadi suatu kitab kedoktrinan, namun ini mencatat bagi kita
elemen-elemen dai khorbah awal dari para
rasul yang oleh C. H. Dodd disebut “Kerygma” (kebenaran
hakiki mengenai Yesus). Ini membantu
kita untuk melihat apa yang dirasakan mereka sebagai hakikat
Injil, khususnya dalam hubungannya
dengan kematian dan kebangkitan Yesus.
E. Frank Stagg dalam komentarinya, Kitab
Kisah, Pergumulan Awal bagi Injil yang Tak Terintangi,
menegaskan bahwa maksudnya terutama
adalah pergerakan dari berit tentang Yesus (injil) dari suatu
Yudaisme yang bersifat nasionalistis
yang ketat kepada suatu berita universal bagi seluruh umat manusia.
Komentari Stagg berfokus pada maksud-maksud
Lukas dalam menulis buku Kisah. Sebuah rangkuman
dan analisis yang baik mengenai
teori-teori yang berbeda didapati daam hal. 1-18. Stagg memilih untuki
berfokus pada kata “tak terintangi”
dalam 28:31, yang merupakan cara yang tidak lazim untuk mengakhiri
sebuah buku, sebagai kunci untuk
memahami penekanan Lukas akan penyebaran KeKristenan melampaui
segala hambatan.
F. Walaupun Roh Kudus disebutkan lebih
dari lima puluh kali di kitab Kisah, namun kitab ini bukanlah
Kisah dari Roh Kudus.” Ada sebelas pasal
di mana Roh Kudus tak pernah disebutkan. Roh Kudus paling
sering disebutkan dalam setengah bagian
yang pertama dari buku Kisah, di mana Lukas mengutip
TOPIK
KHUSUS: KERIGMA DARI GEREJA MULA-MULA
A. Janji Allah yang
dibuat dalam Perjanjian lama sekarang telah digenapi dengan kedatangan
Yesus, sang Mesias.
(Kis 2:30; 3:19,24; 10:43; 26:6-7,22; Rom 1:2-4; I Tim 3:16; Heb 1:1-2;
I Pet 1:10-12; 2 Pet
1:18-19).
B. Yesus diurapi
sebagai Mesias oleh Allah pada saat Ia dibaptis (Kis 10:38).
C. Yesus memulai pelayanaNya
di Galilea setelah Ia dibaptis (Kis 10:37)
D. PelayananNya
bercirikan dengan berbuat baik dan mengadakan mujizat dengan kuasa yang
dari Allah (Mar
10:45; Kis 2:22; 10:38)
E. Mesias
mati di salib sesuai dengan maksud tujuan dari Allah (Mar 10:45; Yoh 3:16; Kis
2:23; 3:13-15,18;
4:11; 10:39; 26:23; Rom 8:34; I Kor 1:17-18; 15:3; Gal 1:4; Ibr 1:3; I Pet
1:2,19; 3:18; I Yoh
4:10).
F. Ia dibangkitkan
dari kematian dan menampakkan diri kepada murid-muridNya (Kis 2:24,31-
32; 3:15,26;
10:40-41; 17:31; 26:23; Rom. 8:34; 10:9; I Kor. 15:4-7,12a; I Tes. 1:10; I Tim.
3:16; I Pet 1:2;
3:18,21).
G. Yesus ditinggikan
oleh Allah dan diberi nama “Tuhan” (Kis 2:25-29,33-36; 3:13; 10:36;
Rom. 8:34; 10:9; I
Tim. 3:16; Ibr. 1:3; I Pet 3:22).
H. Ia memberikan Roh
Kudus untuk membentuk masyarakat baru dari Tuhan. (Kis 1:8; 2:14-
18,38-39; 10:44-47; I
Pet 1:12).
I. Ia akan datang
kembali unuk mengadili dan memulihkan segala sesuatu. (Kis 3:20-21; 10:42;
17:31; I Kor.
15:20-28; I Tes. 1:10).
J. Semua yang
mendengar berita injil harus bertobat dan dibaptiskan. (Kis 2:21,38; 3:19;
10:43,47-48; 17:30;
26:20; Rom. 1:17; 10:9; I Pet 3:21).
Skema ini berfungsi
sebagai proklamasi yang hakiki dari gereja mula-mula, walau penulispenulis
Perjanjian Baru lain
mungkin meninggalkan satu bagian dan menekankan bagian lain dalam
khotbah mereka.
Keseluruhan Injil markus secara dekat mengikuti aspek pengaruh Petrus dari
kerigma.
Markus secara tradsional dipandang sebagai penstrukturan dari khotbah-khotbah
Petrus,
yang dikhotbahkan di
Roma, kedalam Injil tertulis. Baik Matius dan Lukas mengikuti struktur dasar
Markus.sumber-sumber lain
(kemungkinan aslinya ditulis dalam bahasa Aram). Kisah tidak berhubungan dengan
Roh Kudus seperti Injil berhubungan
dengan Yesus! Ini tidak dimaksudkan untuk merendahkan tempat
dari Roh, namun untuk menjaga kita
terhadap pengembangan suatu teologia mengenai Roh Kudus yang
terutama atau hanya melulu berasal dari
kitab Kisah.
G. Kisah tidak dirancang untuk
mengajarkan doktrin (lih. Fee dan Stuart, Bagaimana Membaca Alkitab
Untuk Memperoleh
Semua Manfaatnya, hal. 94-112). Suatu conroh tentang hal ini adalah upaya untuk
mendasarkan suatu teologia pertobatan
dari kitab Kisah yang akan gagal. Urutan dan elemen pertobatan
berbeda-beda dalam Kisah; oleh karena
itu, pola mana yang bersifat normatif? Kita harus melihat Suratsurat
untuk bantuan kedoktrinan.
Namun demikian, menarik bahwa beberapa
ahli (Hans Conzelmann) telah melihat bahwa Lukas
secara sengaja mereorientasikan
eskatologi-eskatologi segera/sewaktu-waktu di abad pertama dengan
suatu pendekatan pelayanan kesabaran
terhadap Parousia yang tertunda. Kerajaan ada di sini dan berkuasa
sekarang, mengubah kehidupan. Gereja
yang berfungsi sekarang lah yang menjadi fokus, bukan suatu
pengharapan eskatologis.
H. Satu lagi kemungkinan maksud dari
Kisah adalah serupa dengan Rom 9-11: mengapa Yesus menolak
Mesias Yahudi dan gereja menjadi
sebagian besar bukan Yahudi? Beberapa tempat di Kisah sifat
mendunia injil dengan jelas
dikumandangkan. Yesus mengutus mereka ke seluruh dunia (lih. 1:8). Orang
Yahudi menolak Dia, namun orang Bukan
Yahudi menanggapiNya. beritaNya mencapai Roma.
Mungin saja maksud Lukas adalah untuk
menunjukkan bahwa KeKrisenan Yahudi (Petrus) dan
KeKrsitenan Bukan Yahudi (Paulus) bisa
hidup bersama-sama dan bertumbuh bersama-sama! Mereka
tidak ada dalam persaingan, namun justru
bergabung dalam penginjilan dunia.
I. Sejauh mengenai maksud tujuan, saya
setuju dengan F. F. Bruce (Komentari Internasional Baru, hal. 18)
bahwa berhubung Lukas dan Kisah aslinya
adalah satu volume, pengantar bagi Lukas (1:1-4) juga
berfungsi sebagai pengantar bagi Kisah.
Lukas, meskipun bukan merupakan saksi mata dari semua
kejadian tersebut, telah secara seksama
meneliti dan mencatatnya secara akurat, menggunakan kerangka
kerja kesejarahan, kesastraan, dan
teologisnya sendiri. .
Lukas, lalu, baik dalam Injil maupun
ceritanya, ingin menunjukkan kenyataan sejarah dan kebisa
dipercayaan secara teologisnya (lih. Luk
1:4) Yesus dan gereja. Kemungkinan bahwa fokus dari Kisah
adalah tema pemenuhan (tak terintangi,
lih. 28:31, yang adalah kata terakhir dari buk ini). Tema ini
diteruskan oleh beberapa kata dan frasa
yang berbeda (lih. Walter L. Liefeld, Menafsirkan Kitab Kisah,
hal. 23-24). Injil bukanlah suatu
simpulan, suatu rencana B, atau sesuatu yang baru. Injil adalah rencana
Allah yang telah ditetapkan sebelumnya
(lih. Kis 2:23; 3:18; 4:28; 13:29).
JENIS TULISAN
A. Kisah bagi PB adalah seperti kitab
Yosua sampai II Raja-raja bagi PL: yaitu kisah sejarah. Kisah sejarah
Alkitabiah adalah bersifat fakta, namun
fokusnya tidak pada kronologi atau pencatatan secara lengkap
suatu peristiwa. Kitab ini memilih
peristiwa-peristiwa tertentu yang menerangkan siapa Allah itu, siapa
kita, bagaimana kita dijadikan benar,
kehidupan seperti apa yang diinginkan Allah untuk kita jalani.
B. Permasalahan dalam menafsirkan kisah
alkitabiah adalah bahwa para penulisnya tidak pernah
mencantumkan di dalam naskah tersebut
(1) apakah maksud tujuan mereka, (2) apakah kebenaran
utamanya, atau (3) bagaimana kita harus
berusaha menyamai hal-hal yang dicatat tersebut. Para pembaca
perlu untuk berpikir melalui
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Mengapa peristiwa tersebut dicatat?
2. Bagaimana hal itu berhubungan dengan
bahan alkitabiah sebelumnya?
3. Apakah kebenaran teologis pokoknya?
4. Adakah arti pentingnya terhadap
konteks kesastraannya? (Peristiwa apa yang mendahului atau
mengikuti? Apakah pokok bahasan ini
telah dibahas di bagian lain?)
5. Seberapa besarkah konteks
kesastraannya? (Kadang-kadang sejumlah besar kisah membentuk satu
tema atau maksud teologis.)
C. Kisah sejarah tidak seharusnya
menjadi satu-satunya sumber doktrin. Sering hal-hal yang dicatat kecil
artinya bagi maksud dari si penulis.
Kisah sejarah memang bisa melukiskan kebenaran-kebenaran yang
dicatat di bagian-bagian lain Alkitab.
Namun hanya karena telah terjadi tidak berarti dikehendaki Allah
bagi semua orang percaya di segala jaman
(mis. bunuh diri, poligami, perang suci, memegang ular, dsb.)
D. Diskusi singkat yang terbaik mengenai
bagaimana menafsirkan kisah sejarah adalah dalam karya Gordon
Fee dan Douglas Stuart Bagaimana
Membaca Alkitab Untuk Memperoleh Semua Manfaatnya, hal. 78-93
dan 94-112.
DAFTAR PUSTAKA DARI
LATAR BELAKANG SEJARAH
Buku-buku baru tentang penempatan Kisah
dalam latar belakangnya abad pertama telah dihasilkan oleh para
penganut paham klasik. Pendekatan
inter-disipliner ini telah benar-benar membantu pemahaman PB. Rangkaian
ini disunting oleh Bruce M. Minter.
A. Kitab Kisah dalam Latar Belakang
Kesastraan Kunonya
B. Kitab Kisah dalam Latar Belakang
Yunani-Romawi nya
C. Kitab Kisah dan Paulus dalam
Tahanan Romawi
D. Kitab Kisah dalam Latar Belakang
Palestinanya
E. Kitab Kisah dalam Latar Belakang
Diasporanya
F. Kitab Kisah dalam Latar Belakang
Teologisnya
Juga sangat membantu adalah
A. A. N. Sherwin-White, Masyarakat
Romawi dan Hukum Romawi di dalam Perjanjian Barut
B. Paul Barnett, Yesus dan
Kebangkitan KeKristenan Mula-mula
C. James S. Jeffers, Dunia
Yunani-Romawi
SIKLUS PEMBACAAN
PERTAMA (lihat hal. vii)
Buku ini adalah komentari panduan
belajar, yang artinya andalah yang bertanggung jawab untuk
penafsiran anda akan Alkitab. Setiap
kita harus berjalan dalam terang yang kita miliki. Anda, Alkitab, dan Roh
Kudus adalah prioritas dalam penafsiran.
Janganlah menyerahkan hal ini pada seorang komentator.
Baca keseluruhan kitab ini sekaligus.
Sebutkan tema pokok dari keseluruhan buku dengan kalimat anda sendiri.
1. Tema keseluruhan buku.
2. Tipe literatur (genre)
SIKLUS PEMBACAAN
KEDUA (lihat hal. vii)
Buku ini adalah komentari panduan
belajar, yang artinya andalah yang bertanggung jawab untuk
penafsiran anda akan Alkitab. Setiap
kita harus berjalan dalam terang yang kita miliki. Anda, Alkitab, dan Roh
Kudus adalah prioritas dalam penafsiran.
Janganlah menyerahkan hal ini pada seorang komentator.
Baca keseluruhan kitab ini sekaligus
keduakalinya. Garis besarkan pokok-pokok utama dan nyatakan pokok
tersebut dalam satu kalimat.
8
1. Pokok dari bagian tulisan yang
pertama
2. Pokok dari bagian tulisan yang kedua
3. Pokok dari bagian tulisan yang ketiga
4. Pokok dari bagian tulisan yang
keempat
5. dst.
blum selesai :p
BalasHapus